Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN Ny.

A DENGAN
APPENDISITIS DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI APPENDICTOMY DENGAN
REGIONAL ANESTESI DI RUANG OPERASI RSI PKU MUHAMMADIYAH
TEGAL

DISUSUN OLEH :
Nama : Wildan Feby
Adriansyah
NIM : 2019040078

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2022/2023
BAB I
TEORI PENYAKIT

A. DEFINISI
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur. (Aru W, Sudoyo, dkk. 2017).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pemanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus
Iainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir. (Suratun. 2015).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2016)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2018).

B. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender
1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir
kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan di dalam
pathogenesis dalam pathogenesis apendiks (Wim de jong at ala.2016)

1. Hiperplasia dan folikel limfoid.

2. Adanya fekalit (tinja/batu) dalam lumen appendiks.

3. Tumor appendiks.
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis yang dapat menyebabkan sumbatan..

5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

Menurut penelitian, epidemlologi menunjukkan kebutuhan asaan makanan


rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal
tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional
appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada darah
lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan
neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam
setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum
protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography Scanning
(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94%
dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
6. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium
enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma
colon.
7. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis, tetapi
mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi usus halus
atau batu ureter kanan.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai
akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna
untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka
dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi
intra-abdomen.
BAB II

PERTIMBANGAN ANESTESI

A. DEFINISI

Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek
(Smeltzer, S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis
kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya kesadaran,
sedangakan anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian
tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).

Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan


dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Morgan, 2011)

B. JENIS ANESTESI
Menurut Potter & Perry tahun 2006, pasien yang mengalami pembedahan akan menerima
anestesi dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:
1. Anestesi Umum Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh
sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh.
Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang
membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
2. Anestesi Regional Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada
daerah tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi,
kaudal anestesi. Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi
anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah
mayor, seperti perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh
darah kaki, anestesi regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi
infiltrasi. Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan
motoric menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami
penurunan tekanan darah yang tiba – tiba
3. Anestesi Lokal Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan. Obat anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke
dalam
sirkulasi. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat
bedah sehari.
C. TEKNIK ANESTESI
General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan dengan 3
teknik, yaitu:
1. General Anestesi Intravena Teknik general anestesi yang dilakukan dengan
jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah
vena.
2. General Anestesi Inhalasi Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan
yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
3. Anestesi Imbang Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-
obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi
teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara
optimal dan berimbang, yaitu:
(a) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat
anestesi umum yang lain.
(b) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat atau
obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
(c) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot
atau general anestesi, atau dengan cara analgesia regional.

Teknik Anestesi Regional Meliputi 2 cara,yaitu :

1. Blok sentral (blok spinal,epidural,dan kaudal)


2. Blok perifer (blok pleksus,brachialis,aksiller,anestesi regional intravena)
Anestesi spinal merupakan pemberian obat anestestik lokal ke dalam
ruangsubarachnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestesi
lokal kedalam ruang subarachnoid sehingga terjadi blok saraf yang revesibel 12 pada
radiks anterior dan radiks posterior,radiks ganglion,dan sebagian medulla spinalis
yang menyebabkan hilangnya aktivasi sensoris ,motoris,dan otonom
D. RUMATAN ANESTESI

Obat-obat General Anestesi

Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah
general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi,
berikut obat-obat yang dapat digunakan pada kedua teknik tersebut.

Anestesi Intravena:

1. Atropine sulfat
2. Pethidin
3. Atrakurium
4. Ketamine hcl
5. Midazolam
6. Fentanyl
7. Rokuronium bromide
8. Prostigmin

Anestesi Inhalasi:

1. Nitrous Oxide
2. Halotan
3. Enfluren
4. Isofluran
5. Sevofluran

E.RISIKO PASCA ANESTESI

Gangguan Pasca Anestesi (Potter dan Perry, 2010):

1. Pernapasan Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia


sehingga harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering
dijumpai sebagai penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali)
dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna, selain itu lidah jatuh
kebelakang menyebabkan obstruksi hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan
hipoventilasi, dan dalam derajat yang lebih beratmenyebabkan apnea.

2. Sirkulasi Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal ini
disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup diganti.
Sebab lain adalah sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika
tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan.
3. Regurgitasi danMuntah Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia
selama anastesi. Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkan aspirasi.
4. Hipotermi Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu juga
karena efek obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga memengaruhi ketiga elemen
termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat
dan juga respons eferen, selain itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta
mengganggu mekanisme fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas
ambang untuk respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga
berkeringat.
5. Gangguan Faal Lain Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang disebabkan
oleh kerja anestesi yang memanjang karena 14 dosis berlebih relatif karena penderita
syok, hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan anestesi lambat
dikeluarkan dari dalam darah.
BAB III

WOC
BAB IV

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI


A. PENGKAJIAN
Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2. Riwayat kesehatan
(a) Keluhan utama Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
(b) Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan
bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami
demam tinggi
(c) Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya
pada colon.
(d) Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis
penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
(a) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
(b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg; hipertermi.
(c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
(d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi dan pendarahan.
(e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
(f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
proses perjalanan penyakit.
(g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
(h) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen.
4. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
(a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama
frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
(b) Pola nutrisi dan metabolism. Klien biasanya akan mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
(c) Pola Eliminasi. Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan
mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami
gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi
penurunan fungsi.
(d) Pola aktifitas. Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
(e) Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan
serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
(f) Pola Tidur dan Istirahat. Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang
sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
(g) Pola Persepsi dan konsep diri. Penderita menjadi ketergantungan dengan
adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami
kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
(h) Pola hubungan. Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
(i) Pemeriksaan diagnostic.
1) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
2) Foto polos abdomen dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non
spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk
mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
3) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
4) Pemeriksaan Laboratorium.

B. MASALAH KESEHATAN ANESTESI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi(inflamasi appendicitis).
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis).
3. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah).
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive

C. RENCANA INTERVENSI

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
Setelah dilakukan asuhan kepenataan, diharapkan nyeri klien berkurang dengan
kriteria hasil:
a) Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c) Tanda vital dalam rentang
normal Rencana Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
b) Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri
c) Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / napas dalam

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis).


Setelah dilakukan asuhan kepenataan diharapkan termoregulasi membaik dengan
Kriteria Hasil :
(a) Menggigil menurun.
(b) Takikardi menurun.
(c) Suhu tubuh membaik.
(d) Suhu kulit membaik
Rencana Keperawatan:
(a) Identifikasi penyebab hipertermia.
(b) Monitor suhu tubuh.
(c) Kolaborasikan untum pemberian obat melalui intravena
3. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah).
Setelah dilakukan asuhan kepenataan Status cairan membaik dengan Kriteria Hasil:
(a) Kekuatan nadi meningkat.
(b) Membrane mukosa lembap.
(c) Frekuensi nadi membaik.
(d) Tekanan darah membaik.
(e) Turgor kulit membaik
Rencana Intervensi:
(a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
(b) Monitor intake dan output cairan.
(c) Berikan asupan cairan oral
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat ansietas menurun dengan Kriteria
Hasil :
(a) Verbalisasi kebingungan menurun.
(b) Verbalisasi khawatir akibat menurun.
(c) Prilaku gelisah menurun.
(d) Prilaku tegang
menurun. Rencana
Intervensi:
(a) Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
(b) Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal.
(c) Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
(d) Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat infeksi dengan Kriteria Hasil :
(a) Kebersihan tangan meningkat.
(b) Kebersihan badan meningkat.
(c) Demam, kemerahan, nyeri, bengkak
menurun. Rencana Intervensi:
(a) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik.
(b) Batasi jumlah pengunjung
(c) Berikan perawatan kulit pada area edema.
(d) Cuci tangan seblum dan sesudah kontak dengan klien dan lingkungan klien.
(e) Pertahankan teknik aseptic pada klien beresiko tinggi.

C. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Terdapa dua jenis evaluasi:
1. Evaluasi Formatif (Proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini
meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP :
a) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
b) (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
c) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji
dari data subjektif dan data objektif.
d) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
2. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi,
2012), yaitu:
a) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
b) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian
kriteria yang telah ditetapkan.
c) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5 Jilid 2. Jakarta : InternalPublishing
Brunner, Suddarth. 2006. Keperawatan Medikal Bedah volume 2. Jakarta : EGC Corwin,
Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Gallo, Hudak. 2010. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
Kidd, Pamela. 2011. Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC. Krisanty, Paulina.
2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.
Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal cet.1. Jakarta : Trans Info
Media.
Wilson, Iorraine dan Sylvia A. Prince. 2006. Patpfisiologi Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN Ny.A DENGAN


APPENDISITIS DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI APPENDICTOMY DENGAN
REGIONAL ANESTESI DI RUANG OPERASI RSI PKU MUHAMMADIYAH TEGAL

I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan` : -
Golongandarah :B
Alamat : Bandasari 12/2 Dukuhturi
No. CM : 269XXX
Diagnosa medis : Appendisitis
Tindakan Operasi : Appendiktomy
Tanggal MRS : 21 Mei 2023
Tanggal pengkajian : 21 Mei2023 Jam Pengkajian: 10.30
Jaminan :-

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. D
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dg Klien : Orang tua
Alamat : Bandasari 12/2 Dukuhturi

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut dan sering terasa kaku atau
kram perut
b. Saat Pengkajian
Nyeri pada bagian perut
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSI PKU Muhammadiyah tegal dengan keluhan nyeri
pada bagian perut dan sering terasa kaku
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernahmenderita(diabetesmelitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok)
- Pasien mengakatakan tidak ada riwayat penyakit terdahulu

3) Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, perdarahan tidak normal, asma)
- Pasien mengakatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

4)Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit?
tidak Jika Tidak, menderita penyakit apa?
- Riwayat operasi sebelumnya : tidak tahun:-
jenis: - Komplikasi:-
- Riwayat anestesi sebelumnya : tidak - tahun:-
jenis : - Komplikasi:-
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah?
tidak jika Tidak, jumlah :-, Reaksi alergi: tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular?
tidak Jika Tidak, sebutkan Pasien tidak memiliki
penyakit menular
- Khusus pasien
perempuan : Jumlah
kehamilan: -
jumlah anak :-
mensturasi
terakhir :
menyususi :
tidak
5) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi: -
b) Obat yang sedang dikonsumsi: -
6)Riwayat Alergi : tidak ada
7)Kebiasaan :
a) Merokok : tidak
b) Alkohol : tidak
c) Kopi/teh/soda : tidak

c. Pola Kebutuhan Dasar


1)Udara atau
oksigenasi
Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan : tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada
- Sirkulasi udara : baik
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat Ini
- Gangguan pernafasan : tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada
- Sirkulasi udara : baik
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

2)Air /
Minum
Sebelum
Sakit
- Frekuensi : 7x/hari
- Jenis : Air putih
- Cara : Gelas
- Minum Terakhir : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat Ini
- Frekuensi :7-9x/hari
- Jenis : Air putih
- Cara : Gelas
- Minum Terakhir : 4-6 jam sebelum operasi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

3) Nutrisi/
makana
n
Sebelum
Sakit
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : Nasi dan sayuran
- Porsi : 1 piring
- Dietkhusus : tidak ada
- Makananyang disukai : tidak ada
- Napsu makan : tidak ada
- Puasaterakhir : 4-6 jam sebelum tindakan operasi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak
ada Saat ini
- Frekuensi :3x/hari
- Jenis : Bubur/Nasi
- Porsi :1 Piring sesuai porsi
- Dietkhusus : tidak ada
- Makananyang disukai : tidak ada
- Napsu makan : tidak ada
- Puasaterakhir : 4-6 jam sebelum tindakan operasi
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

4)Eliminasi
a) BAB
Sebelum
sakit
- Frekuensi : 3x/hari
- Konsistensi : Semi padat dan lunak
- Warna : kuning agak kecoklatan
- Bau :-
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

Saat ini
- Frekuensi : 3x/hari
- Konsistensi : Semi padat dan lunak
- Warna : kuning agak kecoklatan
- Bau :-
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 4x/hari
- Konsistensi : Normal
- Warna : Jernih kekuningan
- Bau :-
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak
ada Saat ini
- Frekuensi : 4x/hari
- Konsistensi : Normal
- Warna : Jernih kekuningan
- Bau :-
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
5)Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total

b) Istirahat Dan
Tidur Sebelum
sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 6-7 jam, siang 2 jam
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? tidak
- Berapa jam anda tidur: malam5-6 jam, siang 2 jam

6)Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman.
(Sangat baik)

7)Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : Baik
- Rasa Nyaman : Baik
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Sangat baik

8)Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok


sosial sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : iya
- Imunisasi : iya
- Olahraga : tidak
- Upaya keharmonisan keluarga: iya
- Stres dan adaptasi : iya

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis
GCS : Verbal:5 Motorik: 6 Mata :4
Penampilan : tampak sakit ringan
Tanda-tanda Vital : Nadi = 88 x/menit, Suhu = 36,50 C, TD = 119/72 mmHg,
RR = 20x/menit, Skala Nyeri: 4
BB: = 60 Kg, TB: 159 Cm, SPO2: 99%
Lainnya:………………
b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH
- Wajah:
□ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnyagigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya □Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm □Ya □Tidak
- Cuping hidung □Ya □Tidak
- Mallampati Skor : □ I □ II □ III □ IV
- Tonsil : □ T0 □ T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : ukuran intensitas
- Obstruksi Jalan Napas
□ Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : □Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher :
 Leher pendek : □Ya □Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
□ Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya □ Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : Normal
 Pola napas : Normal
 Retraksi otot bantu napas : Normal
 Perkusi paru : □ sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas : □ ronchi □ wheezing □ vesikuler □ bronchial
□ bronkovesikular

2) B2 ( BOOD )
- Konjungtiva : □ anemis □ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya □ tidak
- BJ I : □ tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur

3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran: □ kompomentis □ apatis □ delirium □ somnolen □ sopor
□ koma
- GCS : Verbal 5 Motorik:6 Mata : 4
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep (+)
b. Reflek trisep (+)
c. Reflek brachiradialis (+)
d. Reflek patella (+)
e. Reflek achiles (+)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski (+)
b. Reflek chaddok (+)
c. Reflek schaeffer (+)
d. Reflek oppenheim (+)
e. Reflek gordon (+)

4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 18 x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya □Tidak □ nyeri menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya □Tidak
- Distensi : □Ya □Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi

5) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : □Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya □Tidak
- Gagal ginjal : □Ya □Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya □Tidak
- Produksi urine : cc
- Retensi urine : □Ya □Tidak

6) B6 ( BONE )
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-), Perlukaan (-
), infeksi (-), mobilitas (leluasa/terbatas), Fibrosis (-), HNP (-)
- Lainnya……………………..

b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -)
Fraktur (-), lokasi fraktur tidak ada jenisfraktur
Tidak ada kebersihan luka tidak ada , terpasang gips (-), Traksi ( - ),
atropi otot ( -)
IV line: terpasang di tangan kiri ukuran abocatch 20 ,
tetesan: 20 tpm
ROM: Normal
Lainnya:……………..

 Palpasi
Perfusi:
CRT:3 dtk
Edema : ( 1 – 4)
Lakukan uji kekuatan otat : ( 1 –
5 ) Lainnya:………………

- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -)
Fraktur (-), lokasi fraktur tidak ada jenis
fraktur
Tidak ada kebersihan luka tidak ada, terpasang gips (-), Traksi (-), atropi
otot (-)
IV line: terpasang di……………., ukuran abocatch............,
tetesan:..................
ROM: ………………..
Lainnya:………………
 Palpasi
Perfusi:Norm
al
CRT: 3 dtk
Edema : (1 – 4 )
Kekuatan otot : ( 1 –
5)
Lainnya:…………
……

Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema :

- uji kekuatan otot :


3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.3 11.7-15.5
Hematokrit 35.2 37-43
Leukosit 12.370 4.000-11.000
Trombosit 202.000 150.000-450.000
Eritrosit 4,43 4.2-5.4
Index Eritrosit:
MCV 79.2 80-97
MCH 27.7 26-34
MCHC 34.9 31-36
RDW 10.4 10.0-15.0
MVP 9.8 7.0-11.0
KOAGULASI
BT 2’00” 1-3
CT 4’30” 2-6
IMUNOLOGI
HBsAg Kualitatif Negatif Negatif
HIV Non Reaktif Non Reaktif
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 112 75-200
ANTIGANE NEGATIV NEGATIV

b. Pemeriksaan EKG : Normal Sinus Rhythm (NRS)


c. Lain-lain: Tidak Ada

4. Therapi Saat ini :


1. Ceftriaxone

5. Kesimpulan status fisik (ASA):


Asa 1

6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: Tidak Ada
b. Jenis Anestesi: Regional
Anestesi Indikasi: Tidak Ada
c. Teknik Anestesi: Spinal Anestesi
7. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


I. PRE ANESTESI
1 DS: Berhubungan dengan kurang ANSIETAS
pengetahuan tentang penyakit dan
- Pasien mengatakanancaman kegagalan/keberhasilan
belum pernah dilakukantindakan pembedahan
tindakan operasi
- Pasien mengatakan
cemas dan takut akan
tindakan pembedahan yang
akan dilakukan
DO:
-Pasien tampak takut dan
gelisah
-TD 140/84 mmHg
Nadi: 93x/menit
SpO2: 99%
RR: 20x/menit
II. INTRA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : - Berhubungan dengan efek obat HIPOTENSI
DO : spinal anestesi
-Pasien tampak pucat
-Kulit teraba dingin
- Tekanan darah pasien
tampak dibawah batas
normal
-N : 88 x/menit
-RR : 18 x/menit
-SPO2 : 99 %
-Suhu tubuh : 36,3 oC
-TD = 90/56 mmHg
Kolaborasi dengan dokter
mengenai pemberian
efedrine
II. PASCA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem

1 DS : Pasien mengatakan Berhubungan dengan pengaruh HAMBATAN


kakinya tidak bisa sekunder efek obat regional MOBILITAS
EKSTERMITAS
digerakan seperti biasanya anestesi BAWAH
DO :
-Pasien tidak mampu
menggerakan ekstermitas
bawah
-Pasien selesai tindakan
operasi appendiktomy
dengan spinal anestesi
-Pasien tampak lemas
-TD : 120/78 mmHg
-N : 82x / mnt
-RR : 20 x/mnt
-Suhu : 36 oC
-Penilaian bromage score :
1

2 DS: - Pasien mengatakan Berhubungan dengan efek obat RESIKO JATUH


anestesi dan post pembedahan
pusing
DO: - Pasien tampak lemas
karena
- Terpasang infus
RL 20 tpm
- Terpasang
penyangga bed
pada sisi kanan dan
kiri
- Bed terkunci
dengan baik
- Berikan pengawasan
kepada pasien sampai
sadar penuh dan pastikan
pasien kembali keruangan
dengan kondisi sudah
stabil
- Edukasi pasien dan
keluarga
tentang risiko jatuh pada
post
operasi karena masih dalam
pengaruh obat bius
-TD : 124/80 mmHg
-N : 80x / mnt
-RR : 20 x/mnt
-Suhu : 36 oC
II. Problem ( Masalah )
a. PRE ANESTESI
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan ancaman kegagalan/keberhasilan tindakan pembedahan
b. INTRA ANESTESI
1. Hipotensi berhubungan dengan efek obat spinal anestesi
c. PASCA ANESTESI
1. Hambatan mobilitas ekstermitas bawah berhubungan dengan pengaruh sekunder efek obat regional anestesi
2. Resiko jatuh berhubungan dengan efek obat anestesi dan post pembedahan

III.Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

1) Pra Anestesi
Nama : Ny. A No. CM : 269xxx
Umur : 22 tahun Dx : Appendisitis
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama


Tujuan Intervensi &
Paraf
1. ANSIETAS Setelah melakukan1. Kaji tingkat ansietas 1. Mengkaji tingkat S :- Pasien mengatakan lebih
merasa tenang dan lebih
tindakan keperawatan klien (ringan, sedang, ansietas klien
merasa nyaman dari
anestesi selama + 30 berat, panik) 2. Memberikan penjelasan sebelumnya
- Pasien mengatakan
menit diharapkan2. Berikan penjelasan mengenai tindakan
dapat beristirahat
masalah ansietas dapat mengenai tindakan operasi yang akan di dengan tenang
O:
teratasi dengan operasi yang akan di jalani klien
- Tingkat Ansietas pasien
kriteria hasil : jalani klien 3. Memberikan ansietas sedang
- Pasien dan keluarga
Mengetahui tingkat3. Berikan kenyamanan kenyamanan dan
pasien paham mengenai
ansietas klien dan ketentraman hati ketentraman hati prosedur tindakan
operasi yang akan
(ringan, sedang, - Dampingi klien  Dampingi klien dijalani pasien
- Pasien tampak tidak
berat, panik) - Berbicara dengan  Berbicara dengan cemas lagi
Rasa nyaman tenang tenang -TD = 120/79 mmHg
-RR = 19x/menit
pasien terpenuhi menggunakan menggunakan -S= 36oC
- Klien mengetahui kalimat yang kalimat yang -N=80x/menit
operasi yang akan -SPO2= 99%
pendek dan pendek dan
dijalani A :Masalah ansietas teratasi
sederhana sederhana P : Lanjutkan intervensi

ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN


Tanggal : 7 OKTOBER 2022
Kesadaran : Composmentis Pemasangan IV line : □ 1 buah □ 2 buah □ sinistra
Tekanan darah: 121/88 mmHg, Nadi 88x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : □ Siap/baik □ ………
RR : 18 x/mnt Suhu :360C Kesiapan Sumber gas medik : □ Siap/baik □ ………
Saturasi O2: 99% Kesiapan volatile agent : □ Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : Kesiapan obat anestesi parenteral : □ Siap/baik □ ………
Kesiapan obat emergensi : □ Siap/baik □ ………
Penyakit yang diderita : □Tidak ada □ Ada, sebutkan……………
Penggunaan obat sebelumnya: □ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Gigi palsu : □ Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : □ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : □ Tidak ada □ Ada , sudah dilepas.
Asesoris : □ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
CATATAN LAINNYA:
2) Intra Anestesi
Nama : NyA No. CM : 269xxx
Umur : 22 tahun Dx : Appendisitis
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


Tujuan Intervensi Paraf
1 HIPOTENSI Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – 1.Memonitor tanda- S : -
tindakan keperawatan tanda vital tanda vital pasien O: - TTV pasien
Pasien
anestesi selama + 30 tampak sudah normal
2.Mengidentifikasi -Telah dilakukan
menit diharapkan 2. Identifikasi factor
hipotensi dapat tertasi pemicu factor pemicu pemberian Ephedrine 10
dengan kriteria hasil : 3.Berkolaborasi mg
3. Kolaborasi
- Tanda – tanda pemberian obat Hasil TTV
pemberian obat sesuai
vital pasien sesuai dengan indikasi TD : 110/76
dalam batas dengan indikasi Nadi :79x/menit
normal/kembali RR : 20x/menit
normal SpO2 : 99%
TD = 83/59 Temperature : 36,°C
mmHg RR = 18 x/ A: Masalah hipotensi
menit teratasi
Nadi=75x/menit P: Lanjutkan intervensi
SPO2 = 98% mempertahankan tanda
Suhu: 36,5 tanda vital pasien agar
dalam batas normal
3) Pasca Anestesi
Nama : Ny.A No. CM : 269xxx
Umur : 22 tahun Dx : Appendisitis
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


Tujuan Intervensi Paraf
1. HAMBATAN Setelah dilakukan 1. Mengatur posisi 1. Menggatur posisi S : - Pasien mengatakan
MOBILITAS pasien kakinya seperti
EKSTERMIT Tindakan keperawatan pasien
2. Membantu kesemutan
AS BAWAH anestesi selama +20 2. Bantu menggerakan
menggerakan O:
menit selama operasi ekstermitas bawah ekstermitas bawah - Pasien dalam
diharapkan hambatan 3. Lakukan penilaian 3. Melakukan penilaian posisi supinasi
bromage score - Bromage skor
mobilitas ekstermitas bromage score
pasien 1 (tidak
bawah dapat teratasi dapat mengangkat
dengan kriteria hasil : tingkai namun
bisa menggerakan
- Tidak ada
lutut dan kaki)
neuropati - Pasien dapat
- Mampu menggerakan kaki
perlahan )
menggerakan
- Hasil TTV :
ekstermitas - TD : 118/78
bawah - HR : 80x/menit
Penilaian bromage - RR : 20x/menit
score : 1 - SpO2 : 99%
A : Masalah hambatan
mobilitas ekstermitas
bawah teratasi
P : Hentikan intervensi.
2. RESIKO Setelah dilakukan 1. monitor tanda 1. Memonitor tanda S : Pasien mengatakan
JATUH tanda vital pasien tanda vital pasien sudah merasa aman dan
Tindakan keperawatan2. posisikan pasien
2. Mengatur posisi nyaman
anestesi selama +20degan baik dan aman pasien degan
O:
3. Pasangkan baik dan aman
menit diharapkan resikopenyangga bed
3. Pasangkanpenyangga -Pasien tampak sadar
jatuh dapat teratasipada sisi kanan dan bed pada sisi kanan penuh
kiri dan kiri - Terpasang infus RL
dengan kriteria hasil : 4. Pastikan Bed terkunci 4. Mempaastikan Bed 20 tpm
- pasien sudah dengan baik terkunci dengan - Terpasang penyangga
5. Edukasi pasien baik bed pada sisi kanan dan
sadar Penuh dan keluarga 5. Mengedukasi pasien
kiri
-pasien sudah bisatentang risiko jatuh pada dan keluarga tentang
post risiko jatuh padapost - Bed terkunsi
berkomukasi denganoperasi karena masih dalam operasi karena masih dengan baik
baik pengaruh obat bius dalam pengaruh obat - Terpasang gantungan
bius berwarna kuning untuk
- Pasien dapat
peringatan risiko jatuh
dipindahkan -Pasien sudah bisa
ke ruang berkomunikasi dengan
perawatan baik
- Hasil TTV :
TD :
120/79mmHg HR
: 80x/menit RR :
20x/menit SpO2 :
99%
Suhu: 36
A : Masalah resiko jatuh
teratasi
P : Hentikan intervensi
Diet dan nutrisi Pemantauan tanda vital Lain-lain
: -
: Setiap 30 menit Selama 4 jam
:

Anda mungkin juga menyukai