Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN ANEMIA

Dosen Pembimbing :

Dwi Nurul Salmi, S.Kep, Ners, M.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 4

Nama :

1. Febri Yuliastuti (20220004)


2. Shindi Wulandari (20220016)
3. Sintia Gusnita (20220017)
4. Triono (20220020)

Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah 1

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Pasien Anemia” dapat diselesaikan karena


bantuan banyak pihak. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan
sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Keperawatan
Medikal Bedah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palembang,13 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 2

A. Pengertian ................................................................................... 2
B. Etiologi ....................................................................................... 2
C. Patofisiologi ............................................................................... 3
D. Klasifikasi anemia ...................................................................... 4
E. Manifestasi klinis ....................................................................... 9
F. Komplikasi ................................................................................. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................. 10

1. Pengkajian .................................................................................. 10
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 11
3. Perencanaan ................................................................................ 12
4. Implementasi .............................................................................. 16
5. Evaluasi ...................................................................................... 17

BAB IV PENUTUP ............................................................................. 19

A. Kesimpulan ................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua sel hidup memerlukan material untuk bertahan hidup dan
melakukan fungsi kerja yang diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan. Perubahan massa sel darah merah menimbulkan dua keadaan
yang berbeda Jika jumlah sel darah merah kurang Maka timbul anemia.
Anemia adalah tanda dari suatu proses perjalanan penyakit yang
dapat diidentifikasikan karena anemia bukan penyakit yang spesifik. Telah
diketahui secara umum anemia yang berat dapat membuat shock, biasanya
gejalanya tidak diperhatikan oleh penderita.
Beberapa ahli epidemiologi mengaku masih kan sedikitnya satu
setengah populasi di dunia yang menderita anemia. Data tersebut memberi
gambaran Bahwa masalah anemia perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang baik karena kalau tidak akan menimbulkan komplikasi.
Dalam hal ini perawat penting memberikan penyuluhan tentang istirahat,
pola makan yang baik serta pengobatan yang teratur untuk membantu
dalam proses penyembuhan dan peningkatan penyakit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari anemia?
2. Apakah etiologi dari anemia?
3. Apakah Patofisiologi dari anemia?
4. Apa saja kkasifikasi dari anemia?
5. Apa saja manifestasi dari anemia?
6. Apa saja komplikasi dari anemia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari anemia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari anemia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari anemia.
3. Untuk mengetahui Patofisiologi dari anemia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.
5. Untuk mengetahui komplikasi dari anemia.
6. Uuntuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari anemia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah
sel darah merah kuantitas hemoglobin dan volume packed read bloood
clles (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian,anemia bukan suatu
diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologi yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,pemeriksaan
fisik,dan konfirmasi laboratorium (Price&Wilson.2006).
Terdapat berbagai macam anemia. Sebagaian akibat produksi sel
darah merah tidak mencukupi,dan sebagian lagi akibat sel darah merah
prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan faktor
penyebab lainnya meliputi meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi,
faktor keturunan, dan penyakit kronis, anemia kekurangan besi adalah
anemia yang terbanyak di seluruh dunia.

B. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Definisi nutrient (nutritional anemia), meliputi defisiensi besi,folic
acid, piridoksin,vitamin C dan copper

Menurut badan POM (2011) Penyebab anemia yaitu :


a. Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi vitamin
B12, asam folat vitamin C dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasi nya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu
dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin,anti infl amasi dll). Obat lainnya dapat

2
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin
(antacid, pil KB,antiarthirit dll).
f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi) ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi
dan vitamin B12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus,arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid,beberapa jenis kanker dan penyakit
lainnya dan menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.
h. Pada anak-anak anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disertai yang menyebabkan kekurangan darah yang
parah.

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau kebudayaan. Kegagalan
sumsum (mis,.berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi invasi, pajanan toksik,invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi), terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial,terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam
fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruktui sel darah
merah (hemolysis) segera di refleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma. (konsentrasi normalnya 1mg/dr atau kurang; kadar di atas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).

PATHWAY ANEMIA (Partick Davery, 2002)

3
D. Klasifikasi Anemia
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dan
sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. Dapat
terjadi secara kongenital idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau
sekunder akibat penyebab-penyebab Industri atau virus. Individu
dengan anemia aplastik mengalami pansitopenia (kekurangan semua
jenis sel-sel darah). Secara morfologis, sel darah merah terlihat
normokromik, jumlah retikulosit rendah atau tidak ada, dan biopsi
sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut “fungsi kering”
dengan hipoplasia data dan penggantian dengan jaringan lemak. Pada
sumsum tulang tidak dijumpai sel-sel abnormal.Aanemia aplastik
idiopathic diyakinkan dimediasi secara imunologis dengan T limfosit
pasien menekankan sel-sel induk hematopoietic.
Penyebab-penyebab sekunder anemia aplastik (sementara
permanen) meliputi berikut ini:
1. Lupus eritematosus sistemik yang berbasis autoimun
2 agen antineoplastik atau sitotoksik
3 terapi radiasi
4 antibiotik tertentu
4 antibiotik tertentu
5. Berbagai obat seperti antikonvulsan obat obat tiroid, senyawa
emas, fenilbutazon
6. Zat-zat kimia seperti benzen pelarut organik dan insektisida
( agent yang diyakini merusak sumsum tulang secara langsung)
7. Penyakit virus seperti mononukleosis infeksiosa dan human
immunodeficiency virus (HIV) anemia plastik setelah hepatitis virus
terutama berat dan cenderung fatal.

Kompleks gejala anemia aplastik disebabkan oleh derajat


pansitopenia. Tanda-tanda dan gejala-gejala meliputi anemia,disertai
kelelahan,kelemahan,dan nafas pendek saat latihan fisik. Tanda-tanda dan
gejala-gejala lain diakibatkan oleh defisiensi trombosit dan sel-sel darah
putih. Defisiensi trombosit dapat menyebabkan
1. ekimosis dan petekie ( perdarahan di dalam kulit)
2. epitaksis (perdarahan hidung)
3. perdarahan saluran cerna
4. perdarahan saluran kemih dan kelamin

4
5. perdarahan sistem saraf pusat defisiensi sel darah putih
mengakibatkan kerentanan dan keparahan infeksi,termasuk
infeksi bakteri,virus,dan jamur.
Aplasia berat disertai penurunan (kurang dari 1%) atau tidak
adanya retikulosit, jumlah granulosit kurang dari 500/mm3 dan jumlah
trombosit kurang dari Rp20.000 menyebabkan kematian akibat infeksi dan
perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Sepsis merupakan
penyebab tersering kematian.
Faktor utama pengobatan adalah perawat suportif sampai
penyembuhan sumsum tulang. karena infeksi dan perdarahan merupakan
penyebab utama kematian, maka pencegahan merupakan hal yang penting.
Faktor-faktor pertumbuhan seperti G-CSF dapat digunakan untuk
meningkatkan jumlah neutrofil dan mencegah atau meminimalkan infeksi.
tindakan pencegahan sebaiknya meliputi lingkungan yang dilindungi oleh
keseluruhan yang baik. Pada pendarahan atau infeksi, penggunaan yang
bijak terapi komponen darah (sel-sel darah merah atau trombosit) serta
antibiotik menjadi penting.
Pada individu mudah dengan anemia aplastik berat yang sekunder
akibat perusakan sel induk, diidentifikasikan untuk melakukan transplantasi
sel induk alogenik dengan donor yang cocok (saudara kandung dengan
histocompatible leukocyte antigens (HLA) manusia yang cocok). Angka
keberhasilan secara keseluruhan melebihi 80% pada pasien-pasien yang
sebelumnya tidak ditransfusi. Pada pasien-pasien yang lebih tua dengan
anemia aplastik atau pada kasus yang diyakini dimensi secara imunologis,
antibodi yang mengandung-globulin antihemosit atau (ATG) terhadap sel-
sel T digunakan bersama dengan kortikosteroid dan siklosporin memberi
manfaat pada 50% hingga 60% pasien. Respon sangat diharapkan Dalam
waktu 4 hingga 12 minggu. Secara umum, respon ini parsial tetapi cukup
tinggi untuk meningkatkan perlindungan pada pasien-pasien dan
memungkinkan kehidupan yang lebih nyaman.

2. Anemia Defisiensi Besi


secara morfologis, keadaan ini diklarifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokromik dengan penurunan kuantitatif sintesis
hemoglobin. Defisiensi defisiensi besi merupakan an-naba anemia di
dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur,
disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi selama kehamilan.
Penyebab-penyebab lain defisiensi besi adalah;

5
1. asupan besi yang tidak cukup, misal, pada bayi-bayi yang
hanya diberi diet susu saja selama 12-24 bulan an-najah
individu-individu tertentu yang vegetarian ketat
2. gangguan absorbsi setelah gastrektomi
3. kehilangan darah mentah, seperti pada perdarahan saluran
cerna lambat akibat polip, neoplasma, gastritis, varises
esofagus, igesti aspirin, dan hemoroid.

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung


4-5 G besi, bergantung pada jenis kelamin dan ukuran tubuhnya. Lebih dari
2 atau 3 besi terdapat di dalam hemoglobin. Besi dilepas dengan semakin
tua serta matinya sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum
tulang untuk eritropoesis. Dengan an pengecualian mioglobin (otot) dan
enzim-enzim dalam jumlah yang sangat sedikit, Sisi zat besi disimpan
didalam hati, limpa, dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan
hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.
Selain tanda-tanda dan gejala gejala yang terjadi pada anemia,
individu dengan defisiensi besi yang berat memiliki rambut yang rapuh dan
halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan mungkin berbentuk sendok
(koilonikia.) Selain itu, atrofi papila lidah mengakibatkan lidah tampak
pucat, licin mengkilat, berwarna merah daging, dan menara dang serta sakit.
Dapat juga terjadi stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan
nyeri di sudut mulut.
Untuk mengobati defisiensi besi, mendasar harus diidentifikasi dan
dihilangkan titik intervensi pembedahan mungkin diperlukan untuk
menghambat perdarahan aktif akibat polip, ulkus, keganasan, dan hemoroid;
perubahan diet dapat diperlukan untuk bayi-bayi yang hanya diberi suatu
atau individu dengan indiosirnkrasi makanan atau yang menggunakan
aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat meningkatkan
besi yang tersedia, suplementasi besi diperlukan untuk meningkatkan
hemoglobin dan mengembalikan cadangan besi.

3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik atau sel darah merah besar di klasifikasikan
secara morfologi sebagai anemia mokrositik dan non mikromik.
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
dan asam folat yang mengakibatkan gangguan sinetis DNA, disertai
kegagalan maturasi dan pembelahan inti titik defisiensi defisiensi ini
dapat sekunder akibat malnutrisi, definisi asam folat,malabsropsi,
kekurangan faktor intrinsik, infestasi parasit, penyakit usus, dan

6
keganasan, serta sebagai akibat Agnes Agnes Komo terapeutik. Pada
individu dengan infeksi cacing pita yang disebabkan oleh agensi ikan
segar yang terinfeksi, cacing pita berkonvensi dengan jamunya untuk
mendapat vitamin B12 di dalam makanan yang di identik yang
menyebabkan anemia megaloblastik.
walaupun anemia pernisiosa khas pada anemia megaloblastik,
defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktik klinis. Anemia
megaloblastik sering terlihat sebagai malnutrisi pada orang yang lebih
tua, pecandu alkohol, atau remaja, dan pada perempuan selama
kehamilan, saat permintaan untuk mencukupi kebutuhan janin dan
laktasi meningkat. Permintaan ini juga meningkat pada anemia
hemolitik, keganasan, dan hipertiroidisme. Penyakit seliak dan
stomatitis tropik (tropical sprue) juga menyebabkan malabsorbsi, dan
obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam folat juga
mempengaruhi.
kebutuhan minimal folat sehari hari kira-kira 50 mg dengan mudah
diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang paling banyak adalah daging
merah seperti hati dan ginjal, serta sayuran berdaun hijau. Akan tetapi,
menyiapkan makanan yang benar juga diperlukan untuk memastikan
nutrisi yang adekuat. Misalnya 50% sampai 90% folat dapat hilang
dengan cara memasak yang memakai banyak air. Folat diabsorpsi dari
duodenum dan jejenum bagian atas, cadangan folat biasanya akan
habis kira-kira dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang
telah dijelaskan, pasien-pasien anemia megaloblastik yang sekunder
akibat defisiensi folat dapat terlihat malnutrisi dan mengalami glositis
berat (lidah meradang dan nyeri), diare dan kehilangan nafsu makan.
Kadar folat serum juga menurun. Sumsum tulang pada pasien anemia
megaloblastik.
Seperti yang telah disebutkan, pengobatan bergantung pada
pengidentifikasian dan penghilangan penyebab yang mendasarinya.
Pengobatan ini meliputi memperbaiki defisinesi diet dan terapi
penggantian dengan asam folat vitamin B12. Pasien-pasien pecandu
alkohol yang dirawat di rumah sakit sering memberi respons "Spontan"
jika diberikan diet seimbang.

4. Anemia Sel Sabit


Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh
kelainan struktur homoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi
globin di dalam molekul hemoglobin. Globin tersusun dari 2 pasang
rantai polipeptida. Misalnya Hb S berbeda dari Hb A normal karena

7
valin menggantikan asam glutamat pada salah satu rantai pasang
rantainya. Pada Hb C, lisin terdapat banyak hemoglobin abnormal
dengan berbagai derajat gejala, bervariasi dari tidak ada sampai berat.
Penyakit sel sabit merupakan gangguan genetik resesif autosomal,
yaitu individu memperoleh hemoglobin sabit (hemoglobin S) dari
kedua orang tua. Oleh karena itu, pasien homozigot. Individu
heterozigot (gen abnormal diwariskan hanya dari salah satu orang tua)
dikatakan memiliki sifat sel sabit. Individu-individu ini umumnya
asimtomatik dan memiliki usia harapan hidup yang normal.
Tanda dan gejala yang terjadi sebagai akibat dari penyumbatan
pembuluh darah yang menyebabkan infark pada berbagai organ,
seperti ginjal, paru dan sistem saraf pusat. Bayi-bayi biasanya
asimtomatik selama 5 sampai 6 bulan karena adanya hemoglobin Fetus
(Hb F) yang cenderung menghambat pembentukan sabit. Manifestasi
klinis meliputi sindrom kegagalan perkembangan, gangguan tubuh dan
kembang, seringnya episode infeksi bakteri terutama infeksi
pneumokokus. Ada awalnya limpa membesar, akan tetapi karena
adanya infark berulang, limpa menjadi atrofi dan tidak berfungsi
sebelum anak mencapai usia 8 tahun. Proses ini disebut sebagai
autosplenektomi. Kerentanan terhadap infeksi menetap seumur hidup.
Harapan hidup berkurang akibat infark yang menyebabkan gagal
organ.
Tangan dan kaki bengkak, nyeri, meradang (sindrom tangan-kaki
yang dikenal sebagai daktilitis) terdapat pada sekitar 20% sampai 30%
anak-anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Daktilitis disebabkan oleh
iskemia dan infark tulang-tulang metakarpal dan metatarsal; keadaan
tersebut disertai demam, "Krisis" nyeri, rekuren, dan melemahkan
merupakan penyebab utama morbidias akibat penyakit sel sabit.
Tempat yang paling sering terkena adalah abdomen, punggung, dada
dan sendi. Krisis ini dieksaserbasi oleh infeksi atau dehidrasi, dapat
menyerupai penyakit-penyakit akut lain dan berlangsung dari beberapa
jam hingga beberapa hari. Insiden krisis menurun dengan
bertambahnya usia. Dapat juga terjadi krisis aplastik, terutama pada
anak-anak, disertai penghentian fungsi sumsum tulang yang intermiten
dan penurunan jelas eritropoesis serta jumlah retikulosit.Krisis
sekuestrasi visera disertai pembentukan sabit dan pengumpulan darah,
terutama di dada, merupakan penyebab utama kematian.
Sering terjadi tanda-tanda pada jantung akibat anemia, seperti
takikardia atau bising. Dapat juga terjadi pembesaran jantung dan
gagal jantung kongestif. Terkenanya ginjal dapat dibuktikan dengan

8
adanya gangguan kemampuan pemekatan urine dan infark berulang
dapat menyebabkan nekrosis papila dan hematuria. Infeksi atau infark
paruh berulang (atau keduanya) mengganggu fungsi paru. Infark
sistem saraf pusat (Stroke) walaupun jarang dapat menyebabkan
berbagai derajat hemipelgia. Dapat ditemukan ulkus tungkai kronis di
atas pergelangan kaki dan di sepanjang sisi media Tibia. Karena
meningkatnya pemecahan SDM, pasien sering terlihat ikterus dan
mengalami kolelithiasis (batu empedu) yang sekunder akibat
peningkatan bilirubin. Tampilan fisik berkisar dari kurus astenik
hingga perkembangan normal

E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (saraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pika serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel dan berkurangnya keasamaan
lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah,
letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna
pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung (Sjaifoellah, 1998).

F. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk pilek, gampang flu atau gampang terkena infeksi saluran nafas,
jantung juga menjadi gampang lelah karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian dan berisiko bagi
janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).
1) Identitas pasien

- Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,


pekerjaan, alamat dan pendidikan

- Identitas penanggung: nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat


pendidikan, pekerjaan dan alamat

2) Riwayat keperawatan

a. Keluhan utama: keluhan/gejala apa yang menyebabkan pasien berobat


atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali

b. Riwayat kesehatan sekarang

- Adanya kerusakan pada organ sel darah/sumsum tulang

- Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan

c. Riwayat penyakit masa lalu

- Penyakit sebelumnya, alergi, pengalaman sakit/dirawat sebelumnya dan


pengobatan terakhir

d. Pengkajian pola fungsi Gordon

- Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan

- Pola aktivitas dan latihan (mandi, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur,


ambulasi serta makan dan minum)

- Pola istirahat dan tidur

- Pola nutrisi metabolik (makan dan minum)

- Pola eliminasi (BAB dan BAK)

- Pola kognitif dan perceptual (nyeri, fungsi panca indra, kemampuan


bicara, kemampuan membaca)

10
3) Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum: kesadaran, Ttv (Tekanan Darah, Denyut Nadi,


Respirasi dan Suhu). Antropometri: TB, BB, LLA (Lingkar Lengan Atas),
LK (Lingkar Kepala), LD (Lingkar Dada) dan LP (Lingkar Perut).

- Pemeriksaan Cepalo Kaudal

1. Kepala: (bentuk, keadaan kulit), mata (kebersihan, penglihatan,


pupil, reflek, sclera, konjungtiva), telinga (bentuk, kebersihan,
secret, fungsi dan nyeri telinga), hidung (fungsi, polip, secret,
nyeri), mulut (kemampuan bicara, keadaan bibir pucat, perdarahan
membran mukosa, warna lidah dan gigi)

2. Leher: bentuk, pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah


bening, tonsil, JVP dan nyeri telan

3. Dada: inspeksi (bentuk dada, retraksi otot dada dan jenis


pernafasan), auskultasi (suara pernafasan, bunyi jantung dan suara
abnormal), perkusi (bunyi jantung dan paru), palpasi (ictus kordis,
massa, hepar dan lien)

4. Abdomen: inspeksi (simetris, contour, warna kulit, vena dan


ostomy), auskultasi (frekuensi dan intensitas peristaltik), perkusi
(udara, cairan, massa atau tumor), palpasi (tonus otot, masa, ginjal,
hepar dan lien)

5. Genitalia, Anus dan Rectum: inspeksi (warna, pembesaran testis,


inflamasi disekitar rectal), palpasi (kandung kemih)

6. Ekstremitas: atas (kelengkapan, kelainan jari, tonus otot,


kesimetrisan gerak, kekuatan otot, gerakan otot, gerakan bahu,
siku, pergelangan tangan dan jari-jari), bawah (kelengkapan,
edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varises, gerakan otot,
gerakan panggul, lutut, pergelangan kaki dan jari jari).

2. Diagnosa Keperawatan

1.)intoleranis aktivitas berhububgan dengan kelemahan, ketidak


seimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen

2.) risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanaan


sekunder ( penurunan hemoglobin,leucopenia,dab supresi respon
inflamasi)

11
3).defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencernak
makanan atau ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient untuk pembentukan
sel darah merah.

4).perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunaan


konsetrasi hemoglobin.

3. Perencanaan

No Diagnosa SLKI SIKI


(SDKI)
1. Intoleransi Luaran utama : Intervensi utama :
aktivitas Toleransi aktivitas manajemen Energi
Ekspetasi:meningkat Tindakan Observasi:
Kriteria hasil :  Identivikasi
 Keluhan lelah (5 gangguan fungsi
menurun) tubuh yang
 Sianosi (5 mengakibatkan
menurun) kelelahan
 Perasaan lemah (5  Monitor kelelahan
menurun) fisik dan
 Frekuensi nadi (5 emosional
membaik)
 Warna kulit (5 Terapeutik
membaik)  Sediakan
 Tekanan darah lingkungan
(membaik 5) nyaman dan
rendah stimulus
(mis.cahaya,
suara,kunjungan)

Edukasi
 Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
2. Risiko infeksi Larutan utama : tingkat intervensi utama :
infeksi manajemen
Ekspestasi : menurun imunisasi/vaksinasi
Kriteria hasil :
 Demam (5 tindakan obsevasi

12
menurun)  Identifikasi
 Kemerahan (5 riwayat dan
meurun) riwayat alergi
 Nyeri (5 menurun)  Identifikasi kontra
 Bengkak indikasi
pemberian
imunisasi (mis,
reaksi analfilaksis
terhadap vaksin
sebelumnya dan
atau sakit parah
dengan atau tanpa
demam
 Identifikasi status
imunisasi setiap
kunujungan ke
pelayanan
kesehatan

Terapeutik
 Berikan suntikan
pada bayi
dibandingkan
paha anterolateral
 Dokumentasikan
informasi
vaksinasi ( mis ,
nama produsen,
tanggal
kaduluarsa)

Edukasi
 Jelaskan tujuan,
manfaat, reaks
yang terjadi,
jadwal dan efek
samping
 Informasikan
imunisasi yang
diwajubkan
pemerintah (mis,
hepatitis B, BCG,
defteri, tetanus,
petanus,
h.influenza, polio,
campak, measles,

13
rubella)
3. Defisit nutrisi Larutan utama : status Intervensi utama:
nutrisi manajemen nutrisi
Eksprktasi: membaik Tindakan observasi
Kriteria hasil :  Identifikasi status
 Porsi makanan nutrisi
yang dihabiskan  Identifikasi alergi
(5 meningkat) dan intoleransi
 Berat badan (5 makanan
membaik)  Identifikasi
 Indeks masa makanan yang
tubuh (IMT) disukai
(membaik 5)  Identifikasi
 Frekuensi makan (5 kebutuhan kalori
membaik) dan jenis nutrient
 Nafsu makan  Monitor asupan
membaik (5) makanan
 Monitor berat
badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik :
 Lakukan oral
hygen sebelum
makan, jika perlu
 Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
 Berikanan
maakanan tinggo
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika
mampu
kolaborasi

Edukasi

14
 Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis,
pereda nyeri, anti
ematik jika perlu)
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Perfusi jaringan Luaran utama : perfusi Intervensi utama :
tidak efektif perifer tindakan obsevasi
Ekspektasi : meningkat  Monitor panas,
Kriteria hasi : kemerahan, nyeri,
 Kekuatan nadi atau bengkak
perifer (5 pada ekstremitas
meningkat)
 Warna kulit pucat Terapetik
(5 menurun)  Hindari
 Edema perifer (5 pemasangan
menurun) infuse atau
 Nyeri ekstremitas pengembalian
(5 menurun) darah diarea
 Kelemahan otot (5 keterbatasan
menurun) perfusi
 Rambut rontok  Hindari
menurun (5) pengukuran
 Kram otot (5 tekanan darah
menurun) pada ektremitas
 Pengisian kapiler dengan
(5 membaik) keterbatasan
 Akral (5 membaik) perfusi
 Turgor kulit (5
Edukasi
membaik)
 Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang

15
harus dilaporkan
(mis, rasa sakit
yang tidak hilang
saat istirahat, luka
tidak sembuh,
hialngnya rasa)

4 Implementasi
1. Intoleransi aktivitas
- mengidentigikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- memonitor kelelahan fisik dan emosional
- memonitor pola dan jam tidur
-menyediakan likungan nyaman dan rendah stimulus
( mis.cahaya,suara,kunjungan)
- mengajukan tirah baring
-mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

2. Resiko infeksi
- mengidentifikasi riwayat Kesehatan alergi
-mengidentifikasi kontra indikasi pemberian imunisasi (mis.reaksi
analfiaksis terhadap vaksin selanjutnya dan atau sakit parah dengan atau
tanpa demam)
- mengidentifikasi setatus imunisasi setiap kunjungan kepelayan kesehatan
- memberikan suntikan pada bayi dibagian paha anterolateral
- mendokumentasikan informasi vaksinasi (mis.nama prosedur
kadalwarluarsa)
- menjadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
- menjelskan tujuan,manfaat ,reaks yang terjadi,jadwal dan efek samping
- menginformasikan imunisasi yang di wajibkan pemerintah (mis.hepatitis
B,BCG,difteri,tetanus,pertusis,H.influenza,polio,campak,measles,rubella)

3.Defisit Nutrisi
- Mengidentifiksi status nutrisi
- Mengidentifiksi alergi dan intoleransi makanan
- Mengidentifiksi makanan yang disukai
- Mengidentifiksi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Memonitor asupan makanan
- Memonitor berat makanan
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

16
- Melakukan oral hygen sebelum makan, jika perlu
- Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen makanan, jika perlu
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
- mengkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, peresa nyeri,
anti ematik jika perlu)

4.Perfusi jaringan tidak efektif


- Memonitor panas,kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
- menghindari pemasangan infus atau pengembalian darah di area
keterbatasan perfusi
- menghindari pengukuran tekanan darah pada eksternalitas dengan
keterbatasan perfusi
- menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan ( mis,
rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, Hilang Rasa)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan klien. Menurut Donna
L Wong (2004:596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan anemia
adalah:
1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2. Berpartisipasi dengan aktivitas sehari-hari sesuai Tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktivitas
3. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
4. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa
tidak nyaman
6. Masukan nutrisi adekuat
7. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan
tidak nyaman
8. Kulit tetap bersih dan utuh
9. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih
rapi dan berpakaian menarik

17
10. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta khawatirnya dan
meluangkan waktu bersama anak
11. Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontra keperawatan.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah
sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 mili darah. Dengan demikian , anemia bukan suatu
diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologis yang
mendasar yang diurutkan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik, dan konfirmasi laboratorium (price & Wilson.2006).
Beberapa ahli epidemiologi mengkalkulasikan sedikitnya satu
setengah populasi di dunia yang menderita anemia. Data tersebut memberi
gambaran Bahwa masalah anemia perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang baik karena kalau tidak akan menimbulkan komplikasi.
Dalam hal ini perawat penting memberi Penyuluhan tentang istirahat, pola
makan yang baik serta pengobatan yang teratur untuk membantu dalam
proses penyembuhan dan peningkatan penyakit.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka
dapat disarankanagan mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang
anemia sehingga dapatmembantu dalam kegiatan promosi kesehatan
tentang anemia. Disarankan untuk memahami tentang pengertian,
penyebab, gejala, cara penanganan dan pencegahan anemia sehingga
angka kejadian anemia dapat menurun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Edisi I. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
I. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Edisi I. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

https://www.academia.edu/27782640/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA

20

Anda mungkin juga menyukai