PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
spermatozoa dan ovum dan dilajutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan
ibu atau kondisi janin. Tindakan ini diartikan sebagai pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus, vagina
atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio
negara Asia pada tahun 2007 dan 2008, di Kamboja, China, Nepal, Filipina,
Sectio Caesarea sekitar 27,3%. Survei ini meneliti hampir 108.000 persalinan
karena adanya indikasi medis. Indikasi tersebut antara lain hipertensi dalam
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penelitian
tindakan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep PNC
1. Definisi
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu. (Bagian Obstetri Ginekologi FKUPB, 2005).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui
jalan lahir.
Kala I : In partu (partu mulai) ditandai dengan keluar nya lendir bercampur darah,
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
Kala II : (Pengeluaran janin) His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin
mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin.
Kala III : (Pengeluaran plasenta) Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim
7
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri,
tanda lepasnya plasenta: perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat
Schultze :lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering
terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental
seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya tidak ada sebelum uri
lahir.
Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan.
Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari
simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya
Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali
Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
Kala IV : Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan
– 500 cc. Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
2. Penyebab
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu
c. Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama
dari biasa.
kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin
3. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar
a) Engagement
Ringan
c) Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari serviks, dinding panggul atau dasar
d) Rotation Internal
2) Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir (Bidang
4) Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
e) Extension
11
f) Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk
g) Ekpulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai hypomoklion, lahir bahu belakang, bahu
B. Sectio Caesarea
1. Definisi
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim (Prawirardjo,2014). Sectio
Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
2. Etiologi
a. Indikasi Ibu
2) Placenta previa
4) Partus Lama
1) Letak lintang bila terjadi kesempitan panggul, maka Sectio Caesarea adalah
jalan atau cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan
letak lintang harus ditolong dengan Sectio Caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu
3) Gawat Janin
4) Janin Besar
a. Janin Mati
3. Patofisiologi
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri
mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre eklamsia, distosia serviks, dan
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
- saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
4. Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
2) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
3) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
2) Atonia Uteri
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
corpus uteri.
abdominalis.
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
Kelebihan :
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonial
yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan. Rupture
uteri karena luka bekas Sectio Caesarea klasik lebih sering terjadi
luka bekas Sectio Caesarea klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas Sectio Caesarea profunda biasanya baru terjadi
supaya ibu yang telah mengalami Sectio Caesarea jangan terlalu lekas hamil
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka
Kelebihan :
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
17
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
e. Pemeriksaan elektrolit
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
sesuai kebutuhan.
18
b. Diet
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi,
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri, dan pada
Menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi
e. Pemberian obat-obatan
setiap institusi
4) Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
3. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui dan juga tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan juga menyebutkan factor-faktor yang sangat berhubungan
erat dengan ketuban pecah dini (KPD), namun kita tidak tahu factor mana
yang lebih berperan yang sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi factor
predisposisi adalah:
a. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari suatu vagina atau infeksi pada cairan ketuban yang bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
b. Servik yang inkopetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau juga meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma. Trauma yang juga
didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintetis yang menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
d. Kelainan letak, misalnya letak sungsang, sehingga tidak ada bagian yang
terendah yang juga menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
4. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan
terjadi pembukaan pada prematutre serviks, lalu pada kulit ketuban juga akan
22
7. Penatalaksaan Medis
23
3) Section caesarea
Menurut (Heldayani, 2009), section caesarea adalah suatu cara untuk
melahirkan janin dengan membuat sayatan pda dinding uterus melalui
dinding depan perut untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
8. Penatalaksanaan dan Pengobatan kasus Ketuban Pecah Dini
Konservatif
a. Pengelolaan konservatif yang dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu maupun pada janinnya) dan juga harus di rawat di rumah sakit.
b. Berikan antibiotika (ampicillin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
dengan obat ampicillin) dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak akan keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada tanda-tanda
infeksi, tes buss negative dan berikan dexametason, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah masuk inpartu, tidak ada tanda-
tanda infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexametason dan induksi
sesudah 24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotic daan lakukan induksi.
g. Nilai apakah ada tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intra uterin).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan streroid, untuk memicu
kematangan paru-paru pada janin dan jika memungkinkan periksa kadar
lesitin dan juga spingomielin tiap minggu. Pada dosis betametason 12 mg
sehari dosis tungga selama 2 hari dan dexametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
Aktif
a. Kehamilan pada >37 minggu dan lakukan induksi dengan oksitosin bila
gagal seksio caesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal
tiap 6 jam maksimal diberikan 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan
juga diakhiri.
25
c. Bila skor pelvik <5 maka lakukan pematangan pada serviks kemudian
lakukan induksi. Jika tidak berhasil maka akhiri persalinan dengan seksio
caesarea.
d. Bila skor pelvik >5 lakukan induksi persalinan dengan partus pervaginam.
D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir (neonates) merupakan bayi yang berusia 0-28 hari (kemenkes
RI, 2010). Bayi baru lahir merupakan bayi yang berusia satu jam pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan dengan berat badan 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki Panjang badan 48-52 cm dan lingkar dada 30-
38 cm. lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160x/menit,
pernapasan 40-60x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh dengan
sempurna dan kuku agak Panjang dan juga lemas, nilai APGAR >7, refleks-
refleksnya juga sudah mulai terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro,
grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki yaitu testis sudah berada pada
skrotum dan penisnya juga berlubang dan pada bayi perempuan vagina dan juga
uretranya berlubang serta adanya labia minora dan juga labia mayora, meconium
sudah keluar dalam waktu 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
2010).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Ciri-ciri bayai normal anatar lain(kementrian Kesehatan RI, 2010):
Dilahirkan pada umur kehamilan anatara 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-
4000 gram, Panjang badan waktu dilahirkan 48-51 cm, warna kulitnya merah
muda/pink dan kulit diliputi verniks caseosa, lanugo tidak seberapa lagi hanya
pada bahu dan punggung bayi, pada dahi jelas perbatasan tumbuhnya rambut
kepala, bayi kelihatan montok karena jaringan lemak di bawah kulit bayi yang
cukup, tulang rawan pada hidung dan juga telinga sudah tumbuh dengan jelas,
kuku telah tumbuh dan sudah melewati ujung jari, menangis kuat, refleks
menghisap bayi baik, pernafasan juga berlangsung dengan baik (40-60x/menit),
pergerakan pada anggota badan baik, alat pencernaan juga mulai berfungsi
dengan baik sejak di dalam kandungan yang ditandai dengan adanya / keluarnya
meconium dalam waktu 24 jam pertama, alat perkemihan juga sudah berfungsi
sejak dalam kandungan yang ditandai dengan keluarnya air kemih setelah 6 jam
pertama kehidupan bayi. Pada bayi laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum
dan pada bayi perempuan labia minora sudah ditutupi oleh labia mayora dan juga
anus berlubang.
Kulit bayi yang kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari dan juga menemukan putting untuk
mulai menyusu. Jika bayi belum menemukan putting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi juga masih belum
menemukan IMD dalam waktu 2 jam maka lanjutkan asuhan keperawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang pemberian vitamin K, salep mata dan
juga serta berikan gelang pengenal) kemudia dikembalikan lagi kepada
ibunya untuk dilakukan latihan belajar menyusu (Kemenkes RI, 2013).
c. Pencegahan Kehilangan Panas
Pendegahan kehilangan panas dilakukan melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan juga kulit ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kemenkes RI, 2013).
d. Pemberian Salep Mata/ Tetes Mata
Pemberian salep mata atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
pada mata. Beri bayi salep mata atau tetes mata antibiotic, pemberian salep
mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi pada
mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kemenkes RI, 2013).