Disusun Oleh
B. Etiologi Dispepsia
Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
1. Dispepsia organik
a) Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada
waktu tidak makan / perut kosong.
b) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa
pada pasien gastritis, deudenis, tetapi pada pemeriksaan tidak di
temukan tanda-tanda tukak.
c) Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan
regurgitasi terutama setelah makan.
d) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut
kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
e) Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker pankreas,
kanker hepar.
f) Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke
punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.
g) Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia,
sering flatus, dan perut kembung.
h) Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan
neuropatisering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat
sehingga menimbulkan nausea, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid
menimbulka rasa nyeri di perut, nausea, dan anoreksia.
2. Dispepsia fungsional
a) Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap
kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan
nyeri.
b) Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor
lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna,
menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, dan vaskularisasi.
c) Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin
di pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di
antaranya pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif,
refluks gastroduodenal.
d) Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman helicobacterpylori,
gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak
makanan berlemak, kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan
pngaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu lama ( Arif dan Sari, 2011).
D. Pathofisiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat - obatan yang tidak jelas,
zat – zat seperti nikotin, alcohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding lambung, kondisi demikian akan mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan. (Rudi Haryono,
2012)
1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum Pada dyspepsia
fungsional hanya sedikit yang terkena hipersekresi asam lambung dari
ringan sampai sedang, beberapa hanya menujukkan gangguan bersihan
asam dari duodenum dan meningkatnya sensitivitas terhadap asam.
2. Infeksi Helicobacter pylori
3. Perlambatan pengosongan lambung. 20 - 40% pada dyspepsia
fungsional mempunyai perlambatan pengosongan lambung yang
signifikan karena pengosongan lambung dengan perasaan perut penuh
setelah makan, mual, dan muntah.
4. Gangguan akomodasi lambung Menimbulkan rasa cepat kenyang dan
mengalami penurunan berat badan, karena pada keadaan normal
makanan yang masuk lambung akan terjadi relaksasi fundus dan korpus
gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung.
5. Hipersensitivitas lambung dapat menimbulkan rasa nyeri abdomen,
bersendawa, penurunan berat badan, rasa cepat kenyang.
6. Intoleransi lipid intra duodenal Mengeluh intoleransi terhadap makanan
yang berlemak dan dapat meningkatnya hipersensitivitasnya terhadap
lambung yang menimbulkan gejala mual dan kembung.
7. Psikologi Adanya stress akut dapat mempengaruhi gastrointestinal
kemudian munculnya rasa mual setelah stimulus stress.
E. Pathway Dispepsia
Dyspepsia
Nyeri akut
Muntah
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
F. Pemeriksaan Penunjang Dispepsia
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti:
pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia
fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis. Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi. (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) Sesuai dengan definisi
bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau
sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi) Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir
ini makin faatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung Dapat dilakukan dengan scintigafi atau
dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat
pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
G. Penatalaksanaan Dispepsia
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c) Atur pola makan.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang
diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah).
2. Diagnosa
a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, (SDKI, D.0077)
b) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d BB
menurun, nafsu makan menurun (SDKI, D.0019)
c) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, merasa
lemah, (SDKI, D. 0056)
3. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nyeri akut (SDKI, D.0077) setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi Utama :
selama 2x2 jam maka tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
menurun SLKI. L.08066 dengan kriteria Observasi
hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
1. Keluhan nyeri menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Kesulitan tidur menurun (5) memperingan nyeri
5. Nafsu makan membaik (5)
6. Pola tidur membaik (5) Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (misalnya : terapi
relaksasi napas dalam)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
Eduka si
1. Jelaskan penyebab, periode dan pe micu
Nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Terapeutik
1. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
4. Berikan makanan pengganti karbohidrat
seperti roti
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(Mis, pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Energi (SIKI, I.05178)
(SDKI, D 0056) selama 2x2 jam maka toleransi aktivitas Observasi
meningkat SLKI L.05047 dengan kriteria 1. Identifikasi gangguan fungsih tubuh yang
hasil: mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat (5) 2. Monitor kelebihan fisik dan kelemahan
2. Keluhan lelah menurun (5) 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Perasaan lemah menurun (5) 4. monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (suara)
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasidenganahligizitentangcara
meningkatkan asupan makanan
’’ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DISPEPSIA (SISTEM PENCERNAAN)’’
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM 1802218
Usia : 38 Tahun Tgl. Masuk : 20-06-2021
Jenis kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 21 Juni 2021
Alamat : Gedangan Sidoarjo Sumber informasi : Pasien
No. telepon :- Nama klg.dekat yg bisa dihubungi:
Tn.S Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam Status : Suami
Suku : Jawa Alamat : Sidoarjo
Pendidikan : Tamat SLTA No. telepon 081333518818
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMK
Lama berkerja :- Pekerjaan :
wiraswasta
D. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
GENOGRAM
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
X
= Pasien
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan Bersih, disapu dan dipel 1x/hari Tidak Bekerja
Bahaya jauh dari bahaya kecelakaan Tidak Bekerja
kecelakaan
Polusi jauh dari pabrik Tidak Bekerja
Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari Tidak Bekerja
Pencahayaan Baik, jendela dibuka setiap pagi Tidak Bekerja
F. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 0
Mandi 0 0
Berpakaian/berdandan 0 0
Toileting 0 0
Mobilitas di tempat tidur 0 0
Berpindah 0 0
Berjalan 0 0
Naik tangga 0 0
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak
mampu
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
Lamanya 2 jam Klien tidak sulit untuk
tidur siang
Jam .... s/d .... 12.00 – 14.00 Kadang-kadang klien tidur
kurang lebih 1 ½ jam
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Kurang nyaman
Tidur malam
Lamanya 8 jam 7 jam
Jam .... s/d .... 21.00 – 05.00 22.00-06.00 jam
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( √) Normal () Bahasa utama: jawa
( ) Tidak jelas () Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar () Rentang perhatian: Baik
(√ ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain () Afek: ada feedback
2. Tempat tinggal:
( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
(√) Bersama orang lain, yaitu: bersama suami.
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( )Rp. 1 juta – 1.5 juta
() Rp. 250.000 – 500.000 () Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta (Tidak Terkaji)
Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: tidak terkaji
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti,
O. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Mengaji
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: Klien tidak bisa sholat
berjemaah bersama keluarga
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Bisa sholat
berjemaah bersama keluarga
P. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: cukup
a. Kesadaran: GCS E4,V5,M6 (compos mentis)
b. Tanda-tanda vital: Suhu : 36,2oC
Nadi : 88x/menit
TD : 109/60 mmHg
RR : 18x/menit
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
- Inspeksi: Persebaran rambut merata dan semua berwarna hitam
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan edema
b. Mata:
- Inspeksi: Pupil mata kanan dan kiri berespon terhadap cahaya, konjungtiva tidak
anemis, dan tidak ada ikterik,
c. Hidung:
- Inspeksi: Napas spontan, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan pada hidung,
Mulut & tenggorokan:
- Inspeksi: Mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatitis pada bibir, lidah dan gigi
tampak bersih, dan indra pengecap dapat merasakan manis dan pedas.
d. Telinga:
- Inspeksi: Tidak ada serumen ditelinga, tidak terdapat adanya benjolan, dan
fungsi pendengaran telinga kanan dan kiri normal
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga kanan dan kiri
e. Leher:
- Inspeksi: Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada kekakuan, dan tidak ada deviasi
trakea
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan ada nyeri tekan
-
3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: Tidak terlihat pulsasi ictus kordis
- Palpasi: Tidak teraba pulsasi ictus kordis
- Perkusi: Suara dullness
Auskultasi: BJ S1 dan S2 normal
Paru
- Inspeksi: Tidak ada perdarahan, tidak tampak penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: retraksi dinding dada kanan dan kiri simetris
- Perkusi: bunyi resonan
Auskultasi:-tidak
terdengar bunyi ronkhi -/- -
--
4. Payudara & Ketiak
Tidak ada benjolan, tidak ada bengkak
6. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen flat
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada ulu hati
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) 15x/m
8. Ekstermitas
Ekstermitas Atas:
Kanan
- CRT <2 detik
- Tidak ada edema
Kiri
- Tidak ada edema
- CRT <2 detik
Ekstermitas Bawah:
Kanan
- Edema (-)
- CRT <2detik
Kiri
- Edema (-)
- CRT <2 detik
9. Sistem Neorologi
Reflek fisiologis
- Tidak ada kaku
kuduk Reflek patologis
- Tidak ada Babinski
- Tidak ada reflek hofman
- Tidak ada choddock
R. Terapi pasien
Cairan RL 14 tpm
IV : Santagesik 3x1
IV : OMZ 2x40mg
IV : Ondan 3x4mg
OAT 1X3 Tabs
S. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Klien mengatakan semua yang terjadi kepadanya adalah kehendak Allah SWT dan
menerima semuanya dengan hati ikhlas dan sabar
T. Kesimpulan
Klien dengan diagnosa Dispepsia sehingga klien mengalami masalah nyeri akut dan
Defisit Nutrisi.
U. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: Jika kondisi klien telah membaik pulang ke rumah
Transportasi pulang: Kendaraan umum
Dukungan keluarga:anak
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Pasien dengan BPJS
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Pembatasan aktivitas, asupan cairan
dan makanan
Pengobatan: Mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan dan mematuhi semua
anjuran tim medis
Rawat jalan ke: Poli Penyakit Dalam
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Pembatasan aktivitas sehari-hari klien,
konsumsi air minum, perhatikan asupan makanan, tetap melakukan aktivitas tetapi
jangan sampai pasien merasa lelah.
