Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK KORUPSI DALAM

PELAYANAN KESEHATAN

KELOMPOK 1 :

HIDAYAT 1911011061
NUR INDAH 1911011056
INTAN RUSDIAN P. 1911011066
MUHAMMAD ZAINUN Z. 1911011090
WILDAN HABIBULLAH 1911011062
RIZKY AGUS PRASETYO 1911011075
KORUPSI

• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi


keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi
yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang
negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi diturunkan dari kata korup yang
bermakna 1) buruk; rusak; busuk; 2) suka
memakai barang (uang) yang dipercayakan
kepadanya; dapat disogok (memakai
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Selain
itu, ada kata koruptif yang bermakna bersifat
korupsi dan pelakunya disebut koruptor.
 
CIRI CIRI KORUPSI
• Suatu penghianat terhadap kepercayaan
• Penipuan terhadap badan pemerintah
• Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus
• Dilakukan dengan rahasia
• Melibatkan dari satu orang
• Adanya kewajiban dan keuntungan bersama
FAKTOR-FAKTOR KORUPSI
• Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang.
• Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi
atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.
• Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
• Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan
PELAYANAN KESEHATAN

• Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo


Pelayanan kesehatan adalah subsistem
pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Dampak Korupsi Terhadap Pelayanan Kesehatan

1. Tingginya biaya kesehatan

2. Tingginya angka kematian ibu hamil, ibu menyusui dan bayi

3. Tingkat kesehatan masih buruk

4. Banyak nya kasus Gizi Buruk

5. Kinerja Petugas kesehatan yang tidak sesuai standar


Upaya pencegahan Korupsi di Pelayanan
Kesehatan
A. Transparansi, sistem akutansi dan pelaporan
penggunaan dana, baik dana bantuan pemerintah,
donor,maupun dana yang dihasilkan dan dikelola
oleh pelayanan medis dalam setiap strata (klinik
terkecil sampai dengan rumah sakitbertaraf
internasional) sehingga pertanggung jawaban
pelayanan medis dapat terukur
B. Pengawasan pada tingkat pusat dan daerah lebih
ditingkatkan yang dilakukan baik dari depkes
sendiri, maupun dengan melakukan kerjasama
dengan lembaga-lembaga khusus yang bertanggung
jawab memantau dari mengevaluasi kerjadan
kinerja pelayanan medis dan pihak-pihak terkait
lainnya (misalnya asuransi kesehatan dan
perusahaan farmasi)
C. Keterbukaan informasi memang pada prinsip nya
dokter adalah yang menyimpan rekam medis, tetapi
isinya adalah milik pasien, tetapi dalam praktiknya
pasien sulit sekali mendapatkan rekam medis dari
pihak pelayanan kesehatan dengan berbagai alasan.
Upaya ini patut dilakukan agar masyarakat
pengguna jasa pelayanan kesehatandapat mengerti
dan mengawasi tindakan-tindakan yang dilakukan.
D. “Role Model” perlu adanya upaya-upaya yang
maksimal terutama bagi pihak profesional di bidang
pelayanan kesehatan untuk memberikan contoh
yang baik dengan menjaga “attitude” terutama dari
pihak dokte. Untuk itu peningkatan pemahaman
tentang etika kedokteran diarahkan untuk
mengubah perilaku calon dokter. Bukan hanya
mengetahui dan memahami etik kedokteran.
Kecuali apabila dari awal seleksi memasuki fakultas
kedokteran telah dilakukantes integritas bagi setiap
calon mahasiswa kedokteran
E. Sistem manajemen mutu yang seragam antar
institusi pelayanan kesehatan. Hal ini diupayakan
agar adanya kesamaan cara pandang mengenai
bagaimana prosedur dan tata cara penanganan
pelayanan medis sampai dengan pengadaan barang
dan jasa yang kadang sensitif atau rawan korupsi.
F. Adanya keterbukaan antara institusi pelayanan
kesehatan, dokter, dan perusahaan farmasi
berkaitan dengan pengadaan obat-obatan yang
akan digunakan atau diberikan kepada pasien.
Paling tidak pasien mengerti obat yang dipakainya
berdasarkan informasi yang solid baik dari dokter,
pihak institusi pelayanan kesehatan, maupun dari
perusahaan farmasi dengan cara cara yang wajar
dan informatif dan bukan dengan slogan maupun
promosi berlebihan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai