BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
dalam hidup manusia, yang memberi dampak negatif pada peningkatan derajat
Dilihat dari kenyataan sekarang ini karena pola makan yang tidak teratur
jadi masih timbul banyak penyakit – penyakit diantaranya kasus penyakit dengan
kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya
usus buntu bisa pecah, usus buntu yang pecah bisa menyebabkan : masuknya
kuman usus kedalam perut, menyebabkan peritonitis yang bisa berakibat fatal,
terbentuknya abses, pada wanita indung telur dasn salurannya bisa terinfeksi dan
2
fatal.
bersamaan. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapapun, apendisitis paling
semua kasus bedah, sangat jarang pada infant, insidens bertambah sesuai dengan
umur, dengan puncak pada umur 10-30 tahun, ratio laki-laki dibandingkan
tahun. Diagnosa appendisitis akut masih sulit dan merupakan salah satu problem
pada bidang bedah, angka negatif appendectomy berkisar 20-35%. Selama ini
laboratorium yaitu hitung leukosit > 10.000/mm3 dan hitung jenis leukosit dengan
(terutama orang tua) leukosit dan hitung jenis leukosit dalam batas normal
anamnese, nyeri Mc Burney dan leukositosis kurang dari 80 %. Untuk itu perlu
sensitif terhadap infeksi bakteri, peradangan dan kerusakan jaringan. Cheng dan
untuk diagnosa appendisitis akut adalah 89,5%, 100%, 90,9%. Penelitian lain
Gurleyik mendapat sensitivitas, spesivitas dan akurasi CPR pada keadaan normal
< 0,8 mg/ dl dan meninggi >1 mg/ dl pada keadaan patologis.
(http//www,medicastro,com).
salah satu usaha penting yang menunjang dalam proses penyembuhan penyakit
dan memberikan pelayanan yang optimal bagi klien termasuk klien dengan
tidak ditangani tepat pada waktunya akan terjadi komplikasi, bila diagnosis klinik
sudah jelas maka tindakan yang tepat dan merupakan satu-satunya pilihan adalah
dengan “Apendiktomi”.
B. Rumusan Masalah
lebih jauh tentang perawatan dan pengobatan pasien penyakit Appendisitis yang
gangguan sistem pencernaan pada klien Ny “S” dengan post operasi Apendisitis
C. Tujuan penulisan
4
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Pengkajian data pada klien dengan post operasi Apendisitis akut yang
( dependen ).
yaitu gangguan rasa nyaman nyeri nyeri dan perubahan pola eliminasi
cairan dan elektrolit dan risiko infeksi tidak terjadi, serta pernyataan
D. Manfaat Penulisan
institut kesehatan dan bisnis kurnia jaya persada palopo sebagai salah satu
palopo
berkesinambungan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar.
1. Pengertian.
yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
darahnya.
obstruksi akibat infeksi, struktur, massa fekal, benda asing, atau tumor
kurang lebih sebesar jari kelingking dan biasanya berukuran 50,8 kali 152,4
mm
yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dalam sekum, dimana
penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh
feces, yang akhirnya merusak suplai aliran darah yang mengikis mukosa yang
menyebabkan inflamasi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira – kira
2. Anatomi Fisiologi.
a. Anatomi
pada dinding abdomen dibawah titik Mc. Burney Burney dicari dengan
menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke umbilikus. Titik tengah
menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada kasus 65
b. Fisiologi.
patogenesis apendisitis.
3. Etiologi.
4. Insiden
bawah kanan dari organ abdomen, adalah penyebab paling umum untuk
apendisitis pada waktu yang bersamaan. Meskipun ini dapat terjadi pada usia
Insiden apendisitis akut pada Negara maju lebih tinggi dari pada
penggunaan makanan berserat dalam menu sehari – hari. Pada laki – laki dan
tahun, insiden laki – laki lebih tinggi. Apendisitis dapat ditemukan pada
11
semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan,
tahun
Perforasi relative lebih sering terjadi pada bayi dan pada usia lanjut,
selama periode itu angka mortalitasnya paling tinggi. Angka kematian telah
menurun secara menetap di Eropa dan Amerika Serikat dari 8,1 per 100.000
populasi pada tahun 1941 sampai kurang dari 1 per 100.000 pada tahun 1970
dan seterusnya. Insidensi absolute dari penyakit itu juga turun sebesar kira –
kira 40 tahun persen antara tahun 1940 dan 1960 sejak itu, insidensinya tetap
makan . perubahan flora usus dan asupan vitamin telah dianggap menjelaskan
penurunan insiden penyakit tersebut, namun alasan yang tepat belum dapat
dikemukakan.
5. Patofisiologi
oleh hyperplasia, folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis
dan ulserasi mukosa, pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local
Pada anak – anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
6. Manifestasi klinik
13
ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makna. Terdapat juga keluhan
konstipasi dan kadang – kadang terjadi diare. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan
beralih kekuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila
Nyeri tekan local pada titik MC. Burney bila dilakukan tekanan, nyeri
tekan lepas ( hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan )
mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi
apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang spetum, nyeri dan nyeri tekan
dapat terasa didaerah lumbar, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda – tanda ini
menunjukkan ujung apendiks, berada dekat rectum, nyeri pada saat berkemih
ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa kuadran kanan
bawah. Apabila apendiks telah rupture, nyeri lebih menjadi lebih menyebar,
distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik, dan kondisi pasien memburuk (
7. Komplikasi
sampai 32 %. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara
umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan
suhu 37,7oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri tekan abdomen
8. Diagnostic test
laboratorium dan sinar –X. hitung darah lengkap dilakukan dan akan
densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi (Brunner
9. Differensial diagnosis.
a. Gastroenteritis.
sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak terbatas tegas. Hiperperistaltik
b. Demam dengue
peritonitis.
c. Limfadenitis
e. Infeksi panggul.
suhu biasanya lebih tinggi dari pada apendisitis dan nyeri perut bagian
tidak menentu. Jika ada rupture tuba atau abortus kehamilan diluar rahim
massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal atau
colok rectal.
h. Endometriosis eksterna.
Batu uretra atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari
khas.
j. Penyakit lain.
10. Penatalaksanaan.
a. Tindakan preoperative.
5). Apabila terdapat bukti atau kemungkinan terjadi ileus paralitik dapat
b. Tindakan operatif.
1). Insisi menurut MC. Burney sayatan dilakukan pada garis tegak lurus
Burney). Sayatan ini mengenai kutis, sub kutis, dan fasia. Baris
pada alat – alat tubuh, dan masa istirahat pasca bedah yang lebih
operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi lebih lama, lapang
yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang dengan
bawah.
tampak pritoneum.
catgut.
14) Dinding perut ditutup / dijahit lapis demi lapis, fasia dengan sutra,
fowler. Penderita dapat dikatakan baik selama 12 jam dan tidak terjadi
gangguan.
yaitu pada perforasi atau peritonitis umum, maka puasa diteruskan sampai
ml per jam selama 4 sampai 5 jam, lalu naikkan menjadi 30 ml per jam.
makanan lunak.
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri.
Hari ketujuh pasca bedah hecting diangkat dan penderita boleh pulang
1). Obat – obatan, meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, tindakan
efek samping.
tepat.
dalam praktik keperawatan, hal ini biasa juga disebut sebagai suatu pendekatan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga, yang terdiri dari lima
1. Pengkajian
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
adalah :
a. Pengumpulan data
23
1). Biodata
dan alamat.
alamat.
operasi.
dideritanya.
kesehatan lainnya.
tubuh.
terdiri dari :
sedang.
26
b ). Keadaan kulit.
c ). Kepala
d ). Wajah / muka
abnormal.
e ). Mata
f ). Hidung
g ). Telinga
h ). Mulut
i ). Leher.
jugularis.
jugularis
j ). Thorax
28
k ). Jantung
l ). Abdomen
n ). Ekstremitas
o ). Status neurologis
b. Pengelompokan data
(Nursalam, 2000).
mual, muntah.
c. Analisa data
masalah (problem).
2. Diagnosa Keperawatan
(Nanda, 1990).
atau muntah.
3. Perencanaan
a Tujuan
keperawatan.
c Rasional
a. Diagnosa I
kriteria
Skala nyeri 0
33
b. Diagnosa II
c. Diagnosa III
muntah .
35
d. Diagnosa IV
dengan kriteria :
e. Diagnosa V
37
kriteria :
4. Pelaksanaan (Implementasi)
38
b. Interdependen (Kolaborasi)
c. Dependen (Rujukan)
pengobatan.
5. Evaluasi
39
dilaksanakan adalah :