Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS DISPEPSIA PADA NY D


DI RUANG SERUNI
RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

DISUSUN OLEH :
RANI SHINTYA
2011102411095

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Penyakit dyspepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau


tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015). Dyspepsia juga
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari keluhan kesehatan yang berhubungan dengan akan dan keluhan yang
berhubungan dengan saluran cerna (Pardiansyah dan Yusran, 2016).
Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual,
muntah, kembung cepat kenyang, rasa perut penuh. Keluhan tersebut dapat secara
bergantian dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan ataupun
kualitasnya (Yuriko, 2013).
Kata Dyspepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu “dys” (poor) dan “peps”
(digestion) yang berarti gangguan pencernaan. Dyspepsia didefinisikan sebagai rasa
nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas, yang dapat disertai
keluhan-keluhan lain, seperti perut terasa lebih cepat penuh (fullness), kembung
(bloating), atau cepat, merasa kenyang, meskipun baru makan sedikit lebih dari porsi
biasanya (early satiety), dan tidak berhubungan dengan fungsi kolon. Beberapa definisi
sering mengaitkan dyspepsia dengan konsumsi makanan, tetapi pada kenyataannya tidak
semua pasien dyspepsia terkait dengan makanan yang dikonsumsi sehingga definisi
tersebut tidak bisa diterapkan (Bayupurnama, 2019). Pengertian Dyspepsia terbagi
menjadi dua (Mansjoer, 2001):
a. Dyspepsia organik, bila diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya
b. Dyspepsia non diagnosa atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non
ulkus, bila tidak jelas penyebabnya.
Dyspepsia mengacu pada rasa kenyang tidak mengenyangkan sesudah makan,
yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah
perut. Dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukan adanya gangguan fungsi pencernaan
(Williams&wilkins, 2011).
B. Klasifikasi
Pengelompokan mayordispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindrom dyspepsia organic terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer,
gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity.
2. Dispepsia Non Organik(DNU), atau dyspepsia fungsional, atau Dispepsia Non Ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan
atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, danendoskopi (Ida, 2016).

C. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik
(struktual) dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya
gangguan di saluran cerna atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung
empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena
factor psikologis dan factor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu
(Purnamasari, 2017). Etilogi dispepsia antara lain.
1. Adanya gangguan atau penyakit dalam saluran cerna seperti tukak gaster/duodenum,
gastritis, tumor, infeksi Helicibacter pylory.
2. Obat-obatan: Seperti obat Anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa
jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
3. Penyakit pada hepar, pankreas, sistembilliter: Hepatitis, pankreatitis, kolesistitis
kronik
4. Penyakit sistematik seperti: Diabetes mellitus, penyakit tiroid dan penyakit jantung
coroner.
5. Bersifat fungsional, yaitu: Dyspepsia yang terdapat kasus yang tidak didapatkan
adanya kelainnan/ gangguan organik yang dikenal sebagai dyspepsia fungsional
atau dyspepsia non ulkus.
6. Idiopatik/dispepsia fungsional
7. Ulkuspeptikum
8. Gastroesophageal refluxdisease (GERD)
9. Kanker lambung
10. Gastroparesis
11. Infeksi Helicobacter pylori
12. Pankreastitis kronis
13. Penyakit kandung empedu
14. Parasite usus
15. Iskemia usus
16. Kanker pancreas atau tumor abdomen.

D. Tanda dan Gejala


Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,
mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat kenyang,
kembung setalah makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri
uluh hati dan dada atau regurgitas asam lambung kemulut. Gejala dispepsia akut dan
kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati,
perih, mual, berlangsung lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan
depresi (Purnamasari, 2017). Indikasi endoskopi bila ada gejala atau tanda alarm seperti
gejala dispepsia yang baru muncul pada usia lebih dari 55 tahun, penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, anoreksia, muntah persisten, disfagia progresif,
odinofagia, perdarahan, anemia, ikterus, massa abdomen, pembesaran kelenjar limfe,
riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna atas, ulkus peptikum, pembedahan
lambung, dan keganasan (Black et al., 2018). Gejala dispepsia antara lain sebagai berikut
(Suzuki, 2017; Rahmayanti, 2017):
1. Epigastric pain merupakan sensasi yang tidak menyenangkan; beberapa
pasieni merasa terjadi kerusakan jaringan
2. Postprandiali fullness merupakan perasaan yang tidak inyaman seperti
makanan berkepanjangan di perut
3. Early satiation merupakan perasaan bahwa perut sudah terlalu penuh segera
isetelah mulai makan, tidak sesuai idengan ukuran makanan yang dimakan,
sehingga makan tidak dapat diselesaikan. Sebelumnya, kata “cepat
kenyang” digunakan, tapi kekenyangan adalah istilah yang benar untuk
hilangnya sensasi nafsu imakan selama proses menelan makanan
4. Epigastrici burning merupakan rasa terbakar adalah perasaan subjektif yang
tidak menyenangkan dari panas.
E. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.

F. Pathway
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan gastritis
adalah sebagai berikut:
a. Uji darah fekal tersembunyi
Mendeteksi darah yang tersembunyi dalam vimotus dan tinja pasien yang
mengalami perdarahan gastrik
b. Kadar Hb dan Ht
Kadar hemoglobin dan hematokrit rendah jika pasien mengalami perdarahan
signifikan.
c. Endoskopi Gastrointestinal atas dengan Biopsy
Memastikan diagnosis jika dilakukan dalam 24 jam setelah perdarahan, biopsy
memperlihatkan proses inflamatotik. Rangkaian gastrointestinal atas juga bisa
dilakukan untuk mencegah lesi serius. Endoskopi atas tidak boleh dilakukan setelah
pasien mencerna agens korosif (Diyono dan Mulyadi, 2013).

H. Komplikasi
Menurut Center for Pharmacy Postgraude Education, (2021) dispepsia yang
tidak ditangani dapat mengakibatkan komplikasi. Komplikasi termasuk perdarahan masif
akut, yang mungkin mengancam jiwa pada mereka yang lemah :
1. Perdarahan kronis yang menyebabkan anemia defisiensi besi
2. Perforasi dan peritonitis yang mengancam jiwa
3. Obstruksi saluran keluar lambung karena striktur
4. Stenosis dan kanker perut. 
Komplikasi yang terkait dengan dispepsia fungsional termasuk penurunan
kualitas hidup karena gejala yang persisten dan peningkatan risiko penyakit ulkus
peptikum.

I. Penatalaksanaan Medik
Pasien dyspepsia dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan
modifikasi pola hidup dengan melakukan program diet yang ditujukan untuk
kasus dyspepsia fungsional agar menghindari makanan yang dirasa sebagai faktor
pencetus. Pola diet yang didapat dapat dilakukan seperti makan dengan prosi kecil tetapi
sering, makan rendah lemak, kurangi atau hindari minuman-minuman spesifik seperti:
Kopi, alkohol, dll, kurangi dan hindari makanan yang pedas. Terapi medika untuk kasus
diagnosa hingga sekarang belum terdapat regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan (Tjokronegoro, 2001). (Mansjeor, 2001)
menerangkan pengobatan pada dyspepsia mengenal beberapa golongan obat yaitu:
a. Antacid 20-150 ml/hari
Antacid berfungsi untuk asam lambung. Pemakaian antacid tidak dianjurkan secara
terus menerus, sifatnya hanya simtomatis untuk mengurangi rasa nyeri. Penggunaan
dosis besar dapat menyebabkan diare.
b. Antikolinegerik
Kerja antikolinegerik atidak spesifik. Obat yang bekerja spesifik adalah pirenzepin
untuk menekan sekresi asam lambung,
c. Antagonis reseptor H2
Obat ini banyak digunakan untuk mengatasi dyspepsia organic. Obat tergolong
antagonis reseptor H2 adalah: Simetidin, roksatidine, ranitidine dan famotidine
d. Penghambat pompa asam
Golongan obat ini menghambat sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat termasuk dalam golongan penghambat pompa
asam adalah: Omeprazole, lansoprazol dan pantoprazole
e. Sitroprotetif
Prostaglandin sinteik seperti: Misoprosol dan eprostil, selain bersifat sitoprotektif
juga dapat menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik: sisaprid, domperidon dan metoklopramid.
Obat golongan ini efektif untuk mengobati dyspepsia fungsional dan reflex
esofangitis dengan mencegah reflek dan memperbaiki bersihan asam lambung.
J. Pengkajian Fokus Keperawatan

Pengkajian pada klien dengan sistem pencernaan dispepsia dilakukan mulai dari
pengumpulan data yang meliputi : biodata,keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
1. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis, identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan klien lainnya.
Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan utama
keluhan utama merupakan kebutuhan yang mendorong penderita masuk RS.
3. Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkatbketegangan, tingkat kesalahan, tingkat kesadaran
(nilai GCS) dan respon verbal pasien.
4. Tanda-tanda vital
Tanda tanda vital meliputi tekanan darah, kaji tekanan nadi, respirasi dan suhu
5. Pengkajian
a. Kulit
Kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak
terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat
dengan suhu 36,3°C, warna kulit kuning langasat.
b. Kepala dan Leher
Kepala dan leher tampak simetris, rambut dan kulit kepala bersih, warna rambut
dicat orange, tidak ada benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran
kelenjar tiroid.
c. Penglihatan dan Mata
Mata tampak simetris, tidak ada sekret, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak ada kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat
digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak
menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
d. Penciuman dan Hidung
Hidung tampak simetris, bersih, tidak ada secret, fungsi penciuman baik (dapat
membedakan bau)
e. Pendengaran dan Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, bersihan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut dan Gigi
Mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan mulut
dan gigi cukup baik.
g. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Dada tampak simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada
dada, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi.
h. Abdomen
Abdomen tampak simetris, tidak ada benjolan, saat diperkusi terdenagr bunyi
hipertimpani. Klien mengatakan perutnya terasa kembung, saat dipalpasi
terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah abdomen pada bagin atas
(ulu hati).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dyspepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap, pemeriksaan darah dalam
tinja dan urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika
tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja
kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita
dyspepsia ulkus sebaiknya periksa derajat keasaman lambung. Jika diduga
sesuatu keganasan dapat diperiksa tumor marker (dugaan karsinoma kolon), dan
(dugaan karsinoma Pankreas) (Ida, 2018).
b. Barium enema
Untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan menelan
atau muntah, penurunan berat padan atau mengalami nyeri yang membaik atau
memburuk bila penderita makan (Ida, 2018).
c. Endoskopi bias
Digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung melalui
tindakan biopsy. Pemeriksaan nantinya di bawah mikroskop untuk mengetahui
lambung terinfeksi Helicobacter Pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan
bakuemas, selain diagnostik sekaligus teraupetik (Ida, 2018).
d. Pemeriksaan penunjang lainya seperti foto polos abdomen, serologi H,pylori,
urea breath test dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi (Ida, 2018).

7. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya


Berapa lama klien menderita Dispepsia, bagaimana penanganannya,
mendapatkan terapi anti nyeri jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah
teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis
2. Nausea b.d Iritasi Lambung
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan Mencerna Makanan
4. Gangguan Pola Tidur b.d Kurangnya Kontrol Tidur
5. Ansietas b.d Ancaman Terhadap Konsep Diri
L. Intervensi
No DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (l.08238)
Agen Pencedera (L.08066) Observasi
Fisiologis Setelah dilakukan 1.1Mengidentifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
3x24 jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
masalah keperawatan 1.2Mengidentifikasi skala nyeri
dapat bteratasi dengan 1.3Mengidentifikasi nyeri non
kriteria hasil : verbal
1. Keluhan Nyeri Terapeutik
Menurun (5) 1.4Memberikan teknik non
2. Meringis Menurun (5) farmakologis untuk mengurangi rasa
3. Gelisah Menurun (5) nyeri
Edukasi
1.5Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1.6 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Nausea b.d Iritasi Tingkat Nausea Manajemen Muntah (l.03118)
Lambung (L.08065) Observasi
Setelah dilakukan 2.1 Mengidentifikasi karakteristik
tindakan keperawatan muntah
3x24 jam diharapkan 2.2 Mengidentifikasi faktor
masalah keparawatan penyebab muntah
dapat teratasi dengan 2.3 Memonitor efek manajemen
kriteria hasil : muntah secara menyeluruh
1. Nafsu makan 2.4 Memonitor keseimbangan cairan
meningkat (5) dan elektrolit
2. Keluhan mual Terapeutik
menurun (5) 2.5 Mengontrol faktor lingkungan
3. Perasaan ingin muntah penyebab muntah
menurun (5) Edukasi
4. Frekuensi menelan 2.6 Mengajarkan teknik non
meningkat (1) farmakologis untuk mengelola
muntah
Kolaborasi
2.7 Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
3 Defisit Nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (l.03119)
Ketidakmampuan (L.03030) Observasi
Mencerna Setelah dilakukan 2.1Mengidentifikasi status nutrisi
Makanan tindakan keperawatan 2.2Mengidentifikasi alergi dan
3x24 jam diharapkan Intoleransi makanan
masalah keperawatan 2.3Memonitor asupan makanan
dapat teratasi dengan Terapeutik
kriteria hasil : 2.4Melakukan Oral hygiene sebelum
1. Kekuatan untuk makan
mengunyah meningkat Edukasi
(5) 2.5Menganjurkan Posisi duduk, Jika
2. Kekuatan otot untuk mampu
menelan (5) Kolaborsi
3. Nyeri abdomen 2.6 Kolaborasi pemberian medikasi
menurun (5) sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
4. Frekuensi makan antiemetik), Jika perlu
membaik (5)
1. Nafsu makan
membaik (5
4 Gangguan Pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (l.05174)
Tidur b.d Setelah dilakukan Observasi
Kurangnya Kontrol tindakan keperawatan 4.1 Mengmidentifikasi pola aktivitas
Tidur 3x24 jam diharapkan dan tidur
masalah keperawatan 4.2 Mengidentifikasi faktor
dapat teratasi dengan pengganggu tidur
kriteria hasil :
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik
menurun (1) 4.3 Melakukan prosedur untuk
2. Keluhan sering terjaga meningkatkan kenyamanan
menurun (1) Edukasi
3. Keluhan tidak puas 4.4 Mengajarkan relaksasi otot
tidur menurun (1) autogenik atau cara nonfarmakologi
4. Keluhan istirahat tidak lainnya
cukup menurun (1)
5 Ansietas b.d Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (l.09314)
Ancaman (L.09093) Observasi
Terhadap Konsep Setelah dilakukan 4.1 Mengidentifikasi saat tingkat
Diri tindakan keperawatan ansietas berubah
3x24 jam diharapkan 4.2 Mengidentifikasi kemampuan
masalah keperawatan mengambil keputusan
dapat teratasi dengan Terapeutik
kriteria hasil : 4.3 Menciptakan suasana terapeutik
1. Verbalisasi khawatir untuk menumbuhkan kepercayaan
akibat kondisi yang 4.4 Memotivasi mengidentifikasi
dihadapi menurun (5) situasi yang memicu kecemasan
2. Perilaku gelisah Edukasi
menurun (5) 4.5 Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Kolaborasi
4.6 Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, H. P. A. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. N DENGAN
GANGGUAN PENCERNAAN: DYSPEPSIA DI RUANG PERAWATAN ANAK
RSUD KOTA MAKASSAR TANGGAL 30 MEI S/D 02 JUNI 2022= NURSING
CARE IN AN PATIENT. N WITH INDIGESTION: DYSPEPSIA IN THE CHILD
CARE ROOM OF MAKASSAR CITY HOSPITAL ON MAY 30 TO JUNE 02,
2022 (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Blegur, J. L. B. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. DB Dengan Dispepsia


di Ruangan Cempaka Rumah Sakit POLRI Titus Uly Kupang Tahun
2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

YAKIN, M., Lestari, W., Sahran, S., & Septiyanti, S. (2019). Asuhan Keperawatan pada
Pasien Tn. S Dengan Gastritis di Ruang Lavenda Puskesmas Perawatan
Sebelat Bengkulu Utara Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Bengkulu).

Kuniyo, P. (2022). STUDI KASUS: PENERAPAN INTERVENSI EDUKASI DIET UNTUK


MENGURANGI NYERI PADA KLIEN DISPEPSIA. Jurnal Keperawatan
Indonesia Timur (East Indonesian Nursing Journal), 2(1), 1-7.

Anda mungkin juga menyukai