Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Appendisitis merupakan peradangan dari apendiks vermiformis dan juga
penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Apendisitis disebabkan oleh
penyumbatan lumen apendiks yang dapat menyebabkan hyperplasia, limfoid,
fekalit, benda asing striktur karena vibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. (Mansjoer, 2000). Penyumbatan tersebut dapat menyebabkan
pembengkakan, infeksi dan ulserasi, bila keadaan ini dibiarkan terus maka akan
terjadi nekrosis, gangren dan perforasi (Price, 2005).
Apendisitis adalah peradangan apandiks yang relatif yang sering
dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
apandiks oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darah
(Corwin, 2000). penyebab apendisitis paling umum inflamasi akut pada kuadran
kanan bawah dari rongga abdomen. Menifestasi yang sering muncul adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan bawah biasanya disertai demam ringan, mual,
muntah dan nyeri tekan lokal pada titik MC Burney. Bila apendisitis tidak diatasi
dapat berlanjut menjadi abses, perforasi, selanjutnya peritonitis dan kematian.
(Smeltzer, 2001).
Dalam penelitian ditemukan bahwa ulserasi mukosa merupakan langkah
awal dari terjadinya apendisitis daripada sumbatan pada lumen. Penelitian terakhir
menunujukkan bahwa ulserasi mukosa berjumlah sekitar 60 hingga 70 % kasus,
penyebabnya tidak diketahui sampai sekarang diperkirakan disebabkan oleh virus
(Price, 2005). Di Amerika kasus apendisitis didapatkan 4 : 10.000 pada anak umur
dibawah 14 tahun lebih dari 80.000 kasus dalam setahun. Sedangkan di Indonesia
pada tahun 1991-2000 ada penurunan jumlah kasus dari 100 kasus menjadi 52
kasus setiap 100 ribu penduduk Penelitian epidemologi menunjukkan peran
kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi dapat
menimbulkan penyakit apendisitis. Konstipasi akan menyebabkan meningkatnya
tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan

1
meningkatnya pertumbuhan kuman atau bakteri seperti escherichia coli, yang
sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu
atau apendiks.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum
Daerah Atambua, selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2007 jumlah pasien
apendisitis yang dirawat sebanyak 123 orang dengan prosentase 3,35 %, tahun
2008 jumlah pasien apendisitis yang dirawat sebanyak 174 orang dengan
prosentase 2,37 %. Sedangkan pada tahun 2009 (Januari–Juni) jumlah pasien
apendisitis yang dirawat sebanyak 115 orang dengan prosentase 3,58 %.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya
apendisitis adalah dengan banyak mengkonsumsi makanan yang berserat sehingga
dapat mengurangi konstipasi dan menghindari makanan yang berbiji. Penanganan
apendisitis yang paling tepat adalah dengan tindakan operasi yaitu apendektomi.
Pembedahan dilakukan apabila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Penatalaksanaan yang diberikan sebelum operasi meliputi observasi 8-12 jam,
pemberian antibiotik dan cairan IV, pemberian analgesik setelah diagnosa
ditegakkan, pasien di minta untuk tibah baring dan di puasakan. Sedangkan pasca
operasi meliputi observasi TTV, pasien di baringkan dalam posisi fowler, bila
dalam  12 jam tidak terjadi gangguan maka pasien dikatakan baik, satu hari pasca
operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur. (Manjoer, 2000).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan apendisitis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan prioritas masalah
pada pasien dengan apendisitis.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien
apendisitis.

2
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
apendisitis.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan serta
mendokumentasikan dengan benar.

C. Manfaat
1. Bagi Perawat
Memberikan masukan tentang bagaimana perawatan pasien apendisitis
dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi : Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
2. Bagi Institusi
a. Memberikan gambaran kemampuan Mahasiswa
dalam    menerapkan teori dan kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis.
b. Memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan apendisitis.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan apendisitis.
4. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan apendisitis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar medis


A. Definisi
Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal
1097 ).Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran kanan bawah dari rongga abdomen, penyebab paling umum untuk
bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah peradangan pada
apendiks, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Penyakit ini dapat mengenai semua baik laki-laki maupun perempuan, tetapi
lebih sering menyerang laki-laki antara 10-30 tahun (Mansjoer, 2000).
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relatif sering dijumpai yang
dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendiks
oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya (Corwin,
2000).Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan bila
infeksi bertambah parah, usus buntu ini bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar
atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
terletak diperut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.
Jadi dapat disimpulan bahwa apendisitis adalah peradangan dari apendiks
vermiformis yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas dan merupakan
penyebab akut yang paling sering terjadi pada kuadran kanan bawah rongga
abdomen.

B. Etiologi
Menurut Nuzulul (2009) apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau
spesifik tetapi ada faktor presdisposisi yaitu:

4
1) Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umum nya obstruksi
ini terjadi di :
a) Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b) Adanya fekolit dalam lumen apendiks.
c) Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli dan
Streptococcus.
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limfoid pada masa tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks :
a) Apendiks yang terlalu panjang.
b) Masa apendiks yang pendek.
c) Penonjolan jaringan limfoid pada lumen apendiks.
d) Kelainan katub di pangkal apendiks

C. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis terbagi atas 2 yaitu :
a. Apendisitis akut, dibagi atas : Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local. apendisitis purulenta difusi
yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis dibagi atas : Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva
yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.

5
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan
daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
Patway :

6
E. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang
penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa
waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri
viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain
adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

7
Tanda dan gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya :
1. Apendisitis akut (mendadak)
Gejala yang ditimbulkan, demam tinggi, mual–muntah, nyeri perut
kanan bawah, saat berjalan terasa sakit, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga bersifat meriang atau mual–
muntah saja.
2. Apendisitis Kronik
Gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maaq dimana terjadi
nyeri samara (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul. Kadang disertai dengan rasa mual, bahkan muntah,
kemudian nyeri tersebut akan pindah ke perut kanan bawah dengan tanda –
tanda yang khas pada apendiks akut nyeri pada titik penyakit Mc Burney.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi akan tanpak adanya pembengkakan rongga perut dan
dinding perut tempak mengencang (distensi) pada palpasi di daerah perut
kanan bawah, bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga
akan terasa nyeri.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan kenaikan sel
darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–18.000 / mm3.
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit, namun
pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosa
apendisitis. USG cukup membantu dalam menegakkan diagnosa (71–97
%) terutama pada wanita hamil dan anak–anak. Tingkat keakuratan yang
paling tinggi dengan pemeriksaan CT. Scan (93–98 %).

8
G. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner
& Suddarth, 2010), yaitu:
1) Sebelum operasi
a. Observasi Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu
diobservasi ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum
jelas. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif
tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis.
Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan
bawah setelah timbulnya keluhan.
b. Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan
antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak
memerlukan antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau preforasi.
2) Operasi
Operasi atau pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu
apendiktomi. Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan
resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi
umum dengan pembedahan abdomen bawah atau dengan
laparoskopi.
Laparoskopi merupakan metode terbaru yang sangat efektif
(Brunner & Suddarth, 2010). Apendiktomi dapat dilakukan dengn
menggunakan dua metode pembedahan, yaitu secara teknik
terbuka (pembedahan konvensional laparatomi) atau dengan teknik
laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan minimal invasive
dengan metode terbaru yang sangat efektif (Brunner & Suddarth,
2010).
a. Laparatomi
Laparatomi adalah prosedur vertical pada dinding perut ke
dalam rongga perut. Prosedur ini memungkinkan dokter

9
melihat dan merasakan organ dalam untuk membuat diagnosa
apa yang salah. Adanya teknik diagnosa yang tidak invasif,
laparatomi semakin kurang digunakan dibanding terdahulu.
Prosedur ini hanya dilakukan jika semua prosedur lainnya yang
tidak membutuhkan operasi, seperti laparoskopi yang seminimal
mungkin tingkat invasifnya juga membuat laparatomi tidak
sesering terdahulu. Bila laparatomi dilakukan, begitu organ-
organ dalam dapat dilihat dalam masalah teridentifikasi,
pengobatan bedah harus segera dilakukan.Laparatomi dibutuhkan
ketika ada kedaruratan perut. Operasi laparatomi dilakukan bila
terjadi masalah kesehatan yang berat pada area abdomen,
misalnya trauma abdomen. Bila klien mengeluh nyeri hebat dan
gejala-gejala lain dari masalah internal yang serius dan
kemungkinan penyebabnya tidak terlihat seperti usus buntu,
tukak peptik yang berlubang, atau kondisi ginekologi maka
dilakukan operasi untuk menemukan dan mengoreksinya
sebelum terjadi keparahan lebih. Laparatomi dapat berkembang
menjadi pembedahan besar diikuti oleh transfusi darah dan
perawatan intensif (David dkk, 2009).
b. Laparaskopi
Laparoskopi berasal dari kata lapara yaitu bagian dari tubuh
mulai dari iga paling bawah samapi dengan panggul. Teknologi
laparoskopiini bisa digunakan untuk melakukan pengobatan dan
juga mengetahui penyakit yang belum diketahui diagnosanya
dengan jelas.
Keuntungan bedah laparoskopi :
a) Pada laparoskopi, penglihatan diperbesar 20 kali,
memudahkan dokter dalam pembedahan.
b) Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka
operasi pasca bedah konvensional. Luka bedah

10
laparoskopi berukuran 3 sampai 10 mm akan hilang
kecuali klien mempunyai riwayat keloid.
c) Rasa nyeri setelah pembedahan minimal sehingga
penggunaan obat-obatan dapat diminimalkan, masa pulih
setelah pembedahan lebih cepat sehingga klien dapat
beraktivitas normal lebih cepat.
3) Setelah operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, hipertermia, syok atau gangguan
pernafasan. Baringkan klien dalam posisi semi fowler. Klien
dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
itu klien dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari
setelah dilakukan operasi klien dianjurkan duduk tegak di temmpat
tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk
di luar kamar. Hari ke tujuh dapat diangkat dan dibolehkan pulang
(Mansjoer, 2010)

2.2 Konsep dasar keperawatan


A. Pengkajian fokus
1) Anamnesa
a) Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30
tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa,
Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
b) Keluhan utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan
terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan
muntah, panas.

11
c) Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
c) Riwayat penyakit sekarang

2) Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak
tenang. Data psikologis Klien nampak gelisah.
B4 (Bladder) :-
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas,
kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar
epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat
badan sebagai indikator untuk menentukan
pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan
kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak
adekuatnya pertahanan utama.

2. defisiensi volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


terjadinya mual dan muntah.

12
4. Nyeri akut berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan
apendiks oleh inflamasi.

5. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang


mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.

13
C. Rencana asuhan keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1 Resiko infeksi b.d Pasien tidak mengalami a. Awasi tanda vital. Perhatikan a. Dugaan adanya
perforasi pada komplikasi infeksi selama demam, menggigil, infeksi/terjadinya sepsis, abses,
Apendiks dan tidak perawatan di rumahsakit berkeringat, perubahan peritonitis.
adekuatnya mental, meningkatnya nyeri b. Menurunkan resiko penyebaran
pertahanan utama. Kriteria hasil: abdomen. bakteri.
1. Nadi : 60-100x/menit b. Lakukan pencucian tangan c. Memberikan deteksi dini
2. RR : 12-16x/menit yang baik dan perawatn luka terjainya proses infeksi, dan
3. Suhu : 36.5-37.5 aseptic. Berika perawatan atau pengawasan penyembuhan
4. Tidak ada kemerahan paripurna. peritonitis yang telah ada
5. Tidak ada bengkak c. Lihan insisi dan balutan. sebelumnya.
Catat karakteristik drainase d. Penetahuan tenteng kemajuan
luka, adanya eritema. situasi memberikan dukungan
d. Beriakn informasi yang tepat emosi, membantu menurunkan
dan jujur pada pasien anxietas.
e. Ambil contoh drainage bila e. Kultur pewarnaan gram dan
diindikasikan. sensitifias berguna untuk

14
f. Berikan antibiotic sesuai mengidentifikasi organism
indikasi/ penyebab dan pilihan terapi.
f. Mungkin diberikan secara
profilaktik atau menurunkan
jumlah organism (pada
innfeksi yang telah ada
sebelumnya) utuk menurunkan
penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga
abdomen
2 defisiensi volume volume cairan pasien Teratasis a. Awasi TD dan nadi a. Tanda yang membantu
cairan b.d adanya Dalam waktu 2x24 jam b. Lihat membrane mukosa, kaji mengidentifikasi fluktuasi
mual muntah turgor ulit dan pengisian volume intravaskuler.

kriteria hasil : kapiler b. Indikator keadekuatan sirkulasi

a. Balance cairan seimbang c. Awasi masuk dan haluaran, perifer dan hidrasi seluler
catat warna urine, konsentrasi, c. Penurunan haluaran urine
b. Turgor kulit cepat kembali
berat jenis. pekat dengan peningkatan
c. Mukosa basa
d. Auskultasi bising usus. Cata berat jenis diduga dehidrasi
d. Nadi 80-100x/menit
kelancaran flatus, gerakan cairan.
e. Tekanan darah 100-120

15
mmHg usus. d. Indikator kembalinya
f.Suhu 36,5-37,5 e. Berikan sejumlah kecil peristaltic, kesiapan untuk
minuman jernih bila pemasukan per oral.
pemasukan oral dimulai dan e. Menurunkan muntah untuk
lanjutkan dengan diet sesuai meminimalkan kehilangan
toleransi. cairan.
f.Pertahankan penghisapan f. Dekompresi usus,
gaster/usus meningkatnya istirahat usus,
g. Beriakn cairan IV dan mencegah muntah
elektrolit g. Peritonium bereaksiterhadap
infeksi dengan menghasilkan
sejumlah besar cairan yang
dapat menurunkan volume
sirkulasi darah, mengakibatkan
hipovolemia. Dehidrasi dan
dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit.
3 ketidak seimbangan Nutrisi terpenuhi dalam waktu Berikan nutrisi IV Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
nutrisi kurang dari 2 minggu

16
kebutuhan tubuh b.d
terjadinya mual dan Kriteria hasil:
muntah. g. Berat badan meningkat
h. Muntah (-)
i. Porsi makan
habis\kekuatan otot
mampu melawan gravitasi
dan tahanan penuh
4 Nyeri akut nyeri akut pasien teratasi dalam j. Pertahankan istirahat dengan a.Gravitasi melokalisasi eksudat
berhubungan dengan 1x24 jam posisi semi-fowler inflamasi dalam abdomen bawah
anatomi ureter yang k. Berikan aktivitas hiburan atau pelvis, menghilangkan
berdekatan dengan kriteria hasil : l. Berikan anlgesik sesuai indikasi. tegangan abdomen yang
apendiks oleh a. Ekspresi rileks m. Berikan kantong es pada bertambah dengan posisi
inflamasi. b. Skala nyeri 1-2 abdomen terlentang (supine)
c. Nadi 80-100x/menit b. Focus perhatian kembali,
d. Tekanan darah 100-120 meningkatkan relaksasi dan dapat
mmHg meningkatkan kemampuan
koping.
c.Analgesic dapat menghilangkan

17
nyeri yang diderita pasien.
d. Menghilangkan dan
mengurangi nyeri melalui
penghilangan rasa ujung saraf.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal dan Jam Pengkajian : 25 Januari 2016 pukul 11.30 WIB
Teknik pengumpulan data : Wawancara, observasi dan Pemeriksaan fisik
Ruang : Kenanga
Pengkaji : Fedi Sudrajat
 Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. N
Umur : 15 tahun
Alamat : Kalierang
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal Masuk : 25 Januari 2016 pukul 09.40 WIB
No. RM : 9847XX
Diagnosa Medis : Apendisitis
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Umur : 46
Tahun Alamat : Kalierang
Hubungan : Ibu
 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama saat MRS
Klien mengeluh nyeri pada kuadran kanan bawah.

19
2. Keluhan Utama saat pengkajian
Pada saat pengkajian, klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah,
klien mengatakan sekarang merasa cemas dan takut dengan tindakan operasi
apendiktomi yang akan dijalaninya.
3. Riwayat Penyakit
Sekarang Klien datang ke poli bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 09.40 WIB. Di poli bedah RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo klien mengatakan sudah mengalami nyeri sekitar 1
minggu yang lalu. Klien dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan klien di
diagnosa terkena apendiksitis. Dokter menyarankan agar klien direncanakan
rawat inap untuk persiapan operasi apendiks. Klien dibawa ke ruang Kenanga
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 11.30
untuk mendapatkan perawatan. Rencana tindakan Apendiktomy pada tanggal
27 Januari 2016. Hasil pemeriksaan Laboratorium dengan Leukosit
12910u/L.Klien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah sejak ± satu minggu
yang lalu, klien mengalami demam tinggi, lemas, pusing dan di perut bagian
kanan bawah terasa nyeri semakin bertambah sakit ketika bergerak dan nyeri
timbul sewaktu-waktu. Nyeri seperti diremas-remas. Nyeri perut kanan saat
ditekan. Skala nyeri 6. Klien mengatakandemam / panas sejak 2 hari yang
lalu danbadannya meriang.
Klien juga mengatakan takut/merasa khawatir tentang kondisi yang
dialaminya sekarang dengan rencana tindakan operasi yang dijadwalkan
tanggal 27 januari 2016. Klien menyatakan cemas bila mengingat
penyakitnya.Pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapat TD: 100/70mmHg,
nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit.
4. Riwayat Penyakit
Sebelumnya Klien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang
sama sebelumnya dan belum pernah melakukan operasi apapun.
5. Riwayat Penyakit Keluarga

20
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama.
 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Suhu : 37,6oC
4. Nadi : 80 x/ mnt
5. RR : 20 x/ mnt
6. TD : 100/70 mmHg
Keadaan Fisik Head to Toe
1. Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, pertumbuhan
rambut normal, warna rambut hitam, tidak ada lesi atau benjolan, klien
tampak gelisah, ekspresi wajah tegang.
2. Mata : Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda,
Sklera unikterik, pergerakan mata terkoordinasi, terdapat lingkar hitam
pada mata.
3. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
terdapat lumen, penciuman baik, mukosa hidung lembab, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
4. Mulut : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, gigi bersih
rapih, dan lidah bersih, tidak ada stomatitis, meringis kesakitan.
5. Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan dan
pendengaran baik.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .
7. Thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot/dinding dada,
terdengar suara redup pada area jantung, sonor pada area paru, suara paru
vesikuler.
8. Abdomen : Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan empat
tahap inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Inspeksi didapat abdomen
klien bersih. Auskultasi abdomen klien didapat bising usus klien aktif di
empat kuadran dengan frekuensi 12 kali/ menit.Palpasi yang dilakukan

21
yaitu pemeriksaan pada area kanan bawah terdapat nyeri tekan dan nyeri
saat membungkuk/setiap gerak. Perkusi yang dilakukan terdapat bunyi
timpani. Klien sering memegangi perutnya yang sakit. Kulit teraba panas.
9. Genitalia : Jenis kelamin perempuan kelainan tidak terkaji
10. Anus : Tidak ada tanda tanda peradangan, kebersihannya cukup
11. Ekstremitas :
Atas : Tangan kanan terpasang IVFD RL 20 tpm
Bawah : Tidak terdapat luka, edema, ataupun sianosis pada kuku.

 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Nama Hasil
Tgl 25/01/2016 Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
Eritrosit 4.8 10^6/uL 4.2-5.2
Trombosit 304000 /uL 150000-450000
MCV 90.4 fl 79-99
MCH 27.3 pg 27-31
MCHC 30.2 % 33-37
RDW 22.6 % 11.5-14.5
MPV 8.5 fl 7.2-11.1

Basofil 0.1 % 0-1


Eosinofil 0.4 % 2-4
Batang 3.2 % 2-5
Segmen 86.6 % 40-70
Limfosit 5.1 % 25-40
Monosit 4.6 % 2.0-8.0

Ureum darah 20.9 mg/dl


Kreatinin Darah 0.82 mg/dl

22
GDS 101 mg/dl
Urin Lengkap Kng muda-kng
Fisis warna Kuning tua
Kejernihan Jernih Jernih
Bau Khas Khas
Kimia
Berat jenis 1.015 1.010-1.030
PH 8.0 4.6-7.8
Leukosit 500 Negative

 Therapy
1. Ceftriaxone 3 x 1 gram
2. IVFD RL 20 tpm
3. Ranitidin 2x50mg

B. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 DS: Nyeri akut
agen cidera
 Klien mengeluh nyeri
biologis
pada perut kanan
(Peradangan
bawah sejak ± satu
apendisitis)
minggu yang lalu
 Di perut bagian kanan
bawah terasa semakin
bertambah sakit ketika
bergerak. Nyeri seperti
diremas-remas. Nyeri
perut kanan saat
ditekan dan nyeri
timbul sewaktu-waktu.
Skala nyeri 6

23
DO:
Tampak meringis menahan
nyeri dan terlihat memegang
perut bagian kanan bawah.
Pemeriksaan tanda-tanda vital
klien didapat TD:
100/70mmHg, nadi: 96
x/menit, Suhu: 37,60C, RR:
20x/menit.
2 DS: kurang Ansietas
 Klien mengatakan pengetahuan
takut/merasa khawatir tentang prosedur
tentang kondisi yang operasi
dialaminya sekarang
dengan rencana
tindakan operasi yang
dijadwalkan tanggal 27
januari 2016.
 Klien menyatakan
cemas bila mengingat
penyakitnya
DO:
TTV:-
TD: 100/70 mmHg, N: 96
x/menit RR:20 x/menit. klien
tampak gelisah dan ekspresi
wajah tegang.
3 DS: infeksi/proses Hipertermia
 Klien mengatakan penyakit pada
demam / panas sejak 2 apendiks
hari yang lalu dan

24
 Klien mengatakan
badannya meriang
DO:
Kulit teraba panas.
TTV:-
TD: 100/70mmHg, nadi: 96
x/menit,
Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit.
4 DS: kurangnya Kurang
 Klien sering informasi tentang pengetahuan,
menanyakan tentang penyakit,
penyakitnya pengobatan, dan
DO: prosedur tindakan
Klien nampak sering bertanya
dan klien nampak khawatir.
TTV:-
TD: 100/70mmHg, nadi: 96
x/menit, Suhu: 37,60C, RR:
20x/menit.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis(bakteri infeksi apendisitis).
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi/proses penyakit pada apendiks.
3. Kurang pengetahuan (tentang penyakit & pengobatan) berhubungan
dengan kurang informasi tentang penyakit dan prosedur tindakan.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
operasi

25
D. Intervensi keperawatan
No Hari Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Tanggal Keperawatan
1 25 Nyeri akut b.d agen Tujuan a. Monitor nyeri, lokasi, a. Melihat tingkat nyeri yang
Januari cidera intervensi nyeri karakteristik, dan didapatkan sebagai pendoman
2016 biologis/peradanga akut adalah integritas nyeri dengan intervensi selanjutnya.
n pada apendisitis setelah skala (0-10) 1x/hari b. Perubahan tanda-tanda vital
ditandai dengan : dilakukan b. Monitor tanda-tanda merupakan indikator terjadinya
DS : Klien tindakan vital 1x/hari nyeri.
mengeluh nyeri keperawatan c. Ajarkan teknik c. Teknik relaksasi (napas dalam)
pada perut kanan pada Nn. N relaksasi: napas dalam dapat meningkatkan sup-lain
bawah sejak ± satu selama 2x24 d. Lakukan masase pada O2 ke jaringan sehingga nyeri
minggu yang lalu jam diharapkan daerah nyeri berkurang.
Di perut bagian nyeri akan e. Ajarkan teknik kompres d. Dapat mengurangi nyeri
kanan bawah terasa berkurang/hilan hangat e. Cara untuk mengurangi nyeri.
semakin bertambah g kriteria :Klien f. Berikan posisi klien f. Cara/respon untuk mengurangi
sakit ketika tidak mengeluh yang nyaman: duduk nyeri
bergerak. Nyeri nyeri lagi pada g. Kaji pengalaman klien g. Mengetahui pengalaman klien
seperti diremas- saat beraktivitas, mengatasi nyeri dalam mengatasi nyeri

26
remas. Nyeri perut nyeri turun dari
kanan saat ditekan 6 menjadi 4
dan nyeri timbul klien dapat
sewaktu-waktu. bergerak dengan
Skala nyeri 6 leluasa, tanda-
DO : Tampak tanda vital
meringis menahan dalam batas
nyeri dan terlihat normal.
memegang perut
bagian kanan
bawah.
Pemeriksaan tanda-
tanda vital klien
didapat TD:
100/70mmHg,
nadi: 96 x/menit,
Suhu: 37,6 0C, RR:
20x/menit.
2 25 Ansietas b.d setelah Monitor tingkat kecemasan Dengan mngetahui tentang lingkup

27
januari kurang dilakukan klien 1X/hari. kecemasan klien akan memudahkan
2016 pengetahuan tindakan Beri kesempatan klien untuk penentuan intervensi selanjutnya.
tentang prosedur keperawatan mengungkapkan keluhannya. Dengan mendengarkan keluhan, klien
operasi ditandai pada Nn. N Beri informasi tentang akan merasakan diperhatikan dan
dengan : selama 2x24 perawatan yang diperlukan dapat mengurangi kecemasannya.
DS : jam diharapkan selama dirawat. Pemberian informasi yang adekuat
 Klien ansietas akan Ciptakan lingkungan yang dapat menurunkan kecemasan klien
mengatakan teratasidengan nyaman dan tenang dan dapat melakukan pera-watan
takut/meras kriteria: Klien dengan baik.
a khawatir mengerti tentang Agar klien tidak me-rasa bosan dalam
tentang penyakit atau menghadapi perawatan.
kondisi kondisi yang
yang dialaminya.
dialaminya Klien kooperatif
sekarang dalam
dengan perawatan dan
rencana pengobatan.
tindakan Ekspresi wajah
operasi tidak tegang.

28
yang
dijadwalkan
tanggal 27
januari
2016.
DO :
- Ekspresi
wajah
tegang
- Klien dan
keluarga
selalu
bertanya
tentang
kondisny
- Klien
terlihat
gelisah
3 25 Hipertermi setelah 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui

29
Januari berhubungan dilakukan terutama suhu perkembangan suhu tubuh
2016 dengan tindakan 2. Berikan kompres klien
infeksi/proses keperawatan hangat 2. Membantu menghilangkan
penyakit pada pada Nn. N 3. Anjurkan menggunakan panas secara konduksi
apendiks ditandai selama 2x24 pakaian tipis 3. Untuk membantu penguapa
dengan: DS: jam diharapkan 4. Batasi aktivitas fisik 4. Aktivitas dapat meningkatkan
 Klien hipertermi akan 5. Anjurkan banyak metabolis
mengatakan teratasi dengan minum 5. Minum/cairan dapat membantu
demam / kriteria: Kolaborasi dalam mengatur suhu tubuh
panas sejak Pasientidak pemberian antibiotic: 6. Antibiotic berguna untuk
2 hari yang demam, suhu ceftriaxone 1gr. membunuh kuman penyebab
lalu dan tubuhpasien infeksi
 klien dalambatas
mengatakan normal(36,8 –
badannya 37,30C.),
meriang. kulitpasien
DO: tidakteraba
 Kulit teraba hangat,
panas. kulitpasien

30
 TTV: TD: tidakkemerahan
100/70mm
Hg, nadi:
96 x/menit,
Suhu:
37,60C,
RR:
20x/menit.
4 25 Kurang setelah 1. Diskusikan tentang 1. Pemahaman tentang penyakit
Januari pengetahuan dilakukan pengobatan yang dapat meningkatkan kerjasama
2016 (tentang penyakit tindakan diberikan dan efek dengan program terapi.
& pengobatan) keperawatan samping obat. 2. Berikan penjelasan tgg
berhubungan pada Nn. N 2. Berikan informasi penyakit dan pengobatannya.
dengan kurang selama 1x24 untuk membatasi 3. Menambah pengetahuan kien
informasi tentang jam diharapkan aktivitas guna tentang tindakan yang akan
penyakit dan pengetahuan mencegah kelelahan. diberikan.
prosedur tindakan.. klien tentang 3. Jelaskan prosedur
DS : proses penyakit tindakan pembedahan
 klien sering dan

31
menanyaka pengobatannya
n tentang meningkat
penyakitnya dengan
. kriteria :klien
menyatakan
DO : telah memahami
 klien tentang penyakit
nampak dan
sering pengobatannya,
bertanya klien kooperatif
dank lien dalam program
nampak pengobatan.
khawatir.
TTV: TD:
100/70mm
Hg, nadi:
96 x/menit,
Suhu:
37,60C,

32
RR:
20x/menit.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tanggal Kode NDX Jam Implementasi Evaluasi
25 Januari 2016 1 11.30 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, Evaluasi tgl 25/01/2016 pukul 21.00
karakteristik dan integritas S : - Klien mengatakan abdomen masih terasa
nyeri dengan skala (0-10) sakit. Skala nyeri 4
O :- Ekspresi wajah nampak meringis
- Pasien rencana operasi
- Tanda-tanda vital
11.40 Mengukur tanda-tanda vital TD: 100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu:
(TD, N, RR, S) 37,60C, RR: 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
11.50 Mengajarkan teknik relaksasi : 1. Kaji tingkat nyeri
nafas dalam 2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan teknik relaksasi nafas
dalam jika nyeri
12.20 Memberikan kompres hangat 4. Memberikan kompres hangat pada

33
selama 20 menit abdomen
12.20 Memberikan posisi yang
nyaman pada klien
16.00 Memberikan kompres hangat
selama 20 menit
25 Januari 2016 2 21.00 Memonitor tingkat kecemasan Evaluasi tgl 25/01/2016 pukul 21.00
klien S : Klien mengatakan masih sedikit merasa
11.40 Memberikan kesempatan klien cemas terhadap Penyakitnya
untuk mengungkapkan O : Klien Nampak gelisah
keluhannya. A : Masalah belum teratasi
12.20 Memberikan informasi tentang P : Lanjurkan intervensi
perawatan yang dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan klien
selama sakit 2. Dengarkan semua keluhan
12.30 Memberikan dorongan spiritual 3. Bantu untuk mengidentifikasi cara untuk
pada klien (berdoa & ihtiar) memahami berbagai perubahan akibat penyakit
dan penanganannya.
4. Beri dorongan spiritual pada klien
25 januari 2016 3 20.45 Mengobservasi TTV Evaluasi tgl 25/01/2016 pukul 21.00
16.00 Memberikan obat antibiotic S: klien mengatakan badannya tidak terasa panas

34
(ceftriaxone 1gr) O: suhu tubuh klien 36,50C
16.00 Memberikan kompres hangat - Kulit klien tidak teraba hangat
di kening - Kulit klien tidak kemerahan
11.30 Menganjurkan klien untuk A : masalah hipertermi tercapai
banyak minum air putih P :lanjutkan tindakan keperawatan dan
(8gelas=2000cc) pertahankan kondisi klien
11.30 Menganjurkan klien untuk
istirahat
25 januari 2016 4 11.30 Memberikan informasi untuk Evaluasi tgl 25/01/2016 pukul 21.00
membatasi aktivitas guna S : klien mengatakan belum mengetahui semua,
mencegah kelelahan, terutama tentang dampak prosedur tindakan
Menjelaskan kepada klien pembedahan dan pengobatanyang dijalaninya
tentang prosedur, tindakan O :-Klien nampak sering bertanya
keperawatan, -Klien mampak khawatir
11.30 Jelaskan prosedur tindakan A: - Masalah belum teratasi
pembedahan
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuan
2. Kaji tentang prosedur tindakan keperawatan

35
yang dilakukan
3. Kolaborasi pemberian Obat
26 Januari 2016 1 08.00 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, Evaluasi tgl 26/01/2016 pukul 21.00
karakteristik dan integritas S :Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit.
nyeri dengan skala (0- Skala Nyeri 3
10)hasil: masih nyeri dengan
skala 5
08.10 Mengukur tanda-tanda vital O : - Ekspresi wajah sudah tidak menahan nyeri
08.30 Memberikan kompres hangat - Pasien rencana operasi
di abdomen - Tanda-tanda vital
13.20 Menganjurkan klien TD: 110/70mmHg, nadi: 88 x/menit, Suhu:
menggunakan teknik nafas 36,50C, RR: 20x/menit
dalam untuk mengurangi nyeri A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
16.10 Memberikan kompres hangat 1. Kaji tingkat nyeri
pada abdomen. 2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika
nyeri
4. Memberikan kompres hangat pada abdomen

36
jika nyeri timbul
26 Januari 2016 2 08.40 Memonitor tingkat kecemasan Evaluasi tgl 26/01/2016 pukul 21.00
klien. S : klien mengatakan sudah merasa tenang
08.50 Menganjurkan klien dengan menggunakan teknik nafas dalam
menggunakan teknik nafas O : Klien sudah tenang, tidak gelisah
dalam untuk menurunkan rasa A : Masalah kecemasan teratasi
cemas P : Pertahankan intervensi
13.30 Menjelaskan dampak prosedur
pembedahan
26 Januari 2016 3 24.00 Memberikan antibiotic: Evaluasi tgl 26/01/2016 pukul 21.00
ceftriaxone 1gr S: klien mengatakan badannya sudah tidak terasa
08.45 Melakukan pemeriksaan TTV panas
(terutama suhu) O: didapatkan suhu tubuh klien 36,10C, kulit
08.45 Mengingatkan klien untuk klien sudah tidak teraba hanga
banyak minum air putih A: Masalah Hipertermi teratasi
(8gelas=2000cc) P: Pertahankan intervensi

37
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pengkajian.
Pada kasus nyata yang diberikan pada Nn.N berumur 15 tahun dengan diagnosa medik Apendiksitis di ruang bedah. Asuhan
keperawatan yang diberikan menggunakn pendekatan proses keperawatan. Pada tahap pengkajian masalah yang muncul adalah
pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah, panas, mual muntah.

2.      Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Apendiksitis ditentukan berdasarkan keluhan atau respon pasien, sehingga
diagnosa yang muncul adalah :
1) Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2) Hipertermi berhubungan dengan infeksi/proses penyakit pada apendiks.
3) Kurang pengetahuan (tentang penyakit & pengobatan) berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan prosedur
tindakan.
4) Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur operasi

B. Saran

39
Proses keperawatan merupakan metode yang sistemik yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien untuk di harapkan pada pihak-pihak yang berkompoten dalam bidang keperawatan lainnya yakni :
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi kepala bidang pelayanan keperawatan yang akan disampaikan kepada seluruh
perawat bagaimana pentingnya asuhan keperawatan pada pasien dengan Apendiksitis.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Dari pihak Institusi diharapkan untuk meningkatkan kamampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
melalui penerapan teori dan penelitian di lapangan terlebih khusus di rumah sakit.

4. Bagi Mahasiswa 
Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan secara nyata pada
pasien dengan Apendiksitis.

40
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. ( 2000 ). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.


Doenges, Marilyn E. ( 1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

41
Mansjoer,arif ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran,Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius.
Nursalam.( 2001 ). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik,Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson, ( 2005 ). Patofisiologi : Konsep klinik proses – proses penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne. C, ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC.

42

Anda mungkin juga menyukai