Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DANASUHAN KEPERAWATAN SUSPECT

APENDISITIS

DI SUSUN OLEH :

NUR FITRAH

2D

(KELOMPOK 10)

PO713201191183

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII

TAHUN AJARAN 2020/2021


1) Definisi Apendisitis
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum(caecum). Infeksi ini
bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah
segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong
et al, 2010). Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis
verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat. (Brunner&Suddarth, 2014).

Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam
pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara pasti,
namun usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi untuk
mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian usus ini mengalami
infeksi akan sangat terasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya (Saydam
Gozali, 2011).

Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-rata panjang adalah 10 cm.


Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama dibelakang sekum.
Apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi,
walaupun apendiksitis dapat terjadi setiap usia (Gruendemann 2006).

Apendiktomi menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) adalah operasi


untuk mengangkat apendiksitis yang dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Jadi appendiktomi adalah Apendiktomi adalah
suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks, harus segera
dilakukan tindakan untuk menurunkan risiko perforasi apendiks, peritonitis.
Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan
spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga
lateral (titik Mc Burney). Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding
abdomen dan yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status
atau catatan medik klien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding
abdomen seperti caesarean section sampai membuka selaput perut
(Jitowiyono, 2010).
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat),
tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali Ahmad (2000)
mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut, membuka selaput
perut dengan operasi. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000), laparotomi
adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan
usus dan biasanya terjadi pada usus halus dan usus besar.

Jadi, dari referensi diatas yang di maksud dengan


apendisitis merupakan suatu peradangan pada bagian usus (Caecum) yang
disebabkan karena ada obstruksi yang mengharuskan dilakukannya tindakan
bedah.

2) Anatomi Fisiologi
Beberapa struktur organ pencernaan sebagai berikut menurut
(Drs.H.Syaifuddin ,AMK;2011)
1. Mulut

Mulut (Oris) merupakan organ yang pertama kali dari saluran


pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu
perbatasan antara mulut dengan faring ,terdiri dari :

a. Vestibulum Oris : Bagian di antara bibir dari pipi di


luar ,gusi dan bibir bagian dalam.Bagian atas bawah
vestibulum dibatasi oleh lipatan membrane mukosa
bibir ,pipi dan gusi.
b. Kavitas oris propia : Bagian di antara arkus alveolaris
,gusi ,dan gigi,memiliki atap yang dibentuk oleh
palantum durum (palatum keras )bagian depan palantum
mole (palantum lunak ) bagian belakang.
2. Gigi

Anatomi gigi

Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari tulang


maksiladan mandubula .Gigi mempunyai satu akar sedangkan
geraham mempunyai 2-3 akar.Akar gigi ditutupi oleh semen yang
merupakan bagian tebesar dari gigi yang dilapisi oleh email.

Fisiologi gigi
Menguyah makanan ,pemecahan partikel besar menjadi partikel
kecil yang dapat ditelan tampa menimbulkan tersedak.proses ini
merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada
waktu lincinkan ,dan membasahi makanan yang kering dengan
saliva serta mengaduk makanan sampai rata.

3. Lidah

Anatomi lidah lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan


susunan otot serat lintang kasa dilengkapi dengang mukosa.

Fisiologi lidah

Lidah berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut


dengan mengerakan makanan ke segala arah.

a. Pangkal lidah : Terdapat epiglotis yang berfungsi


menutup jalan pernafasab pada waktu menelan supaya
makanan tidak masuk ke jala pernafasan .
b. panggal lidah : Fungsinya untuk mentukan rasa manis,
pahit, asam dan asin.
c. ujung lidah : Membatu membolakbalikan makanan,
proses berbicara, merasakan makan yang dimakan, dan
membantu proses menelan.
4. Faring

Anatomi faring

Faring terbentang lurus antara basis kranii setinggi vertebrae


servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring
terbentuk dari jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).
Fisiologi faring

merupakan orgzn yang menghubungkan rongga mulut

kerongkongan panjangya (kira –kira 12 cm).

5. Esofagus

Anatomi esophagus

Esofagus (kerongkongan ) merupakan saluran pencernaan setelah


mulut dan faring. Panjangya kira –kira 25 cm, Posisi vertikel
dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah
rongga dada di belakang trakea.

Fisiologi esophagus

Esophagus merupakan struktur organ pencernaan setelah mulut


yang memiliki fungsi.

6. Lambung

Anatomi lambung

Lambung merupakan sebuah kantong muskel yang letaknya antara


esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen dibagian
diagfragma bagian depan pancreas dan limpa. Lambung
merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya

gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster.

Fisiologi lambung

a. Fungsi penampungan makanan yang masuk melalui


esophagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan
makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah
lambung
b. Fungsi bakterisid : Oleh asam lambung

c. Membantu proses pembentukan eritosit: lambung

menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor


ekstrinsik dari makana, membentuk zat yang disebut
anti –anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit
yang disempan dalam hati.

7. Usus Halus
Gambar2.1UsusHalus(sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan makanan
yang berpangkal pada pylorus dan berakir pada sekum.Panjangnya
kira-kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling
panjang dari tempat proses pencernaan dan absorsip pencernaan.
bentuk dan susunanya berupaka lipatan melingkar,Makanan dalam
intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan yang
memberikan permukaan yang lebih halus.

Fisiologi usus halus

Usus halus dan kelenjarnya merupakan bagian yang sangat pentig


dari saluran pencernaan karena disini terjadinya proses pencernaan
yang terbesar dan penyerapan lebih kurang 85% dari seluruh
absorpsi, fungsi usus halus :

a. menyekresikan cairan usus :untuk menyempurnakan


pengolahan zat makanan di usus halus.
b. menerima cairan empedu dan pangreas melalui duktus
kholedukus dan duktus pankreatikus.
c. mencerna makanan: Getah usus dan pangkreas
mengandung enzim pengubah protein menjadi asam
amino, karbohidrat menjadi glukosa, lemak menjadi
asam lemak gliserol.
d. Mengabsobsi air garam dan vitamin, protein dalam
bentuk asam amino, karbohidrat dalam bentuk
monoksida. Makanan tersebut dikumpulkan dalam
vena-vena halus lalu dikumpulkan dalam vena besar
bermuara ke dalam vena porta langsung.

8. Usus Besar

Gambar 2.2 Usus Besar (sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)


Usus besar merupakan saluran pencernaan merupakan usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira
1,5 -1,7 meter dan penampangan 5-5 cm. Lanjutan usus halus yang
tersusun seperti huruf U terbalik mengililinggi usus halus
terbentang dari valvula ilosekalis sampai ke anus.

Fisiologi usus besar

a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa


massa membentuk massa yang lembek yang disebut
feses.

b. menyimpan bahan feses.

c. tempat tinggal bakteri koli.

9. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa latin:caecus ,”buta”) dalam isitilah


anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptile.

10. Umbai Caciang (Appendiks)


Appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Appendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
bentuk nanah dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).

11. Rektum atau anus

Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan berakir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai penyimpanan sementara fases.
Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang
lebih tinggi yaitu pada kolon sehingga pada kolon penuh maka dari
itu terjadinya BAB.

Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana


bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh dan sebagian lainnya dari usus (Syaifudin, 2011).

12. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Gambar 2.3 Apendiks (yayanakhya.Wordpress.com)


Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kirakira
10 cm (4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada
sekum tepat dibawah katup ileosekal. Pada pertemuan ketiga
taenia yaitu : taenia anterior,medial dan posterior. Secara klinis,
apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah
garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan
dengan pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar
dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.
Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus
vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri
apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus
torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis
bermula disekitar umbilikus.

Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu


normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir
ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa mengandung
amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan
oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat
disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan
terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi


sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali
jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan
diseluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung
menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi (

Sjamsuhidayat, 2005.

3) Klasifikasi
Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu :

1. Apendisitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari


oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda
setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum
lokal. Gejala apendisitis akut nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri visceral didaerah epigastrium disekitar umbilicus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya
nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah
ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.

2. Apendisitis kronis

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan


adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,
radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.
Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial maupun total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel
inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik. Insiden apendisitis
kronik antara 1-5%.

4) Etiologi
Penyebab appendicitis adalah adanya obstruksi pada lumen
appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit
(material garam kalsium, debris fekal ) atau parasit (Katz, 2009 )Apendisitis
penyebabnya paling umum adalah inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
dari rongga abdomen. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis
pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka: pria lebih sering
dipengaruhi wanita, dan remaja lebih sering dari pada dewasa. Diantara
beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat
dugaannya sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh
tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid.

Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri


untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces
manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman
Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang
berakibat pada peradangan usus buntu (Anonim,2008). Adapun

penyebab lain terhadap apendisitis yaitu :

1. Sumbatan lumen

2. Kostipasi (kebiasaan memakan yang rendah serat) tinja yang

keras.

3. Hyperplasia jaringan limfoid


5) Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis menurut Lippicott williams &wilkins (2011) Nyeri
periumbilikal atau epigastik kolik yang tergeneralisasi maupun
setempat. Pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa
tanda nyeri antara lain : Rovsing’s sign, Psoas sign dan Jump sign.

a. Apendiksitis

1) Nyeri samar-samar

2) Terkadang terasa mual dan muntah

3) Anoreksia.

4) Disertai demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

5) Diare

6) Konstipasi

7) Nilai leukosit meningkat dari rentang normal.

b. Apendiksitis perforasi

1) Nyeri yang dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut


kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut.
Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri
semakin memberat.
2) Mual dan muntah sampai keluar lender

3) Nafsu makan menurun

4) Konstipasi BAB

5) Tidak ada flaktus


6) Pada auskultasi, bising usus normal atau meningkat pada awal
apendisitis dan bising melemah jika sudah terjadi perforasi.
7) Demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

8) Temuan hasil USG Abdomen berupa cairan yang berada


disekitar appendiks menjadi sebuah tanda sonographik
penting.

9) Respirasi retraktif.
10) Rasa perih yang semakin menjadi.

11) Spasma abdominal semakin parah.

12) Rasa perih yang berbalik (menunjukan adanya inflamasi

peritoneal).

6) Patofisiologi disertai Web of caution


Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa dank eras dan fases),
tumor, atau benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jamterlokalisasi di kuadrat kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimflamasi menjadi
pus. Setelah dilihat penyebab dari appediksitis adalah adanya obstruksi
pada lumen appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia folikel limfoid
submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau parasit

(Katz ,2009 ).

Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan


peningkatan perkembangan bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan
kogesif dan penuruna pada perfusi pada dinding apendiks yang
berkelanjutan pada nekrosis dan imflamasi, maka permukaan eksudat
terjadi pada permukaan serosa apendiks (santacroce,2009)

Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan berproliferasi dan


meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate pada
mukosa dinding apendiks yang disebut dengan apendisitis mukosa,
dengan manifestasi ketidak nyamanan abdomen.

Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk


membtasi proses peradangan ini dengan cara menutupi apendiks
dengan omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa

periapendikular yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrate


apendiks berlanjut kondisi apendiks akan meningkat risiko terjadinya
perforasi dan pembentukan massa periapendikular. perforasi dengan
cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu
memberikan respon imflamasi berbentuk periotenum atau terjadi pada
peritonitis. (Tzanakis, 2005).
7) Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium

Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90%


anak dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita
appendicitis berkisar antara 12.000 - 18.000/mm3. Peningkatan
persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah
normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah
leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan
appendicitis.

2. Pemeriksaan Urinalisis membantu untuk membedakan


appendicitis dengan pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun
demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika inflamasi
appendiks terjadi di dekat ureter.
3. Ultrasonografi Abdomen (USG)

Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan


untuk menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala
appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas
USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%.

Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis


acuta adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau
lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa
periappendix. False positif dapat muncul dikarenakan infeksi
sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau
inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat muncul
karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang
terisi banyak udara yang menghalangi appendiks.

4. CT-Scan

CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk


mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak
jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%.
Pasienpasien yang obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan
curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai
pilihan test diagnostik. Diagnosis appendicitis dengan CT-scan
ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada
diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan
mengeci.
8) Penatalaksanan
1. Keperawatan

a. Lakukan observasi TTV klien .

b. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

c. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,


selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi
Konsep Asuhan Keperawatan

9) Pengkajian
1. Identitas klien

Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,


agama, perkerjaan, pendidikan, alamat ,penanggung jawaban juga
terdiri dari nama, umur penanggung jawab ,hub.keluarga, dan

perkerjaan.

2. Alasan masuk

Biasanya klien waktu mau dirawat ke rumah sakit dengan keluhan


sakit perut di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan
BAB yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –kadang mengalami
diare dan juga konstipasi.

3. Riwayat kehehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keluhan yang terasa pada klien yaitu pada saat post op
operasi, merasakan nyeri pada insisi pembedahan, juga bisanya
terasa letih dan tidak bisa beraktivitas atau imobilisasisendiri.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah


serat, juga bisa memakan yang pedas-pedas.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti
hipertensi, hepatitis , DM, TBC, dan asma.
d. Pemeriksaan Fisik

Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5


M:6. Tanda-tanda vital klien biasanya tidak normal karena tubuh
klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya
tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien
merasakan nyeri.

e. Kepala

Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau


penyakitnya itu apenditis mungkin pada bagian mata ada yang
mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak
bisa tidur menahan sakit.

f. Leher

Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada
klien yang menderita apedisitis.

g. Thorak

Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau


gangguan bunyi normal paru ketika di perkusi bunyinya biasanya
sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultasi bunyinya
vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada masalah
bunyi jantung klien regular ketika di auskultasi, Bunyi jantung
klien regular (lup dup), suara jantung ketiga disebabkan osilasi
darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir (S4)
tubelensi injeksi darah. Suara jantung ketiga dan ke empat
disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase
isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara
tambahan seperti murmur (suara gemuruh, berdesir) (Lehrel

1994).

h. Abdomen

Pada bagian abdomen biasanya nyeri di bagian region kanan


bawah atau pada titik Mc Bruney. Saat di lakukan inspeksi.
Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Kembung
sering terlihat pada klien dengan komplikasi perforasi. Benjolan
perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses
periapedikular.

Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan


didapatkan peningkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi
terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.
Kontraksi otot menunjukkan adanya rangsangan periotenium
parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri
diperut kanan bawah yang disebut tanda rofsing. Pada apendisitis
restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menemukan adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2005).

10) Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA


Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang
biasanya muncul pada klien dengan appendicitis adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (mis, Abses,


amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, trauma, prosedur
pembedahan, olah raga berlebihan).

2.Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan


mobilitas
3.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi.

5.Risiko Infeksi
11) INTERVENS
I
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pain Management
agens cedera fisik (mis, Abses, keperawatan selama 3 x 24 • Lakukan pengkajian
amputasi, luka bakar, terpotong, jam maka diharapkan nyeri nyeri secara komprehensif
mengangkat berat, trauma, prosedur berkurang. termasuk lokasi, karakteristik,
pembedahan, olah raga berlebihan. Tujuan : durasi frekuensi, kualitas dan
Domain : 12 • Pain Level, faktor presipitasi.
Kenyamanan • Pain control • Observasi reaksi
Kelas : 1 kenyamanan fisik • Comfort level KH : nonverbal dan
Halaman: 469 NANDA • Mampu mengontrol ketidaknyamanan.
Batas Karakteristik nyeri (tahu penyebab • Gunakan teknik
1. Ekspresi wajah nyeri (mata nyeri, mampu komunikasi terapeutik untuk
kurang pencahayaan, tampak menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri
kacau, gerakan mata nonfarmakologi pasien
berpencar atau berada pada untuk mengurangi • Kaji kultur yang
satu focus, meringis.) nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
2. Mengekspresikan bantuan)  Evaluasi pengalaman
perilaku(mis, gelisah, • Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
merengek, menangis, nyeri berkurang • Evaluasi bersama
waspada) dengan menggunakan pasien dan tim kesehatan lain
manajemen nyeri. tentang ketidakefektifan
• Mampu kontrol nyeri masa Iampau
mengenali nyeri • Bantu pasien dan
(skala, intensitas, keluarga untuk mencari dan
frekuensi dan tanda

17
 nyeri) menemukan dukungan
Menyatakan rasa • Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah nyeri dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan,
pencahayan dan kebisingan.
• Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
• Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi
dan inter personal)
• Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi 
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
• Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
• Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
• Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen nyeri
2. Analgesic
Administration

18
• Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
• Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
• Cek riwayat alergi
• Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
• Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
• Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
• Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
• Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
• Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
• Evaluasi efektivitas

19
analgesik, tanda dan gejala

Pelambatan pemulihan pasca- bedah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan area syatan
berhubungan hambatan mobilitas keperawatan selama 1x 24 jam • Control infeksi
(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) : • Pemberian obat
Domain : 11 Keamanan Tujuan : 2. Manajemen nutrisi
/perlindungan • Pemulihan • Terapi nutrisi
Kelas : 2 Cedera fisik pembedahan : 3. Manajemen nyeri
Halaman :429 Penyembuhan KH • Bantuan perawatan diri
Batasan Karakteristik : • Monitor tanda-tanda vital
1. Hambatan mobilitas • Mencapai kembali • Perawatan tirah baring
2. ketidaknyamanan tingkat energi para • Bantuan perawatan diri
3. Tidak mampu melakukan pembedahan yang • Perawatan luka :Drainase
aktivitas ditandai dengan klien tertutup.
tampak mampu
beristirahat.
• Menujukan pemulihan
insisi pembedahan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring
dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selam 3 x 24 jam: • BB pasien dalam batas
dengan ketidakmampuan mencerna Tujuan : normal
makanan. (1975,2000)  Monutrional status : • Monitor adanya penurunan
Domain :2 Nutrisi Food and fluid Intake KH : berat badan
Kelas : 1 Makan 1. Mampu mengontrol nyeri • Monitor tipe dan jumlah
Halaman : 177 pada klien aktivitas yang biasa
2. Melaporkan bahwa nyeri dilakukan
• Monitor interaksi anak atau

20
berkurang orang tua selama makan
3. Mengatakan rasa nyaman  Monitor lingkungan selama
setelah nyeri berkurang makan
 Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

21
Gangguan pola tidur ,L Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen lingkungan
berhubungan dengan Imobilisasi. keperawatan selama 3 x 24 2. pemberian obat
(1980,1998,2006 jam 3. Terapi relaksasi
OE 2.1) : Tarik nafas dalam
Domain : 4 Aktivitas Tujuan : 4. Memandikan klien
/Istirahat • Anxiety reduction 5. memijat klien
Kelas : 1 Tidur /istirahat • Comfort level 6. manajemen nutrisi
Halaman : 229 jel • Rest :Extent and 7. manajemen nyeri
Batasan karakteristik as patten
1. Ketidakpuasan tidur • Sleep :Extentan patten
2. sering terjaga mers
tanpa penyebab a KH :
3. Menyatakan tidak • Jumlah jam tidur
cukup istirahat. dalam batas normal 6-
8 jam
/hari
• Pola tidur ,kualitas
dalam batas normal .
• Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang
meningkatkan tidur.

22
Risiko Infesksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
(1986,2010,2013;LOE 2.1) keperawatan selama 3 x 24  Kontol\infeksi: intraoperasi
Domain:11 Keamanan jam 2. Perlindungan infeksi
/Perlindungan : • perawatan luka
Kelas : 1 Infeksi Tujuan : • monitor tanda –tanda vital
Halaman : 405 • Keparahan infeksi • perawatan luka :tidak
KH : sembuh irigasi
• Kontrol Risiko • manajemen pengobatan
:Proses
infeksi

 pemulihan  perawatan luka tekan


pembedahan
 :penyembuhan
pemulihan
pembedahan
:segera setelah operasi.

23
12) Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
(Tarwoto & Wartonah, 2011).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki


dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum
maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen. Interdependen dan
dependen.

13) Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi,
teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di
tetapkan. Format evaluasi menggunakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,


penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan

A : analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif


dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
muncul masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan


berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).

24
PROGRAM STUDI D.III
KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN POLTEKKES
MAKASSAR

FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. B
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : guru teka
Alamat : Kahu-Kahu
Tgl. Masuk RS : 18 Januari 2021

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan utama : Pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah kanan
2. Riwayat keluhan utama : Pasien di diagnosis suspect apendisitis, dan mengeluh
merasakan nyeri pada perut kanan bagian bawah
a. Faktor pencetus : Penyakit yang diderita ; suspect apendisitis
b. Sifat keluhan : Pasien merasa lemas karena rasa nyeri, tidak ada nafsu makan,
serta mual.
c. Lokasi & penyebaranx : P ada perut bagian kanan baw ah
d. Skala keluhan :7
e. Mulai & lamax keluhan : Sehari yang lalu
f. Hal- hal yang meringankan / memperberat : Hal yang meringankan ketika
minum obat analgetik. Dan hal yang memberatkan ketika melakukan aktivitas.

