Anda di halaman 1dari 17

RESUM PADA PASIEN Tn.

W DENGAN DIAGNOSA MEDIS VERTIGO DI


RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan kegawatdaruratan
Dosen Pembimbing : Septianan Fathonah, M.Kep

Disusun Oleh :

Rosita Hutami 2820173082


Kelas III B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Resume keperawatan pada pasien Tn. W dengan diagnosa medis Vertigo di ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sleman Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Kegawatdaruratan pada
Semester IV, pada :

Hari : Jumat
Tanggal : 04 Oktober 2019
Tempat :Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sleman Yogyakarta

Praktikan

(Rosita Hutami)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( ) (Septiana Fathonah, M.Kep)


BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi
ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan.
Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit
dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang
mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering
tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar,
yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo
bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa
jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam,
tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali (Israr, 2008).

B. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu :
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang
bertugas mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit
seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan
keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran),
vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan
labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga
yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak
untuk menjaga keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu
yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).

C. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo
juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan
darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr,
2008)
1. Keadaan lingkungan

Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2. Obat-obatan
. Alkohol
a. Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler

4. Kelainan di telinga
a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. Herpes zoster
d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
e. Peradangan saraf vestibuler
f. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a. Sklerosis multiple
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
c. Tumor otak
d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.

D. Manifestasi Klinis
Secara umum vertigo memiliki gejala perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah.

1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi
dan pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia),
gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk
hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat
adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat
melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler
labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor
difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala
misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil
barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik
kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular
prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita
biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem
yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit
kaki.

E. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat
integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk
direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya.
Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar
tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa
kelompok :
1. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu
ketika serangan tersebut dapat muncul lagi.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan
akut.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang.

F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (Elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
4. Pemeriksaan tambahan :
1. Laboratorium
2. Radiologik dan Imaging
3. EEG, EMG, dan EKG.

H. Komplikasi
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor
I. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga
yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi
visual pada suatu tempat atau benda.
2. Keperawatan
Vertigo posisional Benigna (VPB)
a. Latihan
latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari
dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada
posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah
vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini
diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
3. Obat-obatan
Obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
J. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan
obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan
salisilat.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota
keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik
5. Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
6. Sirkulasi
a. Riwayat hypertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
c. , ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG (pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan.
9. Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h. Penurunan refleks tendon dalam
i. Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sendiri
e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
a. Riwayat alergi atau reaksi alergi
b. Demam (sakit kepala)
c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
12. Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
13. Penyuluhan / pembelajaran
a. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
b. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
14. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integument
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan

K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri (akut/ Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-
adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban
kerja.
b. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak
mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya
informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
L. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan 1 :
Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
b. Tanda-tanda vital normal
c. pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
b. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
c Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman.
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga
pasien menjadi lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144,
Jakarta, 2004.
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang:Perdossi

Anda mungkin juga menyukai