Anda di halaman 1dari 14

ANALISA CLINICAL PATHWAY PASIEN POST

APPENDIKTOMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH


GAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
DWI MARYANI
1710201251

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

1
ANALISA CLINICAL PATHWAY PASIEN POST
APPENDIKTOMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
DWI MARYANI
1710201251

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

2
3
ANALISA CLINICAL PATHWAY PASIEN POST
APPENDIKTOMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING1

Dwi Maryani 2, Ruhyana3

ABSTRAK

Latar Belakang: Appendicitis adalah penyakit infeksi yang muncul pada saluran
usus buntu. Appendicitis sendiri merupakan penyakit lima besar yang ada di RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
pelayanan kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Gamping, perlu dilakukan telaah
terhadap clinical pathway yang ada termasuk appendiktomy. Kasus penyakit yang
ada pada tahun 2017 terdapat 104 kasus appendicitis dimana 74 kasus dengan
tindakan appendiktomy.
Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran pasien post appendiktomy yang menjalani
perawatan berdasarkan clinical pathway RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik.
Pengambilan sampel ini menggunakan teknik accidental sampling. Sampel berjumlah
41 responden. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi pasien post
operasi di ruang rawat inap dan analisa data menggunakan uji test ANOVA.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa skala nyeri pada hari
pertama sampai dengan hari ketiga terdapat perbedaan yang ditunjukkan dengan
hasil uji sebesar 0,000. Kondisi luka pada hari pertama sampai hari ketiga tidak
terdapat perbedaan yang ditunjukkan dengan hasil uji sebesar 0,893. Kemampuan
mobilisasi hari pertama sampai hari ketiga terdapat perbedaan yang mana
ditunjukkan dengan hasil uji 0,000.
Simpulan dan Saran: Skala nyeri cenderung menurun sejak hari pertama sampai
dengan hari ketiga perawatan. Kondisi luka pasien post appendiktomy tidak
menunjukkan adanya infeksi dan kemampuan mobilisasi pasien mengalami
peningkatan. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti aspek yang lain dalam
clinical pathway appendicitis seperti hasil laboratorium, nutrisi, dan monitoring vital
sign.
.

Kata Kunci : Appendiktomy, Nyeri, Mobilisasi, Luka operasi


Daftar Pustaka : 13 buku, 17 jurnal

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

4
PENDAHULUAN appendix (usus buntu) sehingga
Appendisitis adalah peradangan appendix tertekan dan tersumbat, jika
dari apendiks vermiformis, dan hal ini terjadi terus-menerus maka akan
merupakan penyebab abdomen akut mempermudah bakteri untuk
yang paling sering. Penyakit ini dapat berkembang biak di appendix dan
mengenai semua umur baik laki laki menyebabkan apendisitis.
maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 Angka kejadian apendisitis di
— 30 tahun (Mansjoer,2008). Pria lebih dunia mencapai 3442 juta kasus tiap
banyak terkena daripada wanita, remaja tahun (Stacroce,2013). Statistik di
lebih banyak dari orang dewasa, Amerika mencatat setiap tahun terdapat
kejadian kasus Appendicitis tertinggi 30 — 35 juta kasus apendisitis
adalah yang berusia 10 sampai 30 (Departemen Republik Indonesia,
tahun. Penyakit appendisitis yang biasa 2013). Penduduk di Amerika 10%
dikenal oleh masyarakat awam sebagai menjalani apendektomy (pembedahan
penyakit usus buntu. Appendisitis untuk mengangkat apendiks). Afrika
merupakan inflamasi pada usus buntu dan Asia prevalensinya lebih rendah
yang mengakibatkan infeksi pada akan tetapi cenderung meningkat oleh
apendiks atau umbai cacing. Infeksi karena pola diitnya yang mengikuti
tersebut ditandai dengan adanya nanah orang barat.
atau pus, nyeri di epigastrium,
Survey di 15 provinsi di Indonesia
anoreksia, mual, dan muntah bahkan
tahun 2014 menunjukan jumlah
pada komplikasi dapat terjadi perforasi
apendisitis yang dirawat di rumah sakit
(lengket dan pecah).
sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini
Keberhasilan proses penyembuhan
meningkat drastis dibandingkan dengan
luka post operasi dipengaruhi antara
tahun sebelumnya,yaitu sebanyak
lain oksigenasi, teknik operasi, dan
3.236 orang. Awal tahun 2014, tercatat
faktor umum yang terdiri dari usia,
1.889 orang di Jakarta yang dirawat di
nutrisi dan obat obatan
rumah sakit akibat apendisitis (Depkes
(Subiston,1997). Ambulasi dini
RI, 2013). Kementrian Kesehatan
merupakan suatu aspek penting pada
menganggap apendisitis merupakan isu
fungsi fisiologis karna merupakan
prioritas kesehatan di tingkat lokal dan
komponen essensial guna
nasional karena mempunyai dampak
mempertahankan kemandirian.
besar pada kesehatan masyarakat
Ambulasi dini berfungsi untuk melatih
(Depkes RI, 2013)
otot, sistem saraf, tulang maupun
sirkulasi darah sehingga dapat Insiden apendisitis 25 per 10.000
diharapkan mampu mempercepat pada anak usia 10 -17 tahun, Menurut
proses penyembuhan luka NR Djen (2017), Hasil survey
(Carpenito,2009). Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Kebiasaan makanan rendah serat Indonesia, apendisitis akut merupakan
(kurang mengkonsumsi sayur-sayuran) salah satu penyebab dari akut abdomen
dapat menimbulkan terjadinya dan beberapa indikasi untuk dilakukan
konstipasi. Karena konstipasi akan operasi kegawat daruratan abdomen.
menyebabkan sisa makanan menumpuk Insiden apendisitis di Indonesia
di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, menempati urutan tertinggi dari
maka sisa makanan yang menumpuk di beberapa kasus kegawatan abdomen
dalam tubuh ini akan menekan organ- lainnya. Setiap tahun apendisitis
organ sekitarnya terutama organ menyerang 10 juta penduduk Indonesia
5
dan saat ini morbiditas angka perawat sudah selayaknya kita dapat
apendisitis di Indonesia mencapai 95 memberikan asuhan keperawatan untuk
per 1000 penduduk dan angka ini pemenuhan kebutuhan dasar pada
merupakan tertinggi di antara negara - pasien appendiktomy antara lain
negara (ASEAN). masalah nyeri, luka atau radang, dan
Perbandingan laki-laki dan mobilisasi pasien. Ketiga masalah
perempuan 9% dengan 7%. Di tersebut juga muncul dalam Clinical
Amerika Serikat, lebih dari 70.000 Pathway pasien post appendiktomy di
anak dengan diagnosis apendisitis RS PKU Muhammadiyah Gamping.
setiap tahunnya, atau sekitar 1 dalam Merujuk pada data yang ada pada
1000 anak setiap tahunnya. Sedangkan latar belakang penelitian, maka peneliti
di Bagian Bedah Anak, RSUP Dr. melakukan kajian lebih lanjut tentang
Sardjito, Yogyakarta, apendisitis akut Clinical Pathway pasien post
termasuk sepuluh besar penyakit appendiktomy di RS PKU
tersering. Muhammadiyah Gamping. Terlebih
masalah tersebut adalah masalah
Berdasarkan data yang peneliti pemenuhan kebutuhan dasar manusia
peroleh selama periode Januari- yang menjadi tugas utama sebagai
Desember 2017 ada 104 kasus seorang perawat untuk memenuhinya.
appendisitis yang terdiri ,70 kasus
sendiri dengan tindakan pembedahan
yaitu appendiktomy, 44 pasien laki- METODE PENELITIAN
laki, 60 pasien perempuan, dengan Jenis penelitian yang akan digunakan
kisaran umur kurang dari 20 tahun dalam penelitian ini adalah deskriptif
sebanyak 23 pasien, umur 20 — 40 analitik. Jumlah sampel dalam
tahun sebanyak 51 pasien dan umur penelitian ini adalah 41 responden.
lebih dari 40tahun sebanyak 30 pasien Sampel yang akan digunakan yaitu
yang dirawat di RS PKU pasien appendisitis dengan tindakan
Muhammadiyah Gamping. appendiktomy yang dirawat di RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Penelitian
Penatalaksanaan pasien dengan
ini menggunakan lembar observasu.
appendisitis di RS PKU
Metode analisis yang digunakan adalah
Muhammadiyah Gamping dibedakan
uji statistik menggunakan uji Anova.
menjadi dua yaitu appendisitis akut dan
appendisitis kronis. Pasien yang datang
HASIL PENELITIAN
dilayani di dua pelayanan yaitu di
Gambaran Umum Penelitian
poliklinik dan di igd. Jumlah pasien
RS PKU Muhammadiyah
appendisitis akut dalam periode 2017
Yogyakarta adalah milik Pimpinan
ada sebanyak 104 kasus ditemukan dan
Pusat Muhammadiyah yang didirikan
appendisitis kronik tidak ditemukan.
oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai
Appendisitis termasuk dalam lima besar
ketua persyarikatan Muhammadiyah
kasus penyakit yang muncul di RS
atas inisiatif muridnya, K.H. Sudjak
PKU Muhammadiyah Gamping, maka
yang pada awalnya berupa klinik dan
dalam penanganannya harus di
poliklinik pada tanggal 15 Februari
sesuaikan dengan form “clinical
1923 dengan lokasi pertama di
pathways” yang ada. Penanganan
kampung jagang Notoprajan No.72
kasus appendicitis sendiri sebagian
Yogyakarta. Awalnya bernama
besar dengan Emergency Treatment
Penolong Kesengsaraan Oemoem
(appendiktomy). Banyak masalah
(PKO) dengan maksud menyediakan
keperawatan yang muncul setelah
pelayanan kesehatan bagi kaum
tindakan appendiktomy. Sebagai

5
dhuafa, pendirian pertama atas Total 41 100.0
inisiatif H.M. Sudjak yang didukung
sepenuhnya oleh K.H.Ahmad Dahlan. Berdasarkan tabel 1 hasil
Seiring dengan waktu, nama PKO penelitian tentang karakteristik
berubah menjadi Pembina responden berdasarkan jenis kelamin
Kesejahteraan Umat (PKU) . paling banyak berjenis kelamin
Pada tahun 1928 klinik dan perempuan sebanyak 22 (53,7%)
poliklinik PKO Muhammadiyah responden dan paling sedikit Laki-
pindah lokasi ke jalan Ngabean laki sebanyak 19 (46,3%)
No.12B Yogyakarta (sekarang Jalan responden.Usia
KH. Ahmad Dahlan). Pada tahun Tabel.2
1936 klinik dan poliklinik PKO Karakteristik Responden Berdasarkan
Muhammadiyah Yogyakarta pindah Usia Pasien post appendiktomy yang
lagi ke lokasi Jalan KH. Ahmad menjalani perawatan di RS PKU
Dahlan No 20 Yogyakarta hingga saat Muhammadiyah Gamping (n=41)
ini. Pada tahun 1970-an status klinik Usia f (%)
dan poliklinik berubah mnenjadi RS Remaja Awal (≤16 Tahun) 6 14.6
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Remaja Akhir(17-25 Tahun) 13 31.7
Seiring berjalannnya waktu pada Dewasa awal(26-35 Tahun) 8 19.5
Dewasa Akhir(36-45 Tahun) 3 7.3
tanggal 15 Februari 2009 dibukalah Lansia Awal(46-55 Tahun) 3 7.3
RS PKU Muhammadiyah Gamping Lansia Akhir(56-65 Tahun) 7 17.1
yang merupakan pengembangan dari Manula(≥65 Tahun) 1 2.4
RS PKU Muhammadiyah Total 41 100.0
Yogyakarta. RS PKU
Muhammadiyah Gamping Berdasarkan tabel 2 hasil
beralamatkan di Jalan Wates Km 5,5 penelitian tentang karakteristik
Bodeh Ambarketawang Gamping responden berdasarkan usia paling
Sleman. Awalnya rumah sakit ini banyak berusia antara remaja Akhir
bernama RS PKU Muhammadiyah (17-25 Tahun) sebanyak 13 (31,7%)
Unit II. RS PKU Muhammadiyah responden dan paling sedikit berusia
Gamping memiliki beberapa unit manula (>65 Tahun) sebanyak 1
pelayanan antar lain, unit (2,4%)
hemodialisa, fisioterapi, , kebidanan,
anak, penyakit dalam, bedah umum, Skala nyeri hari pertama sampai hari
bedah digestif, ortopedhi, urologi, ketiga pada pasien post
paru, jantung, gigi dan mulut, tht, appendiktomy yang dirawat di RS PKU
mata, kulit dan syaraf. Muhammadiyah Gamping

Gambaran Umum Responden Tabel 4.3


Penelitian Skala nyeri hari pertama sampai hari
Tabel 1 ketiga pada pasien post
Karakteristik Responden appendiktomy yang dirawat di RS PKU
Berdasarkan Jenis kelamin Pasien Muhammadiyah Gamping
post appendiktomy yang menjalani
perawatan di RS PKU
Muhammadiyah Gamping (n=41)
Jenis Frekuensi Persentase
kelamin (f) (%)
Laki-laki 19 46.3 Berdasarkan tabel 4.3 hasil
Perempuan 22 53.7 penelitian dengan analisis uji

6
ANOVA dapat diperolah hasil bahwa mayoritas kondisi luka, didapatkan
uji beda 0,000 < 0,05 yang artinya pada hari pertama hingga ketiga
skala nyeri hari pertama sampai hari paling banyak responden kondisi luka
ketiga pada pasien post dengan tidak ada infeksi.
appendiktomy yang dirawat
mengalami perbedaan yang sangat Kemampuan Mobilisasi Pada Hari
berarti. Ini menunjukan bahwa dari Pertama Sampai Hari Ketiga
hari pertama sampai ketiga Pasien Post appendiktomy Yang
mengalami penurunan untuk skala Dirawat di RS PKU
nyerinya. Data yang paling banyak Muhammadiyah Gamping.
ditemukan pada hari pertama adalah Tabel 4.5
nyeri berat sebanyak 20 (48,8%) Kemampuan Mobilisasi Pada Hari
responden, pada hari kedua paling Pertama Sampai Hari Ketiga Pasien
banyak adalah 28 responden Post appendiktomy Yang Dirawat Di
(68,3%) dan pada hari ketiga yaitu RS PKU Muhammadiyah Gamping.
paling banyak nyeri ringan sebanyak
27 (65,9%).

Kondisi Luka Operasi Hari


Pertama Sampai Hari Ketiga Pada
Pasien Post Appendiktomy Yang Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian
Dirawat di RS PKU dengan analisis uji ANOVA Test
Muhammadiyah Gamping. dapat diperolah hasil bahwa uji beda
Tabel 4.4 0,000 < 0,05 yang artinya
Kondisi Luka Operasi Hari Pertama kemampuan mobilisasi hari pertama
Sampai Hari Ketiga Pada Pasien Post sampai hari ketiga pada pasien post
Appendiktomy Yang Dirawat di RS appendiktomy menunjukan adanya
PKU Muhammadiyah Gamping perbedaan. Berdasarkan hasil
(N=41) observasi SOP pada perawatan pasca
operasi pasien post appendiktomy
didapatkan kemampuan pada hari
pertama seluruhnya responden
dengan kemampuan immobilisasi
yaitu bangun tidur/duduk masih
dibantu penuh sebanyak 41
Berdasarkan tabel 4.4 hasil responden. Pada hari kedua dapat
penelitian dengan analisis uji dilihat responden kemampuan
ANOVA dapat diperolah hasil bahwa mobilisasi meningkat dengan
uji beda 0,893 > 0,05 yang artinya mayoritas responden memiliki
kondisi luka operasi hari pertama kemampuan mobilisasi ringan yaitu
sampai hari ketiga pada pasien post responden bisa tirah baring, duduk,
appendiktomy tidak mengalami dan berdiri sebanyak 27 responden,
perbedaan yang signifikan. Pada Hari yang masih immobilisasi yaitu duduk
pertama responden dengan potensial atau ,asih tirah baring sebanyak 12
infeksi berjumlah 1 responden dan responden dan yang sudah dapat
minimal infeksi berjumlah 1 mobilisasi normal yaitu dari duduk
responden. Pada hari ke dua berubah sampai berjalan dapat mandiri ada 2
menjadi 2 responden dengan minimal responden. Pada hari ketiga
infeksi. Pada hari ketiga tidak didapatkan kemampuan mobilisasi
mengalami perubahan. Dilihat dari meningkat pada kemampuan

7
mobilisasi ringan yaitu dengan Provoke (pemicu nyeri), Quality
responden sebanyak 19 responden (kualitas nyeri/karakter nyeri), Regio
yang dapat dengan mobilisasi normal (pola penyebaran nyeri/lokasi nyeri),
ada 22 responden. Severity (skala/tingkat keparahan),
Time (waktu serangan/durasi). Kita
sebagai perawat dengan mudah untuk
menghafalkan dengan pengkajian
PQRST yaitu pemicu rasa nyeri/faktor
PEMBAHASAN yang menyebabkan nyeri, kualitas
nyeri yang dirasakan , lokasi dimana
Skala nyeri hari pertama sampai rasa nyeri itu berasal atau daerah nyeri,
hari ketiga pada pasien post keparahan nyeri atau skala nyeri,
appendiktomy yang dirawat di RS sampai tingkat berapa skala 1-10 dan
PKU Muhammadiyah Gamping. waktu saat nyeri terjadi
(Muttaqin,2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Banyak faktor faktor yang
Skala nyeri hari pertama dengan mempengaruhi intensitas nyeri antara
kriteria nyeri ringan 2 (4,9%) lain gaya koping, usia dan ambang
responden, nyeri sedang 19 (46,3%) nyeri yang setiap orang berbeda beda.
responden, dan nyeri berat 20 (48,8%) Dalam penelitian ini banyak juga
responden. Pada hari kedua ditemukan pasien dengan gaya koping
menunjukkan nyeri ringan 7 (17,1) yang sangat rendah.
responden, nyeri sedang 28 (68,3%) Selama penelitian ini perawat
responden, dan nyeri berat 6 (14,6%) telah melakukan intervensi yang sesuai
responden. Sedangkan pada hari ketiga dengan manajemen nyeri (NIC – NOC,
menunjukkan nyeri ringan 27 (65,9%) 2018) meliputi melakukan pengkajian
responden, nyeri sedang 12 (29,3%) nyeri PQRST, mengobservasi reaksi
responden, dan nyeri berat 2 (4,9%) nonverbal ketidaknyamanan,
responden. Kesimpulan penelitian ini menggunakan teknik teraupetik ,
bahwa terjadi penurunan pada skala mengevaluasi pengalaman nyeri pada
nyeri pada hari pertama sampai hari masa lampau, membantu pasien untuk
ketiga post appendiktomy. Ada menemukan dukungan, mengontrol
perbedaan skala nyeri dari hari lingkungan yang tepat, memberikan
pertama sampai hari ketiga. Hal ini analgetik/kolaborasi untuk tindakan
disebabkan sebagai tugas perawat nonfarmakologi, mengajarkan teknik
dalam melakukan asuhan keperawatan, relaksasi nafas dalam dan
perawat sudah melakukan intervensi meningkatkan istirahat pasien itu
keperawatan selama post sendiri.
appendiktomy yaitu dengan Hasil dalam penelitian ini
manajemen nyeri. didapatkan bahwa pada tingkat skala
Nyeri adalah respons subyektif nyeri didapatkan responden
terhadap stresor fisik dan psikologis mengalami penurunan nyeri. Peneliti
yang dirasakan oleh setiap individu. mengamati hal ini dapat terjadi
Nyeri secara khas dijelaskan dan disebabkan perawat telah melakukan
dikharakteristikkan dalam beberapa tindakan keperawatan 3x24 Jam post
cara : melalui durasinya (akut dan appendiktomy dapat menurunkan skala
kronis), melalui sumber atau lokasi dan nyeri dengan kriteria hasil pada hari
penyebarannya. Setiap pasien yang terakhir mayoritas responden memiliki
merasakan nyeri dalam asuhan nyeri ringan. Tindakan yang dilakukan
keperawatan akan ada pengkajian perawat untuk mengurangi nyeri salah
nyeri yang paling umum ada lima yaitu
8
satunya dengan kolaborasi yaitu Elita ( 2014 ), yang menunjukkan
pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul kualitas tidur atau istirahat yang baik
tiap 8 jam. Pada penelitian ini pasien sangat mempengaruhi intensitas nyeri.
post appendiktomy diberikan injeksi Semakin berkualitas istirahat tidur
ketorolac dari hari pertama sampai hari pasien maka semakin menurun juga
ketiga sesuai dengan cinical pathway. untuk intensitas rasa nyerinya.
Selain itu juga dilakukan pemberian Penelitian ini didapatkan data
teknik relaksasi nafas dalam. . Alasan pada hari ketiga pasien yang
tindakan relaksasi nafas dalam adalah mengalami nyeri ringan sebanyak 27
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien atau 65,9% yang artinya
pasien, karena apabila terlalu banyak sebenarnya tingkatan nyeri pada pasien
tindakan yang dilakukan akan dengan skala nyeri ringan tidak perlu
dikhawatirkan akan muncul nyeri lebih diberikan injeksi ketorolac akan tetapi
parah lagi. Hasil penelitian ini sejalan bisa diberikan teknik relaksasi nafas
dengan penelitian Cahyati (2017) yang dalam atau dengan teknik distraksi.
menyatakan bahwa upaya penurunan Hal ini yang menjadikan clinical
nyeri saat dilakukan dengan tindakan pathway appendicitis perlu diperbaiki.
relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan rasa nyeri yang dirasakan Kondisi luka operasi hari pertama
dan menganjurkan pasien untuk sampai hari ketiga pada pasien post
melakukan teknik nafas dalam dan appendiktomy yang dirawat di RS
distraksi apabila rasa nyeri muncul. PKU Muhammadiyah Gamping.
Selain teknik relaksasi
nafas dalam juga bisa dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan teknik distraksi yaitu kondisi luka hari pertama dengan
pengalihan fokus pasien (NIC- kriteria potensial infeksi 1 (2,4%)
NOC,3018). Disini yang dilakukan responden, minimal infeksi 1 (2,4%)
perawat untuk mengalihkan perhatian responden, dan tidak ada infeksi 39
pasien disaat pasien mengalami (95,1%) responden. Pada hari kedua
kesakitan yaitu dengan mengajak menunjukkan potensial infeksi tidak
pasien bercerita atau menonton televisi. ada, minimal infeksi 2 (4,9%)
Perawat berusaha mengalihkan fokus responden, dan tidak ada infeksi 39
pasien yang hanya berfokus pada nyeri (95,1%) responden. Sedangkan pada
yang dirasakan. Hal ini sejalan juga hari ketiga menunjukkan potensial
dengan penelitian Setyawati (2016) infeksi tidak ada , minimal infeksi 2
yang menunjukkan teknik relaksasi (4,9%) responden, dan tidak ada infeksi
genggam jari dapat mengurangi rasa 39 (95,1%) responden.
nyeri pada pasien post SC. Teknik Hasil penelitian tentang kondisi
relaksasi genggam jari menunjukkkan luka operasi hari pertama sampai hari
berkurangnya otot-otot yang tegang ketiga pada pasien post appendiktomy
yang bisa menimbulkan rasa nyeri. tidak mengalami perbedaan yang
Selain dengan teknik relaksasi hal signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
yang dilakukan perawat di ruang mayoritas kondisi luka, didapatkan
perawatan yaitu dengan memotivasi pada hari pertama hingga sampai ketiga
pasien untuk lebih banyak istirahat. paling banyak responden kondisi luka
Pada penelitian ini pasien banyak dengan tidak ada infeksi. Dapat
meluangkan waktu untuk istirahat disimpulkan bahwa kondisi luka hari
semakin pasien tidak atau sedikit lupa pertama hingga ketiga tidak memiliki
untuk merasakan nyeri post operasi. perbedaan yang signifikan. Hal ini
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikarenakan perawat sudah melakukan

9
tindakan keperawatan dalam mencegah menunjukkan leukosit tinggi lebih dari
resiko infeksi pada luka post operasi. normal yaitu 22.000. Kemungkinan hal
Tindakan keperawatan yang ini yang menyebabkan kondisi tubuh
dilakukan perawat dalam mengurangi pasien pada waktu post operasi hari
resiko infeksi yaitu dengan pemantauan pertama mengalami penurunan. Suhu
tanda tanda vital yang ada sesuai tubuh badan pasien menjadi tidak
dengan kontrol infeksi (NIC normal dan kemungkinan hal ini juga
NOC,2018). Perawat juga yang menyebabkan kondisi luka pada
membersihkan lingkungan setelah post appendiktomy mengalami
pasien pada waktu mengganti linen potensial infeksi. Kemungkinan besar
pasien. Perawat tidak lupa juga selalu juga ada pengaruh dari waktu tindakan
untuk cuci tangan sebelum dan sesudah di kamar operasi apakah sudah sesuai
dari tempat pasien. Tindakan yang dengan SPO rumah sakit atau belum.
dilakukan juda bersifat kolaborasi Karena disini peneliti tidak sampai
dengan dokter penanggung jawab mengobservasi untuk tindakan di
pasien yang artinya selama perawatan kamar operasi.
pasien diberikan antibiotik injeksi
Ceftriaxone 1 gram setiap 12 jam. Kemampuan mobilisasi pada hari
Menjaga kebersihan lingkungan pertama sampai hari ketiga pasien
pasien oleh keluarga pasien adalah post appendiktomy yang dirawat di
salah satu hal yang dapat mengurangi RS PKU Muhammadiyah Gamping.
hal yang dapat menyumbang resiko Hasil penelitian menunjukkan bahwa
infeksi.Hasil penelitian ini dapat kemampuan hari pertama masih
terjadi disebabkan karena status imun imobilisasi sebanyak 41 (100%)
atau status nutrisi responden yang baik responden. Pada hari kedua
juga karena faktor usia responden. Pada menunjukkan immobilisasi sebanyak
hasil karakteristik responden 12 (29,3%) responden, mobilisasi
didapatkan usia paling banyak berusia ringan 27 (65,9%) responden, dan
antara remaja Akhir (17-25 Tahun) mobilisasi normal 2 (4,9%) responden.
sebanyak 13 (31,7%) responden. Usia Sedangkan pada hari ketiga
tersebut merupakan usia remaja yang menunjukkan immobilisasi tidak ada ,
masih mungkin untuk mengalami mobilisasi ringan 19 (46,3%)
penyembuhan dengan cepat. Adapun responden, dan mobilisasi normal 22
faktor faktor dari nutrisi yang adekuat (53,7%) responden. Hal ini dapat
sangat membantu untuk penyembuhan disimpulkan bahwa terjadi perbedaan
luka. Hal ini sejalan dengan penelitian pada kemampuan mobilisasi dari hari
Nugroho (2017) yang mengatakan pertama sampai hari ketiga operasi.
intake cairan atau makanan yang cukup Faktor yang mempengaruhi
sangat penting dan berpengaruh ubntuk terjadinya mobilisasi salah satunya
penyembuhan luka post operasi. faktor psikologis. Secara psikologis
Data pada penelitian ini mobilisasi akan memberikan
didapatkan ada dua pasien yang kepercayaan pada pasien bahwa dia
mengalami potensial infeksi pada hari mulai merasa sembuh. Pasien dan
pertama post operasi appendiktomy. keluarga akan dapat mengetahui
Hal ini menyebabkan resiko infeksi manfaat mobilisasi, sehingga akan
lebih tinggi. Kebijakan KARS untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
RS yang mengharuskan tidak ada mobilisasi.
infeksi dalam tindakan post Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
appendiktomy. Pada pasien ditemukan Brunner & Suddarth (2009) yang
hasil laboratorium pre operasi yang menyatakan mobilisasi pasca

10
pembedahan yaitu proses aktivitas yang di RS PKU Muhammadiyah Gamping
dilakukan pasca pembedahan dimulai menunjukkan adanya peningkatan
dari latihan ringan diatas tempat tidur( Saran
latihan pernafasan, latihan batuk efektif Bagi responden Hasil penelitian ini
dan menggerakkan tungkai) sampai dapat dapat menambah wawasan
dengan pasien bisa turun dari tempat bagaimana gambaran perawatan pada
tidur, berjalan ke kamar mandi dan kasus appediktomy yaitu tentang
berjalan ke luar kamar. Perawat masalah nyeri, yang mana mengalami
melakukan tindakan seperti melatih penurunan, kondisi luka yang mana
pasien untuk mobilisasi sedini mungkin tidak ada tanda tanda infeksi dan
setelah post operasi. kemampuan mandiri untuk mobilisasi
Menurut peneliti, dalam penelitian ini secara bertahap dari hari pertama
untuk kemampuan mobilisasi pasien sampai dengan hari ketiga. Diharapkan
post appendiktomy sangat dipengaruhi pada peneliti selanjutnya untuk
gaya hidup dari pasien itu sendiri dan meneliti aspek yang lain dalam clinical
rasa ketakutan yang tinggi. Mereka pathway appendicitis.
banyak beranggapan semakin banyak
bergerak semakin takut jika jahitan DAFTAR PUSTAKA
luka post operasi akan rusak. Brunner, L. S., & Suddarth, D. S.
Ditemukan masih banyak pasien yang (2002). Keperawatan Medikal
belum mandiri dalam bermobilisasi Bedah Edisi 8 Volume 2.
post appendiktomy, maka tahapan Jakarta: EGC.
dalam clinical pathway untuk
mobilisasi pasien perlu diperbaiki. Hal de Jong, S. (2010). Buku Ajar Ilmu
ini juga akan didukung kolaborasi Bedah. Jakarta: EGC.
antara perawat dengan dokter
Donerty, B. (2014). Frecuency abd
penanggung jawab agar selalu motivasi
Duration of Nursing Care
segera mobilisasi setelah pasien post
Related of Older Patient
operasi.
Mobility. Nursing Scholarship,
8.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Faridah, V. N. (2015). Penurunan
(1) Skala nyeri pada hari pertama sampai Tingkat NYeri pasien Post Op
dengan hari ketiga pada pasien post Appendiktomy Dengan Teknik
appendiktomy yang dirawat di RS Distraksi Nafas Ritmik. Jurnal
PKU Muhammadiyah Gamping Keperawatan STIKES
mengalami perubahan yang signifikan. Muhammadiyah Lamongan, vol
Hal ini menggambarkan bahwa setelah 07 no 02.
dilakukan perawatan post operasi
tingkatan skala nyeri mengalami Hadi, S. (2016). Statistik. Yogyakarta:
penurunan. Skala nyeri cenderung Pustaka Pelajar.
menurun pada skala sedang dan ringan.
(2) Kondisi luka operasi pada hari pertama Hariyanto, A., & Sulistyowati, R.
sampai dengan hari ketiga pada pasien (2015). Buku Ajar Keperawatan
post appendiktomy yang di rawat di RS Medikal Bedah 1. Yogyakarta:
PKU Muhammadiyah Gamping tidak Ar ruzz Media.
menunjukkan adanya indikasi infeksi. Herdman, H. T. (2015). NANDA
(3) Kemampuan mobilisasi pada hari Internasional Inc. Diagnosis
pertama sampai pada hari ketiga Keperawatan(Definisi &
pasien post appendiktomy yang dirawat Klasifikasi ). Jakarta: EGC.

11
Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. keperawatan volume 1. Jakarta:
(2012). Asuhan Keperawatan EGC
Post operasi. Yogyakarta:
Mulia Medika. Potter, P. A. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan
Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2012). volume 2. Jakarta: EGC.
Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA dan Rahmawati, L. C. (2017). Evaluasi
NIC_NOC. Yogyakarta: Media Implementasi Clinical Pathway
Hardhi. Appendicitis Elektif Di RS
Betesdha Yogyakarta. Berkah
LeMone, P., Karen, B. M., & Bauldoff, Ilmiah Kedokteran Duta
G. (2012). Buku Ajar Wacana, volume 02- nomor 03.
Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC. Rismalia, R. (2012). Gambaran
pengetahuan dan perilaku
LeMone, P., Karen, M. B., & Bouldoff, pasien pasca Appendiktomy
G. (2016). Buku Ajar tentang Mobilisasi Dini Di
Keperawatan Medikal Bedah, RSUP Fatmawati. Respitory
Vol 2 Edisi 5. Jakatra: EGC. FKIK UIN Syarif Hidayatullah,
12.
Machfoedz, I. (2017). Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: Wijaya, R (2014). Analisis faktor faktor
Fitramaya. yang mempengaruhi intensitas
nyeri pasca bedah abdomen
Mansjoer, A., Suprohita, Wardhani, W. dalam kontek asuhan
I., & Setiowulan, W. (2009). keperawatan di RSUD Badung
Kapita Selecta Kedokteran. Bali
Jakarta: Media Aesculapius.
Elita, V (2014). Hubungan Nyeri,
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Kecemasan dan Lingkungan
Asuhan Keperawatan Dengan Kualitas Tidur Pada
Perioperatif. Jakarta: Salemba pasien Post Operasi
Medika. Appendicitis
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Setyawati (2016). Efektifitas Teknik
Gangguan Gastrointestinal, Relaksasi Genggam Jari
Aplikasi Asuhan Keperawatan Terhadap Nyeri Post Op Sectio
Medikal Bedah. Jakarta: Caesar Di RSUD Ajibarang
Salemba Medika.
Cahyati, N ( 2017). Upaya Penurunan
Muzzamil. (2014). Analisis Variasi Nyeri Pada Pasien Dengan Post
Pengelolaan Appendicitis Acut Appendiktomy Dengan Teknik
di RS Wava Husada Malang. relaksasi nafas Dalam.
Jurnal Kedokteran Brawijaya,
vol 28. Nugroho (2017) Hubungan Intake
cairan dengan penyembuhan
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Luka Post Operasi Appendicitis
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Di RS Lamongan.
Rineka Cipta.
Anggraini (2016) Gambaran
Patricia, P. A., & Perry, A. G. (2008). Implementasi Prosedur
Buku Ajar Fundamental Perawatan Luka Post Operasi

12
Oleh Perawat Di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul
Shodikin (2014). Gambaran
pengetahuan Keluarga Tentang
Perawatan Luka Pasca
Appendiktomy di RSUD
Dr.Pringadi Medan
Rackhmawati (2016) Faktor faktor
Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Di
RSUD Mangun Sumarso
Wonogiri.
Safitri (2016) Efektifitas ROM Aktif
dan Mobilisasi Dini Terhadap
Kembalinya Peristaltik Usus
Pada Pasien Post Operasi
Abdomen dengan General
Anestesi.

13

Anda mungkin juga menyukai