Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan

kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan

baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. UU No.36 tahun 2014

tentang Kesehatan menyatakan bahwa: “Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif

secara sosial dan ekonomi”. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus

dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental

dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral

kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Oleh karena itu sebagai petugas kesehatan, khususnya

perawat memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan guna menunjang dan memberikan pelayanan yang baik

kepada masyarakat. Perkembangan zaman saat ini dapat mempengaruhi

kesehatan dan gaya hidup atau pada kebiasaan sehari-hari. Salah satu

contohnya adalah kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu

sehari-hari, hal ini diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya masalah

kesehatan yaitu apendisitis (Wijaya, 2013).

Insiden apendisitis di Negara maju lebih tinggi daripada Negara

berkembang. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan

1
2

makanan berserat dalam menu sehari-hari. World Health Organization

(WHO) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun

2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di Indonesia

insiden apendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah

pasien dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Indonesia, kasus apendisitis pada tahun 2013 sebanyak 65.755 orang dan

pada tahun 2014 jumlah pasien apendisitis sebanyak 75.601 orang.

Apendisitis merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan

beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen.

Insiden apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus

kegawatan abdomen lainya.

Dinas Kesehatan Jawa Barat menyebutkan pada tahun 2014 jumlah

kasus apendisitis sebanyak 5.980 penderita. Di RSUD Cibabat Cimahi

tercatat jumlah pasien apendisitis yang mengalami apendiktomi pada bulan

Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 tercatat sebanyak 44 kasus.

Dimana apendiktomi pada pasien apendisitis merupakan salah satu kasus

bedah terbanyak pertama di RSUD Cibabat. Berdasarkan hasil wawancara

kepada salah seorang perawat di RSUD Cibabat Cimahi, biasanya hari

rawat pasien pasca operasi apendiktomi 3-5 hari pasca operasi.

Apendiks atau dikenal oleh masyarakat awam dengan sebutan usus

buntu adalah umbai cacing yaitu organ berbentuk tabung, panjangnya kira-

kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di

bagian proksimal dan melebar di bagian distal (Sjamsuhidajat, 2011).

Apendisitis adalah infeksi pada apendiks karena tersumbatnya lumen oleh

fekalith (batu feses), hiperplasia jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
3

lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa

apendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris

trichiura, dan Enterobius vermikularis (Grace dan Borley, 2006).

Apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria

dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama menderita apendiks.

Namun penyakit ini paling sering dijumpai pada dewasa muda antar umur

10-30 tahun. Satu dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam

hidupnya. Insiden tertinggi terdapat pada laki-laki usia 10-14 tahun dan

wanita usia 15-19 tahun. Laki-laki lebih banyak menderita apendisitis dari

pada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25 tahun. Apendisitis jarang

terjadi pada bayi dan anak dibawah 2 tahun (Smeltzer, 2013).

Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus

atau peri umbilikus yang disertai dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan

beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila

berjalan. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam. Biasanya

juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang juga terjadi diare, mual dan

muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen

yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan

semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat

ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran

kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan

spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator

positif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis (Mansjoer, 2007).

Bila apendisitis dibiarkan maka akan menyebabkan komplikasi yang

sangat serius seperti perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi


4

peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10%-32%. Insiden lebih tinggi

adalah anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah

intensitas nyeri (Smeltzer, 2013).

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat

berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan syok dan perforasi.

Peradangan akut apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk

mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya dengan cara apendiktomi

untuk mengurangi resiko perforasi (Wijaya, 2013).

Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi pengangkatan

apendiks. Apendiktomi direncanakan pada infiltrate periapendikuler tanpa

pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya pasien diberi antibiotik kombinasi

yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang

yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendiktomi. Tindakan

apendiktomi akan menimbulkan beberapa permasalahan seperti nyeri pada

luka pasca operasi, resiko tinggi komplikasi, atelektasi, tromboflebitis, infeksi,

dan demam (Sjamsuhidajat, 2011).

Keluhan utama pasien apendisitis setelah dilakukan apendiktomi

adalah klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke

perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin

beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan

dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus,

dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang

menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologi

juga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan


5

memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.

Perawat berperan penting dalam merawat pasien dengan masalah

pencernaan terutama dengan apendiktomi. Pengkajian memungkinkan

perawat mempunyai kesempatan untuk mendapatkan informasi dasar dan

memberikan kerangka kerja untuk mendeteksi beberapa intervensi yang

dapat menunjukkan perubahan/perbaikan status sistem pencernaan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengambil topik dalam studi Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Sistem Pencernaan Post

Operasi Apendiktomi Akibat Apendisitis di Ruang Perawatan Gedung C

Lantai 3 Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka

rumusan masalah pada studi kasus ini adalah: “Bagaimana asuhan

keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan sistem pencernaan post operasi

apendiktomi akibat apendisitis di ruang perawatan gedung C lantai 3 Rumah

Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memahami pengelolaan dan menerapkan asuhan keperawatan pada

klien Tn. E yang menderita gangguan sistem pencernaan post operasi

apendiktomi akibat apendisitis di ruang perawatan gedung C lantai 3

Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi.


6

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. E dengan gangguan

sistem pencernaan post operasi apendiktomi akibat apendisitis

b. Mengidentifikasi masalah keperawatan (diagnosa keperawatan)

yang terjadi pada klien Tn. E dengan gangguan sistem pencernaan

post operasi apendiktomi akibat apendisitis berdasarkan data-data

yang diperoleh dan merumuskannya dalam diagnosa keperawatan

c. Menggambarkan perencanaan keperawatan (intervensi) dalam

mengelola klien Tn. E gangguan sistem pencernaan post operasi

apendiktomi akibat apendisitis.

d. Melakukan tindakan keperawatan (implementasi) sesuai dengan

diagnosa yang ada pada klien Tn. E dengan gangguan sistem

pencernaan post operasi apendiktomi akibat apendisitis.

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan (evaluasi) yang telah dilakukan

pada klien Tn. E dengan gangguan sistem pencernaan post operasi

apendiktomi akibat apendisitis.

f. Mendokumentasikan semua asuhan keperawatan pada klien Tn. E

dengan gangguan sistem pencernaan post operasi apendiktomi

akibat apendisitis.

D. Manfaat Studi Kasus

Beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penulisan studi kasus

pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Studi Kasus

Menambah referensi dibidang ilmu kesehatan mengenai asuhan

keperawatan pada klien dengan apendisitis dan dapat digunakan sebagai


7

bahan acuan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung

dalam Karya Tulis Ilmiah untuk tenaga kesehatan khususnya perawat

tentang asuhan keperawatan mengenai post operasi apendiktomi dengan

apendisitis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang

asuhan keperawatan dengan masalah apendisitis dan menjadi salah

satu cara dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di dalam

perkuliahan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat penulisan studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini

sebagai masukan dan tambahan wacana pengetahuan, menambah

wacana bagi mahasiswa STIKES Budi Luhur Cimahi tentang

apendisitis.

c. Bagi Institusi Rumah Sakit

Bagi institusi rumah sakit diharapkan dapat bermanfaat

sebagai wacana dalam hal asuhan keperawatan pada klien

apendisitis dan menjadi bahan masukan bagi perawat di rumah

sakit dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan sehingga

dapat meningkatkan mutu dari penerapan asuhan keperawatan

terutama pada pasien dengan post operasi apendisitis.

Anda mungkin juga menyukai