3. Riwayat kesehatan masa lalu : Tidak


a. Pernahkah dirawat di RS : Tidak
b. Pernah mengalami pembedahan : Tidak
c. Riwayat alergi : Pasien tidak memiliki riwayat alergi
d. Kebiasaan / ketergantungan terhadap zat/ minuman / obat / kopi/ alcohol/
rokok. Lainnya : Pasien tidak memiliki ketergantungan terhadap hal tertentu

25
4. Riwayat keluarga
a. Genogram

b. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada riwayat penyakut dari keluarga

III. TANDA- TANDA VITAL


1. Suhu : 36,5° C
2. Denyut : 88× /menit
3. Tekanan darah : 130/80 mmHg
4. Pernapasan : 26× /menit

IV. TB (TINGGI BADAN) : 163 cm BB (BERAT BADAN) : 57 Kg

V. PENGKAJIAN KEBUTUHAN

A. PEMERIKASAAN FISIK PADA ORGAN TUBUH

1. Kepala
a. Bentuk kepala : Lonjong, simetris
b. Keadaan rambut : Kusam, dan mudah patah
c. Keadaan kulit kepala : Bersih
d. Nyeri kepala/ pusing : Tidak ada nyeri
e. Komentar :
2. Mata / penglihatan
a. Ketajaman penglihatan : 6/ 36
b. Peradangan : Tidak ada
c. Sclera : Putih

26
d. Pupil, respon : Baik, normal
e. Gerak bola mata : Pergerakan bola mata simetris
f. Konjunctiva : Anemis
g. Lapang pandang : Kurang baik
h. Reflex kornea : Normal
i. Rasa nyeri :-
j. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
k. Komentar :
3. Hidung / penciuman
a. Struktur : Normal, simetris
b. Polip :-
c. Sinus : Normal
d. Perdarahan : Tidak ada
e. Fungsi penciuman : Baik, normal
f. Komentar :
4. Telinga / pendengaran
a. Stuktur : Normal
b. Nyeri : Tidak ada nyeri
c. Cairan :-
d. Tanda- tanda peradangan : Tidak ada
e. Fungsi pendengaran : Normal
f. Alat bantu : Tidak ada
g. Komentar :
5. Mulut
a. Keadaan gigi : Normal, bersih
b. Problem menelan :-
c. Bicara : Normal
d. Rongga mulut : Tidak ada peradangan, uvula simetris
e. Fungsi mengunyah : Normal
f. Fungsi pengecap : Normal
g. Komentar :
6. Leher
a. Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
b. Arteri karotis : Normal

27
c. Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
d. Pembesaran kelenjar limfa : Tidak ada pembesaran kelenjar limfa
e. Komentar :
7. Pernapasan
a. Bentuk dada : Simetris
b. Pergerakan / pengembangan thoraks : Simetris
c. Batuk : Tidak batuk
d. Sputum : Tidak ada
e. Vocal fremitas : Normal, Tidak terdapat bunyi
f. Resonansi : Normal
g. Bunyi napas ; Normal
h. Bunyi napas tambahan : Tidak ada
i. Komentar :
8. Jantung
a. Ukuran jantung : Normal
b. Denyut jantung : 88× /menit
c. Nyeri dada : Tidak ada nyeri
d. Palpitasi :-
e. Bunyi jantung : Normal
f. Bising jantung :-
g. Komentar :
9. Abdomen
a. Warna kulit : Normal, tidak ada pelebaran pembuluh darah
b. Bayangan peristaltic :-
c. Keadaan permukaan abdomen : Normal
d. Gerak abdomen : peristaltik
e. Pembesaran abdomen :-
f. Keadaan perkusi abdomen :
g. Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan saat gerak
h. Peristaltik : 12× /menit
i. Komentar :
10. Perkemihan
a. Edema kelopk mata : Tidak ada
b. Nyeri pinggang / punggung : Tidak ada nyeri

28
c. Keadaan kandung kemih : Normal
d. Bau mulut amoniak :-
e. Komentar :
11. Reproduksi
a. Siklus menstruasi : Baik
b. Keadaan organ kelamin luar : Normal
c. Pembesaran prostat :-
d. Kehamilan :-
e. Perdarahan :-
f. Komentar :
12. Status Neorologis
a. Tingkat kesadaran : composmentis
b. Koordinasi : normal
c. Memori : normal
d. Orientasi : normal
e. Kelumpuhan (motorik) :-
f. Gangguan sensasi :-
g. Kejang- kejang :-
h. Komentar :
13. Musculoskeletal
a. Kekuatan otot : Kanan : 5 , Kiri : 5
b. Tenus otot :

29
c. Kekakuan sendi : Normal
d. Trauma :-
e. Nyeri : Tidak ada nyeri
f. Pola aktivitas : kurang terkoordinasi
g. Komentar :
14. Kulit
a. Tekstur : Lembut
b. Turgor : Normal
c. Warna : Sawo matang
d. Kelembaban : Baik
e. Lesi :-
f. Komentar :
15. Endokrin
a. Penonjolan bola mata : Tidak ada penonjolan bola mata
b. Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid
c. Aktivitas : Sebelum MRS sebagai guru
d. Perubahan suara :-
e. Tremor :-
f. Pigmentasi kulit :-
g. Komentar :

A. RIWAYAT KEBUTUHAN KENYAMANAN


1. Apakah pernah mendrita penyakit / trauma yang mengakibatkan nyeri : Tidak
2. Apabila pernah menderita penyakit yuang mengakibatkan nyeri, tunjukkan lokasi
: Tidak
3. Pernah mengalami gangguan perubahan suhu badan : Ya, suhu badan meningkat
4. Apakah pernah mengalami, sehubungan penyakit : Tidak
5. Apakah pernah mnegalami penyakit yang berhubungan dengan pencernaan : Ya,
seperti diare ataupun sembelit
6. Apakah pernah mengalami perut kembung : Ya, pernah
Apa yang dilakukan klien untuk mengatasi : Minum probiotik

PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi :

30
a. Vocal : meringis
b. Ekspresi wajah : Mengatupkan
c. Gerakan badan : memegang bagian perut yang sakit
d. Interaksi social : Menghindari percakapan
e. Tidur : susah tidur,. kadang – kadang bangun waktu malam
f. Higiano :
mandi : iya
pakaian bersih : ya
Dibantu keluarga
membutuhkan mandi dan berpakaian : Ya

g. Pencernaan : Mual muntah


h. Kulit : Pucat
i. Menggigil : tidak
j. Ketegangan otot : tidak
2. Palpasi
a. Skala nyeri :
0 1 2 3 4 5

0 = tidak nyeri 3 = tidak nyaman


1 = nyeri ringan 4 = mengganggu
2 = nyeri 5 = sangat mengganggu
b. Intensitas nyeri : seperti diremas-remas
c. Kualitas nyeri : tajam
d. Abdomen : pembesaran : Tidak ada pembesaran
e. Kulit terasa panas : hangat
3. Perkusi :
a. Bunyi tympani : ya
b. Hypertympani : -
c. Pekak : -
4. Auskultasi :
a. Bunyi usus : 12x/mnt
b. Bising pembuluh darah: -
c. Bunyi jantung janin : -

31
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Nama Hasil Satuan Nilai Normal


Pemeriksaan Tgl 20 Januari
2021
Hemoglobin 12-16
14.8
Leukosit 4.000 – 10.800
12910 g/dl u/L
Hematokrit 37 - 47
43 %
Eritrosit 4.2 – 5.2
4.8 10^6/uL
Trombosit 150000 – 450000
304000 /uL fl
MCV 79 – 99
90.4 pg
MCH 27 – 31
27.3 %
MCHC 33 – 37
30.2 % fl
RDW 11.5 – 14.5
22.6 8.5
MPV 7.2 – 11.1
%
0.1 %
Basofil 0–1
0.4
Eosinofil 2–4

32
Makassar, 16 Januari 2021
Mahasiswa

NUR FITRAH

NIM: PO713201191183

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Ds: Cedera biologis Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri pada perut
kanan bawah sejak ± satu minggu
yang lalu Di perut bagian kanan
bawah terasa semakin bertambah
sakit ketika bergerak. Skala nyeri 7
Do:
Pasien meras lemas, tampak
meringis, dan gelisah
Ttv:
TD: 130/80 mmHg
Nadi: 88x/menit
Nafas: 26x/mnit
Suhu: 36,5⁰ C

2. Ds: Ketidakmampuan Defisit nutrisi


Pasien mengatakan tidak nafsu mengabsorbsi
makan. Dan merasa mual dan ingin makanan
muntah
Do:
Makanan yang disiapkan tidak
dimakan, dan Klien tampak lemas
dan gelisah
Ttv:

33
TD: 130/80 mmHg
Nadi: 88x/menit
Nafas: 26x/mnit
Suhu: 36,5⁰ C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubugan dengan cedera biologis ditandai dengan tampak meringis
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan ditandai
dengan nafsu makan menurun

34
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. B
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

No Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Implementasi


DX Kep
1. Tujuan intervensi nyeri 1. Monitor lokasi, 1. Mengkaji tingkat
akut adalah setelah karakteristik, dan nyeri, lokasi,
dilakukan tindakan integritas nyeri karakteristik dan
keperawatan pada Nn. M dengan skala (0-10) integritas nyeri
selama 2x24 jam 1x/hari dengan skala (0-
diharapkan nyeri akan 2. Monitor tanda- 10)
berkurang/hilang tanda vital 1x/hari 2. Mengukur tanda-
kriteria :Klien tidak 3. Ajarkan teknik tanda vital (TD, N,
mengeluh nyeri lagi pada relaksasi: napas RR, S)
saat beraktivitas, nyeri dalam 3. Mengajarkan
turun dari 7 menjadi 4 4. Lakukan masase teknik relaksasi :
klien dapat bergerak pada daerah nyeri nafas dalam
dengan leluasa, tanda- 5. Ajarkan teknik 4. Memberikan
tanda vital dalam batas kompres hangat kompres hangat
normal 6. Berikan posisi klien selama 20 menit
yang nyaman: 5. Memberikan
duduk posisi yang
7. Kaji pengalaman nyaman pada klien
klien mengatasi 6. Memonitor tingkat
nyeri kecemasan klien
7. Memberikan
dorongan spiritual
pada klien (berdoa
& ihtiar)
8. Memberikan
informasi untuk
membatasi
aktivitas guna
mencegah
kelelahan,
Menjelaskan
kepada klien
tentang prosedur,
tindakan
keperawatan,
2. Setelah dilakukan Nutrition Management 1. Mengkaji adanya
tindakan keperawatan alergi makanan.
diharapkan pasien dapat 1. Kaji adanya alergi 2. Berkolaborasi
memenuhi asupan nutrisi makanan dengan ahli gizi
1. Rasa mual dan 2. Kolaborasi dengan untuk menentukan

35
muntah klien ahli gizi untuk jumlah kalori dan
berkurang menentukan jumlah nutrisi yang
2. Status nutrisi kalori dan nutrisi dibutuhkan pasien.
meningkat yang dibutuhkan 3. Memberikan
pasien informasi tentang
3. Anjurkan pasien kebutuhan nutrisi.
untuk 4. Memonitor jumlah
meningkatkan nutrisi dan
intake fe kandungan kalori
4. Anjurkan pasien yang didapatkan
untuk pasien.
meningkatkan 5. Memonitor
protein dan vitamin makanan yang
C didapatkan pasien
5. Berikan substansi habis atau tidak.
gula 6. Mengidentifikasi
6. Berikan informasi faktor-faktor yang
tentang kebutuhan menyebabkan
nutrisi mual pasien
7. Monitor jumlah sebelumnya.
nutrisi dan 7. Memonitor adanya
kandungan kalori penurunan berat
8. Kaji kemampuan badan.
pasien untuk 8. Memonitor
mendapatkan nutrisi lingkungan selama
yang dibutuhkan makan.
9. Memonitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah.
10. Memonitor mual
muntah,memonito
r kadar albumin,
total protein, Hb,
Ht.

36

Anda mungkin juga menyukai