Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah I

OLEH :
IRMAWATI TOHAMBA
14420212131

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………………………………) (……………………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. Konsep Medis
1. Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan
yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley,
2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri
abdomen kronis.
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek.
Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah
yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut
adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh
kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-
organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua
yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
1) Nyeri Viseral :
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum
yang meliputi organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh
susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak sensitif
terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat
melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh
pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau
kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa
nyeri yang tumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat
lokalisasi nyeri, digambarkan pada daerah yang luas dengan
memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri ini tidak
pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa
menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.
2) Nyeri somatik :
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang
dipersarafi oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat.
Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang
dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa
rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses
peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan
peritoneum parietal akan menimbulkan rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya sendiri
maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan
rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah
yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis
akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa
nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan
pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan
mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan
gejala lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis
kemungkinan.
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu
lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat behubungan
dengan ekserbasi akut.
2. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. Ulkus yang mengalami perforasi
b. Irritable bowel syndrome
c. Apendisitis
d. Pankreasitis
e. Batu empedu
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain
mungkin bisa berakibat fatal.
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen,
lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik.
Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit
yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat
meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri
daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada
visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi
kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum
terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan
otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa
nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus
frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus
halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium,
sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah
abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada
saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada
mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang
dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa
nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri
pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf
simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar
dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada
traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks
serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau
akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri
ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung,
duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu), mencapai medula
spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas
dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen
torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis,
ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama.
Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr
ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium
maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik
seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi
dan patogenesisnya.
4. Pathway

5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri abdomen
b. Mual, muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. Lemah dan kelelahan
6. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase : Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan
diagnostik pankreatitis.
d. B-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar B-HCG dalam serum
lebih akurat daripada dalam urine).
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus, peritonitis,
pankreatitis).
f. Urin porsi tengah (MSU) : infeksi saluran kemih.
g. EKG : Infark miokard.
h. Rotgen thorak : Viskus perforasi (udara bebas), Pneumonia.
i. Rotgen Abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan
menebal), Pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas sentimel),
Kolangitis (udara dalam cababg bilier), Kolitis akut (Kolon
mengalami dilatasi, edema dan gambaran menghilang), obstruksi
akut (Usus mengalami dilatasi, tanda ’string of pearl’) Batu Ginjal
(Radioopak dalam saluran ginjal).
j. Ultrasonografi.
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk
inflamasi peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang
tua yang didiagnosis bandingnya luas, pada pasien yang
dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis belum
pasti, pankreatitis, trauma hati/limpa/mesenterium, divertikulitis,
aneurisma).
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obtruksi saluran ginjal
8. Penatalaksanakan
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan
9. Penatalaksanaan
a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
- Pasien mengeluh nyeri perut
- Nadi meningkat
- Tekanan darah meningkat
- RR meningkat
- Pasien tampak meringis
- Pasien mengatakan nyeri ringan – sedang
- Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas
tak jelas serta sulit dilokalisasi
- Pasien hanya minum < 8 gelas sehari
- Pasien muntah-muntah
- Pasien tampak lemah
- Lidah dan mukosa bibir pasien kering
- Turgor kulit tidak elastis
- Urine sedikit dan pekat
- Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
- Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan
- Berat badan pasien turun
- Pasien tampak lemah dan kelelahan
- Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444

- Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.


2. Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status
generalis) untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler
dan sistim saraf yang merupakan sistim vital untuk kelangsungan
kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada
penderita dilaksapakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada
penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi.
3. Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah.
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps
omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen
sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan
pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya
letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat
peristalsis usus (Darm-steifung).
4. Palpasi
- Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum
tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
- Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
 Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan
bertambah pads waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri
tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa
nyeri di daerah peradangan pads penekanan dinding
abdomen di daerah lain.
 Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis
diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga
secara refleks terjadi kejang otot.

5. Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal. 1) Perasaan
nyeri oleh ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok. 2) Bunyi
timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas
pads ileus obstruksi rendah.
6. Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen
terjadi perangsangan peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan
ileus paralitik.
7. Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau
keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.
8. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake
cairan insisi bedah.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi
bedah.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah.
9. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri Akut Setelah diberikan 1. Jelaskan 1. klien mengetahui


asuhan kepada klien dan dapat mengikuti
keperawatan 2x24 tindakan yang tindakan yang akan
jam di harapkan akan di di lakukan
nyeri dapat lakukan.
2. lingkungan tenang
berkurang atau 2. Manajemen
akan menurunkan
terkontrol dengan lingkungan :
stimulus nyeri
kriteria hasil : lingkungan
eksternal dan
1. Nyeri pasien tenang, batasi
pembatasan
dapat berkurang pengunjung,
pengunjung akan
2. Skala intensitas dan
membantu
nyeri berkurang istirahatkan
meningkatkan
2 -3 klien
kondisi okisigen
3. Pasien tampak 3. Ajarkan dan
(O2) ruangan
tenang dorong pasien
4. TTV tampak tehnik 3. Dengan tehnik
normal (dalam relaksasi napas relaksasi nyeri dapat
batas normal) dalam mengurangi nyeri
4. Bantu pasien
4. Untuk menurunkan
untuk
ketegangan atau
mendapatkan
spasme otot dan
posisi yang
untuk
nyaman, dan
mendistribusikan
gunakan bantal
kembali tekanan
untuk
pada bagian tubuh
membebat atau
menyokong 5. Kolaborasi dengan
daerah yang pemberian analgetik
sakit bila sesuai indikasi dapat
diperlukan memblok lintasan
5. Kolaborasi nyeri, sehingga nyeri
pemberian dapat berkurang.
analgetik
6. Peningkatan nadi
6. Observasi
menunjukkan
TTV
adanya nyeri.
7. Observasi
7. Untuk mengetahui
skala nyeri
intervensi
selanjutnya dan
untuk melihat
skala nyeri.

Kekurangan Setelah diberikan 1. Pantau dan 1. Takikardia, dispnea,


volume
asuhan catat tanda- atau hipotensi dapat
cairan
keperawatan 2x24 tanda vital mengindikasikan
jam di harapkan setiap 2 jam kekurangan volume
volume cairan tetap atau sesering cairan atau
adekuat dengan mungkin sesuai ketidakseimbangan
kriteria hasil : keperluan elektrolit.
1. Tanda-tanda sampai stabil. 2. Untuk mencegah
vital tetap stabil Kemudian vasodilatasi,
2. Warna kulit dan pantau dan terkumpulnya darah
suhu normal catat tanda- di ektremitas, dan
3. Kadar elektrolit tanda vital berkurangnya
tetap dalam setiap 4 jam. volume darah
rentang norma 2. Selimuti pasien sirkulasi.
4. Pasien hanya dengan 3. Haluaran urine yang
mempunyai kain yang tipis. rendah dan berat
turgor kulit Hindari terlalu jenis urine yang
normal dan panas. tinggi
membran 3. Ukur asupan mengindikasikan
mukosa lembab dan haluaran
setiap 1 sampai hopovolemia
4 jam. Catat 4. Untuk mengganti
dan laporkan cairan dan
perubahan kehilangan darah
yang serta mempermudah
signitifikan pergerakan cairan ke
termasuk urine, dalam ruang
feses, intravaskular, pantau
muntahan, dan catat keefektifan
drainase luka. dan semua efek yang
4. Berikan cairan, tidak diharapkan.
darah atau
produk darah,
atau ekspander
plasma
Intoleransi Setelah diberikan 1. Diskusikan 1. Untuk
Aktivitas
asuhan dengan pasien mengkomunikasikan
keperawatan pasien tentang kepada pasien
akan menunjukkan perlunya bahwa aktivitas
tingkat peningkatan beraktifitas akan meningkatkan
aktivitas optimal 2. Identifikasi kesejahteraan fisik
dengan kriteria aktivitas- dan psikososial
hasil : aktivitas pasien
2. Untuk mrningkatkan
yang
1. Pasien motivasinya agar
diinginkan dan
menyatakan lebih aktif
sangat berarti
keinginannya
baginya 3. Partisipasi pasien
untuk
3. Dorong pasien dalam perencanaan
meningkatkan
untuk dapat membantu
aktivitas
membantu memperkuat
2. Pasien
merencanakan
mengindentifikas kemajuan keyakinan pasien
ifaktor-faktor aktivitas yang
4. Untuk menurunkan
terkontrol yang mencakup
kebutuhan oksigen
menyebabkan aktivitas yang
tubuh dan mencegah
kelemahan diyakini sangat
keletihan
3. Tekanan darah, penting oleh
kecepatan nadi pasien 5. Untuk membantu
dan respirasi, 4. Intruksikan dan meningkatkan
tetap dalam batas bantu pasien aktivitas pasien
yang ditetapkan untuk
6. Untuk meyakinkan
selama aktivitas beraktivitas
bahwa frekuensinya
4. Pasien diselingi
kembali
menyatakan rasa istirahat
puas dengan 5. Identifikasi dan
setiap tingkat minimalkan
aktivitas baru faktor-faktor
yang dapat yang dapat
dicapai menurunkan
toleransi
latihan pasien
6. Pantau dan
respons
fisiologis
terhadap
peningkatan
aktivitas
(termasuk
respirasi,
denyut dan
iramma
jantung,
tekanan darah)
Resiko Tujuan : kebutuhan 1. Jelaskan 1. klien mengetahui
perubahan
nutrisi tubuh dapat kepada klien dan dapat mengikuti
nutrisi
kurang dari tercukupi secara tindakan yang tindakan yang akan
kebutuhan
optimal dengan akan di di lakukan
tubuh
kriteria hasil : lakukan.
2. untuk membantu
2. Beri
1. Pasien makan mengkaji penyebab
kesempatan
secara mandiri gangguan makan
pasien
tanpa di dorong
mendiskusikan 3. untuk meningkatkan
2. Berat badan
alasan untuk nafsu makan pasien
pasien
tidak makan
bertambah (kg) 4. untuk mengkaji zat
3. Tentukan
setiap minggu gizi yang di
makanan
3. Pasien dan konsumsi dan
kesukaan
anggota keluarga suplemen yang
pasien dan
mengomunikasi diperlukan
usahakan
kan pemahaman
untuk 5. Tindakan ini
kebutuhan diet
mendapatkan memberikan data
khusus
makan akurat dan
tersebut, memberikan
tawarkan pengendalian pada
makanan yang pasien tentang
merangsang makanan yang akan
indra dimakan dan pujian
penciuman, atau penghargaan
penglihatan yang di dapatkan
dan taktil
4. Observasi dan
catat asupan
pasien
5. Timbang berat
badan pasien
pada jam yang
sama setiap
hari. Beri
penguatan
penambahan
berat badan
dengan pujian
atau
penghargaan

10. Implementasi
Pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan
keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi Tindakan
mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada
kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan
bersama dengan dokter dan petugas kesehatan lain.
11. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan
pasien.
S = subjektif
O = objektif
A = Analisa
P = Planning

DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.

Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17.


New York. Mcgrawhill companies.

Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation.


Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2001.

Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta: EMS.

R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai