Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GADAR KRITIS

PADA NY.A DENGAN DYSPEPSIA

Pembimbing :
Ibu Lina Indrawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun :
Armila
20.156.03.11.018

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 yang
diterbitkan DepKes RI pada tahun 2012, dispepsia termasuk dalam 10
besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit tahun 2010. Pada urutan ke-5
dengan angka kejadian kasus sebesar 9594 kasus pada pria dan 15122
kasus pada wanita. Sedangkan untuk 10 besar penyakit rawat jalan di
Rumah Sakit tahun 2010, dispepsia berada pada urutan ke-6 dengan angka
kejadian kasus sebesar 34981 kasus pada pria dan 53618 kasus pada
wanita. Jumlah kasus baru sebesar 88599 kasus. (DepKes RI, 2012)
Dispepsia merupakan salah satu gangguan yang diderita oleh hampir
seperempat populasi umum dinegara industri dan merupakan salah satu
alasan orang melakukan konsultasi ke dokter .
Dispepsia berasal dari bahasa yunani yaitu duis bad (buruk) dan
peptin (pencernaan). Dispepsia merupakan istilah yang digunkan untu8
k suatu sindrom atau kumpulan gejala / keluhan yang terdiri dari rasa
nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah,
sendawa, rasa cepat kenyang, perut terasa cepat penuh / begah. Secara
garis besar, penyebab sindrom dispepsia ini dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok penyakit organik seperti (tukak peptik, gastritis, batu
kandung empedu dan lain-lain ) dan kelompok dimana sarana penunjang
diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi,
laboratorium) tidak dapat memperlihatkan adanya gannguan patologis
struktural atau biokimiawi, disebut gangguan fungsional. Dispepsia
fungsional dibagi menjadi 2 kelompok, yakni postprandial distress
syndrome dan epigastric pain syndrome.
Pasien yang mengalami penyakit dispepsia sering disertai dengan
rasa nyeri atau rasa tidak nyaman dibagian perut. Nyeri merupakan bentuk
ketidaknyamanan yang dapat dialami oleh setiap orang. Rasa nyeri dapat
menjadi peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat aktual maupun
potensian. Namun, nyeri bersifat subjektif dan sangat idividual. Respons
seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor jelamin, usia, budaya,
dan lain sebagainya. Berbagai faktor tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan bagi perawat dalam melakukan penatalaksaaan terhadap
perawatan nyeri.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Dispepsia
2.1.1 Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa
panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Batasan
dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

2.1.2 Etiologi
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Stres
5. Tumor atau kanker saluran pencernaan

2.1.3 Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan
kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

5
6
2.1.4 Tanda dan Gejala
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

2.1.5 Penatalaksanaan Medik


1. Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c. Atur pola makan.
2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan
bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

2.1.6 Test Diagnostik


Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka
perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
i. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional
biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
ii. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
iii. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
iv. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin
faatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan
setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
v. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 %
kasus.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Jenis pekerjaan
e. Alamat
f. Suku/bangsa
g. Agama
h. Tingkat pendidik
i. Riwayat sakit dan kesehatan

1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan semua data pengkajian,diagnosa keperawatan utama
mencakup yang berikut
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak
setelah makan, anoreksia.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
adanya mual, muntah
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses
penyakit.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOS NO NI
A C C
1 Nyeri Akut NOC: 1. Lakukan penentuan
1.Pain level intervensi nyeri secara
Definisi: Pengalaman sensori komprehensif termasuk
2.Pain control
dan emosional yang tidak lokasi, karakteristik,
3.Comfort
menyenangkan yang muncul durasi, frekuensi,
level
akibat kerusakan jaringan yang kualitas dan faktor
actual atau potensial atau Kriteria hasil: presipitasi.
digambarkan dalam hal 1. Mampu mengotrol 2. Observasi reaksi
kerusakan sedemikian rupa. nyeri( tahu nonverbal dari
penyebab nyeri, ketidaknyamanan
Batasan karakteristik:
mampu 3. Evaluasi pengalaman
1. Perubahan selera makan
menggunakan nyeri masa lampau
2. Perubahan tekanan
teknik 4. Kontrol lingkungan yang
darah
nonfarmakologi dapat mempengaruhi
unutk mengurangi
3. Perubahan frekuensi nyeri, nyeri
jantung mencari bantuan) 5. Ajarkan pasien
4. Perubahan frekuensi 2. Melaporkan tekhink non
pernapasan bahwa nyeri farmakologi
5. Laporan isyarat berkurang dengan 6. Kolaborasi pemberian
6. Diaforesis menggunakan berikan analgetik untuk
7. Perilaku distraksi( mis. manajemen nyeri mengurangi nyeri
Berjalan mondar mandir 3. Mampu mengenali
mencari orang lain) nyeri( skala,
8. Mengekspresikan intensitas,
perilaku(mis.gelisah,mer frekuensi
ang 4. dan tanda nyeri)
kak, menangis) 5. Menyatakan rasa
9. Sikap melindungi area nyaman setelah
nyeri nyeri berkurang
10. Masker wajah( mis.
Mata kurang bercahaya,
tmabak kacau, meringis)
11. Dilatasi pupil
12. Melaporkan nyeri secara
verbal
13. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan:


1. Agen cedera(mis.
Biologis,
zata kimia, fisik,
psikologis).
2 Ketidakseimbangan Nutrisi NOC: 1. Nutrition management:
Kurang Dari Kebutuhan 1. Nutritiona 2. Kaji adanya
Tubuh l status alergi makanan
2. Nutriotional 3. Monitor turgor kulit,
Definisi:Asupan nutrisi tidak status:food and kekeringan, rambut
cukup untuk memnuhi fluid intake kusam dan mudah patah
kebutuhan metabolic. 3. Nutritional 4. Monitor mual
status: dan muntah
Batasan karakteristik: nutrient 5. Anjurkn paien untuk
1. Berat badan 20% atau intake meningkatkan intake Fe
lebih di bawah berat 4. Weight control 6. Anjurkan pasie
badan ideal. untuk
2. Diare. meningkatkanprotein
Kriteria hasil:
3. Kehilangan rambut dan vitamin C
1. Adanya
berlebihan. 7. Anjurkan pasien
peningkatan
4. Penurunanberat badan untuk makan dengan
berat badan
dengan asupan porsi sedkit tapi sering
sesuai dengan
makanan adekuat. 8. Kolaborasi dengan ahli
tujuan
5. Membrane mukosa gizi untuk mentukan
2. Tidak ada
pucat. jumlah kalori dan nutrisi
tanda-
6. Tonus otot menurun. yang di butuhkan pasien
tanda mal nutrisi
3. Meningktakan 9. Berikan informasi
Faktor yang berhubungan: fungsi tentang kebutuhan
1. Factor biologis nutrisi
pngecapan dari
2. Faktor ekonomi
menelan
3. Ketidakmampuan untuk
4. Tidak terjadi
mengabsorpsi nutrien
penurunan berat
badan yang
berarti
3 Kekurangan Volume Cairan NOC: Fluid management
1. Fluid balance 1. Pertahankan
Definisi: Penurunan cairan 2. Hydration catatan intake dan
intravaskuler, interstisial, dan 3. Nutritional output yang akurat
atau intravaskuler. Hal ini status: food and 2. Monitor status
mengacu pada dehidrasi, fluid intake hidrasi(kelembapan
kehilangan cairan tanpa Kriteria hasil membrane mukosa,
perubahan pada natrium 1. Mempertahanka nadi adekuat,
Batasan karakteristik: n urine 3. tekanan darah ortostatik)
2. output sesuai 4. Monitor vital sign
1. Perubahan status mental
2. Perubahan tekanan darah dengan usia 5. Monitor
3. Perubahan tekanan nadi dan BB masukan
4. Perubahan volume nadi 3. Tekanan darah, makanan/ cairan
5. Perubahan turgor kulit nadi, suhu 6. dan hitung intake
6. Perubahan turgor lidah tubuh dalam kalori harian
7. Perubahan haluaran urin batas normal 7. Kolaborasikan
8. Perubahan pengisisan vena 4. Tidak ada pemberian cairan
9. Perubahanmembran tanda- tanda IV
mukosa kering dehidrasi, 8. Monitor status nutrisi
10. Kulit kering elastisitas turgor
11. Peningkatan hematokrit kulit baik,
12. Peningkatan suhu tubuh membaran
13. Peningkatan frekuensi nadi mukosa lembab,
14. Peningkatan urin
tidak ada rasa
15. Penurunan berat badan
haus yang
16. Haus
berlebihan
17. Kelemahan

Faktor yang berhubungan:


1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme
regulasi
4 Ansietas NOC: 1. Temani pasien untuk
1. Anxiety control memberikan keamanan
Definisi: Peasaan tidak nyaman 2. Anxiety level dan mengurangi takut
atau kekwatiran yang samar 3. Coping 2. Identifikasi
disertai PerubahanFrekuensi/ tingkat
IramaJantung kecemasan
kriteria hasil:
3. Bantu pasien untuk
Batasan karateristik: 1. Klien mampu
mengenali situasi yang
1. Perilaku mengidentifikas
menimbulkan
a. Gelisah i dan
kecemasan
4. Dorong pasien untuk
b. Insomnia mengungkapka mengungkapkan
2. Affektif n perasaan, ketakutan,
a. Gelisah, Distres gejala cemas persepsi
b. Ketakutan 2. Mengidentifikasi 5. Instrukikan pasien
c. Perasaantidakadekuat , untuk menggunkan
d. Rasa nyeri meningkat mengungkapka tekhnik relaksasi
ketidak berdayaan n dan 6. Berikan obat untuk
e. Khawatir menunjukan mengurangi kecemasan
3. Fisiologi teknik untuk
a. Wajahtegang, Tremor mengontrol
tangan cemas
b. Gemetar, Tremor 3. Vital sign
4. Simpatik dalam batas
a. Peningkatan denyut nadi normal
b. Parasimpatik 4. Postur tubuh,
c. Letih, Gangguan tidur ekspresi ajah,
bahaa tubuh
5. Kognitif
dan tingkat
6. Pengkatan suhu tubuh di
aktivitas
atas kisaran normal.
menunjukan
7. Takikardi
berkurangnya
8. Kulit terasa hangat.
kecemasan

Faktor yang berhubungan:


1. Pemajanan toksin
2. Infeksi/ kontamnan
3. interpersonal
4. Stres, ancaman kematian
5 Kurang pengetahuan NOC:
1. Knowledge: 1. Teaching: disease

Definisi:Defisiensi informasi disease process process

2. Knowledge: 2. Berikan penilaian


kognitif yang berkaitan dengan
15

topic tertentu. health behavior tentang tingkat


pengetahuan pasien
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: tentang process penyakit
1. Perilaku hiperbola 1. Pasien dan yang spesifik
2. Ketidakakuratan keluarga 3. Jelaskan patofisiologi
mengikuti mengatakan dari penyakit dan
perintah pemahaman bagaimana hal ini
3. Ketidakakuratan tentang berhubungan dengan
melakukan tes penyakit, anatomi dan fisiologi
4. Perilaku kondisi, dengan cara yang tepat
tidak prognosis dan 4. Sediakan informasi pada
tepat(apatis) program pasien tentang kondisi,
5. Pengungkapan masalah pengobatan dengan cara yang tepat
2. Pasien dan 5. Instruksikan pasien
Factor yang berhubungan:
keluarga mengenai tada dan gejala
1. Keterbatasan kognitif
mampu unutk melaporkan pada
2. Kurang minat
melaksanakan pemberi perawatan
dalam belajar
prosedur yang kesehatan dengan cara
3. Kurang dapat
dijelaskan yang tepat.
mengingat
secara benar
16

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian
A. Identitas Klien
a. Nama : Ny.A
b. Usia : 52 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tanggal Masuk : 07 Juni 2021
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Alamat : Pengasinan
g. Suku/bangsa : Jawa
h. Agama : Islam
i. Tingkat pendidikan : SMP
B. Riawayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri ulu hati, pusing , demam sudah 2 hari
yang lalu mual, muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
P : Klien mengatakan nyeri akan dirasakan ketika klien makan
sesuatu yang asam dan pedis
Q : Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti pedih di daerah ulu
hati tembus kebelakang dan hilang timbul
R : Klien mengatakan nyeri terdapat pada ulu hati
S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada skala 5
T : Klien mengatakan Nyeri dirasakan selama ± 2 hari
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70
RR: 20x/menit
HR:80/meni
t T :37,5 C

D. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
17
a. Darah lengkap
18

b. KGD
c. Elektrolit
d. Fungsi hati
2. Terapi
a. Injeksi ketrolac
b. Injeksi ondasentron

ANALISA DATA

NO Data Etiologi Masalah


1 DS : Pasien mengatakan Iritasi mukosa Nyeri akut
nyeri ulu hati lambung
DO :
-Wajah pasien terlihat meringis
menahan sakitnya
-TD :110/70 mmHg
-s : 37,5 C
-RR :20x/menit
-HR :80/ menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

INTERVENSI

N Diagnosa TUJUAN Perencanaan


o Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan  Kaji  TTV S : Pasien
berhubungan Tindakan frekuensi  Kaji mengatakan
dengan iritasi pada keperawatan selama nyeri frekuensi nyeri
mukosa lambung 1x24 jam Rasa nyeri berkurang O
 Berikan istrahat
DS : pasien Nyeri hilang dengan  Anjurkan : Wajah
dengan posisi
mengeluh nyeri Kriteria Hasil : istirahat tampak sedikit
semifowler
epigastrium dengan tenang
 Pasien tidak
DO : wajah pasien posisi TD : 110/70
meringis  Berikan
terlihat meringis semifowle RR : 20 x/
menahan sakit kompres hangat
menahan sakitnya r menit
lagi pada bagian
TD :110/70 mmHg  Memberik HR : 80 x/
abdomen
 Pasien terlihat menit
HR : 80 x/menit a n
nyaman T : 36,5 C
RR : 20x/menit kompres
 Kolaborasi
T : 37,5 C air hangat A : masalah
dengan dokter
 Kolaborasi teratasi
untuk
dengan P : Intervensi
pemberian
dokter dihentikan
ondansetron 4
untuk
mg
pemberian
ondansetro
n 4 mg

Anda mungkin juga menyukai