Keterangan lain: Klien harus meningkatkan asupan makanan sedikit tetapi sering.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Dispepsia Nyeri akut
berhubungan degan
pasien mengatakan nyeri ulu hati agen pencedera
seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 3, fisiologis di tandai
nyeri hilang timbul nyeri tidak Respon mukosa lambung dengan tanda dan gejala
menajlar dan semakin terasa jika di :
buat duduk atau bangun dari tempat 1. Tampak meringis
tidur. 2. Proses berpikir
vasodilatasi mukosa gaster terganggu.
Data Objektif: 3. Nafsu makan
1. Keadaan umum cukup berubah (menurun).
2. Kesadaran: compos mentis cairan mukosa lambung
(GCS E4 V5 M6)
3. Pasien Tampak Meringis
4. TTV: Hcl kontak dengan mukosa
- TD: 109/60 mmhg gaster
- Nadi 88x/menit
- RR 18x/menit
- Suhu 36,2oC Nyeri Akut (SDKI.0077)
5. Pengkajian nyeri PQRST:
- P: Nyeri ulu hati
- Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R: rasa sakit berfokus
pada satu titik (ulu hati)
- S: skala 3
- T: nyeri ulu hati semakin
terasa jika di buat duduk
atau bangun dari tempat
tidur (beraktivitas).
6. Terpasang infus PZ14 tpm
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Dispepsia Defisit Nutrisi
Pasien mengeluh nyeri ulu hati di Berhubungan Dengan
sertai mual, dan muntah sejak 2 hari ketidakmampuan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengabsorbsi nutrien di
mengatakan nyeri timbul karena Respon mukosa lambung tandai dengan :
pasien terlambat makan, nafsu 1. Nyeri Abdomen
makan pasien menurun karena 2. Nafsu makan
merasa mual setiap kali makan, menurun
makan hanya 1x sehari. vasodilatasi mukosa gaster 3. Membran
Data Objektif: mukosa pucat
1. Keadaan umum cukup 4. Mual-muntah.
2. Kesadaran: compos mentis cairan mukosa lambung
(GCS E4 V5 M6)
3. Pasien hanya menghabiskan
setengah porsi dari diet yang Hcl kontak dengan mukosa
sudah disediakan Rs (50%). gaster
4. TTV:
- TD: 109/60 mmhg
a. Nadi 88x/menit
b. RR 18x/menit Mual
c. Suhu 36,2oC
5. Terpasang infus PZ 14 tpm
muntah
2 21-06-2021 23-06-2021
Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 21 Juni 2021 Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Setelah Dilakukan Intervensi MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Keperawatan 2x24 Jam di harapkan nafsu
Observasi
makan pasien membaik, dengan kriteria
hasil : o Identifikasi status nutrisi
o Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Nafsu Makan L.03024
o Identifikasi makanan yang disukai
Keinginan akan Meningkat (5) o Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
o Identifikasi perlunya penggunaan selang
Asupan makanan Meningkat (5) nasogastrik
Asupan cairan Meningkat (5) o Monitor asupan makanan
o Monitor berat badan
Energi untuk makan Meningkat (5)
o Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Asupan Nutrisi Meningkat (5)
Stimulus untuk makan Meningkat (5) Terapeutik
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
1. Kesadaran compos mentis E4 V5 M6
2. Keadaan umum cukup
3. TTV:
- TD: 111/80 mmhg
- Nadi 80x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,3C
4. Pasien berespon dengan baik saat diberikan tindakan keperawaran
5. Pasien mampu melakukan relaksasi nafas dalam
6. Pasien mampu menjelaskan saat diberikan pertanyaan oleh perawat
7. Pengkajian nyeri PQRST:
- P: Nyeri ulu hati
- Q: seperti ditusuk-tusuk
- R: rasa sakit berfokus pada satu titik (ulu hati)
- S: skala 2
- T: nyeri muncul saat beraktivitas
P: Lanjutkan intervensi:
INTERVENSI UTAMA
A. MANAJEMEN NYERI (SIKI: I. 08238)
1. Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
NAMA KLIEN : Ny. S TANGGAL : 22 juni 2021
DX. KEPERAWATAN : Defisit Nutrisi RUANG : Tulip II / E1
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
1. Kesadaran compos mentis E4 V5 M6
2. Keadaan umum cukup
3. TTV:
- TD: 111/80 mmhg
- Nadi 80x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,3C
4. Pasien berespon dengan baik saat diberikan tindakan keperawaran
5. Pasien mampu menjelaskan saat diberikan pertanyaan oleh perawat
P: Lanjutkan intervensi:
INTERVENSI UTAMA
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
o Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
Abdullah, M. & Gunawan, J., 2012. Dispepsia dalam Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 39 no. 9.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publisher
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI