APENDISITIS AKUT
Disusun Oleh:
dr. Diana Mardilasari
Pembimbing:
dr. Nanang Widodo, Sp.B. FINACS
Pada hari ini tanggal 4 Mei 2018, telah dipresentasikan Laporan Kasus oleh:
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pembimbing Pendamping
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini antara lain:
- sebagai bahan pembelajaran untuk lebih mengetahui tentang apendisitis akut dan cara
penanganan apendisitis di fasilitas kesehatan.
- Sebagai salah satu persyaratan pemenuhan tugas sebagai internship di RS Bhayangkara
Mataram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
III. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak pada
apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal.
Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium
disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Apendisitis akut dibagi menjadi :
A. Apendisitis Akut Sederhana
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi. Sekresi
mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang
mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan
rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan.
D. Apendisitis Infiltrat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh
omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon
yang melekat erat satu dengan yang lainnya.
E. Apendisitis Abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di
fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal dan pelvikal.
F. Apendisitis Perforasi
Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang menyebabkan
pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding apendiks
tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik (Rukmono, 2011).
2. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total
lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Apendisitis kronik kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan
disebut apendisitis kronik dengan eksaserbasi akut yang tampak jelas sudah adanya pembentukan jaringan
ikat (Rukmono, 2011).
Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.
obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada
apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan
pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
Alvarado Score
Characteristic Score
A = Anorexia 1
T = Tenderness in RLQ 2
R = Rebound pain 1
E = Elevated temperature 1
L = Leukocytosis 2
Total 10
Interpretasi dari skor Alvarado yaitu : pasien dengan skor ≥7 berisiko tinggi mengalami
apendisitis akut, sedangkan pasien dengan skor <5 memiliki risiko sangat rendah.
2. Radiologis 5,6
a. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi
(misalnya peritonitis) tampak :
- scoliosis ke kanan
- psoas shadow tak tampak
- bayangan gas usus kanan bawah tak tampak
- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG
dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan
ektopik, adnecitis dan sebagainya.
c. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon
melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari
appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
d. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.
Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat
melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat
itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix (appendectomy).
VI. Penatalaksanaan Apendisitis Akut
Perawatan Kegawatdaruratan 2,6
Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi atau
septicemia.
Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut.
Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.
Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan lakukan
pengukuran kadar hCG
Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia dan pasien
yang akan dilanjutkan ke laparotomi.
Antibiotik Pre-Operatif 2,6
Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam
menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.
Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob diindikasikan.
Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.
Tindakan Operasi 2,6
Apendiktomi, pemotongan apendiks.
Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis dan antibiotika.
Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika IV,
massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam
jangka waktu beberapa hari.
`
Nama : Nn. O / RM : 07 59 27
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Senggigi, Indonesia
Agama : Islam
Tanggal masuk : 07/09/2017
I. SUBJEKTIF
a. Anamnesis : Autoanamnesis
b. Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
c. Anamnesis :
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak satu hari sebelum masuk Rumah Sakit. Gejala awal yang timbul mulai dari 2 hari
yang lalu yaitu pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah (setiap kali makan
dan/atau minum, muntahan isi makanan, air dan lendir keputihan) dan perut terasa
kembung. Gejala yang timbul kemudian diikuti nyeri yang dirasakan di ulu hati, nyeri
dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan
dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat perut ditekan,
batuk, mengedan dan pasien bergerak, sehingga pasien susah beraktivitas. Pasien
mengeluh susah BAB sejak nyeri perut dirasakan. Pasien BAB 3x sedikit-sedikit,
konsistensi cair, namun tidak ada lendir maupun darah. Pola makan pasien tidak teratur
dan jarang mengkonsumsi serat. Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah semakin
memberat hebat sejak tadi pagi (07/09/2017) dan tidak tertahankan sehingga memutuskan
untuk ke IGD RS Bhayangkara. Skala nyeri sekitar 8-9.
Status Vitalis :
TD :110/60 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 38,6⁰C, axilla
Status Gizi:
BB : 45 kg
TB : 148 cm
IMT : 20.54 (Normal)
Thorak
Pe : sonor
Status Lokalisata
Pa : Distensi (-), Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (-), tidak teraba massa,
Rovsing sign (+), Obturator sign (+), Psoas sign (+), Muscle rigidity (-)
Pe : Tympani
V. Pemeriksaan Penunjang
adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Darah lengkap dan urine lengkap
Protein +2 - negatif
Leukosit +2 negatif
SEDIMEN URINE
2. USG Abdomen
Liver : ukuran normal, permukaan rata, tepi tajam. Echoparenkim normal, tak tampak
nodul/ abses. Vaskuler normal, IHBD/CBD normal.
Pancreas : normal
Lien : Normal
Kesan: Appendicitis
3. Alvarado Score
Characteristic Score
VI. Assesment
Diagnosa : Appendicitis Akut
Diagnosa Banding : Appendicitis Perforasi, Sepsis
VII. Tatalaksana
a. Konservatif
Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali
masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien
diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan abdomen dan rektal
serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto
abdomen dan thoraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya
penyulit lain.
operatif
Pre-Operatif :
Ivfd RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 750mg/12 jam
Inj. PCT infus 375mg/8 jam
Inj. Ondancentron 4mg/12jam (k/p)
Cek DL, BT CT
Puasa 8 jam sebelum Operasi Cito
Operatif :
Laparotomi eksplorasi
Appendiktomi
Post-Operatif :
Ivfd RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12jam
Metronidazole tablet x 500 mg
Injeksi ketorolac 30 mg/8jam
Injeksi ranitidine 1 ampul/ 8jam
Sadar penuh diet bebas
VIII. Prognosis
BAB IV
PEMBAHASAN
RESUME
Nn. O umur 28 tahun, perempuan, datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak satu hari Sebelum Masuk Rumah Sakit. Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu
hati, kemudian berpindah diperut kanan bawah. Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak
menjalar, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan dirasakan makin lama makin
memberat. Nyeri dirasakan memberat saat perut ditekan dan pasien bergerak, nyeri pada
perut kanan bawah semakin memberat hebat sejak tadi pagi dan tidak tertahankan. Skala
nyeri sekitar 8-9. mengeluh tidak nafsu makan sejak 2 hari yang lalu, mual, muntah
(setiap kali makan dan/atau minum, muntahan isi makanan, air dan lendir keputihan) dan
perut terasa kembung. Pasien mengalami demam sejak satu hari, terus-menerus sepanjang
hari. Pasien mengeluh susah BAB sejak nyeri perut dirasakan. Pasien BAB 3x, sedikit-
sedikit konsistensi cair, namun tidak ada lendir maupun darah. Pola makan pasien tidak
teratur dan jarang mengkonsumsi serat. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital
tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 90x per menit, pernapasan 20x per menit, suhu axilla
38,6oC. Pemeriksaan abdomen : Auskultasi : Peristaltik ada, kesan menurun. Palpasi :
Dinding perut simetris, datar, Massa (-), Nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah
(Mc.Burney sign). Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+),
defans muskular (+) di kuadran kanan bawah. Total nilai Alvarado score = 9. Dari hasil
USG abdomen didapatkan kesan appendicitis.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
laboratorium yang telah dilakukan maka diagnosis pasien ini adalah Appendicitis Akut,
dan direncakan dilakukan stabilisasi dan operasi laparotomy appendiktomi cito.
DISKUSI
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, region kanan bawah merupakan region
yang salah satu organ yang dapat dicurigai sebagai penyebab nyerinya adalah peradangan
pada appendik atau umbai cacing.
Apendisitis didasari oleh terjadinya peradangan mendadak pada umbai cacing
yang memberikan tanda setempat, baik disertai maupun tidak disertai dengan rangsangan
peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus. Keluhan ini sering
disertai mual dan muntah. Umumnya, penurunan nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri
akan berpindah ke kanan bawah (titik McBurney). Disini, nyeri bersifat somatic dimana
lebih tajam dan terlokalisir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : nyeri tekan, nyeri lepas,
dan defans muscular.
Bila terdapat perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila
berjalan atau batuk. Hal ini disebabkan kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari
dorsal, sehingga nyeri atau positif pada psoas sign.
Pada peradangan yang mencapai rongga pelvis, dapat dilakukan pergerakan fleksi
dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, positif bila menimbulkan nyeri,
karena memicu sentuhan antara appendik dengan oburator internus (oburator sign).
Selain itu terdapat keluhan nyeri ransangan peritoneum tidak lansung yakni ;
nyeri kanan bawah pada penekanan kiri (rovsing sign), nyeri kanan bawah bila tekanan
sebelah kiri dilepaskan (Blumberg).
Demam biasanya ringan dengan suhu mencapai 38,5 derahat selsius. Bila lebih
dapat dicurigai perforasi atau sepsis. Infeksi yang terjadi mengakibatkan terjadinya
leukositosis dan neutrofilia/shifting to the left >75%.
Penyumbatan
Fekalit
secret mukus
Mukus >>
Obstruksi
lumen
appendiks
Bendungan
mukus
edema,
Peningkatan Gangguan
diapedesis
tekanan aliran limfe
bakteri, dan
intraluminal
ulserasi mukosa
Edema >>
Nyeri daerah
infark dinding
epigastrium
apendiks
bakteri akan
menembus dinding
apendiks.
gangren
Peradangan Appendisitis
peritoneum Supuratif akut
apendisitis
ganggrenosa Nyeri perut
kanan
bawah
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Revisi PDT Sub Komite Farmasi dan Terapi RSU DR.Soetomo . Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.2008
2. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004
3. Petroianu A, Villar Barroso TV. Pathophysiology of Acute Appendicitis. JSM
Gastroenterol Hepatol 4(3): 1062. 2016
4. C. Keyzer and P. A. Gevenois eds. Imaging of Acute Appendicitis in Adults and
Children,Medical Radiology. Diagnostic Imaging, DOI: 10.1007/174_2011_211,
_ Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2011
5. Gomes et al. World Journal of Emergency Surgery : Acute Appendicitis. BioMed
Central. 2015
6. Ishikawa, Hiroshi. Acute Appendicitis : Diagnosis and Treatment of Acute
Appendicitis. JMAJ, May 2003—Vol. 46, No. 5. 2003