Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes BINA PUTERA BANJAR

Indri Khoerunisa1, Yayi Siti Khaeriyah2, Aneng Yuningsih

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN TN.R POST APPENDIKTOMI DENGAN INTERVENSI
INOVASI TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM UNTUK
MENURUNKAN INTENSITAS NYERI DI RUANG MELATI 4 RSUD
Dr.SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2022

Apendisitis merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran


kanan bawah dari rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat. Tindakan apendiktomi dapat menyebabkan nyeri akut serta
gangguan mobilitas fisik. Pada klien yang mengalami nyeri akut akan
menghambat proses penyembuhan, sehingga dapat meningkatkan resiko
komplikasi yaitu imobilisasi sehingga rehabilitasi dapat tertunda dan
hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak terkontrol sehingga harus
menjadi prioritas perawatan. Intervensi mandiri keperawatan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien dengan post operasi
apendiktomi yaitu dengan mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam. Tujuan
penulis dalam karya ilmiah akhir Ners ini adalah cara memberikan asuhan
keperawatan yang mandiri pada pasien dengan post op appendiktomi dengan
menggunakan teknik terapi relaksasi napas dalam. Laporan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini menggunakan metode studi kasus, sedangkan asuhan keperawatan yang
diberikan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Adapun hasil yang
ditemukan adalah setelah dilakukan penerapan relaksasi benson nyeri dinyatakan
berkurang, ditandai dengan penurunan skala nyeri. Saran agar petugas kesehatan
mengoptimalkan pelayanan pada pasien dengan appendiktomi serta mengatasi
nyeri dengan teknik relaksasi napas dalam secara teratur disaat nyeri sedang
berlangsung.

Kata Kunci : Apendiktomi, Teknik Relaksasi Napas Dalam, Nyeri.


Kepustakaan : 27 (2012-2022)
Keterangan : 1:nama mahasiswa, 2:Pembimbing Utama, 3:Pembimbing
Pendamping
Latar Belakang pada tahun 2019 mencapai 7 dari
populasi penduduk dunia. Di Amerika
Kesehatan sangat penting bagi
Serikat appendicitis merupakan
kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kedaruratan bedah abdomen yang
sebagai petugas kesehatan khususnya
paling sering dilakukan, dengan
perawat, memiliki tanggung jawab
jumlah penderita pada tahun 2020
meningkatkan keterampilan dalam
sebanyak 734.138 orang dan
memberikan pelayanan dengan baik.
meningkat pada tahun 2021 yaitu
Perkembangan zaman saat ini, juga
sebanyak 739.177 orang (WHO,
mempengaruhi gaya hidup atau
2020).
kebiasaan sehari-hari. Misalnya
Hasil survey pada tahun 2022
kurangnya mengkonsumsi makanan
Angka kejadian apendikitis di
berserat yang menjadi salah satu
sebagian besar wilayah indonesia
penyebab apendisitis (Muttaqin,
hingga saat ini masih tinggi. Di
2017).
Indonesia, jumlah pasien yang
Apendisitis adalah peradangan
menderita penyakit apendiksitis
yang terjadi pada apendiks
berjumlah sekitar 7% dari jumlah
vermiformis, dan merupakan
penduduk di Indonesia atau sekitar
penyebab abdomen akut yang paling
179.000 orang. Dari hasil Survey
sering. Apendisitis merupakan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
penyebab paling umum inflamasi akut
indonesia, apendisitis akut merupakan
pada kuadran kanan bawah dari
salah satu penyebab dari akut
rongga abdomen dan penyebab paling
abdomen dan beberapa indikasi untuk
umum untuk bedah abdomen darurat.
dilakukan operasi kegawatdaruratan
Apendiktomi merupakan pengobatan
Insidens apendiksitis di Indonesia
melalui prosedur tindakan operasi
menempati urutan tertinggi di antara
hanya untuk penyakit apendisitis atau
kasus kegawatan abdomen lainya
penyingkiran/pengangkatan usus
(Depkes, 2022).
buntu yang terinfeksi. Apendiktomi
Data dari Provinsi Jawa Barat
dilakukan sesegera mungkin untuk
terdapat 8548 kasus appendiks dengan
menurunkan risiko perforasi lebih
penderita terbanyak termasuk di
lanjut seperti peritonitis atau abses
Tasikmalaya. Di Rumah Sakit dr.
(Marijata dalam Pristahayuningtyas,
Seokardjo Tasikmalaya diketahui pada
2018).
tahun 2021 terdapat 87 kasus apendiks
WHO (World Healt
termasuk 75 pasien dilakukan operasi
Organization) memperkirakan
bedah, dan pada periode tahun 2022
insidens appendiksitis mencapai 7%
dari Januari sampai dengan Mei sudah
dari keseluruhan jumlah penduduk
terdapat 34 kasus dan 30 diantaranya
dunia. Di Amerika, kejadian
dilakukan operasi bedah.
appendiksitis dikatakan 7% dari
Penatalaksanaan apendisitis
seluruh populasi dengan insiden 1,1
adalah dengan tindakan pembedahan
kasus per 1000 penduduk pertahun.
(apendiktomi). Apendiktomi dapat
Usia 20-30 tahun adalah usia yang
dilakukan dengan menggunakan dua
paling sering mengalami
metode pembedahan, yaitu secara
appendiksitis. Insiden appendicitis
tehnik terbuka/pembedahan
konvensional (laparatomi) atau C, yang mentransmisikan nyeri
dengan tehnik laparaskopi yang tumpul dan menyakitkan, serabut A-
merupakan tehnik pembedahan Delta yang menstransmisikan nyeri
minimal infasif dengan metode terbaru yang tajam dan terlokalisasi. Bagian
yang sangat efektif. Masa pemulihan kedua adalah transmisi nyeri dari
pasien post operasi membutuhkan medulla spinalis menuju batang otak
waktu yang bervariasi. Dalam dan talamus melalui jaras
penelitian Mulyono (2010), pemulihan spinotalamikus (spinothalamic tract
pasien post operasi membutuhkan atau STT). STT merupakan suatu
waktu rata-rata 72,45 menit. Pada sistem deskriminatif yang membawa
umumnya pasien akan merasakan informasi mengenai sifat dan lokasi
nyeri yang hebat pada 2 jam pertama stimulus ke talamus. Selanjutnya, pada
pasca operasi dikarenakan pengaruh bagian ketiga, sinyal tersebut
obat anastesi mulai hilang (Berman & diteruskan ke korteks sensori somatik
Kozier, 2018). (tempat nyeri dipersepsikan)
Tindakan apendiktomi dapat (Mubarak, Indrawati, & Susanto,
menyebabkan nyeri akut serta 2017).
gangguan mobilitas fisik. Pada klien Hierarki Maslow mengatakan
yang mengalami nyeri akut akan bahwa kebutuhan rasa nyaman harus
menghambat proses penyembuhan, terpenuhi. Seorang yang mengalami
sehingga dapat meningkatkan resiko nyeri akan berdampak pada aktifitas
komplikasi yaitu imobilisasi sehingga sehari-harinya. Orang tersebut akan
rehabilitasi dapat tertunda dan terganggu pemenuhan kebutuhan
hospitalisasi menjadi lama jika nyeri istirahat dan tidurnya, pemenuhan
akut tidak terkontrol sehingga harus individual juga aspek interaksi
menjadi prioritas perawatan. Dampak sosialnya yang dapat berupa
nyeri apabila nyeri yang menghindari percakapan, menarik diri,
berkepanjangan pada pasien maka dan menghindari kontak. Selain itu,
klien akan mengeluh perasaan lemah, seorang yang mengalami nyeri hebat
gangguan tidur, dan keterbatasan akan berkelanjutan apabila tidak
fungsi. Akan ditunjukkan suasana hati ditangani pada akhirnya dapat
depresif menjadi frustasi dengan mengakibatkan syok neurologik pada
pengobatan medis (Black & Hawks, orang tersebut. Untuk mengatasi
2017). masalah pada klien maka diperlukan
Nyeri dapat terjadi melalui manajemen nyeri (Potter & Perry,
empat proses tersendiri yaitu 2017).
transduksi, transmisi, modulasi, dan Manajemen nyeri dapat
persepsi. Transduksi nyeri adalah dilakukan dengan pemberian terapi
proses rangsangan yang menggangu farmaka dan non farmaka. Beberapa
sehingga menimbulkan aktivitas listrik terapi non farmaka yang dapat
di reseptor nyeri. Transmisi nyeri mengurangi nyeri yaitu gambaran dan
terdiri dari tiga bagian, pada bagian fikiran (guide imagery), yoga, dan
pertama nyeri merambat dari serabut relaksasi nafas dalam. Beberapa
saraf perifer ke medulla spinalis. Dua penelitian telah menunjukkan bahwa
jenis serabut nosisseptor yang terlibat relaksasi nafas dalam sangat efektif
dalam proses tersebut adalah serabut dalam menurunkan nyeri post operasi.
Relaksasi otot progresif dapat pembedahan di Ruang Ruang Melati 4
menurunkan nyeri dengan RSUD Dr.Soekardjo Kota
merelaksasikan ketegangan otot yang Tasikamalaya pada 5 bulan terahir
dapat menunjang nyeri (Smeltzer & atau dari bulan januari sampai Mei
Bare, 2017). 2022 yaitu sebanyak 34 pasien.
Penelitian Rahmawati (2018), Berdasarkan fenomena tersebut,
tentang penerapan teknik relaksasi maka, penulis tertarik untuk
nafas dalam pada pasien post operasi melakukan penerapan terapi relaksasi
apendiktomi dengan gangguan napas dalam sebagai salah satu
pemenuhan kebutuhan rasa aman intervensi untuk menurunkan
nyaman di RSUD Sleman, didapatkan intensitas nyeri pada pasien post
hasil bahwa pada pasien 1 skala nyeri appendiktomi di Ruang Melati 4
dari skala 5 menjadi skala 2, dan skala RSUD Dr.Soekardjo Kota
nyeri pada pasien 2 skala 5 menjadi Tasikamalaya
skala 1. Kesimpulan terdapat Tinjauan Pustaka
pengaruh penurunan skala nyeri pada Apendisitis adalah suatu proses
kedua pasien., sedangkan menurut obstruksi yang disebabkan oleh benda
penelitian Suryaningsih (2019), asing batu feses kemudian terjadi
tentang Pengaruh Teknik Relaksasi proses infeksi dan disusul oleh
Nafas Dalam Terhadap Penurunan peradangan dari apendiks verivormis.
Nyeri Perut Pasien Gastroernteritis Apendisitis adalah suatu proses
Akut Di IGD RS Bina Sehat Jember, obstruksi yang disebabkan oleh benda
didapatkan hasil bahwa Hasil asing batu feses kemudian terjadi
penelitian dengan uji Wilcoxon proses infeksi dan disusul oleh
Signed Rank menunjukkan rerata peradangan dari apendiks verivormis.
12.00 yang berarti ada penurunan nilai Apendisitis merupakan peradangan
intensitas nyeri pada pasien yang berbahaya jika tidak ditangani
gastroenteritis akut. Pengaruh teknik segera bisa menyebabkan pecahnya
relaksasi nafas dalam terhadap lumen usus (Williams & Wilkins,
penurunan nyeri perut dengan uji 2017). Apendisitis adalah suatu
Wilcoxon Signed Rank didapatkan peradangan yang berbentuk cacing
hasil 0,000. yang berlokasi dekat ileosekal
Hasil studi pendahuluan yang (Reksoprojo, 2017).
telah dilakukan oleh penulis di Ruang Definisi Nyeri
Melati 4 RSUD Dr.Soekardjo Kota International Association for the
Tasikamalaya, didapatkan hasil bahwa Study of Pain (IASP) mendefinisikan
kejadian apendisitis dengan tindakan nyeri merupakan suatu sensori yang
apendiktomi di RSUD dr. Soekardjo tidak menyenangkan dan pengalaman
cukup banyak, jika dikategorikan emosional yang berkaitan dengan
menjadi 10 besar maka kejadian kerusakan jaringan aktual atau
apendisitis dengan tindakan potensial. Nyeri akut merupakan
apendiktomi menempati urutan ketiga pengalaman sensorik yang berkaitan
setelah fraktur dan tumor. Dari data dengan kerusakan jaringan aktual
hasil buku register didapatkan pasien dengan onset mendadak dan
apendisitis yang dilakukan berintensitas ringan hingga berat dan
berlangsung kurang dari tiga bulan dilakukan intervansi pasien selalu di
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). dampingi oleh keluarga.
Nyeri merupakan suatu kondisi Hasil dari asuhan keperawatan
yang disebabkan oleh stimulus yang telah dilakukan kepada pasien
tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa dengan post appendiktomi selama 3
stimulus yang bersifat fisik atau hari didapatkan hasil yang baik,
mental, sedangkan kerusakan dapat dimana nyeri luka pada pasien
terjadi pada jaringan aktual pada berkurang, dan masalah-masalah yang
setiap individu. Nyeri bersifat lain dapat teratasi dengan baik. Dari
subjektif dan bersifat individual teori yang telah dijadikan landasan
(Potter & Perry 2017). Nyeri adalah dalam melakukan asuhan keperawatan
sensori yang muncul akibat stimulus dan di terapkan langsung kepada pasien
nyeri yang berupa biologis, zat kimia, didapatkan hasil yang sama, dimana
panas, listrik serta mekanik (Prasetyo, intensitas nyeri dapat berkurang.
2018). Nyeri merupakan perasaan Dilihat dari turunnya intensitas nyeri
tidak nyaman dan sangat subjektif dan dan dilihat dari respon subjektif
hanya orang yang mengalaminya yang maupun respon objektif dari pasien.
dapat menjelaskan dan mengevaluasi Apendiktomi adalah suatu cara
perasaan tersebut (Mubarak, 2017). pengobatan melalui prosedur invasive
Analisis Diskusi Hasil dan hanya untuk penyakit apendisitis.
Apendiktomi dapat dilakukan dengan
Dalam bab ini penulis akan
sesegera mungkin agar dapat
melihat apakah asuhan yang telah
menurunkan risiko perforasi lebih
diberikan pada Tn. R dengan diagnosa
lanjut seperti peritonitis atau abses
Post Appendiktomi di Ruang Melati 4
(Marijata dalam Pristahayuningtyas,
RSUD dr. Soekardjo. Pembahasan ini
tahun 2017).
dibuat berdasarkan teori dan asuhan
Intensitas nyeri merupakan
yang nyata dengan pendekatan proses
gambaran tentang bagaimana tingkat
manajemen keperawatan Dalam hal ini
keparahan nyeri yang dirasakan oleh
kami akan membahas melalui tahapan-
seorang individu, pengukuran intensitas
tahapan proses keparawatan yaitu :
nyeri sangat subjektif dan individual,
pengkajian, diangnosa keperawatan,
serta kemungkinan nyeri dalam
intervensi, implementasi dan evaluasi.
intensitas yang sama dirasakan sangat
Asuhan keperawatan dimulai dari
berbeda oleh kedua orang yang
pengkajian, pengumpulan data ini
berbeda. Pengukuran nyeri dengan
dilakukan dalam bentuk wawancara
pendekatan objektif yang paling
langsung kepada pasien dan keluarga.
mungkin adalah dengan menggunakan
Dari hasil pengumpulan data,
respons fisiologis tubuh terhadap nyeri
selanjutnya penulis merumuskan
itu sendiri (Mubarak et al., 2017).
masalah keperawatan yang timbul pada
Relaksasi napas dalam
pasien dan merencanakan intervensi
merupakan suatu teknik relaksasi yang
serta implementasi sesuai dengan
menggunakan teknik pernapasan yang
masalah keperawatan yang ditemukan.
biasa digunakan di rumah sakit pada
Dalam melaksanakan asuhan
pasien yang sedang mengalami nyeri
keperawatan ini, penulis hanya
atau mengalami kecemasan. Pada
melakukan 3 kali intervensi. Selama
teknik relaksasi napas dalam ada
beberapa penambahan unsur keyakinan Selain daripada teknik relaksasi
yang dibuat dalam bentuk kata-kata napas dalam, Menurut Yerby (2000);
yang merupakan cerminan rasa cemas Hinchliff, Montague dan Watson
yang sedang pasien alami. Keunggulan (1996); Gorrie, McKinney dan Murray
lain dari teknik relaksasi napas dalam (1998) metode nonfarmakologi untuk
ini jika dibandingkan dengan teknik- menurunkan nyeri yang dapat
teknik yang lainnnya ialah selain lebih dilakukan adalah pemberian informasi,
mudah dilakukan dan tidak ada efek sentuhan, pijatan, sentuhan therapeutik,
samping apapun (Solehati & Kosasih, guide imagery, relaksasi, hipnosis,
2017). hidrotheraphy, accupressure,
Studi kasus ini sejalan dengan acupunctur, aroma terapi,
hasil penelitian Surantana (2018), transcutaneus electrical nervus
tentang penerapan teknik relaksasi stimulatio, dukungan emosi, sehingga
nafas dalam pada pasien post operasi rasa cemas dan tegang serta nyeri yang
apendiktomi dengan gangguan dirasakan klien akan berkurang.
pemenuhan kebutuhan rasa aman Pengkajian Data dan Analisa
nyaman di RSUD Sleman. Hasil studi Data Dasar
kasus ini adalah pada pasien 1 skala Menurut Muttaqin (2018),
nyeri dari skala 5 menjadi skala 2, dan pengkajian adalah tahap awal dari yang
skala nyeri pada pasien 2 skala 5 sistematis dalam pengumpulan data
menjadi skala 1. Kesimpulan terdapat dari berbagai sumber data untuk
penurunan tingkat nyeri pada kedua mengevaluasi dan mengidentifikasi
pasien yang telah diberi intervensi status kesehatan klien. Pengkajian
relaksasi nafas dalam, tetapi pada dilakukan dengan metode
setiap pasien mengalami penurunan allowanamnesa dan autoanamnesa,
respon nyeri yang berbeda.. Faktor dimulai dari biodata klien, riwayat
yang mempengaruhi perbedaan respon penyakit, pengkajian pola fungsional
yaitu usia, spiritual, mobilisasi, kesehatan, pemeriksaan fisik head to
pengalaman nyeri sebelumnya, dan toe, dan didukung hasil laboratorium,
pola koping. Untuk rumah sakit, dapat hasil pemeriksaan penunjang dan terapi
menjadi bahan masukan untuk pengobatan.
menetapkan standar operasional Tn. R mengatakan nyeri pada
prosedur teknik relaksasi nafas dalam luka post operasi, klien mengatakan
di RSUD Sleman. nyeri semakin terasa apabila bergerak,
Disini penulis berasumsi bahwa klien mengatakan takut untuk bergerak
terapi relaksasi napas dalam dapat karena nyeri, klien mengatakan sering
dijadikan sebagai salah satu intervensi terbangun saat tidur karena nyeri, klien
pada manajemen nyeri, karna dari mengatakan sulit untuk memulai tidur
beberapa penelitian dan studi kasus karena kepanasan dan bising orang
yang telah dilakukan didapatkan hasil menjenguk, klien tampak meringis saat
yang efektif, termasuk penulis sendiri bergerak, klien tampak gelisah, klien
yang sudah melakukan intervansi tampak takut untuk bergerak, klien
secara langsung kepada pasien dengan tampak lemah, klien tampak
post appendiktomi. berkeringat dan berkipaskipas, aktivitas
klien dibantu keluarga, ruangan terasa
panas. Dari hasil pemeriksaan Dalam menegakkan suatu
didapatkan skala nyeri : 4, keadaan diagnosa atau masalah klien harus
umum lemah, tingkat kesadaran berdasarkan pada pendekatan asuhan
composmetis. keperawatan yang didukung dan
TTV adalah sebagai berikut : TD: ditunjang oleh beberapa data, baik data
120 / 80 mmhg, Nadi: 80 ×/menit P:20 subjektif dan data objektif dari hasil
×/menit S, C PQRST : P : Luka post pengkajian dan Diagnosa yang
appendiktomi, Q : Nyeri seperti diangkat oleh kelompok tidak
tersayat, R : Perut kanan bawah, S : 3-4 semuanya sesuai dengan teori karena
, T : hilang timbul kelompok mengangkat diagnosa ini
Hal diatas, seperti riwayat, sesuai dengan kondisi klien pada saat
manifestasi yang terdapat dan dikaji.
diungkapkan oleh klien sesuai dengann Diagnosa kedua adalah Risiko
teori yang ada tentang ulkus infeksi berhubungan dengan prosedur
diabetikum, meski tidak semua dialami invasif (insisi bedah pada perut)
oleh klien namun hampir sebagain Diagnose ketiga adalah
besar dari teori terdapat dan terjadi Gangguan mobilitas fisik berhubungan
pada klien. dengan nyeri dibuktikan dengan
Apendisitis adalah peradangan aktivitas klien dibantu keluarga, dan
yang terjadi pada apendiks klien mengatakan ia takut bergerak
vermiformis, dan merupakan penyebab karena nyeri.
abdomen akut yang paling sering Diagnose keempat adalah
(Wijaya & Putri, 2013). Apendisitis Gangguan pola tidur berhubungan
merupakan penyebab paling umum dengan hambatan lingkungan
inflamasi akut pada kuadran kanan dibuktikan dengan frekuensi tidur ±5
bawah dari rongga abdomen dan jam, lingkungan panas, dan klien
penyebab paling umum untuk bedah mengatakan kesulitan memulai tidur,
abdomen darurat (Smeltzer & Bare, dan klien mengatakan sering terbangun
2013). saat tidur.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa kelima adalah
Diagnosa keperawatan adalah Gangguan Integritas Kulit
keputusan klinik yang mencangkup Berhubungan Dengan Agen Pencedera
respon klien, keluarga, dan komunitas Fisik ditandai dengan adanya bekas
terhadap suatu yang berpotensi sebagai luka post op dan klien mengeluh nyeri.
masalah kesehatan dalam proses Intervensi keperawatan
keperawatan (Deswani, 2013). Perencanaan adalah intervensi
Menentukan prioritas masalah atau perencanaan keperawatan adalah
keperawatan adalah kegiatan untuk panduan untuk perilaku spesifik yang
menentukan masalah yang menjadi diharap dari klien, dan atau tindakan
skala prioritas untuk diselesaikan atau yang harus dilakukan oleh perawat.
diatasi dahulu. Prioritas pertama pada Intervensi dilakukan untuk membantu
kasus Tn. R yaitu Nyeri akut klien mencapai hasil yang diharapkan
berhubungan dengan agen pencedera (Deswani, 2011).
fisik dibuktikan dengan skala nyeri 3-4, Merumuskan rencana tidakan
klien tampak meringis. keperawatan adalah kegiatan spesifik
untuk membantu pasien dalam
mencapai tujuan dan kriteria hasil, ada Pada Pasien Post Operatif
tipe rencana tindakan keperawatan Appendictomydi Ruang Nyi Ageng
yaitu observasi, terapeutik dan nursing Serang Rsud Sekarwangi. Hasil
treatment, penyuluhan atau pendidikan penelitian didapatkan bahwa 17 orang
kesehatan, rujukan atau kolaborasi. sebelum dilakukan relaksasi nafas
Rasional adalah dasar pemikiran atau dalam skala n yeri 5.00 dan sesudah
alasan ilmiah yang mendasari diberikan relaksasi nafas dalam skala
ditetapkan rencana tindakan nyeri 3.00 berdasarkan hasil uji
keperawatan (Rohmah, 2012). wilcoxon bahwa ada pengaruh relaksasi
Rencana tindakan keperawatan nafas dalam terhadap intensitas nyeri
untuk masalah nyeri akut berhubungan pada pasien post opetarif
dengan agen pencedera fisik, intervensi appendectomy dengan nilai p=0.000 <
yang akan dilakukan lebih berfokus lfa 0.05. Kesimpulan dari penelitian ini
pada teknik nonfarmakologi yaitu adalah ada pengaruh relaksasi nafas
relaksasi napas dalam. Prosedur terapi dalam terhadap intensitas nyeri pada
relaksasi napas dalam ini dilakukan pasien post operatif
dengan standar opersaional prosedur appendictomy.Mengingat relaksasi
teknik relaksasi napas dalam menurut nafasdalam dapat menurunkan nyeri
Potter & Perry (2016) yaitu dengan post operatif appendectomy perawat
menciptakan lingkungan tenang, ruangan dapat diterapkan kepada
usahakan tetap rileks dan tenang, pasien post operatif appendectomy
menarik nafas dalam dari hidung dan sebagai terapi non farmakologi.
mengisi paru-paru dengan udara Intervensi untuk masalah risiko
melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan infeksi berhubungan dengan prosedur
udara dihembuskan melalui mulut invasive mengacu pada cara untuk
sambil merasakan ekstremitas atas dan pencegahan infeksi. Intervensi yang di
bawah rileks, menganjurkan bernafas berikan kepada Tn. R berupa Monitor
dengan irama normal 3 kali, menarik tanda dan gejala infeksi, Batasi jumlah
nafas lagi melalui hidung dan pengunjung, Berikan perawatan luka
menghembuskan melalui mulut secara dan ganti perban, Cuci tangan sebelum
perlahan-lahan, membiarkan telapak dan sesudah kontak dengan klien,
tangan dan kaki rileks, usahakan agar Pertahankan tehnik aseptic, Anjarkan
tetap konsentrasi / mata sambil cara mencuci tangan dengan benar,
terpejam, pada saat konsentrasi Jelaskan tanda infeksi, Anjurkan
pusatkan pada daerah nyeri, meningkatkan asupan nutrisi, Anjurkan
menganjurkan untuk mengulangi meningkatkan asupan cairan. Dalam
prosedur hingga nyeri terasa berkurang. melaksanakan intervensi ini perawat
mengulangi sampai 15 kali, dengan harus melibatkan klien dalam modalitas
selingi istirahat singkat setiap 5 kali, sehingga terjadi umpan balik yang baik
dan apabila nyeri menjadi hebat, dapat antara perawat dan klien.
diatasi dengan bernafas dangkal dan Rencana intervensi untuk
cepat. masalah Gangguan mobilitas fisik
Hasil penelitian Nuraeni (2019), berhubungan dengan nyeri yaitu
tentang Pengaruh Teknik Relaksasi dengan Identifikasi adanya nyeri dan
Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri keluhan fisik lainnya, Identifikasi
tolerasnsi fisik melakukan pergerakan, Implementasi keperawatan
Monitor TTV, Fasilitasi aktivitas Implementasi keperawatan
mobilisasi dengn alat bantu, Fasilitasi adalah tindakan mandiri maupun
melakukan pergerakan jika perlu, kolaborasi yang diberikan perawat
Libatkan keluarga untuk membantu kepada klien sesuai dengan rencana
pasien dalam melakukan pergerakan, yang telah dibuat dan kriteria hasil
Jelaskan tujuan mobilisasi, Anjurkan yang ingin dicapai (Wahid, 2012).
melakukan mobilisasi dini, Ajarkan Pada tanggal kamis 10 februari
mobilisasi sederhana yang harus 2022 15:30 dilakukan tindakan untuk
dilakukan. Di samping itu perawat juga diagnosa pertama untuk masalah Nyeri
harus mampu mengajarkan tentang akut berhubungan dengan agen
pengaturan aktifitas dan teknik pencedera fisik dengan implementasi
managemen waktu untuk mencegah yang dilakukan adalah
terjadinya kelelahan yang dapat Mengidentifikasi lokasi, durasi, dan
menghambat penyembuhan klien. frekuensi nyeri, Nyeri pada luka post
Rencana intervensi untuk masalah op diperut kanan bawah, Lama nyeri
Gangguan pola tidur berhubungan ±5 menit, Nyeri hilang timbul.
dengan hambatan lingkungan dapat Mengidentifikasi skala nyeri, Skala
dilakukan dengan cara Identifikasi pola nyeri 4. Mengidentifikasi faktor yang
aktivitas dan tidur, Identifikasi faktor memperberat nyeri, Nyeri semakin
pengganggu tidur, Identifikasi makanan terasa apabila bergerak, Mengontrol
dan minuman pengganggu tidur, lingkungan yang memperberat nyeri,
Modifikasi lingkungan, Fasilitas Mengajarkan tehnik nonfarmakologi,
menghilang stress sebelum tidur, Mengajarkan tehnik terapi relaksasi
Sesuaikan jadwal pemberian obat napas dalam, Berkolaborasi dalam
dengan siklus tidur terjaga, Jelaskan pemberian analgetik. Prosedur terapi
pentingnya tidur cukup, Anjurkan relaksasi napas dalam yaitu Prosedur
menepati kebiasaan waktu tidur. Dan terapi relaksasi napas dalam yaitu
intervensi untuk masalah keperawatan dengan menciptakan lingkungan
gangguan integritas kulit berhubungan tenang, usahakan tetap rileks dan
dengan agen pencedera fisik yaitu tenang, menarik nafas dalam dari
Monitor karakteristik luka (drainase, hidung dan mengisi paru-paru dengan
warna, ukuran, bau), Monitor tanda- udara melalui hitungan 1, 2, 3
tanda infeksi, lepaskan balutan dan perlahan-lahan udara dihembuskan
plester secara perlahan, bersihkan melalui mulut sambil merasakan
dengan cairan NACL atau pembersih ekstremitas atas dan bawah rileks,
nontoksik, sesuai kebutuhan, bersihkan menganjurkan bernafas dengan irama
jaringan nekrotik, pasang balutan normal 3 kali, menarik nafas lagi
sesuai jenis luka, pertahankan teknik melalui hidung dan menghembuskan
steril saat melakukan perawatan luka, melalui mulut secara perlahan-lahan,
jelaskan tanda dan gejala infeksi, membiarkan telapak tangan dan kaki
anjurkan mengkonsumsi makanan rileks, usahakan agar tetap konsentrasi /
tinggi kalori dan protein, ajarkan mata sambil terpejam, pada saat
prosedur perawatan luka secara konsentrasi pusatkan pada daerah
mandiri, Berkolaborasi pemberian nyeri, menganjurkan untuk mengulangi
antibiotik prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
mengulangi sampai 15 kali, dengan tindakan hanya berfokus pada terapi
selingi istirahat singkat setiap 5 kali, relaksasi napas dalam untuk
dan apabila nyeri menjadi hebat, dapat pengendalian nyeri.
diatasi dengan bernafas dangkal dan Pada tanggal 12 februari 2022
cepat. untuk diagnose kedua yaitu Risiko
Pada tanggal 11 februari 2022 infeksi dibuktikan dengan prosedur
pukul 14:20 dilakukan tindakan yang invasif. Tindakan yang di berikan
kedua kepada klien masih dilakukan kepada Tn. R berupa. Memonitor tanda
dengan melaksanakan tindakan sesuai dan gejala infeksi, Tidak ada tanda dan
intervensi yaitu Mengidentifikasi gejala infeksi, Mencuci tangan sebelum
lokasi, durasi, dan frekuensi nyeri, dan sesudah kontak dengan klien,
Nyeri pada luka post op diperut kanan Mengajarkan cara mencuci tangan
bawah, Lama nyeri 1-2 menit, Nyeri dengan benar, Mengajarkan klien dan
hilang timbul, Mengidentifikasi skala keluarga cara mencuci tangan dengan
nyeri, Skala nyeri 3, Mengontrol benar, Berkolaborasi dalam pemberian
lingkungan yang memperberat nyeri, antibiotic.
Mengajarkan tehnik nonfarmakologi, Dalam melaksanakan intervensi
Mengajarkan tehnik relaksasi napas ini perawat harus melibatkan klien
dalam, Berkolaborasi dalam pemberian dalam modalitas sehingga terjadi
analgetik. Prosedur terapi relaksasi umpan balik yang baik antara perawat
napas dalam yaitu Usahakan situasi dan klien. Pada tanggal 12 februari
ruangan atau lingkungan tenang , atur 2022 atau hari kedua masih di lakukan
posisi nyaman. Pilih satu kata atau tindakan yang sama dengan hari
ungkapan singkat yang mencerminkan pertama, yaitu Memonitor tanda dan
keyakinan. Sebaiknya pilih kata atau gejala infeksi, Tidak ada tanda dan
ungkapan yang memiliki arti khusus. gejala infeksi, Mencuci tangan sebelum
Kemudian Pejamkan mata, hindari dan sesudah kontak dengan klien,
menutup mata terlalu kuat. Bernafas Mempertahankan tehnik aseptic,
lambat dan wajar sambil melemaskan Mengajarkan cara mencuci tangan
otot mulai dari kaki, betis, paha, perut dengan benar, Mengajarkan klien dan
dan pinggang. Kemudian disusul keluarga cara mencuci tangan dengan
melemaskan kepala. Kemudian Atur benar, Berkolaborasi dalam pemberian
nafas kemudian mulailah menggunakan antibiotic. Dalam melaksanakan
fokus yang berakar pada keyakinan. intervensi ini perawat harus melibatkan
Tarik nafas dari hidung, pusatkan klien dalam modalitas sehingga terjadi
kesadaran pada pengembangan perut, umpan balik yang baik antara perawat
lalu keluarkan nafas melalui mulut dan klien.
secara perlahan sambil mengucapkan Pada tanggal 12 februari 2022
ungkapan yang sudah dipilih. Dan dilakukan tindakan yang ketiga, pada
terakhir Pertahankan sikap pasif. hari ketiga ini tidak banyak yang
Pada tanggal 11 februari 2022 dilakukan, Memonitor tanda dan gejala
pukul 14:30 dilakukan tindakan yang infeksi, Tidak ada tanda dan gejala
ketiga setelah dilakukan tindakan- infeksi, Mencuci tangan sebelum dan
tindakannya sebelumnya klien kini sesudah kontak dengan klien,
sudah tampak lebih rileks sehingga Melakukan perawatan luka dan
mengganti perban, Luka bersih dan TD : 120/80mmHg, Nadi :
tidak ada nanah maupun 80x/menit, Pernafasan: 20x/menit,
pembengkakan, Mempertahankan Suhu : 360C, Melibatkan keluarga
tehnik aseptic, Berkolaborasi dalam dalam membantu klien bergerak,
pemberian antibiotic. Mengajarkan mobilisasi sederhana
Pada tanggal 10 februari 2022 yang harus dilakukan, Klien sudah bisa
dilakukan tindakan keperawan pertama berjalan sendiri.
pada Ny R dengan diagnose Gangguan Pada tanggal 10 februari 2022
mobilitas fisik berhubungan dengan dilakukan tindakan untuk diagnosa hari
nyeri. Tindakan keperawatan yang pertama untuk masalah Gangguan pola
dilakukan adalah . Mengidentifikasi tidur berhubungan dengan hambatan
adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya, lingkungan. Tindakan keperawatan
Nyeri pada luka post operasi, yang dilakukan yaitu Mengidentifikasi
Memonitor TTV TD : 120/80mmHg, faktor pengganggu tidur, Nyeri,
Nadi : 80x/menit, Pernafasan: Kepanasan, Kebisingan,
20x/menit, Suhu : 36,80C Melibatkan Mengidentifikasi makanan dan
keluarga untuk membantu pasien dalam minuman pengganggu tidur,
melakukan pergerakan, Menjelaskan Memodifikasi lingkungan, Membuka
tujuan mobilisasi, Menganjurkan jendela, Membatasi kunjungan,
melakukan mobilisasi dini, Menyesuaikan jadwal pemberian obat
Mengajarkan mobilisasi sederhana dengan siklus tidur terjaga,
yang harus dilakukan, Menggerakan Menganjurkan menepati kebiasaan
kaki dan tangan, Miring kiri dan kanan, sebelum tidur.
Berjalan ke kamar mandi. Pada tanggal 11 februari 2022
Pada tanggal 11 februari 2022 dilakukan tindakan untuk diagnosa
dilakukan tindakan keperawatan yang hari kedua untuk masalah Gangguan
kedua pada Tn. R dengan diagnose pola tidur berhubungan dengan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan hambatan lingkungan. Tindakan
dengan nyeri. Tindakan keperawatan keperawatan yang dilakukan
yang dilakukan masih sama dengan Memodifikasi lingkungan, Membuka
hari pertama yaitu Memonitor TTV TD jendela, Membatasi kunjungan,
: 110/80mmHg, Nadi : 80x/menit, Menyesuaikan jadwal pemberian obat
Pernafasan: 18x/menit, Suhu : 36,5 0C, dengan siklus tidur terjaga.
Melibatkan keluarga dalam membantu Pada tanggal 10 februari 2022
klien bergerak, Menganjurkan pukul 15:30 dilakukan tindakan
melakukan mobilisasi dini, keperawatan pertama dengan diagnosa
Mengajarkan mobilisasi sederhana gangguan integritas kulit berhubungan
yang harus dilakukan, Miring kiri dan dengan agen pencedera fisik. Tindakan
kanan, Belajar duduk, jika sudah bisa yang dilakukan antara lain Memantau
duduk belajar turun dari tempat tidur. karakteristik luka (drainase, warna,
Pada tanggal 12 februari 2022 ukuran, bau), Memantau tanda-tanda
dilakukan tindakan keperawatan yang infeksi, Melepaskan balutan dan plester
ketiga pada Tn. R dengan diagnose secara perlahan, Membersihkan dengan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan cairan NACL atau pembersih
dengan nyeri. Tindakan keperawatan nontoksik, sesuai kebutuhan,
yang dilakukan yaitu Memonitor TTV Membersihkan jaringan nekrotik,
Memasang balutan sesuai jenis luka, Evaluasi hari pertama dari hasil
Mempertahankan teknik steril saat diagnosa keperawatan dari masalah
melakukan perawatan luka, Nyeri akut berhubungan dengan agen
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi, pencedera fisik pada 10 februari 2022
Menganjurkan mengkonsumsi dengan implementasi yang sudah
makanan tinggi kalori dan protein, dilakukan berupa Mengidentifikasi
Mengajarkan prosedur perawatan luka lokasi, durasi, dan frekuensi nyeri,
secara mandiri, Berkolaborasi Nyeri pada luka post op diperut kanan
pemberian antibiotik. bawah, Lama nyeri ±5 menit, Nyeri
Pada tanggal 11 februari 2022 hilang timbul. Mengidentifikasi skala
pukul 14:30 dilakukan tindakan nyeri, Skala nyeri 4. Mengidentifikasi
keperawatan kedua dengan diagnosa faktor yang memperberat nyeri, Nyeri
gangguan integritas kulit berhubungan semakin terasa apabila bergerak,
dengan agen pencedera fisik. Tindakan Mengontrol lingkungan yang
yang dilakukan antara lain Memantau memperberat nyeri, Mengajarkan
karakteristik luka (drainase, warna, tehnik nonfarmakologi, Mengajarkan
ukuran, bau), Memantau tanda-tanda tehnik terapi relaksasi napas dalam,
infeksi, Melepaskan balutan dan plester Berkolaborasi dalam pemberian
secara perlahan, Membersihkan dengan analgetik. Prosedur terapi relaksasi
cairan NACL atau pembersih napas dalam yaitu Usahakan situasi
nontoksik, sesuai kebutuhan, ruangan atau lingkungan tenang , atur
Membersihkan jaringan nekrotik, posisi nyaman. Pilih satu kata atau
Memasang balutan sesuai jenis luka, ungkapan singkat yang mencerminkan
Mempertahankan teknik steril saat keyakinan. Sebaiknya pilih kata atau
melakukan perawatan luka, ungkapan yang memiliki arti khusus.
Mengajarkan prosedur perawatan luka Kemudian Pejamkan mata, hindari
secara mandiri, Berkolaborasi menutup mata terlalu kuat. Bernafas
pemberian antibiotik. lambat dan wajar sambil melemaskan
Pada tanggal 12 februari 2022 otot mulai dari kaki, betis, paha, perut
pukul 15:30 dilakukan tindakan dan pinggang. Kemudian disusul
keperawatan hari ketiga dengan melemaskan kepala. Kemudian Atur
diagnosa gangguan integritas kulit nafas kemudian mulailah menggunakan
berhubungan dengan agen pencedera fokus yang berakar pada keyakinan.
fisik. Tindakan yang dilakukan antara Tarik nafas dari hidung, pusatkan
lain Memantau karakteristik luka kesadaran pada pengembangan perut,
(drainase, warna, ukuran, bau), lalu keluarkan nafas melalui mulut
Memantau tanda-tanda infeksi, secara perlahan sambil mengucapkan
Berkolaborasi pemberian antibiotik. ungkapan yang sudah dipilih. Dan
Evaluasi keperawatan terakhir Pertahankan sikap pasif.
Evaluasi adalah catatan mengenai Respon subjektif, Tn. R mengatakan
perkembangan kjlien yang nyeri pada luka post operasi dan nyeri
dibandingkan dengan kriteria hasil makin parah apabila dibawa bergerak.
yang telah ditentukan sebelumnya, Pada tanggal 11 februari 2022 di
dengan menggunakan metode SOAP lakukan evaluasi hari kedua kepada
(Wahid, 2012). klien dengan tindakan berupa
Mengidentifikasi lokasi, durasi, dan infeksi dibuktikan dengan prosedur
frekuensi nyeri, Nyeri pada luka post invasive dilakukan evaluasi sesuai
op diperut kanan bawah, Lama nyeri 1- intervensi yang telah dilakukan yaitu
2 menit, Nyeri hilang timbul, Memonitor tanda dan gejala infeksi,
Mengidentifikasi skala nyeri, Skala Tidak ada tanda dan gejala infeksi,
nyeri 3, Mengontrol lingkungan yang Mencuci tangan sebelum dan sesudah
memperberat nyeri, Mengajarkan kontak dengan klien, Mengajarkan cara
tehnik nonfarmakologi, Mengajarkan mencuci tangan dengan benar,
tehnik relaksasi napas dalam, Mengajarkan klien dan keluarga cara
Berkolaborasi dalam pemberian mencuci tangan dengan benar,
analgetik. Prosedur terapi relaksasi Berkolaborasi dalam pemberian
napas dalam yaitu Usahakan situasi antibiotic. Dalam melaksanakan
ruangan atau lingkungan tenang , atur intervensi ini perawat harus melibatkan
posisi nyaman. Pilih satu kata atau klien dalam modalitas sehingga terjadi
ungkapan singkat yang mencerminkan umpan balik yang baik antara perawat
keyakinan. Sebaiknya pilih kata atau dan klien. Respon subjektif dari Tn. R
ungkapan yang memiliki arti khusus. Klien mengatakan nyeri pada luka post
Kemudian Pejamkan mata, hindari operasi. Sedangkan respon objektifnya
menutup mata terlalu kuat. Bernafas yaitu Skala nyeri 3, Terdapat luka
lambat dan wajar sambil melemaskan operasi pada perut klien, Luka tertutup
otot mulai dari kaki, betis, paha, perut kassa steril.
dan pinggang. Kemudian disusul Pada tanggal 11 februari 2022
melemaskan kepala. Kemudian Atur atau hari kedua dilakukannya evaluasi
nafas kemudian mulailah menggunakan setelah sebelumnya telah melakukan
fokus yang berakar pada keyakinan. intervensi yang sama dengan hari
Tarik nafas dari hidung, pusatkan pertama, yaitu Memonitor tanda dan
kesadaran pada pengembangan perut, gejala infeksi, Tidak ada tanda dan
lalu keluarkan nafas melalui mulut gejala infeksi, Mencuci tangan sebelum
secara perlahan sambil mengucapkan dan sesudah kontak dengan klien,
ungkapan yang sudah dipilih. Dan Mempertahankan tehnik aseptic,
terakhir Pertahankan sikap pasif. Tn. R Mengajarkan cara mencuci tangan
mengatakan nyeri pada luka post dengan benar, Mengajarkan klien dan
operasi. keluarga cara mencuci tangan dengan
Pada tanggal 12 februari 2022 benar, Berkolaborasi dalam pemberian
dilakukan evaluasi hari yang ketiga antibiotic. Dalam melaksanakan
setelah dilakukan tindakan yang ketiga, intervensi ini perawat harus melibatkan
klien kini sudah tampak lebih rileks klien dalam modalitas sehingga terjadi
sehingga tindakan hanya berfokus pada umpan balik yang baik antara perawat
terapi relaksasi napas dalam untuk dan klien. Respon subjektif dari Tn. R
pengendalian nyeri. Respon subjektif setelah dilakukan tindakan hari kedua,
Tn. R mengatakan sudah bisa Tn. R mengatakan Klien mengatakan
beraktifitas sendiri sedangkan respon masih terasa nyeri pada luka post
objektif Tn. R tampak rileks dan operasi, Sedangkan untuk respon
nyaman. objektifnya yaitu Skala nyeri 3,
Pada tanggal 10 februari 2022 Terdapat luka post operasi pada perut
untuk diagnose kedua yaitu Risiko
kanan bawah, Luka tertutup kassa bergerak karena nyeri aktivitasnya
steril. dibantu keluarga, Respon objektif
Pada tanggal 13 februari 2022 Aktivitas dibantu keluarga dan tampak
dilakukan evaluasi hari yang ketiga meringis saat bergerak.
dengan diangnosa Risiko infeksi Pada tanggal 11 februari 2022
dibuktikan dengan prosedur invasive. dilakukan evaluasi hari yang kedua
Sebelumnya telah dilakukan tindakan pada Tn. R dengan diagnose Gangguan
keperawatan sesuai dengan intervensi, mobilitas fisik berhubungan dengan
pada hari ketiga ini tidak banyak yang nyeri. Tindakan keperawatan yang
dilakukan, Memonitor tanda dan gejala dilakukan masih sama dengan hari
infeksi, Tidak ada tanda dan gejala pertama yaitu Memonitor TTV TD :
infeksi, Mencuci tangan sebelum dan 110/80mmHg, Nadi : 80x/menit,
sesudah kontak dengan klien, Pernafasan: 18x/menit, Suhu : 36,5 0C,
Melakukan perawatan luka dan Melibatkan keluarga dalam membantu
mengganti perban, Luka bersih dan klien bergerak, Menganjurkan
tidak ada nanah maupun melakukan mobilisasi dini,
pembengkakan, Mempertahankan Mengajarkan mobilisasi sederhana
tehnik aseptic, Berkolaborasi dalam yang harus dilakukan, Miring kiri dan
pemberian antibiotic. Dengan respon kanan, Belajar duduk, jika sudah bisa
subjektif Tn. R Klien mengatakan tidak duduk belajar turun dari tempat tidur.
ada terasa panas pada luka dan klien Respon subjektif dari Tn. R
mengatakan nyeri semakin berkurang mengatakan sudah bisa bergerak seperti
dengan respon objektif Skala nyeri 2, duduk ditempat tidur walaupun masih
Tidak ada tanda infeksi, Luka bersih nyeri sedangkan respon objektifnya
dan tertutup kassa steril. tampak bisa duduk ditempat tidur
Pada tanggal 10 februari 2022 Makan dan buang air dibantu keluarga.
dilakukan evaluasi pada hari pertama Pada tanggal 12 februari 2022
pada Tn. R dengan diagnose Gangguan dilakukan evaluasi pada hari yang
mobilitas fisik berhubungan dengan ketiga pada Tn. R dengan diagnose
nyeri. Tindakan keperawatan yang Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dilakukan adalah . Mengidentifikasi dengan nyeri. Tindakan keperawatan
adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya, yang dilakukan yaitu Memonitor TTV
Nyeri pada luka post operasi, TD : 120/80mmHg, Nadi : 80x/menit,
Memonitor TTV TD : 120/80mmHg, Pernafasan: 20x/menit, Suhu : 360C,
Nadi : 80x/menit, Pernafasan: Melibatkan keluarga dalam membantu
20x/menit, Suhu : 36,80C Melibatkan klien bergerak, Mengajarkan mobilisasi
keluarga untuk membantu pasien dalam sederhana yang harus dilakukan, Klien
melakukan pergerakan, Menjelaskan sudah bisa berjalan sendiri.
tujuan mobilisasi, Menganjurkan Respon subjektif dari Tn. R
melakukan mobilisasi dini, mengatakan sudah bisa bergerak seperti
Mengajarkan mobilisasi sederhana duduk ditempat tidur walaupun masih
yang harus dilakukan, Menggerakan nyeri sedangkan respon objektifnya
kaki dan tangan, Miring kiri dan kanan, tampak bisa duduk ditempat tidur
Berjalan ke kamar mandi. Respon Makan dan buang air dibantu keluarga.
subjektif dari Tn. R mengatakan takut
Pada tanggal 10 februari 2022 dengan cairan NACL atau pembersih
dilakukan evaluasi untuk diagnosa hari nontoksik, sesuai kebutuhan,
pertama untuk masalah Gangguan pola Membersihkan jaringan nekrotik,
tidur berhubungan dengan hambatan Memasang balutan sesuai jenis luka,
lingkungan. Tindakan keperawatan Mempertahankan teknik steril saat
yang dilakukan yaitu Mengidentifikasi melakukan perawatan luka,
faktor pengganggu tidur, Nyeri, Menjelaskan tanda dan gejala infeksi,
Kepanasan, Kebisingan, Menganjurkan mengkonsumsi
Mengidentifikasi makanan dan makanan tinggi kalori dan protein,
minuman pengganggu tidur, Mengajarkan prosedur perawatan luka
Memodifikasi lingkungan, Membuka secara mandiri, Berkolaborasi
jendela, Membatasi kunjungan, pemberian antibiotik. Respon subjektif
Menyesuaikan jadwal pemberian obat dari Tn. R adalah Tn. R mengatakan
dengan siklus tidur terjaga, luka masih terasa nyeri, Tn. R
Menganjurkan menepati kebiasaan mengatakan luka terasa panas, dan
sebelum tidur. Respon subjektif dari respon objektifnya adalah Tn. R
Tn. R mengatakan sulit untuk memulai tampak meringis menahan nyeri, TTV
tidur karena kepanasan dan sering TD : 120/80mmHg, Nadi : 78x/menit,
terbangun saat tidur karena nyeri. Pernafasan: 20x/menit, Suhu : 37 0C,
Sedangkan respon objektifnya aktifitas Skala nyeri 4. Masalah belum teratasi
Tn. R Klien tampak gelisah, Mata klien dan intervensi dilanjutkan.
mata panda, Klien tampak kepanasan. Pada tanggal 11 februari 2022
Pada tanggal 11 februari 2022 dilakukan evaluasi hari kedua untuk
dilakukan evaluasi untuk diagnosa di diagnosa gangguan integritas kulit
hari kedua untuk masalah Gangguan berhubungan dengan agen pencedera
pola tidur berhubungan dengan fisik.
hambatan lingkungan. Tindakan Tindakan yang dilakukan yaitu
keperawatan yang dilakukan Memantau karakteristik luka (drainase,
Memodifikasi lingkungan, Membuka warna, ukuran, bau), Memantau tanda-
jendela, Membatasi kunjungan, tanda infeksi, Melepaskan balutan dan
Menyesuaikan jadwal pemberian obat plester secara perlahan, Membersihkan
dengan siklus tidur terjaga. Respon dengan cairan NACL atau pembersih
subjektif dari Tn. R mengatakan sudah nontoksik, sesuai kebutuhan,
bisa tidur dengan nyenyak dan sudah Membersihkan jaringan nekrotik,
tidak sering terbangun saat tidur Memasang balutan sesuai jenis luka,
sedangkan respon objektifnya Tn. R Mempertahankan teknik steril saat
tampak tidur nyenyak. melakukan perawatan luka,
Pada tanggal 10 februari 2022 Mengajarkan prosedur perawatan luka
dilakukan evaluasi hari pertama untuk secara mandiri, Berkolaborasi
diagnosa gangguan integritas kulit pemberian antibiotik. Respon subjektif
berhubungan dengan agen pencedera dari Tn. R adalah Tn. R mengatakan
fisik. Tindakan yang dilakukan yaitu luka masih terasa nyeri, Tn. R
Memantau karakteristik luka (drainase, mengatakan luka bersih, dan respon
warna, ukuran, bau), Memantau tanda- objektifnya adalah Tn. R tampak
tanda infeksi, Melepaskan balutan dan meringis menahan nyeri, TTV TD :
plester secara perlahan, Membersihkan 110/80mmHg, Nadi : 80x/menit,
Pernafasan: 18x/menit, Suhu : 36,5 0C, Intervensi dalam penelitian
Skala nyeri 3. Masalah belum teratasi ini adalah teknik relaksasi napas
dan intervensi dilanjutkan. dalam, intervensi tersebut dapat
Pada tanggal 12 februari 2022 dijadikan untuk meningkatkan
dilakukan evaluasi hari ketiga untuk pengetahuan tentang post op
diagnosa gangguan integritas kulit appendik dan prosedur penangan
berhubungan dengan agen pencedera yang efektif melalui pelatihan dan
fisik. Tindakan keperawatan yang seminar keperawatan pada klien
dilakukan hanya bersifat pemantauan dengan Post op appendik. Karya
karena sudah dijarkan perawatan luka ilmiah diharapkan ini dapat
secra mandiri, tindakan yang dilakukan memberikan manfaat terhadap
antara lain Memantau karakteristik pelayanan kesehatan dengan
luka (drainase, warna, ukuran, bau), memberikan gambaran dan
Memantau tanda-tanda infeksi, menjadikan acuan dalam
Berkolaborasi pemberian antibiotik. melakukan asuhan keperawatan
Respon subjektif dari Tn. R adalah Tn. pada kasus klien Post op
R mengatakan luka sudah tidak terasa appendicitis melakukan asuhan
nyeri, Tn. R mengatakan luka sudah keperawatan dengan pemantau
bersih dan basgus, dan respon lebih intensif.
objektifnya adalah Tn. R tampak
rileks, luka tampak bersih dan bagus,
TTV TD : 120/80mmHg, Nadi :
78x/menit, Pernafasan: 80x/menit,
Suhu : 36 0C, Skala nyeri 4. Masalah
teratasi dan intervensi dihentikan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat
di simpulkan bahwa intervensi inovasi
teknik relaksasi nafas dalam efektif
dalam menurunkan intensitas nyeri
pada Tn. R dengan diagnosa medis
Post Op Apendicitis.
Saran
1. Teoritis
Dengan diadakannya
penelitian ini, diharapkan penelitian
ini dapat dijadikan referensi,
sehingga memudahkan peneliti lain
dalam menyusun laporan karya
tulis dengan topik yang sama, serta
dapat dijadikan bahan referensi
bagi dosen dan mahasiswa untuk
melengkapi materi perkuliahan.

2. Praktis
DAFTAR PUSTAKA Apendisitis-Di-
Agustia. (2021). Pengaruh Teknik IndonesiaPada-Tahun-2018
Relaksasi Napas Dalam Dermawan Minauli Purba (2021).
Terhadap Penurunan Nyeri Analisis Praktik Klinik
Persalinan Kala I Fase Aktif Keperawatan Klien Acute
di PMB Desita, S.Sit Desa Coronary Syndrome (ACS)
Pulo Ara Kecamatan Kota Dengan Intervensi Terapi
Juang Kabupaten Bireuen Relaksasi Napas Dalam
Arief Mansjoer (2017). Kapita Terhadap Nyeri di Ruang
Selekta Kedokteran Jilid, Intensive Cardiac Care Unit
Media Eusculapius. RSUD Abdul Wahab
Arif muttaqin. (2017). Buku Ajar Sjahranie Samarinda Tahun
Asuhan Keperawatan Klien 2021.
dengan Gangguan Sistem Guyton AC, Hall JE. (2017). Buku
Pernapasan, Jakarta: Ajar Fisiologi Kedokteran.
Salemba Medika. Edisi 11. Penterjemah:
Benson, H., & Prector, W. (2000). Irawati, Ramadani D,
Dasar-dasar respon Indriyani F. Jakarta:
relaksasi. Bandung: Kaifa Penerbit Buku Kedokteran
Berman, S., & Kozier. (2018). Buku EGC
ajar praktik keperawatan Manurung, M. (2019). Pengaruh
klinis kozier. Jakarata; EGC. Teknik Relaksasi Benson
Black, J dan Hawks, J. 2017. Terhadap Penurunan .
Keperawatan Medikal Mubarak, I. Indrawati L, Susanto J.
Bedah: Manajemen Klinis 2017. Buku 1 Ajar Ilmu
untuk Hasil yang Keperawatan Dasar.
Diharapkan. Jakarta : Salemba Medika.
Dialihbahasakan oleh Nurarif & Kusuma. (2018). Terapi
Nampira R. Jakarta: Komplementer Akupresure.
Salemba Emban Patria. Journal of Chemical
Brunner & Suddarth. (2014). Information and Modeling,
Keperawatan Medikal 53(9), 1689–1699.
Bedah. Jakarta : Egc. https://doi.org/10.1017/CB
Burkitt, H. G., Quick, C. R. G., and O9781107415324.004
Reed, J. B., 2017. Potter, P., Perry, A., Stockert, P., &
Appendicitis. In: Essential Hall, A. (2017).
Surgery Problems, Fundamentals of nursing:
Diagnosis & Management. Concepts, process, and
Fourth Edition London: practice. 9th Ed. St. Louis,
Elsevier. MI: Elsevier Mosby.
Depkes Ri. PPNI, Tim Pokja DPP. Standar
Appendicitis Di Indonesia. Intervensi Keperawatan
Di Akses Dari : Indonesia. Jakarta Selatan:
Http://Www.Artikelkedokte DPP PPNI, 2018.
ran.Com/Arsip/ PPNI, Tim Pokja SDKI DPP.
Standar Diagnosis
Keperawata Indonesia. Terhadap Intensitas Nyeri
Jakarta Selatan: DPP PPNI, Post Sectio Caesarea Di
2016. Rsud Sumedang. Journal Of
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. Standar Chemical Information And
Luaran Keperawatan Modeling, 53(9), 1689–
Indonesia. Jakarta Selatan: 1699.
DPP PPNI, 2018. Https://Doi.Org/10.1017/Cb
Pristahayuningtyas, Rr.C.Y. (2018). o9781107415324.004.
Pengaruh Mobilisasi Dini Williams., & Wilkins. (2017).
terhadap Perubahan Tingkat Nursing:Menafsirkan
Nyeri Klien Post Operasi Tanda-Tanda dan Gejala
Apendiktomi di Ruang Penyakit. jakarta : PT
Bedah Mawar Rumah Sakit Indeks.
Baladhika Husada Yusliana dkk. (2017). Efektivitas
Kabupaten Jember. Jember : relaksasi benson terhadap
Universitas Jember. penurunan nyeri pada
Reksoprodjo, S, 2017, Kumpulan ibu post partum section
Kuliah Ilmu Bedah, 115, caesarea. Di unduh
Tangerang, Binarupa. dari
Aksara. http://download.portalgarud
Reza Reskita (2019). Pengaruh a.org/article.php?
Teknik Relaksasi Nafas article=385031&val=6447&
Dalam terhadap Penurunan title=EFEKTIVITAS
Nyeri pada Pasien Fraktur. %20RELAKSASI
Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. %20BENSON
(2017). Buku Ajar Ilmu %20TERHADAP
Bedah.Edisi 3.Jakarta : %20PENURU NA
EGC. %20NYERI%20PADA
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda %20IBU
G. (2017). Keperawatan %20POSTPARTUMSECTI
Medikal Bedah. Jakarta : O%20CAESAREA.
Egc. Zees, Rini Fahriani. (2012),
Suryaningsih (2019). Pengaruh Pengaruh Tehnik Relaksasi
Teknik Relaksasi Nafas terhadap Respon Adaptasi
Dalam Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien
Nyeri Perut Pasien Apediktomi di Ruang G2
Gastroernteritis Akut di Lantai II Kelas III BLUD
IGD RS Bina Sehat Jember
Susanto, dkk (2017). Pengaruh
Teknik Relaksasi Benson

Anda mungkin juga menyukai