Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

DENGAN DIAGNOSIS MEDIS POST OP APPENDECTOMY

DIRUANG GATOT KACA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Di Susun Oleh :

1. Nidya Elma Viany 220300902


2. Yonanda Rizqi Effendianingtyas 220300931

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

2022

LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN CASE STUDY PRESENTATION

PADA NY. U DENGAN POST OP APPENDECTOMY

DIRUANG GATOT KACA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Diajukan oleh

1. Nidya Elma Viany 220300902


2. Yonanda Rizqi Effendianingtyas 220300931

Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui oleh :

Pembimbing Klinik :

Yuk Bariroh, S.Kep., Ns

Tanggal :

Pembimbing Akademik :

Erni Samutri, S.Kep., Ns., M.Kep

Tanggal :
BAB I

PENDAHULUAN

Apendiks disebut juga umbai cacing, umbai cacing merupakan organyang


berbentuk tabung, dengan panjang 10 cm (3-15 cm), dan berpangkal di sekum.
Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal (Sjamsuhidajat,
2015).

Apendisitis merupakan salah satu infeksi pada sistempencernaanyang sering


dialami oleh masyarakat yaitu mencapai 7%hingga 12%. Sedangkan kejadian
apendisitis di USA sekitar 6,7% pada perempuandan8,6% pada laki-laki. Penyakit ini
dapat terjadi pada semua umur tetapi umumnya terjadi pada dewasa dan remaja muda,
yaitu pada umur 10-30tahundan insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun.
Insiden pada laki-laki umumnya lebih banyak dari perempuan terutama pada umur 20-
30 tahun(Bhangu dkk, 2017).

Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwainsiden


apendisitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruh jumlahpenduduk dunia. Di
Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8%dan2,6%dari total populasi penduduk
(Sartelli et al, 2018). Di Amerika Serikat, sekitar 250.000 kasus apendisitis dilaporkan
setiap tahunnya. Penyakit ini jugamenjadi penyebab paling umum dilakukannya bedah
abdomen darurat di Amerika Serikat (Bhangu dkk, 2017). Di Inggris juga memiliki
angka 2kejadian apendisitis yang cukup tinggi, sekitar 40.000 orangdilaporkan masuk
rumah sakit di Inggris karena apendisitis (Ruber, 2018). Di Indonesia, angka kejadian
apendisitis dilaporkan sebesar 95 per 1000penduduk dengan jumlah kasus mencapai 10
juta setiap tahunnya danmerupakan kejadian tertinggi di ASEAN (Padmi & Widarsa,
2017).

Appendectomy merupakan pembedahan mengangkat apendiks yangdilakukan


untuk menurunkan resiko perforasi (Jitowiyono dkk, 2016). pembedahan itu
memberikan efek nyeri pada pasien sehingga memerlukan penanganan khusus. Nyeri
merupakan sensasi ketidaknyamanan, baik ringan, sedang, maupun berat (Tamsuri,
2018).
Nyeri post operasi adalah nyeri yangdirasakan akibat dari hasil pembedahan.
Nyeri post operasi dirasakan setiappasien berbeda-beda tergantung dengan tindakan
pembedahan yang dilakukan (Suza, 2010). Respon pasien terhadap nyeri yang
dialaminya jugaberbeda-beda, dapat menunjukkan perilaku seperti berteriak, meringis
ataumengerang, menangis, mengerutkan wajah atau menyeringai dan responemosi
(Patasik dkk, 2018).

Crae, dkk (2015) mengatakan nyeri merupakan stresor yang memicutimbulnya


gejala klinis patofisiologis, memicu modulasi respon imun, sehingga menyebabkan
penurunan sistem imun yang berakibat pemanjanganproses penyembuhan luka. Nyeri
post operasi adalah nyeri akut yang diawali oleh kerusakan jaringan akibat tindakan
pembedahan. Dalamkeadaan nyeri, kadar β endorfin meningkat dan mensupresi
makrofag sehingga aktifitasmakrofag yang dipengaruhi oleh IFN γ menurun sehingga
mengganggu 3 penyembuhan luka (Redjeki, 2019). Interferon (IFN) adalah
hormonyang memiliki peranan penting dalam pertahanan terhadap infeksi
virus(Moreland, 2016). Nyeri bila tidak dikelola dengan tepat akan berakibat
memperpanjang fase katabolik berupa peningkatan glukagon, kortikosteroiddan
resistensi insulin. Peningkatan hormon glukokortikoid menjadi salahsatufaktor sistemik
yang menghambat proses penyembuhan luka (Redjeki, 2017).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidakmenyenangkan


dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi ataudi prediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan (Nanda, 2018-2020).
Penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi dapat dilakukan dengan terapi
farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dapat
diatasi dengan menggunakan obat-obatan analgetikmisalnya morphine sublimaze,
stadol, demerol dan lain-lain (Akhlagi dkk, 2011 dalam Utami, 2016)
Green dkk (2007) dalam Kosasih dan Solehati (2015), salah satu intervensi yang
dapat mengatasi atau mengurangi nyeri secara nonfarmakologi dengan pendekatan
modulasi psikologis dan sensorik nyeri salahsatunya dengan pemberian aromaterapi.
Aromaterapi adalah suatu metodedalam relaksasi yang menggunakan minyak essensial
dalam pelaksanaannya berguna untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan
spiritual seseorang. 8 Menurut Sharma (2019), aromaterapi berarti pengobatan
denganwangi-wangian yang menggunakan minyak essensial aromaterapi. Penggunaan
aromaterapi secara inhalasi dapat merangsang pengeluaranendorphin sehingga dapat
mengurangi nyeri (Sharifipour, 2015). Salah satu aromaterapi yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri yaitu aromaterapi lavender. Lavender merupakan salah satu
minyak essensial analgesik yang mengandung 8% etena dan 6% keton. Keton yang
adadi lavender dapat menyebabkan peredaan nyeri dan peradangan, juga
membantudalam perkembangan tidur. Sedangkan etena merupakan senyawa
kimiagolongan hidrokarbon yang berfungsi dalam bidang kesehatan sebagai obat bius
(Abbaszadeh et al, 2017). Kelebihan lavender dibanding dengan aromayang lain karena
aromaterapi lavender sebagian besar mengandung linalool (35%) dan linalyl asetat
(51%) yang memiliki efek sedatif dan narkotik. Kedua zat ini bermanfaat untuk
menenangkan, sehingga dapat membantudalam menghilangkan kelelahan mental,
pusing, ansietas, mual dan muntah, gangguan tidur, menstabilkan sistem saraf,
penyembuhan penyakit, membuat perasaan senang serta tenang, meningkatkan nafsu
makan dan menurunkannyeri (Nuraini, 2014). Menurut Ramadhian dkk (2017)
mengatakan minyaklavender memiliki efek sedative, hypnotic, antidepressive,
anticonvulsant, anxiolytic, analgesic, anti-inflammation, dan antibacterial.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami, dkk (2016) menunjukkan bahwa


aromaterapi essensial oil lavender efektif menurunkan skala nyeri padapasien Infark
Miokard di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Penelitianyang 9 dilakukan oleh Frayusi
(2012), terapi wewangian bunga lavender dapat menurunkan skala nyeri lebih besar
dibandingkan dengan respondenyangtidak mendapat terapi wewangian bunga lavender.
Penelitian artikel yangdilakukan oleh Lakhan dkk (2016), bahwa ada efek positif yang
signifikan dari aromaterapi essensial oil lavender efektif menurunkan skala nyeri 2 poin
dibandingkan dengan pasien kontrol. Analisis sekunder menemukan bahwaaromaterapi
lebih konsisten untuk mengobati nyeri nosiseptif dan nyeri akut dari pada peradangan
dan nyeri kronis. Berdasarkan penelitian yang tersedia, aromaterapi paling efektif
dalam mengobati nyeri pasca operasi, nyeri kandungan dan ginekologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. APENDISITIS
1. DEFINISI
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis
yangterjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang
terjadi pada lumen apendiks. Gejala yang pertama kali dirasakan pada
umumnyaadalah berupa nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Selain itu
mual danmuntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang
berakibat padapenurunan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan
anoreksia (Fransiscadkk, 2019).
2. KLASIFIKASI
Menurut Sjamsuhidajat & Wim (2020) klasifikasi apendisitis terbagi
menjadi dua yaitu:
a. Apendisitis Akut apendisitis akut sering muncul dengan gejala yang
khas, didasari oleh radang mendadak pada apendiks yang disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut
ialah nyeri samar dantumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastriumdisekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual,
muntah dan umumnya nafsumakan menurun. Dalam beberapa jam nyeri
akan berpindah ke titikMc. Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan
lebih jelas letaknya sehinggamerupakan nyeri somatik setempat.
b. Apendisitis Kronik Diagnostik apendisitis kronik baru dapat ditegakkan
jika ditemukanadanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu. Radangkronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik,
dengan kriteafibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial
atau total di adanya sel inflamasi kronik.
3. ETIOLOGI
Obstruksi atau penyumbatan pada lumen apendiks menyebabkanradang
apendiks. Lendir kembali dalam lumen apendiks menyebabkan bakteri yang
biasanya hidup di dalam apendiks bertambah banyak. Akibatnyaapendiks
membengkak dan menjadi terinfeksi. Sumber penyumbatan meliputi (NIH &
NIDDK, 2016):
a. Fecalith (Massa feses yang keras) 10
b. Benda asing (Biji-bijian)
c. Tumor apendiks
d. Pelekukan/terpuntirnya apendiks
e. Hiperplasia dari folikel limfoid
Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi
mukosa apendiks oleh parasit Entamoeba histolytica (Warsinggih, 2016).

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala - gejala apendisitis biasanya mudah di diagnosis, yang
palingumum adalah nyeri perut. Apendisitis memiliki gejala kombinasi
yangkhas, yang terdiri dari (Warsinggih, 2016):
a. Nyeri Penderita apendisitis umumnya akan mengeluhkan nyeri pada perut
kuadrankanan bawah. Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah
berupanyeri tumpul, nyeri di daerah epigastrium atau di periumbilikal
yangsamar-samar, tapi seiring dengan waktu nyeri akan terasa lebih
tajamdanberlokasi ke kuadran kanan bawah abdomen. Nyeri semakin buruk
ketikabergerak, batuk atau bersin. Biasanya pasien berbaring, melakukan
fleksi pada pinggang, serta mengangkat lututnya untuk mengurangi
pergerakandan menghindari nyeri yang semakin parah.
b. Mual dan Muntah Mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah
muncul nyeri.
c. Anoreksia Mual dan muntah yang muncul berakibat pada penurunan nafsu
makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia.
d. Demam Demam dengan derajat ringan (37,6 -38,5°C) juga sering terjadi pada
apendisitis. Jika suhu tubuh diatas 38,6°C menandakan terjadi perforasi.
e. Sembelit atau diare Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi
pada ileumterminal atau caecum.
5. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks,
dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi
olehfecalith. Feses mengeras, menjadi seperti batu (fecalith) dan menutup
lubangpenghubung apendiks dan caecum tersebut. Terjadinya obstruksi juga
dapat terjadi karena benda asing seperti permen karet, kayu, batu, sisa makanan,
biji-bijian. Hiperplasia folikel limfoid apendiks juga dapat
menyebabkanobstruksi lumen. Insidensi terjadinya apendisitis berhubungan
dengan jumlahjaringan limfoid yang hiperplasia. Penyebab dari reaksi jaringan
limfatikbaiklokal atau general misalnya akibat infeksi virus atau akibat invasi
parasit entamoeba. Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi
apendiks, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal (Warsinggih, 2016).
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi
mukosamengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak,
namunelastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkanpeningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akanmenghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri danulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium (Price, 2018).
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Bila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiksyang diikuti dengan
gangren dan perforasi. Jika inflamasi dan infeksi menyebar ke dinding apendiks,
apendiks dapat ruptur. Setelah ruptur terjadi, infeksi akan menyebar ke
abdomen, tetapi biasanya hanya terbatas pada areasekeliling dari apendiks
(membentuk abses periapendiks) dapat jugamenginfeksi peritoneum sehingga
mengakibatkan peritonitis (Mansjoer, 2020).
6. KOMPLIKASI
Komplikasi dari apendisitis yang paling sering adalah perforasi.
Perforasi dari apendiks dapat menyebabkan timbulnya abses periapendisitis,
yaitu terkumpulnya pus yang terinfeksi bakteri atau peritonitis difus (infeksi 13
dari dinding rongga abdomen dan pelvis). Apendiks menjadi terinflamasi, bisa
terinfeksi dengan bakteri dan bisa dipenuhi dengan pus hingga pecah, jika
apendik tidak diangkat tepat waktu. Pada apendisitis perforasi, terjadi
diskontinuitas pada lapisan muskularis apendiks yang terinflamasi, sehinggapus
didalam apendiks keluar ke rongga perut.
Alasan utama dari perforasi apendiks adalah tertundanya diagnosisdan
tatalaksana. Pada umumnya, makin lama penundaan dari diagnosis dantindakan
bedah, kemungkinan terjadi perforasi makin besar. Untuk itu jika apendisitis
telah di diagnosis, tindakan pembedahan harus segera dilakukan (Imaligy,
2017).

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
1) Tes Darah
Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti jumlah
leukosit yang tinggi. Tes darah juga dapat menunjukkan dehidrasi
atauketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Elektrolit adalah bahan kimia
dalam cairan tubuh, termasuk natrium, kalium, magnesium, dan klorida.
2) Urinalisis
Urinalisis digunakan untuk melihat hasil sedimen, dapat normal atau
terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan urinj uga
penting untuk melihat apakah ada infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal.
b. Radiotologi
1) Ultrasonografi (USG)
USG dapat membantu mendeteksi adanya tanda-tanda peradangan,
usus buntu yang pecah, penyumbatan pada lumen apendiks, dan sumber
nyeri perut lainnya. USG adalah pemeriksaan penunjang pertama
yangdilakukan untuk dugaan apendisitis pada bayi, anak-anak, dewasa,
danwanita hamil.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, semburan usus
buntu, penyumbatan pada lumen apendiks, dan sumber nyeri perut
lainnya. MRI yang digunakan untuk mendiagnosis apendisitis dan
sumber nyeri perut lainnya merupakan alternatif yang aman dan andal
daripadapemindaian tomografi terkomputerisasi.
3) CT Scan
CT scan perut dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, seperti
usus yang membesar atau abses massa yang berisi nanah yang
dihasilkandari upaya tubuh untuk mencegah infeksi agar tidak menyebar
dan sumber nyeri perut lainnya, seperti semburan apendiks dan
penyumbatandi lumen apendiks. Wanita usia subur harus melakukan tes
kehamilansebelum menjalani CT scan. Radiasi yang digunakan dalam
CT scan 15 dapat berbahaya bagi janin yang sedang berkembang.
(NIH&NIDDK, 2017)

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis
meliputi (Oswari, 2020):
a. Terapi Konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang
tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis makatindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks. Pembedahan untuk
mengangkat apendiks disebut operasi appendectomy. Seorang ahli bedah
melakukan operasi menggunakan salah satu metode berikut:
1) Laparatomi
Tindakan laparatomi apendiktomi merupakan tindakan konvensional
dengan membuka dinding abdomen. Tindakan ini juga digunakan untuk
melihat apakah ada komplikasi pada jaringan apendiks maupun di sekitar
apendiks. Tindakan laparatomi dilakukan dengan membuang apendiks yang
terinfeksi melalui suatu insisi di regio kanan bawah perut dengan lebar insisi
sekitar 3 hingga 5 inci. Setelah menemukan apendiks yang terinfeksi,
apendiks dipotong dan dikeluarkandari perut. Tidak ada standar insisi pada
operasi laparatomi apendiktomi. Hal ini disebabkan karena apendiks
merupakan bagian yang bergerak dan dapat ditemukan diberbagai area pada
kuadran kanan bawah. Ahli bedah harus menentukan lokasi apendiks
dengan menggunakan beberapapenilaian fisik agar dapat menentukan lokasi
insisi yang ideal. Ahli bedahmerekomendasikan pembatasan aktivitas fisik
selama 10 hingga 14 hari pertama setelah laparotomi. Sayatan pada bedah
laparatomi menimbulkanluka yang berukuran besar dan dalam, sehingga
membutuhkan waktupenyembuhan yang lama dan perawatan berkelanjutan.
Pasien akandilakukan pemantauan selama di rumah sakit dan mengharuskan
pasienmendapat pelayanan rawat inap selama beberapa hari (Smeltzer
&Bare, 2018).
2) Laparascopi
Laparaskopi apendiktomi merupakan tindakan bedah invasiveminimal
yang paling banyak digunakan pada kasus appendicitis akut. Tindakan
apendiktomi dengan menggunakan laparaskopi dapat mengurangi
ketidaknyamanan pasien jika menggunakan metode openapendiktomi dan
pasien dapat menjalankan aktifitas paska operasi dengan lebih efektif
(Hadibroto, 2017).
a) Indikasi
Laparoskopi sering dilakukan pada pasien dengan
acuteabdominal pain yang diagnosisnya belum bisa ditegakkan
denganpemeriksaan radiologi atau laboratorium, karena dengan
laparoskopi bisa dilakukan visualisasi dari seluruh rongga abdomen,
penentuanlokasi patologi dalam abdomen, pengambilan cairan
peritoneal untukkultur, dan irigasi rongga peritoneal untuk mengurangi
kontaminasi.
Laparoskopi diagnostik sangat bermanfaat dalammengevaluasi
pasien trauma dengan hemodinamik stabil, dimana laparoskopi
mampumemberikan diagnosis yang akurat dari cidera intra-abdominal,
sehingga mengurangi pelaksanaan laparotomi dan komplikasinya
(Hadibroto, 2017).
b) Proses laparaskopi
Laparaskopi apendiktomi tidak perlu lagi membedah rongga
perut pasien. Metode ini cukup dengan memasukan laparascope
(perangkat kabel fiber optic) pada pipa kecil (yang disebut trokar) yan
gdipasang melalui umbilicus dan dipantau melalui layar monitor.
Abdomen akan dinsuflasi atau dikembungkan dengan gas CO2 melalui
jarum Verres terlebih dahulu untuk mengelevasi dinding abdomendiatas
organ-organ internal, sehingga membuat ruang untuk inspeksi dan
bekerja, prosedur ini dikenal sebagai pneumoperitoneum. Biasanya
tempat insersi trokar kedua pada kuadran bawah diatas pubis.
Selanjutnya dua trokar akan melakukan tindakan pemotongan apendiks.
Tindakan dimulai dengan observasi untuk mengkonfirmasi bahwa
pasien terkena apendisitis akut tanpa komplikasi. Pemisahanapendiks
dengan jaringan mesoapendiks apabila terjadi adhesi. Kemudian
apendiks dipasangkan dipotong dan dikeluarkan denganmenggunakan
forsep bipolar yang dimasukan melalui trokar. Hasilnyapasien akan
mendapatkan luka operasi yang minimal dan waktupemulihan serta
waktu perawatan di rumah sakit akan menjadi lebihsingkat (Hayden &
Cowman, 2019).
c) Perawatan pasca laparoskopi
Kebanyakan pasien dirawat selama 1 hari setelah operasi. Jika
timbul komplikasi, maka diperlukan perawatan yang lebih lama.
Penggunaan analgesik baik intramuskuler maupun intravena saat di
ruang pemulihan akan mengurangi nyeri pasca operasi. Insiden mual
muntah pasca operasi laparoskopi dilaporkan cukuptinggi yaitu 42%.
Mual muntah pasca operasi setelah prosedur laparoskopi dipengaruhi
oleh gas yang digunakan untuk insuflasi danmenyebabkan penekanan
pada nervus vagus yang memiliki hubungandengan pusat muntah di
medulla oblongata.
Selain itu, penyebab lain seperti teknik anestesi, jenis kelamin,
nyeri, perawatan pasca operatif dan data demografik pasien yang
berhubungan dengan pengaruhterjadinya emesis. Untuk menurunkan
mual muntah pasca operasi dapat dengan pemberian ranitidin,
omeprazole atau ondansentron (Gerry&Herry, 2018).
d) Komplikasi
 Emboli gas
 Trauma pembuluh darah retroperitoneal
 Trauma pembuluh darah pada dinding abdomen
 Trauma usus
 Trauma urologi

9. NYERI
A. DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidakmenyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual ataupun
potensial. Nyeri juga merupakan proses patologis pada tubuh. Nyeri adalah
sesuatuyangmenyakitkan pada tubuh individu yang mengalaminya dan
dapat terjadi kapansaja sewaktu-waktu. Nyeri dapat digambaran suatu
fenomena kompleks yangtidak hanya melibatkan respon fisik dan mental
tetapi juga merupakan reaksi emosional dari seseorang (Potter dan Perry,
2020).

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan Durasi (Waktu terjadinya), nyeri terbagi menjadi dua
meliputi:
a. Nyeri Akut
Menurut Pinzon (2017) nyeri akut merupakan sebagai nyeri yang
dirasakan seseorang selama kurang dari enam bulan. Nyeri akut
umumnyadatang dengan tiba-tiba berkaitan dengan cidera spesifik jika
ada kerusakan maka berlangsung tidak lama dan tidak ada penyakit
sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan proses
penyembuhan. Beberapa pustakalain mengatakan nyeri akut yaitu kurang
dari 12 minggu. Nyeri 6-12minggu adalah nyeri sub akut dan nyeri diatas
12 minggu disebut nyeri kronis.
b. Nyeri Kronis
Menurut Smeltzer & Bare (2018), nyeri kronik adalah nyeri
konstan atau nyeri yang berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan
dengan tetap dan sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini
tidakmemberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebab pastinya.

C. MEKANISME NYERI
Saputra & Sudirman (2018) mengatakan nyeri timbul setelah
menjalani proses transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi
yaitu rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membran reseptor yang
kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi merupakan saraf sensori perifer
yang melanjutkan rangsangan ke terminal di medula spinalis disebut sebagai
neuron aferen primer. Jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke
batangotak dan talamus disebut dengan neuron penerimaan kedua, neuron
yang menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron
penerimak etiga. 23 Sedangkan modulasi yaitu suatu proses dimana terjadi
interaksi antara sistem analgesic endogen (endorphin, noradrenalin,
serotonin) dengan asupan nyeri yang masuk ke kornus posterior sehingga
asupan nyeri dapat ditekan. Jasi modulasi merupakan proses desendern yang
dikontrol olehotakseseorang, pada fase modulasi terdapat suatu interaksi
dengan systeminhibisi dan transmisi nosisepsi yang berupa suatu analgesic
endogen. Selanjutnya persepsi merupakan nyeri sangat dipengaruhi oleh
faktor subyektif, walaupun mekanismenya belum jelas. Nyeri dapat
berlangsung berjam-jam sampai dengan berhari-hari. Fase ini dimulai pada
saat dimananosiseptor telah mengirimkan sinyal pada formatio reticularis
dan juga talamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan efek sinyal
ini kemudian dilanjutkan ke area system limbik. Area ini mengandung sel-
sel yang dapat mengatur emosi.
D. PENGUKURAN NYERI
Pengukuran Skala Nyeri Intensitas nyeri merupakan gambaran untuk
mempermudah dalampengukuran intensitas nyeri atau seberapa parah nyeri
yang dirasakanolehseseorang. Pengukuran intensitas nyeri ini bersifat
subyektif dan individual yang artinya hasil tes tergantung dari persepsi yang
dirasakan penderita danintensitas nyeri yang dirasakan setiap individu
berbeda satu sama lain. Menurut Potter dan Perry (2020) alat ukur yang
digunakan untuk menilai skala nyeri pasien antara lain : Face Pain Scale,
Numeric Rating Scale (NRS), Verbal Dimension Scale (VDS), dan Visual
Analogue Scale (VAS).
Pengukuran skala nyeri salah satunya dapat menggunakan Visual
Analogue (VAS). Menurut Potter & Perry (2020) VAS sebagai pengukur
keparahan tingkat nyeri yang lebih sensitif dan mudah dimengerti
karenapasien dapat menentukan setiap titik dari rangkaian yang tersedia
tanpa dipaksa untuk memilih satu kata. Skala ini menjadikan pasien bebas
untuk memilih tingkat nyeri yang dirasakan. VAS sudah terbukti
merupakanskalalinear yang diterapkan pada pasien dengan nyeri akut pasca
operasi. Visual Analogue (VAS) merupakan suatu garis lurus atau
horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-
menerus danpendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk
membuat tanda pada garis tersebut dan nilai yang didapat ialah jarak
dalammmataucm. VAS dinilai dengan kata yang diwakili dengan angka 0
(tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri sangat hebat). Sesuai dengan kriteria
Aicher, et al (2017) derajat rasa nyeri berdasarkan skala VAS dibagi dalam
beberapa kategori yaitu 0-0,4 cm tidak nyeri 0,5-3,9 cm ringan; 4,0-6,9 cm
sedang; 7,0-9,9cmberat; dan 10 sangat berat.
Pengukuran skala nyeri yang mirip dengan VAS yaitu NumericRating
Scale (NRS). Menurut Yudiyanta (2016) NRS dianggap sederhana
danmudah dimengerti, sensitive terhadap dosis, jenis kelamin dan
perbedaanetnis. NRS adalah skala nyeri yang lebih banyak digunakan
khususnya pada kondisi pasien akut, mengukur intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi terapeutik, mudah untuk digunakan dan di
dokumentasikan.
Nyeri berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) dibagi atas:
0 : tidak ada keluhan nyeri
1-3 : nyeri ringan (ada rasa nyeri dan masih dapat ditahan)
4–6 : nyeri sedang (ada rasa nyeri, terasa menganggu, memerlukan
usaha yangkuat untuk menahan nyeri).
7-10 : nyeri berat (adanya nyeri bertambah, sangat mengganggu, tidak
tertahankan.

E. MANAJEMEN NYERI
Ada dua teknik manajemen nyeri yaitu farmakologi dan
nonfarmakologi. Menurut Tamsuri (2017), farmakologi adalah
penangananyang sering digunakan untuk menurunkan nyeri dengan
menggunakan obat. Obat merupakan salah satu bentuk pengendalian nyeri,
obat nyeri terbagi menjadi tiga golongan opioid (meperidin/petidin, morfin,
metadon, fentanil, buprenorfin, dezosin, butorfanol, nalbufin, nalorfin, dan
pentasozin), analgesik non opioid (Nonsteroid anti - Inflammatory
Drugs/NSAIDs, seperti aspirin, asetaminofen, ibuprofen dan ketorolak),
adjuvan dan koanalgesik(amitriptilin).
Sedangkan manajemen nyeri secara Nonfarmakologi menurut
Tamsuri (2017) ada beberapa teknik dan juga metode yang dapat dilakukan
dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain yaitu distraksi, hipnotis,
meditasi, terapi musik, akupuntur, pijat, kompres panas dan dingin, teknik
relaksasi nafas dalam serta pemberian aromaterapI.

F. DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL


1. Pre Operasi
a. Risiko perdarahan b.d penurunan trombosit
b. Risiko konstipasi b.d kelemahan otot abdominal
c. Gangguan rasa nyaman b.d gelisah.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
b. Ketidakseimbangannutrisi kurangdari kebutuhantubuh b.d asupan diet
kurang
c. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah)
d. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas
3. RENCANA KEPERAWATAN (NOC & NIC)
No. DX. NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 3x8 Manajemen nyeri
cidera fisik jam, diharapkan Nyeri Akut 1.Lakukan pengkajian nyeri
dapat teratasi sebagian, dengan secara komprehensif
kriteria hasil : termasuk lokasi, karakteristik,
Tingkat nyeri durasi,frekuensi, kualitas, dan
factor presipitasi
Indikator Awal Akhir 2. Observasi reaksi nonverbal
Melaporka 3 4 dari ketidaknyamanan
n nyeri 3. Gunakan komunikasi
Frekuensi 2 4 terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri pasien
Panjangny 2 4 4. Berikan infromasi tentang
a episode nyeri seperti :
nyeri penyebab,berapa lama akan
dirasakan pasien dan
Ket : pencegahannya
1 : Berat 5. kontrol faktor –factor
2 : Cukup berat lingkungan yang dapat
3 :Sedang mempengaruhi
4 : Ringan 6. Respons pasien terhadap
5 : Tidak ada ketidaknyamanan
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
8. Ajarkan pasien teknik
nonfarmakologi.
9. Ajarkan pasien untuk
memonitor nyeri
10. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri

Ketidakseimbangann Setelah dilakukan tindakan 3x8 Manajemen nutrisi


utrisi kurangdari jam, diharapkan 1. Tentukan status gizi
kebutuhantubuh b.d Ketidakseimbangannutrisi pasien dan
asupan diet kurang kurangdari kebutuhan tubuh kemampuan untuk
dapat teratasi sebagian, dengan memenuhi kebutuhan
kriteria hasil : gizi
Status nutrisi : asupan nutrisi 2. Identifikasi adanya
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identitas Diri Klien

Nama : Ny. U
Tempat/tgl lahir : Yogyakarta/ 03 – 04 – 03
Umur : 19 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jodog Rt 004, Giangharjo, Pandak
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Diagnosa Medis : Appendis
No. CM : 9xxxx
Tgl masuk RS : 10 – 10 - 2022
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga Pasien

II. Keluhan Utama


Pasien masuk RSUD Panembahan Senopati pada tanggal 10 – 10 – 2022 pukul
11. 30 WIB masuk melalui IGD rumah sakit dengan kesadaran composmentis dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Pasien mual dan muntah 4
kali sebanyak 100cc. Saat di IGD pasien mendapatkan tindakan pemasangan infuse,
injeksi ketorolac 1 amp, omeprazole 1 amp dan ceftriaxone 1 ampdanpengambilan
darah dan urine.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien selesai operasi pada tanggal 11 – 10 – 2022 jam 08.00 WIB. Pada
saat pengkajian, pasien post operasi laparascopic appendectomy hari pertama.
Pasien mengeluhkan nyeri operasi pada bagian pusar, nyeri yang dirasakan
menetap serta terasa seperti ditusuk-tusuk dan perih. Pasien tampak meringis,
memegang area yang sakit dan berhati-hati saat bergerak. Pasien mengatakan nyeri
meningkat bila berpindah posisi, bersin dan batuk. Pasien mengeluhkan kurang
nafsu makan karena mual dan muntahnya. Pasien mengatakan mual, muntah dan
badan terasa letih beserta pusing.

IV. Riwayat Kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan saat ini merupakan pertama kalinya pasien dirawat di


rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri yangdirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
Nyeri yang dirasakan hilang timbul serta terasa seperti perih dibagian ulu hati,
nyeri datang saat suhu lingkungan dingin, sesudah makan dan memakan makanan
pedas. Pasien memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat, dan didiagnosa
maag. Nyeri berpindah ke perut kanan bawah, nyeri yang dirasakan seperti kram
dan menusuk, dan menetap sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi. Pasienmengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, dan jantung.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasienyangmemiliki riwayat


penyakit keturunan seperti jantung, DM dan hipertensi.

VI. GENOGRAM
Keterangan :

: Wanita yang sudah meninggal : Wanita yang masih hidup

: Laki – laki yang sudah meninggal

: Pasien : Laki – laki yang masih hidup


VII. Pola Kesehatan Klien Saat Ini

1. Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan

Pasien berpendapat pasien mendapati usus buntu karena pasien


menyukai memakan makan cepat saji dan menyukai makanan pedas. Pasien
mengatakan pernah muntah, pusing dan mengeluarkan keringat dingin karena
memakan makanan terlalu pedas.

2. Nutrisi dan Cairan

 Nutrisi

a. Frekuensi makan : 3 x/ Hari

b. Berat Badan / Tinggi Badan : 50kg/157cm

c. BB dalam 1 bulan terakhir : [-]tetap

[-]meningkat......................Kg,

alasan…………

[✓]menurun: 3 Kg dalaam waktu 6


bulan,

Alasan, karena tidak nafsu makan

d. Jenis makanan : Kering, berkuah, daging

e. Makanan yang disukai : cepat saji dan makanan pedas

f. Makanan pantang : Tidak ada Alergi, Tidak ada

g. Nafsu makan : baik

[-] kurang, alasan……………..

h. Masalah pencernaan : [+] mual

[+] muntah

[-] kesulitan menelan

[-] sariawan
i. Riwayatoperasi/trauma gastrointestinal : Ada

j. Diit RS : Tidak ada

[-] habis

[✓] ½ porsi

[-] ¾ porsi

[✓] tidak habis, alasan…………

 Cairan, elektrolit dan asam basa

a. Frekuensi minum : 6 – 7 x/hari Konsumsi air/hari 1.5 liter/hari

b. Turgor kulit : Elastis

c. Support IV Line : Ya / Tidak, Jenis: RL 20 TPM, Injeksi Ceftriaxone 1


gr, ranitidin 1 gr, ketorolac 1 drip

3. Aktivitas dan latihan Aktivitas


a. Pekerjaan : Mahasiswa

b. Olah raga rutin : Jarang Frekuensi: 1x/bulan

c. Alat Bantu : [-] walker

[-] kruk

[-] kursi roda

[-] tongkat

d. Terapi : [-] traksi, di………………………………….

[-] gips, di……………………….................


e. Kemampuan melakukan ROM : Pasif

Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum ✓
BAB/BAK ✓
Mandi ✓
Ambulasi ✓
Berubah posisi ✓
Keterangan : 0  mandiri

1  dengan alat

2  dengan bantuan

3  dengan alat dan bantuan

4. Oksigenasi

a. Sesak nafas saat aktivitas : [✓] tidak

[ - ] ya

b. Frekuensi : Tidak ada

c. Kapan terjadinya : Tidak ada

d. Faktor yang memperberat : Tidak ada

e. Faktor yang meringankan : Tidak ada

5. Tidur dan istirahat

a. Lama tidur : 6 – 7 jam, Tidur siang: Ya

b. Kesulitan tidur di RS: Tidak

c. Alasan : Tidak ada

d. Kesulitan tidur : [-] menjelang tidur

[-] mudah/sering terbangun

[-] merasa tidak segar saat bangun


6. Eliminasi

 Eliminasi fekal/bowel

a. Frekuensi : 1 x/hari Penggunaan pencahar: Tidak

b. Waktu : pagi

c. Warna : kuning kecoklatan Darah : tidak konsistensi: Lunak

d. Ggn. Eliminasi bowel : [-] Konstipasi

[-] Diare
[-] Inkontinensia bowel

e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Tergantung

 Eliminasi urin

a. Frekuensi : 4-5x/hari Penggunaan pencahar : tidak

b. Warna : Agak keruh Darah : Tidak ada

c. Ggn. Eliminasi bladder : [-] Nyeri saat BAK


[-] burning sensation
[-] bladder terasa penuh setelah BAK
[-] inkontinensia bladder

d. Riwayat dahulu : [-] penyakit ginjal

[-] batu ginjal


[-] injury / trauma

e. Penggunaan kateter : Ya

f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : Dg Bantuan

7. Pola Hubungan dan Komunikasi

Keluarga mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik dengan seluruh


anggota keluarga. Selain itu pasien juga dapat bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar tempat tinggalnya.
8. Koping Keluarga
 Pasien mengatakan kalau ada masalh sering cerita sama ibunya

 Keluarga mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik dengan


seluruh anggota keluarga. Selain itu pasien juga dapat bersosialisasi
dengan masyarakat sekitarnya rusunawa tempat tinggalnya

9. Kognitif dan persepsi

 Sensori, persepsi dan kognitif

a. Ggn. Penglihatan : Tidak

b. Ggn. Pendengaran : Tidak

c. Ggn. Penciuman : Tidak

d. Ggn. Sensasi taktil : Tidak

e. Ggn. Pengecapan : Tidak

f. Riwayat penyakit : [-] eye surgery

[-] otitis media

[-] luka sulit sembuh

 Kenyamanan dan nyeri

a.Nyeri : Ya, Skala Nyeri (1-10): 5


b.Paliatif/provokatif : Luka post op
c.Qualitas : Seperti ditusuk-tusuk dan perih

d.Region : Pada Pusat

e.Severity :5

f. Time :Menetap

g. Ambulasi di tempat tidur : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan


10. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, karena
merupkan anugrah dari Tuhan
b. Harga Diri
Pasien merasa puas dengan perilaku dan penilaian orang terhadap
dirinya.walaupun sekarang sedang sakit.tidak malu dengan kondisinya

c. Peran Diri
Pasien merasa mampu menjalankan peran sebagai seorang anak dan anggota
masyarakat di lingkungan sekitarnya

d. Ideal Diri
Harapan pasien segera sembuh dan dapat berkumpul bersama keluarga,
masyarakat dan bekerja kembali.

e. Identitas Diri
Peanampilan pasien menunjukkan sesuai identitas diri sebangai seorang Wanita,

11. Seksual
Pasien mengatakan sampai saat ini tak ada masalah kesehatan reproduksinnya

12. Nilai dan Kepercayaan

a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan kalau pasien menjalankan ibadah teratur

b. Setelah sakit
Pasien mengatakan menjalankan ibadahnya selama sakit dirumah sakit.

VIII. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum
2) Kesadaran : composmentis
GCS ; E4V5 M6
3) Status Gizi :TB = 157 cm
BB = 50 Kg

IMT = 27,08

(Gizi baik /Kurang/lebih)

4) Tanda Vital : TD = 100/60 mmHg Nadi = 90x/mnt


Suhu = 36,5 °C RR = 18 x/mnt SpO2 = 99 %
5) Skala Nyeri (Visual analog) – usia > 8 tahun

Skala Nyeri (Baker Faces) – usia 3-8 th

Tidak Sedikit Ag Menggang Sangat Nyeri tak


sakit ak gu
Nyeri Menggang aktivitas menggan tertahank
u gu an

Ket : pasen
mengtakan slake nyeri sedang ,di angka 6

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
Warna kulit kuning langsat, tak tampak kelainan kulit yang
terlihat, taka da keluhan gatal gatal dan lain sebgainnya.akral
hangat, CRT <2 dtk

2) Kepala
- Kepala berbentuk oval
- Rambut lurus
- Mata tampak simetris kanan dan kiri, reflek pupil isokor kanan dan
kiri,
- Hidung simetris,konjungtiva tidakanemis
- Mukosa bibir nampak basah
- Telinga simetris, tidak keluar cairan

- Wajah tampak menahan nyeri, agak tegang

3) Leher dan tengkuk


- Tidak terdapat lesi
- Tidak ada krepitasi
- Tidak ada vasodilatasi vena jugularis ataupun pembesaran tiroid
- Pasien mengatakan taka da nyeri telan

4) Dada
- Inspeksi
 Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah
(simetris)
 Dada kanan dan dada kiri terlihat simetris
 Nafas terlihat sedang
 Clavikula tidak terangkat
 Tidak terlihat penggunaan otot-otot bantu pernafasan
- Palpasi
Tak ada nyeri tekan
- Perkusi
Terdengar sonor pada bagian paru

- Auskultasi
Terdengar bunyi nafas vesikuler, taka da suara nafas tambahan

5) Payudara
Tak tampak kelainan pada kedua payudara

6) Punggung
Tidak terdapat luka atau jejas pada punggung dan tidak ada
kelainan pada tulang punggung pasien

7) Abdomen
- Inspeksi
Perut pasien tampak datar dan simetris, tidak ada
pembengkakan dan lesi pada perut, ada luka bekas
operasi

- Auskultasi
Bising usus terdengar 25 x/menit

- Perkusi
Terdengar suara timpani

- Palpasi
Tidak teraba massa, tidak asites, tidak ada nyeri tekan
8) Anus dan Rectum
Tidak ada keluhan dan kelainan di rectum

9) Genetalia
Pasien tidak terpasang cateter dan tidak ada keluhan di genetalia

10) Ekstremitas
- Atas
Normal, tidak ada kelemahan anggota gerak, tidak terdapat luka
ataupun jejas,

Terpasang infus RL 20 tpm sejak tgl 11/10/2022

- Bawah
Normal, tidak ada kelemahan dan parese anggota gerak bagian
bawah, tidak terdapat luka dan jejas.

Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual


flebitis pada luka tusukan infus .

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan


Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
V
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: 1 Mungkin tanda dini flebitis
 Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
 Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini flebitis
 Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat flebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Pikirkan terapi
 Indurasi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula
 Eritema  Ganti kanula
 Indurasi  Pikirkan terapi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Lakukan terapi
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam

*)Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul

11. Anus dan rektum


Tidak ada hemoroid

12. Neurologi (nervus I-XII)

a) Nervus Olfaktorius/I
Tidak ditemukan polip atau sumbatan pada kedua hidung klien. Untuk
fungsi penciuman tidak terganggu.
b) Nervus Optikus/II
Tidak ditemukan kelainan di N II
c) Nervus Okulomotorius, Tochlearis, Abducen/III, IV, VI
Pada pemeriksaan ini, penulis hanya dapat mengkaji pupil. Pupil klien
isokor, kontraksi pupil terhadap cahaya positif, ukuran pupil kanan dan kiri
sama ± 3mm. Pemeriksaan pergerakan bola mata dan otot-otot bola mata
normal.
d) Nervus Trigeminus/V
Pemeriksaan motorik dan sensorik normal
e) Nervus Abdusen/VI
Klien mampu melihat kearah penulis
f) Nervus Fasialis/VII
Ditemukan klainan pada wajah dengan muka mirring ke arah kiri dibuktikan
dengan ditemukannya bentuk wajah tidak simetris.
g) Nervus Autikus/VIII
Fungsi pendengaran klien baik tidak ditemukannya kelainan padaa istem
pendengaran.
h) Nervus Glosofaringeal/IX
Ditemukan gangguan dengan klien tidak bisa menelan dan terpasang NGT
i) Nervus Vagus/X Tidak ditemukan kelainan, klien dapat mengucapkan kata
„‟ah”
j) Nervus Aksesoris/XI
Tidak ditemukan kelainan pada nervus XI, di buktikan dengan klien bisa
memalingkan ke dua wajah ke kanan-kiri.
k) Nervus Hipoglosal/XII
 Mulut tidak simetris
Klien tidak bisa menjulurkan lidah dan menggerakannya ke semua arah
13. Data Laboratorium

Tanggal dan Jenis Nilai Laboratorium Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan
Senin, 11 Oktober 2022/
Laboraturium Lengkap
HEMATOLOGI
Eritrosit 5.19 4.00-5.00 Eritrosit lebih dari nilai normal
Lekosit 15.46 4.00-11.00 Leokosit lebih dari nilai normal
HITUNG JENIS
Eosinofil 0 2-4 Eosinofil kurang dari nilai normal
Batang 0 0-1
Segmen 87 51-67 Segmen lebih dari nilai normal
Limfosit 7 20-35 Limfosit kurang dari nilai normal
URINALIS
Kekeruhan Agak Keruh Jernih Tidak Normal
Reduksi Trace Negatip
BJ >1.030 1.015-1.025
Urobilinogen 2.00 0.20-1.00
HEMOSTASIS
APTT 27.4 28.0-38.00 APTT kurang dari nilai normal
FUNGSI GINJAL
Creatinin 1.32 0.60-1.10 Kreatinin lebih dari nilai normal
ELEKTROLIT
Natrium 134.0 137.0-145.0 Natrium kurang dari nilai normal
Kalium 3.20 3.50-5.10 Kalium kurang dari nilai normal
14. Hasil Pemeriksaan diagnostik lain :

Tidak ada

15. Pengobatan :

Terapi yg diberikan:

No. Nama Obat Dosis Kegunaan


1. Injeksi Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam/IV Mencegah infeksi pada saat
operasi.

2. Injeksi Ranitidin 1 gram/12 jam Obat yang digunakan


untuk mengobati gejala atau
penyakit yang berkaitan dengan
produksi asam lambung berlebih

3. Injeksi Ketorolac 1 Drip/ 12 jam Obat untuk meredakan nyeri


sedang hingga berat. Obat ini
sering digunakan setelah operasi
atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri
16. ANALISA DATA

NO HARI/TGL DATA ETIOLOGI MASALAH


/JAM
1. Senin, 11/10/2022 DS : agen cidera fisik Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri pada pusarnya
 Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan perih
 Pasien mengatakan nyeri yang dirasa
menetap dan nyeri bertambah apabila
bergerak/ beraktivitas dan batuk
 Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
membuat dirinya mual dan muntah
 Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
pada perut nya.

DO:
 Pasien tampak meringis
 P : luka post operasi, luka insisi 10 mm di
bawah umbilikus, 5mm di abdomen bawah,
luka tertutup verban.
 Q : Seperti ditusuk-tusuk dan perih
 R :Pada pusar
S:5
T : menetap
 Pasien tampak berhati-hati saat bergerak
 Pasien tampak selalu memegang perut yang
nyeri  Pasien tidur 5 jam
 Pasien tampak lelah dan letih
 Tanda-tanda Vital : TD : 100/60 mmHg, N :
90x / menit , RR : 18x/ menit, SPO2 : 90%

DS : asupan diet kurang Ketidakseimbangannutrisi


 Pasien mengatakan tidak nafsu makan kurangdari
karena merasa mual dan nyeri pada perutnya. kebutuhantubuh
DO :
 Pasien tampak lemah dan letih
 Pasien tampak mual dan muntah
 Tampak pasien menghabiskan lauk, buah
dan
1 /2 porsi nasi, sayur tidak dimakan
 Penurunan BB 3 kg dalam 6 bulan terakhir
DS : kehilangan cairan aktif (muntah) Kekurangan volume
 Pasien mengatakan sering mual dan sudah 4 cairan
kali muntah
DO:
 Pasien tampak lemah
 Membran mukosa bibir tampak kering
 Bibir tampak pucat
 Konjungtiva anemis
 Akral dingin
 Kulit kering
 Pasien muntah 4 kali sebanyak 200cc
 CRT 2 detik
 Tanda-tanda Vital : TD : 100/60 mmHg, N :
90x / menit.
17. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik

b. Ketidakseimbangannutrisi kurangdari kebutuhantubuh b.d asupan diet kurang

c. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah)

18. Nursing Care Plan (NCP)

HARI/TGL PERENCANAAN
No. Dx KEPERAWATAN Rasional
/JAM Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Senin / 10 – Nyeri akut b.d agen cidera Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, Manajemen nyeri
10 – 2022 fisik diharapkan Nyeri Akut dapat teratasi 1.Lakukan pengkajian nyeri secara 1.
sebagian, dengan kriteria hasil : komprehensif termasuk lokasi,
Tingkat nyeri karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas,
dan factor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
Indikator Awal Akhir
ketidaknyamanan
Melaporka 3 4
3. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
n nyeri
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Frekuensi 2 4
4. Berikan infromasi tentang nyeri
nyeri
seperti : penyebab,berapa lama akan
Panjangny 2 4
dirasakan pasien dan pencegahannya
a episode
5. kontrol faktor –factor lingkungan
nyeri yang dapat mempengaruhi
6. Respons pasien terhadap
Ket : ketidaknyamanan
1 : Berat 7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
2 : Cukup berat 8. Ajarkan pasien teknik
3 :Sedang nonfarmakologi.
4 : Ringan 9. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
5 : Tidak ada
10. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Selasa / 11 – Ketidakseimbangannutrisi Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, Manajemen nutrisi
10 - 2022 kurangdari diharapkan Ketidakseimbangannutrisi 1. Tentukan status gizi pasien dan
kebutuhantubuh b.d kurangdari kebutuhan tubuh dapat kemampuan untuk memenuhi
asupan diet kurang teratasi sebagian, dengan kriteria hasil kebutuhan gizi
: 2. Identifikasi adanya alergi atau
Status nutrisi : asupan nutrisi intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
3. Instruksikan pasien mengenai
Indikator Awal Akhir
kebutuhan nutrisi
Asupan 3 4
(yaitumembahas pedoman diet
kalori
dan piramida makanan)
adekuat
4. Bantu pasien dalam menentukan
Asupan 3 4
pedoman atau piramida makanan
protein
yang paling cocok dalam
adekuat
memenuhi kebutuhan nutrisi dan
Asupan 3 4
preferensi (misalnya piramida
lemak makanan vegetarian, piramida
adekuat paduan makanan )
Asupan 3 4 5. Tentukan jumlah kalori dan jenis
karbohidra nutrisi yang dibutuhkan untuk
t adekuat memenuhi persyaratan gizi
Asupan 3 4 6. Berikan pilihan makanan sambil
serat menawarkan bimbingan terhadap
adekuat pilihan makanan yang lebih sehat
Asupan 3 4 7. Atur diet yang diperlukan (yaitu

mineral menyediakan makanan protein


adekuat tinggi, menambah atau
mengurangi kalori, menambah
Ket : atau mengurangi vitamin,mineral
1 : Berat atau suplemen)
2 : Cukup berat 8. Ciptakan lingkungan yang
3 :Sedang optimal pada saat
4 : Ringan mengkonsumsimakan
5 : Tidak ada 9. Anjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorite
pasien sementara berada dirumah
sakit atau fasilitas perawatan,
yang sesuai
10. Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi
sakit
11. Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
seratuntuk mencegah konstipasi
12. Monitor kalori dan asupan
makana
13. Monitor kecendrungan terjadi
penurunan dan kenaikan berat
badan

Rabu / 12 – Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, Monitor cairan
10 – 2022 cairan b.d kehilangan diharapkan Nyeri Akut dapat teratasi
1. Tentukan jumlah dan jenis
cairan aktif (muntah) sebagian, dengan kriteria hasil :
intake/asupan cairan serta kebiasaan
Keparahan mual dan muntah
eliminasi

2. Tentukan faktor-faktor risiko yang


Indikator Awal Akhir
mungkin menyebabkan
Frekuensi 3 4
ketidakseimbangan cairan(misalnya
mual
pasca operasi, muntah)
Frekuensi 2 4
muntah 3. Tentukan apakah pasien mengalami
Kehilanga 2 4 kehausan atau gejala perubahan cairan
n berat (misalnya pusing, melamun, mual,
badan berkedut)

4. Periksa isi ulang kapiler dengan


memegang tangan pasien pada tinggi
Ket : yang sama seperti jantung dan menekan
1 : Berat jari tengah selama lima detik, lalu
2 : Cukup berat lepaskan tekanan dan hitung
3 : Sedang waktusampai jari kembali merah.
4 : Ringan
5. Periksa tugor kulit dengan memegang
5 : Tidak ada
jaaringan sekitar tulang seperti tangana
tautulang kering, mencubit kulit dengan
lembut, pegang dengan keduatangan dan
lepaskan.

6. Monitor berat badan

7.Monitor asupan dan pengeluaran

8. Monitor tekanan darah, denyut


jantung, dan status pernapasan.
19. DOKUMENTASI

No. HARI/TGL JAM Dx Kep IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

Senin / 10 – 11. 30 Nyeri akut b.d agen Manajemen nyeri S:


10 – 2022 cidera fisik  Mengobservasi reaksi non verbal dari  Pasien mengatakan masih nyeri
ketidaknyaman pada pusarnya
 Memberikan informasi tentang nyeri  Pasien mengatakan nyeri dirasakan
seperti : penyebab, berapa lama akan seperti ngilu dan perih
dirasakan pasien dan pencegahannya  Pasien mengatakan nyeri hilang
 Mengontrol faktor -faktor lingkungan timbul
yang dapat mempengaruhi respon  Pasien mengatakan skala nyeri
pasien terhadap ketidaknyamanan turun dari 5menjadi 3
seperti membatasi jumlah pengunjung O :
 Pasien tampak mulai tenang
 Pasien tidak menunjukkan gelisah
 Pasien tidak menunjukkan wajah
sakit
 Pasien tampak masih berhati-hati
saat bergerak
 Pasien mendapatkan paracetamol
jam13.00
 Skala nyeri : pre test / post test :
5/3
 TD : 100/60 mmHg, N : 90x /
menit , P : 22x/ menit, S : 36,8ºC
 TD : 110/70 mmHg, N : 70x /
menit , P : 18x/ menit, S : 36,7ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi pemberian analgetik, teknik
relaksasi dan monitor ttv dilanjutkan

Ketidakseimbangan Manajemen nutrisi S:

nutrisi kurangdari  Menentukan status gizi pasien dan  Pasien mengatakan kurang nafsu

kebutuhantubuh b.d kemampuan untuk memenuhi makan

asupan diet kurang kebutuhan gizi  Keluarga mengatakan pasien


 Membantu pasien dalam menentukan belum mau mencoba makan sayur
diet makanan yang paling cocok  Keluarga mengatakan pasien mulai
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi minum susu dan jus buah
 Menentukan jenis nutrisi yang  Pasien dapat menyebutkan
dibutuhkan untuk memenuhi kembali makanan yang tinggi serat
persyaratan gizi O:
 Memberikan pilihan makanan sambil  Tampak pasien tidak mau makan
menawarkan bimbingan terhadap sayur meskipun hanya 1/2 porsi
pilihan makanan yang lebih sehat  Tampak pasien tidak
 Menganjurkan keluarga untuk menghabiskan nasi dan lauknya
membawa makanan favorite pasien  Pasien tampak kurang kooperatif
sementara berada di rumah sakit atau  Pasien tampak mengerti penjelasan
fasilitas perawatan, yang sesuai diet makanan tinggi serat
 Memastikan diet mencakup makanan A : Masalah teratasi sebagian
tinggi kandungan serat untuk P : Intervensi manajemen nutrisi
mencegah konstipasi dilanjutkan

Kekurangan volume . Monitor cairan S:

cairan b.d  Menentukan faktor-faktor risiko yang  Pasien mengatakan sudah tidak

kehilangan cairan mungkin menyebabkan merasa letih Pasien mengatakan

aktif (muntah) ketidakseimbangan cairan (pasca mual dan muntah berkurang


operasi, muntah)  Pasien mengatakan mulai banyak
 Menentukan apakah pasien mengalami minum
kehausan atau gejala perubahan cairan  Pasien mengatakan tidak merasa
(pusing, mual) haus lagi
 Memeriksa tugor kulit O:
 Memonitor berat badan  Membran mukosa bibir pasien
 Memonitor asupan dan pengeluaran tampak lembab
 Bibir pasien masih tampak pucat
 Tugor kulit lembab
 Pasien mendapatkan ranitidin
jam16.00
 Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg, N : 70x/
menit , RR : 18x/ menit, S : 36,7ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi monitor cairan dilanjutkan
No. HARI/TGL JAM Dx Kep IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Selasa / 11 – 14.15- Nyeri akut b.d agen Manajemen nyeri S:


11 – 2022 14.30 cidera fisik  Mengobservasi reaksi non verbal dari  Pasien mengatakan masih nyeri
ketidaknyaman pada pusarnya tetapi sudah tidak
14.30-  Memberikan informasi tentang nyeri saperti kemarin
14.45 seperti : penyebab, berapa lama akan  Pasien mengatakan nyeri dirasakan
dirasakan pasien dan pencegahannya seperti ngilu dan sedikit perih
14.45 –  Mengontrol faktor -faktor lingkungan  Pasien mengatakan nyeri hilang
15.00 yang dapat mempengaruhi respon timbul
pasien terhadap ketidaknyamanan  Pasien mengatakan skala nyeri
seperti membatasi jumlah pengunjung turun dari 5menjadi 3
O:
 Pasien tampak mulai tenang
 Pasien tidak menunjukkan gelisah
 Pasien tidak menunjukkan wajah
sakit
 Pasien tampak masih berhati-hati
saat bergerak
 Pasien mendapatkan paracetamol
jam17.00
 Skala nyeri : post test : 3/2
 TD : 115/70 mmHg, N : 76x /
menit , RR : 18x/ menit, S : 36,5ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi pemberian analgetik, teknik
relaksasi dan monitor ttv dilanjutkan

Ketidakseimbangan Manajemen nutrisi S:

nutrisi kurangdari  Menentukan status gizi pasien dan  Pasien mengatakan mulai banyak

kebutuhantubuh b.d kemampuan untuk memenuhi makan

asupan diet kurang kebutuhan gizi  Keluarga mengatakan pasien


 Membantu pasien dalam menentukan sudah mulai mencoba makan sayur
diet makanan yang paling cocok  Keluarga mengatakan pasien suka
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi minum susu dan jus buah
 Menentukan jenis nutrisi yang  Pasien dapat menyebutkan
dibutuhkan untuk memenuhi kembali makanan yang tinggi serat
persyaratan gizi O:
 Memberikan pilihan makanan sambil  Tampak pasien makan 1/2 porsi
menawarkan bimbingan terhadap sayur
pilihan makanan yang lebih sehat  Tampak pasien menghabiskan nasi
 Menganjurkan keluarga untuk dan lauknya
membawa makanan favorite pasien  Pasien tampak kooperatif
sementara berada di rumah sakit atau  Pasien tampak mengerti penjelasan
fasilitas perawatan, yang sesuai diet makanan tinggi serat
 Memastikan diet mencakup makanan A : Masalah teratasi sebagian
tinggi kandungan serat untuk P : Intervensi manajemen nutrisi
mencegah konstipasi dilanjutkan
Kekurangan volume . Monitor cairan S:

cairan b.d  Menentukan faktor-faktor risiko yang  Pasien mengatakan sudah tidak

kehilangan cairan mungkin menyebabkan merasa letih Pasien mengatakan

aktif (muntah) ketidakseimbangan cairan (pasca mual dan muntahberkurang


operasi, muntah)  Pasien mengatakan mulai banyak
 Menentukan apakah pasien mengalami minum
kehausan atau gejala perubahan cairan  Pasien mengatakan tidak merasa
(pusing, mual) haus lagi
 Memeriksa tugor kulit O:
 Memonitor berat badan  Membran mukosa bibir pasien
 Memonitor asupan dan pengeluaran tampak lembab
 Bibir pasien masih tampak pucat
 Tugor kulit lembab
 Pasien mendapatkan ranitidin
jam16.00
 Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg, N : 70x/
menit , P : 18x/ menit, S : 36,7ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi monitor cairan dilanjutkan
No. HARI/TGL JAM Dx Kep IMPLEMENTASI EVALUASI

Rabu / 12 – 11. 30 Nyeri akut b.d agen Manajemen nyeri S:


10 – 2022 cidera fisik  Mengobservasi reaksi non verbal dari  Pasien mengatakan masih nyeri
ketidaknyaman pada pusarnya
 Memberikan informasi tentang nyeri  Pasien mengatakan nyeri dirasakan
seperti : penyebab, berapa lama akan seperti ngilu dan perih
dirasakan pasien dan pencegahannya  Pasien mengatakan nyeri hilang
 Mengontrol faktor -faktor lingkungan timbul
yang dapat mempengaruhi respon  Pasien mengatakan skala nyeri
pasien terhadap ketidaknyamanan turun dari 2 menjadi 1
seperti membatasi jumlah pengunjung O :
 Pasien tampak mulai tenang
 Pasien tidak menunjukkan gelisah
 Pasien tidak menunjukkan wajah
sakit
 Pasien tampak masih berhati-hati
saat bergerak
 Pasien mendapatkan paracetamol
jam13.00
 Skala nyeri : 2/1
 TD : 110/60 mmHg, N : 70x /
menit , RR : 20x/ menit, S : 36,6ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi pemberian analgetik, teknik
relaksasi dan monitor ttv dilanjutkan

Ketidakseimbangan Manajemen nutrisi S:

nutrisi kurangdari  Menentukan status gizi pasien dan  Pasien mengatakan mulai banyak

kebutuhantubuh b.d kemampuan untuk memenuhi makan

asupan diet kurang kebutuhan gizi  Keluarga mengatakan pasien


 Membantu pasien dalam menentukan sudah mau makan sayur
diet makanan yang paling cocok  Keluarga mengatakan pasien suka
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi minum susu dan jus buah
 Menentukan jenis nutrisi yang  Pasien dapat menyebutkan
dibutuhkan untuk memenuhi kembali makanan yang tinggi serat
persyaratan gizi O:
 Memberikan pilihan makanan sambil  Tampak pasien makan 1/2 porsi
menawarkan bimbingan terhadap sayur
pilihan makanan yang lebih sehat  Tampak pasien menghabiskan nasi
 Menganjurkan keluarga untuk dan lauknya
membawa makanan favorite pasien  Pasien tampak kooperatif
sementara berada di rumah sakit atau  Pasien tampak mengerti penjelasan
fasilitas perawatan, yang sesuai diet makanan tinggi serat
 Memastikan diet mencakup makanan A : Masalah teratasi sebagian
tinggi kandungan serat untuk P : Intervensi manajemen nutrisi
mencegah konstipasi dilanjutkan

Kekurangan volume . Monitor cairan S:

cairan b.d  Menentukan faktor-faktor risiko yang  Pasien mengatakan sudah tidak

kehilangan cairan mungkin menyebabkan merasa letih Pasien mengatakan

aktif (muntah) ketidakseimbangan cairan (pasca mual dan muntahberkurang


operasi, muntah)  Pasien mengatakan mulai banyak
 Menentukan apakah pasien mengalami minum
kehausan atau gejala perubahan cairan  Pasien mengatakan tidak merasa
(pusing, mual) haus lagi
 Memeriksa tugor kulit O:
 Memonitor berat badan  Membran mukosa bibir pasien
 Memonitor asupan dan pengeluaran tampak lembab
 Bibir pasien masih tampak pucat
 Tugor kulit lembab
 Pasien mendapatkan ranitidin
jam16.00
 Tanda-tanda vital
TD : 110/60 mmHg, N : 70x/
menit , RR : 18x/ menit, S : 36,6ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi monitor cairan dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan dengan gangguan rasa nyeri yang di berikan pada Nn


“U” terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, Ketidakseimbangannutrisi
kurang dari kebutuhantubuh b.d asupan diet kurang dan Kekurangan volume cairan
b.d kehilangan cairan aktif (muntah). Berdasarkan jurnal terkait dengan
penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis adalah dengan teknik distraksi nafas dalam
dan guide imagery. Berikut pembahasan analisa jurnal jurnal terkait tehnik nafas
dalam dan guide imagery:

1. Jurnal yang di kemukakan oleh Yusrizal, Dkk (2017) dan Wahyuningsih yang
berjudul “ Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pasien Pasca Apendiktomi di Ruang Bedah RSUD Dr. M.
Zein Painan” dan “ Pengaruh Teknik Relaksasi Guided Imagery Terhadap Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Hari Pertama Apendiktomi Di Rumah Sakit Dr.
Moewardi” menyebut bahwa teknik relaksasi nafas dalam, masase dan guide
imagery dapat menurunkan skala nyeri pada klien pasca apendiktomi. Disarankan
untuk menerapkan teknik relaksasi nafas dalam dan masase sebagai salah satu teknik
non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri pada klien pasca apindiktomi.
2. Jurnal yang dikemukakan oleh Umah (2019), mengemukakan bahwa masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada responden tercapai
sebagian dengan yang teratasi yaitu memantau asupan nutrisi pasien sesuai dengan
kriteria hasil pada tujuan keperawatan.
3. Jurnal yang dikemukakan oleh Hastuti (2020) menunjukkan bahwa didapatkan hasil
gambaran tindakan monitor hidrasi sesuai dengan SOP. Dalam mengatasi dehidrasi
telah di lakukan perawatan yang baik dan tepat akan meningkatkan keadaan umum
pasien dan kualitas hidup pasien
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Asuhan Keperawatan Nn U yang
dilakukan adalah terdapat 3 masalah keperwatan yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x 24 jam hasilnya adalah: skala nyeri 1, wajah tegang
menurun, kebutuhan tidur terpenuhi, wajah meringis menurun, nadi normal:
70x/mnt, TD :110/60 mmhg. Kesimpulan yang dapat ditarik tujuan tercapai sesuai
kriteria waktu 3 x 24 jam, walaupun masih mendapatkan infus paracetamol 1gr /12
jam
2. Ketidakseimbangannutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.d asupan diet kurang.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam hasilnya tujuan tercapai,
dimana pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan edukasi yang
diberikan.
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah). Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam hasilnya tujuan tercapai, dimana pasien sudah
tidak mual dan muntah, k/u baik, tidak lesu dan lemas, bibir lembab.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah penggunaan asuhan keperawatan
mandiri (non farmakologis) seperti relaksasi nafas dalam, guide imagery, relaksasi otot
muskular dan lain sebaginnya dalam menangani nyeri lebih ditingkatkan , karena
sangat membantu untuk menurunkan nyeri ringan dan sedang.
C. Faktor Pendukung
Sarana dan prasarana yang memadai di RSS untuk penanganan nyeri baik
farmakologis dan nonfarmakologis, Lingkungan yang kondusif, CI lapangan yang
memberi dukungan.
D. Faktor penghambat
Faktor penghambat dalammemberikan asuhan keperwatan ini adalah pasien
masih belum mau menggunakan teknik guide imagery yang diajarkan karena pasien
masih beda persepsi tentang guide imagery walaupun sudah djelaskan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Aprizal, Reonaldi. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi Apendiktomi
dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di RuangMelati RSUD Kota Kendari Tahun
2018. Kendari : Poltekes
Bhangu, A., Soreide, K., Saverlo, Salomone Di., dkk. (2017). Acute Appendicitis:
Modern Understanding of Pathogenesis, Diagnosis, and Management. Article,
386(10000), 1278-1287.
NANDA International. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Pramana, Triyanta Y., Darmayani, A., Munawaroh, S., dkk. (2019). BukuPedoman
Keterampilan Klinis : Pemeriksaan Abdomen Lanjut. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Ruber, Marie. (2018). Immunopathogenic Aspects of Resolving and
ProgressingAppendicitis. Sweden : Linkoping University

limul. A. (2005). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Arifianto, dkk (2009). Metodologi penelitian eksperimen.


http://infokursus.net/download/0604091354metode_penelitian
pengemb_pembelajaran.pdf

Brunner & Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi 4. Jakarta:


Salemba Medika

Dhonirezkiyah, (2010). Manajemen Dan Penatalaksanaan Serta Penanganan Nyeri Secara


Farmakologi Dan Non Farmakologi. Diakses pada tanggal 12 Desember 2011 dari
http://www.scribd.com/doc/39158086/Makalah-Nyeri-Dhoni-Rezkiyah

Ghandi (2010). Apa itu nyeri?? Di akses 21 Desember 2011 dari


http://www.scribd.com/doc/51101784/PENGKAJIAN-NYERI

Heri, p. Yunita. (2010). Laporan pendahuluan gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri.
Di akses tanggal 23 Desember 2011 dari
http://yunitaheripuspito.blogspot.com/2010/07/laporan-pendahuluan-askep-nyeri.html
Mansjoer, Arif.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta
Qittun. (2008). Konsep dasar Nyeri. Di akses tanggal 12 Desember 2011 dari
http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.htm

Rekam Medik RSUD Dr. M. Zein Painan. (2011). Register Pasien Rawat Inap di
Ruangan Bedah

Siswati. S (2010). Pengaruh Masase Kulit Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pada Pasien
Post Apendiktomi di Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. Thesis FK
USU

Sjamsuhidajat & Win De Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC

Smart . (2009). Teori Nyeri. Di akses tanggal 12 Desember 2011 dari


http://smartnbe.blogspot.com/2009/04/teori-nyeri.html

Tamsuri, Anas. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri (Cet. I). Jakarta:Buku
Kedokteran EGC

Wahyuningsih, Merry. (2011). Penghilang Rasa Sakit Tanpa Efek Samping. Di akses
tanggal 12 Desember 2011 dari http://bintangklik.wordpress.com/2011/04/11/penghilang-
rasa-sakit-tanpa-efek-samping/

Anda mungkin juga menyukai