Anda di halaman 1dari 11

Menjelaskan assement, intervensi yang dilakukan

dalam penanggulangan epidemic HIV.

Prayuda Yuli H. ( 2021122001 )


Listyaningsih ( 2021122013 )
Christina Dhian Ap ( 2021122015 )
Menjelaskan rencana strategis upaya intervensi yang dijalankan pada setting nasional dan global

a. Rencana strategis upaya intervensi yang dijalankan pada setting global


 Kebijakan tingkat global: adanya komitmen politik dan penetapan target global untuk mencapai 95-95-95 pada tahun 2030;
 Bukti ilmiah dari berbagai negara terutama Afrika, pada tahun 2013, WHO merekomendasikan inisiasi pengobatan anti
retroviral (ART) dini untuk menekan angka kematian terkait AIDS, dan mencegah penularan HIV, (WHO, 2013). Di
Indonesia, rekomendasi WHO ini diadaptasi dan dilakukan akselerasi temuan kasus HIV , dengan memperluas akses untuk
inisiasi dini ART, serta memberikan pengobatan ARV segera setelah terdiagnosis HIV positif.
 Kebijakan tingkat regional: disepakatinya “Gettting to Zero” termasuk Universal Access terhadap pencegahan,
pengobatan, perawatan dan dukungan terkait HIV dan AIDS

b. Rencana strategis upaya intervensi yang dijalankan pada setting nasional


Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020 – 2024 adalah Sesuai yang tertuang dalam PMK No. 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dalam Program Pencegahan dan Pengendalian penyakit adalah persentase ODHA
yang menjalani terapi ARV (ODHA on ARV) sebesar 60%.
Ada 6 (enam) strategi nasional pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan PIMS di sektor kesehatan yaitu:

 Penguatan komitmen dari kementerian/lembaga yang terkait di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota;
 Peningkatan dan perluasan akses masyarakat pada layanan skrining, diagnostik dan pengobatan HIV AIDS dan PIMS yang
komprehensif dan bermutu;
 Penguatan program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan PIMS berbasis data dan dapat dipertanggungjawabkan;
 Penguatan kemitraan dan peran serta masyarakat termasuk pihak swasta, dunia usaha, dan multisektor lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional;
 Pengembangan inovasi program sesuai kebijakan pemerintah; dan
 Penguatan manajemen program melalui monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut.
Memberikan contoh dan menjelaskan upaya-upaya intervensi dalam setting regional dan lokal

Strategi 1: Penguatan komiten Kementerian/Lembaga terkait, pemerintah daerah dalam pencegahan dan pengendalian HIV
AIDS dan PIMS
Intervensi dalam strategi ini meliputi:
 Advokasi kebijakan dan tentang pentingnya dukungan sumber daya yang cukup untuk pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan
PIMS agar tercapai reduksi IMS dan eliminasi HIV tahun 2030.
 Penguatan Kapasitas kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah untuk mencapai reduksi PIMS demi terwujudnya eliminasi
HIV 2030
Strategi 2: Peningkatan dan perluasan akses masyarakat pada layanan HIV AIDS dan PIMS yang komprehensif dan bermutu
Intervensi dalam strategi ini meliputi:
 Mengupayakan tersedianya layanan pemerintah dan swasta untuk pencegahan dan skrining HIV AIDS dan PIMS yang dapat diakses
oleh seluruh masyarakat di 514 Kab/Kota oleh pemerintah daerah.
 Mengupayakan tersedianya layanan pemerintah dan swasta untuk diagnosis dan pengobatan HIV AIDS dan PIMS yang dapat diakses
oleh seluruh masyarakat di 514 Kab/Kota oleh pemerintah daerah.
 Mengupayakan tersedianya akses pemeriksaan laboratorium dalam rangka monitoring pengobatan HIV AIDS di 514 Kab/Kota
 Mengupayakan tersedianya pelayanan uji saring darah dan tindak lanjutnya di setiap Kab/Kota yang dapat diakses oleh seluruh
masyarakat oleh pemerintah daerah bersama PMI
Strategi 3: Penguatan program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan PIMS berbasis data dan dapat
dipertanggungjawabkan

Intervensi dalam strategi ini meliputi:


 Mengupayakan semua aspek program berdasarkan data dan fakta, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai
peraturan yang berlaku melalui KIE.
 Mengupayakan semua kebijakan dalam promotif, preventif dan kuratif berdasarkan data dan fakta, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta layak didukung dengan sumber daya
Strategi-4: Penguatan kemitraan dan peran serta masyarakat termasuk pihak swasta, dunia usaha, dan multisektor
lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional
Intervensi dalam strategi ini meliputi:
 Mengupayakan terwujudnya komunikasi antar kementerian/lembaga terkait di pusat dan daerah bersama masyarakat.
 Mengupayakan terwujudnya koordinasi antar kementerian/lembaga terkait terkait di pusat dan daerah bersama masyarakat
 Mengupayakan terwujudnya kolaborasi antar kementerian/lembaga terkait di pusat dan daerah bersama masyarakat
 Mengupayakan penghapusan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi dan hambatan hukum melalui perangkat penilaian
dan hasilnya dilaporkan secara berjenjang ke Kementerian Kesehatan
Strategi 5: Pengembangan inovasi program sesuai kebijakan pemerintah
Intervensi dalam strategi ini meliputi:

 Mengupayakan perubahan program yang disesuaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi termasuk IT ( teknologi informasi
dan komunikasi) sesuai dengan kebijakan yang berlaku;
 Mengupayakan penggunaan alat dengan teknologi yang mutakhir untuk skrining dan diagnostik (termasuk EID);
 Mengupayakan penggunaan obat terbaru yang aman, efektif dan efisien;
 Mengupayakan penggunaan alat dengan teknologi mutakhir dalam mengevaluasi pengobatan;
 Mengupayakan peningkatan akses masyarakat pada pelayanan HIV AIDS dan IMS yang komprehensif dan bermutu dengan
memanfaatkan pendekatan kesehatan, sosial budaya, ekonomi dan hukum yang efektif dan efisien;
Strategi 6: Penguatan manajemen program melalui monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut.
Intervensi dalam strategi ini meliputi:
 Mengupayakan terlaksananya monitoring, evaluasi program HIV AIDS dan IMS yang efektif dan efisien serta tindak
lanjutnya secara berkala, berjenjang oleh SDM yang kompeten menggunakan teknologi IT yang mutakhir untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan dan penyempurnaan program;
 Mengupayakan teraksesnya data dan informasi hasil monitoring dan evaluasi kegiatan HIV AIDS dan IMS yang dilakukan
masyarakat oleh pemerintah secara tepat waktu, aktual dan terpercaya;
Monitoring dan Evaluasi Program HIV

Latar Belakang
 Beberapa system monitoring dan evaluasi secara pararel dilaksanakan menimbulkan beban
ganda dan duplikasi pengumpulan data pada tingkat layanan.
 Belum ada standarisasi pencatatan dan pelaporan HIV termasuk standarisasi defisi
operasional sehingga data yang dikumpulkan tidak bisa direkapitulasi untuk meningktakan
permofrmance program
 Pelaksanaan STBP dan Sero surveillance belum optimal dan menyeluruh
 Trigulasi data mengelola seluruh informasi yang tersedia untuk memasukkan
pengembangan kebijakan masih terbatas
 Surveillance IMS dan Surveillance berbasis layanan lainnya (TB,IMS,KIA,DLL) masih
terbatas dilaksanakan
Kerangka kerja M&E

 Monitoring adalah pengawasan kegiatan secara rutin dan menilai kecapaian program
terhadap target melalui pengumpulan data mengenai info, proses dan luaran.
 Data dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk register pasien, laporan keuangan,
datalitik dan survei
 Evaluasi adalah penilaian aktivitas program secara episodic, dan dapat tingkatan yang
tinggi adalah penilaian dampak program
 Data monitoring yang baik sering menjadi tindak awal bagi evaluasi
Alur Pelaporan
Ditjen PP dan PL
KPA Nasional
DEPKES

Dinkes Provinsi KPA Provinsi

Dinkes Kab/Kota KPA Kab/Kota

Unit Layanan
Unit Layanan CST Unit Layanan VCT Mitra terkait
Lainnya
Peran dan Fungsi
Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)
1. Pelayanan
a) Konseling dan testing
b) PDP
c) Layanan terpadu HIV-TB
d) IMS
e) HR
2. Pengumpulan data sasaran dan pemetaan
3. Pencatatan dan pelaporan
4. Analisa data
 RENCANA AKSI NASIONAL: PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIV AIDS
DAN PIMS DI INDONESIA TAHUN 2020-2024. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. 2020

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai