Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL

PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM UNTUK


MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN APPENCITIS DI
RSUD WATES

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

stase Keperawatan Medikal Bedah I

Di susun oleh:

IRMAWATI TOHAMBA

14420212131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
REVIEW ARTIKEL PENELITIAN (JOURNAL READING)

Judul Asli : PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN
APPENDICITIS DI RSUD WATES

Penulis : Wahyu Widodo & Neli Qoniah

Di Publikasikan : nursing Science Journal (NSJ) 1 Juni 2020

Abstrak : Latar Belakang : Appendicitis adalah suatu kondisi di

mana terjadi infeksi diumbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa

perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan menyingkirkan

umbai cacing yang terinfeksi (Kowalak, 2011). Tujuan : untuk mengetahui

pengaruh relaksasi nafas untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada

klien appendicitis. Metode : Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk

studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang klien yang mengalami

appendicitis. Penelitian dilakukan pada Februari– Maret 2019. Hasil : Sebelum

dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan

tindakan skala nyeri menjadi 3 dan 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya

penurunan skala nyeri sedang menjadi skala nyeri ringan. Kesimpulan : Teknik

relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien appendicitis

sehingga teknik nonfarmakologis ini sangat direkomendasikan.


A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
Saya memilih jurnal ini karena saya tertarik terhadap pemberian
intervensi terapeutik nonfarmakologi dan juga sesuai dengan judul
tugas yang saya butuhkan.
2. Latar belakang penelitian dalam jurnal
Appendicitis akut memerlukan pembedahan. Pada umumnya klien
dengan post appendiktomy akan mengalami masalah keperawatan
nyeri akut akibat pembedahan. Menurut Maslow (dikutip dalam
Virgianti 2015), bahwa kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan
fisiologis yang harus terpenuhi.
Menurut data Dinkes Jateng menyebutkan bahwa pada tahun 2009
jumlah kasus appendicitis di Jawa Tengah sebanyak 5.980 penderita,
dan 117 klien dengan kasus appendicitis mengalami kematian.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik membahas mengenai
penerapan teknik relaksasi nafas dalam menurunkan intensitas nyeri
pada pasien appendicitis di RSUD Wates.
B. TUJUAN
1. Tujuan review jurnal
Untuk mengetahui efektifitas teknik relaksasi dalam untuk
menurunkan intensitas nyeri pada pasien appendicitis.
2. Tujuan penelitian dalam jurnal
Untuk mengetahui pengaruh relaksasi nafas untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri akut pada klien appendicitis
C. METODE
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus.
Subyek dala penelitian ini adalah dua orang klien 2 orang dan keluarganya
yang mengalami appendicitis dengan masalah nyeri akut. Pelaksanaan
pengumpulan data dilakukan di RSUD Wates, dilakukan sejak tanggal 18
– 20 Februari 2019 pada klien 1 dan pada klien 2 pada tanggal 27 Februari
2019 – 01 Maret 2019.
D. HASIL
Sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala nyeri 6
dan 5, setelah dilakukan tindakan skala nyeri menjadi 3 dan 2. Hasil
penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri sedang menjadi
skala nyeri ringan.
E. PEMBAHASAN
1. Gambaran intensitas nyeri sebelum diberikan terapi relaksasi nafas
dalam
Pada Tn S sebelum dilakukan tindakan keperawatan skala nyeri
yang dirasakan yaitu 4. Sedangkan pada Tn W skala nyeri awal yang
terasa skala 3. Tn S dan Tn W didapatkan klien mengeluh nyeri pada
abdomen karena appendicitis. Appendicitis terjadi karena adanya
infeksi pada umbilicus. Appendicitis adalah suatu proses obstruksi
(hiperplasi limpo nadi submokosa, fecalith, benda asing, tumor),
kemudian diikuti proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari
appendiks veriformis. Penelitian oleh Nugroho 2011 (dikutip dalam
Silvia 2015).
Nyeri yang dirasakan akibat adanya proses inflamasi yang
mengakibatkan peningkatan traluminal tekanan akan terus meningkat
dan menyebabkan peradangan yang timbul meluas sehingga
menimbulkan nyeri pada perut kanan bawah. Tn S dan Tn W merasa
kurang nyaman dengan kondisinya. Klien dengan diagnosa
Appendicitis memerlukan pembedahan.
Pada pengkajian post operatif didapatkan data dari kedua klien
mengatakan nyeri pada luka operasi. Pada Tn S nyeri dirasakan dengan
skala 6 dengan waktu hilang timbul dan skala 5 dengan waktu hilang
timbul pada Tn W.
Nyeri yang dirasakan karena adanya kerusakan pada jaringan
akibat adanya kontinuitas jaringan yang terputus. Menurut Eli kosasih
(2015) apabila ada kerusakan jaringan maka histamin, bradikinin,
serotonin, dan prostaglandin akan di produksi oleh tubuh. Zat-zat
kimia ini akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini diteruskan ke
Central Nerve System (CNS) untuk kemudian ditransmisikan pada
serabut tipe C yang menghasilkan nyeri seperti tertusuk (dikutip dalam
Evarica 2015).
2. Gambaran Intensitas nyeri setelah diberikan relaksasi nafas dalam
Sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas pada kedua klien skala
nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala nyeri berkurang
menjadi 3 dan 2.
Setelah dilakukan nafas dalam klien lebih menjadi rileks dan
menyebabkan nyeri berkurang. Sejalan dengan pendapat Rahmayati
(2010) dikutip dalam Chandra (2013) secara fisiologis, keadaan
relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin
dalam darah, menyebabkan penurunan ketegangan otot, metabolisme
menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada ekstremitas.
Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan pada klien post op
appendiktomy. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Virgianti
(2015) dengan melakukan teknik nafas ritmik/dalam dengan 30 pasien
yang mengalami frekuensi skala nyeri sedang (100%) post
appendiktomy mengalami penurunan menjadi 19 pasien dengan
frekuensi skala nyeri ringan (63.3%).
F. ANALISIS JURNAL
1. Kelebihan : Teknik relaksasi nafas dalam di lakukan kepada
responden sebelum dan sesudah tindakan pembedahan.
2. Kekurangan : Sampel yang di gunakan pada penelitian hanya dua
orang, sehingga kurang memperkuat hasil dari penelitian ini.
G. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dengan adanya penelitian ini sangat membantu perawat sebagai
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien appendicitis
urntuk mengurangi intesitas nyeri menggunakan intervensi terapeutik non
farmakologis.
H. APLIKASI DIRUMAH SAKIT
Dalam penelitian ini rumah sakit dapat menerapkan Teknik
relaksasi dalam untuk menurukan intensitas nyeri pada pasien
appendicitis.
I. HAMBATAN DAN SOLUSI APLIKASI JURNAL
Hambatan : Apabila inform consent tidak dilakukan dengan baik, bisa
saja pasien dan keluarga menolak untuk dilakukan pemberian intervensi.
Solusi : Klien dan keluarga terlebih dahulu harus diberikan edukasi dan
penjelasan mengenai tujuan memberikan Teknik relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien appendicitis.
J. KESIMPILAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik
relaksasi nafas efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
appendicitis.
Nursing Science Journal (NSJ) p-ISSN: 2722-4988
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 e-ISSN : 2722-5054
Hal 25-28

PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK


MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN APPENDICITIS
DI RSUD WATES
Wahyu Widodo 1, Neli Qoniah 2

Akademi Keperawatan Pemkab Purworejo


Purworejo, (0275) 3140576
E-mail : wahyumkepwidodo@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Appendicitis adalah suatu kondisi di mana terjadi infeksi diumbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
menyingkirkan umbai cacing yang terinfeksi (Kowalak, 2011). Tujuan : untuk mengetahui pengaruh
relaksasi nafas untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada klien appendicitis. Metode :
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah
dua orang klien yang mengalami appendicitis. Penelitian dilakukan pada Februari– Maret 2019. Hasil :
Sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala
nyeri menjadi 3 dan 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri sedang menjadi
skala nyeri ringan. Kesimpulan : Teknik relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
appendicitis sehingga teknik nonfarmakologis ini sangat direkomendasikan.

Kata Kunci : Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri Akut, Appendicitis

ABSTRACT

Background : Appendicitis is a condition in which an infection occur in the appendix. In mild cases it
can be cured without treatment, but many cases require a laparotomy by removing the tufts of infected
worms (Kowalak, 2011). Objective : to determine the effect of deep breathing relaxation with acute pain
nursing problems in appendicitis clients. Method : The design of this research is descriptive, in the form of
case studies.The subjects in this study were two clients who had appendicitis. The study was conducted
in February - March 2019. Results : before taking breath relaxation measures on the scale of pain 6 and
5, after the pain scale measures were carried out to 3 and 2. The results showed a decrease in the scale
of moderate pain to a mild pain scale. Conclusion : Breath relaxation techniques can reduce pain
intensity in appendicitis patients so this nonpharmacological technique is highly recommended.

Keywords: Deep Breath Relaxation, Acute Pain, Appendicitis

25
Latar Belakang peningkatan temperatur pada ekstremitas.
Appendicitis akut memerlukan Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan
pembedahan. Pada umumnya klien dengan pada klien post op appendiktomy.
post appendiktomy akan mengalami masalah Dari hasil penelitian yang dilakukan
keperawatan nyeri akut akibat pembedahan. oleh Virgianti (2015) dengan melakukan teknik
Menurut Maslow (dikutip dalam Virgianti nafas ritmik/dalam dengan 30 pasien yang
2015), bahwa kebutuhan rasa nyaman mengalami frekuensi skala nyeri sedang (100%)
merupakan kebutuhan fisiologis yang harus post appendiktomy mengalami penurunan
terpenuhi. menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala nyeri
Menurut Virgianti (2015) yang ringan (63.3%).
mengemukakan penelitian Gannong Menurut data Dinkes Jateng
(2008) mengatakan bahwa seorang dengan menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah
masalah keperawatan nyeri pasti akan kasus appendicitis di Jawa Tengah sebanyak
berdampak pada aktivitas sehari-harinya. 5.980 penderita, dan 117 klien dengan kasus
Aktivitas yang terganggu diantaranya adalah appendicitis mengalami kematian. Berdasarkan
kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan individu, paparan di atas, penulis tertarik membahas
juga aspek interaksi sosialnya yang mana dapat mengenai penerapan teknik relaksasi nafas
berupa menghindari percakapan, menarik diri dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
dan menghindari kontak. Selain itu, jika appendicitis di RSUD Wates.
seorang yang mengalami nyeri hebat dan tidak
segera dilakukan tindakan, seseorang tersebut Metode
akan mengalami syok neurogenik. Desain penelitian ini adalah deskriptif,
Adapun pengelolaan intensitas nyeri dalam bentuk studi kasus. Subyek dala
klien dengan post appendiktomy yaitu dengan penelitian ini adalah dua orang klien 2 orang
farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan dan keluarganya yang mengalami appendicitis
intensitas nyeri dengan nonfarmakologi antara dengan masalah nyeri akut. Pelaksanaan
lain adalah nafas dalam, kompres hangat, pengumpulan data dilakukan di RSUD Wates,
terapi masase, dan pemberian analgesik. dilakukan sejak tanggal 18 – 20 Februari 2019
Teknik nafas dalam ini dipercaya dapat pada klien 1 dan pada klien 2 pada tanggal 27
menurunkan intensitas nyeri. Tamsuri, 2007 Februari 2019 – 01 Maret 2019.
(dikutip dalam Rini 2012). Pengumpulan data yang dilakuan
Menurut Rahmayati (2010) dikutip dalam peneltiian, yaitu:
dalam Chandra (2013) secara fisiologis, 1. Observasi
keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan Dalam penelitian ini, penulis
kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, mengobservasi atau melihat keadaan
menyebabkan penurunan ketegangan otot, umum partisipan dengan pemeriksaan fisik
metabolisme menurun, vasodilatasi dan (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
26
palpasi, perkusi, dan auskultasi). dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pengukuran nyeri berkurang menjadi skala 2.
Dalam penelitian ini, penulis mengukur Pada post operasi pada Tn S sebelum
menggunakan alat ukur pemeriksaan, dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
seperti melakukan pengukuran TTV dan nyeri yang dirasakan yaitu 6 dengan rasa seperti
skala nyeri dengan numerical rating scale. tersengat dan waktu hilang atau timbul. Setelah
3. Wawancara dilakukan relaksasi nafas dalam skala nyeri
Dalam penelitian wawancara jenis ini yang dirasakan yaitu menjadi 3 terasa masih
merupakan kombinasi dari wawancara cenut-cenut dan waktu hilang atau timbul.
tidak terpimpin dan wawancara Sedangkan pada Tn W sebelum
terpimpin. dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
4. Dokumentasi nyeri yang dirasakan yaitu 5 terasa cenut-cenut
Dokumentasi yang dilakukan oleh penulis dan waktu hilang atau timbul. Setelah dilakukan
yaitu pendokumentasi hasil pengkajian, relaksasi nafas dalam skala nyeri yang
sampai dengan evaluasi dari tindakan. dirasakan yaitu menjadi 2 terasa masih
Instrumen pengumpulan data yang cenutcenut dan waktu hilang atau timbul.
meliputi: memberikan teknik relaksasi nafas
dalam dengan menggunakan SOP Rumah Pembahasan
Sakit dan skala Numerical Rating Scale untuk 1. Gambaran intensitas nyeri sebelum
mengukur skala nyeri diberikan terapi relaksasi nafas dalam
Uji keabsahan menggunakan Pada Tn S sebelum dilakukan
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini tindakan keperawatan skala nyeri yang
menggunakan triangulasi observasi, yaitu hasil dirasakan yaitu 4. Sedangkan pada Tn W
pengukuran post test dan triangulasi waktu, skala nyeri awal yang terasa skala 3. Tn S
yaitu dilakukan dengan mengukur skala nyeri dan Tn W didapatkan klien mengeluh nyeri
setelah diberikan teknik relaksasi nafas pada abdomen karena appendicitis.
dalam). Appendicitis terjadi karena adanya infeksi
pada umbilicus. Appendicitis adalah suatu
Hasil proses obstruksi (hiperplasi limpo nadi
Hasil penelitian pada pre operatif submokosa, fecalith, benda asing, tumor),
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas kemudian diikuti proses infeksi dan disusul
dalam. Pada Tn S sebelum dilakukan tindakan oleh peradangan dari appendiks veriformis.
keperawatan skala nyeri yang dirasakan yaitu Penelitian oleh Nugroho 2011 (dikutip
4 dan setelah diberikan relaksasi nafas dalam dalam Silvia 2015).
nyeri berkurang menjadi skala 3. Sedangkan Nyeri yang dirasakan akibat adanya
pada Tn W sebelum dilakukan tindakan proses inflamasi yang mengakibatkan
relaksasi nafas dalam nyeri yang terasa yaitu 3 peningkatan traluminal tekanan akan terus
27
meningkat dan menyebabkan peradangan dikutip dalam Chandra (2013) secara
yang timbul meluas sehingga fisiologis, keadaan relaksasi ditandai
menimbulkan nyeri pada perut kanan dengan penurunan kadar epinefrin dan non
bawah. Tn S dan Tn W merasa kurang epinefrin dalam darah, menyebabkan
nyaman dengan kondisinya. Klien dengan penurunan ketegangan otot, metabolisme
diagnosa Appendicitis memerlukan menurun, vasodilatasi dan peningkatan
pembedahan. temperatur pada ekstremitas.
Pada pengkajian post operatif Teknik nafas dalam sangat efektif
didapatkan data dari kedua klien dilakukan pada klien post op
mengatakan nyeri pada luka operasi. Pada appendiktomy. Dari hasil penelitian yang
Tn S nyeri dirasakan dengan skala 6 dilakukan oleh Virgianti (2015) dengan
dengan waktu hilang timbul dan skala 5 melakukan teknik nafas ritmik/dalam
dengan waktu hilang timbul pada Tn W. dengan 30 pasien yang mengalami
Nyeri yang dirasakan karena frekuensi skala nyeri sedang (100%) post
adanya kerusakan pada jaringan appendiktomy mengalami penurunan
akibat adanya kontinuitas jaringan yang menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala
terputus. Menurut Eli kosasih (2015) nyeri ringan (63.3%)
apabila ada kerusakan jaringan maka Kesimpulan
histamin, bradikinin, serotonin, dan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
prostaglandin akan di produksi oleh disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas
tubuh. Zat-zat kimia ini akan efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini pasien appendicitis.
diteruskan ke Central Nerve System Daftar Pustaka
(CNS) untuk kemudian ditransmisikan Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan
Medikal- Bedah. Jakarta : EGC
pada serabut tipe C yang menghasilkan
Cahyani, Oktavia P. 2017. Upaya Penurunan
nyeri seperti tertusuk (dikutip dalam Nyeri Pada Pasien Dengan Post
Appendiktomi.
Evarica 2015).
Faridah, Virgianti N. 2015. Penurunan Tingkat
2. Gambaran Intensitas nyeri setelah diberikan Nyeri Pasien Post Op Apendicitis
relaksasi nafas dalam Dengan Tehnik Diktraksi Nafas Ritmik.
Surya. Vol 07 No 02.
Sebelum dilakukan tindakan Jamaludin, Ulya Nur K. 2017. Pengaruh
relaksasi nafas pada kedua klien skala Terapi Guided Imagery Dan Iringan
Musik Terhadap Penurunan Nyeri
nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan Pada Pasien Dengan Post
skala nyeri berkurang menjadi 3 dan 2. Apendiktomi. Jurnal profesi
keperawatan. Vol 4 No. 2.
Setelah dilakukan nafas dalam Kowalak, Jennifer P, Welsh,William, &
klien lebih menjadi rileks dan Mayer, Brenna. 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta : EGC
menyebabkan nyeri berkurang. Sejalan Maranatha. 2019. Hamilton Rating Scale For
dengan pendapat Rahmayati (2010) Anxiety.
28

Anda mungkin juga menyukai