Pembimbing :
Disusun :
Armila
20.156.03.11.018
4. Patofisiologi
Bisa ular diproduksi dan disimpan dalam sepasang kelenjar yang berada di bawah mata.
Bisa dikeluarkan dari taring berongga yang terletak di rahang atasnya. Taring ular dapat
tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake besar. Dosis bisa ular tiap gigitan bergantung pada
waktu yang terlewati sejak gigitan pertama, derajat ancaman yang diterima ular, serta
ukuran mangsanya. Lubang hidung merespon terhadap emisi panas dari mangsa, yang dapat
memungkinkan ular untuk mengubah jumlah bisa yang dikeluarkan. Bisa biasanya berupa
cairan. Protein enzimatik pada bisa menyalurkan bahan-bahan penghancurnya. Protease,
kolagenase, dan arginin ester hidrolase telah diidentifikasi pada bisa pit viper. Efek lokal
dari bisa ular merupakan penanda potensial untuk kerusakan sistemik dari fungsi sistem
organ. Salah satu efeknya adalah perdarahan lokal, koagulopati biasanya tidak terjadi saat
venomasi. Efek lainnya, berupa edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan
interstitial di paru-paru. Mekanisme pulmoner dapat berubah secara signifikan. Efek
akhirnya berupa kematian sel yang dapat meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder
terhadap perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan minute ventilasi. Efek
blokade neuromuskuler dapat menyebabkan perburukan pergerakan diafragma. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh asidosis dan hipotensi. Myonekrosis disebabkan oleh
myoglobinuria dan gangguan ginjal.
Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah lengkap,
penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin
parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula darah, BUN, dan
elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel
darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Pengkajian Airway
tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas
pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya
sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka
jalan nafas pasien terbuka. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan
airway dan ventilasi. tulang belakang leher harus dilinsungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi
jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak
sadar. yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
1. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas
2. tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
a. Adanya snoring atau gurgling
b. Stridor atau suara napas tidak normal
c. agitasi (hipoksia)
d. Penggunaan otot bantu pernafsan /paradoxical chest movements
e. Sianosis
3. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi :
a. Muntahan
b. Perdarahan
c. Gigi lepas atau hilang
d. Gigi palsu
e. trauma wajah
4. jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
5. lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
6. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi
a. Chin lift jaw thrust
b. Lakukan suction (jika tersedia)
c. Oropharyngeal airway , nasopharyngeal airway, Paryngeal laryngeal mask
Airway
d. lakukan intubasi
b. Pengkajian Breathing ( pernafasan )
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. jika pernafasan pada pasien tidak memadai,
maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan
drainasetension pneumothorax/haemothorax,closure of open chest injury dan
ventilasi buatan
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian Breathing pada pasien antara lain:
1. Look, Listen dan feel
a. Inspeksi dari tingkat pernafasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut: cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wound, dan penggunaan otot bantu pernafasan
b. Palpasi untuk adanya pergeseran trakea, frkatur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan
pneumotoraks
c. Auskultasi untuk adanya suara abnormal pada dada
c. Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi
jaringan. hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis
shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia,
pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill dan penurunan produksi urin.
Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan
yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung
mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab
lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah:
tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac spinal shock dan anaphylaxis
Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada
pasien secara memadai dan dikelola dengan baik
langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
a. cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill
f. Lakukan treatment terhadap hipoperfus
d. Pengakjian Disabilities
Pada primary survey Disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU:
A : alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
V : vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
P: responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas
awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U : unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
e. EXpose, Examine Dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. jika pasien
diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting
untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung
pasien yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah
mengekspose pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua
pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga
privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang. Dalam situasi yang
diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa,maka rapid trauma
Assessment harus segera dilakukan:
1. Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
2. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien
luka
dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak
stabil atau kritis
2. Pengakjian sekunder
1. Pemeriksaan
fisik Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien, yaitu:
a)Aktivitas dan
Istirahat Gejala:
Malaise. b)Sirkulasi
Tanda: Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal (selama hasil
curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat, (perifer
hiperdinamik),
lemah/lembut/mudah hilang, takikardi, ekstrem
(syok). c)Integritas Ego
Gejala: Perubahan status kesehatan.
Tanda: Reaksi emosi yang kuat, ansietas, menangis, ketergantungan,
menyangkal,
menarik diri.
d)Eliminasi
Gejala: Diare.
e)Makanan/cair
an
Gejala: Anoreksia, mual/muntah.
Tanda: Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot (malnutrisi).
f)Neorosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan.
Tanda: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium/koma.
g)Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Kejang abdominal, lokalisasi rasa nyeri, urtikaria/pruritus
umum. h)Pernapasan
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.
Gejala: Suhu umunya meningkat (37,95oC atau lebih) tetapi mungkin normal,
kadang
subnormal (dibawah 36,63oC), menggigil. Luka yang sulit/lama
sembuh. i)Seksualitas
Gejala: Pruritus perianal, baru saja menjalani
kelahiran. j)Integumen
Tanda: Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar, kulit teraba hangat
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. Penghitungan jumlah sel darah
2. Pro trombine time dan activated partial tromboplastin time
3. Fibrinogen dan produk pemisahan darah
4. Tipe dan jenis golongan darah
5. Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN dan Kreatinin
6. Urinalisis untuk myoglobinuria
7.Analisis gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
4. Pemeriksaan Penunjang lainnya
a. EKG
b. Thorax photo untuk pasien dengan edema pulmonum
c. 2.Radiografi untuk mencari taring ular yang
tertinggal
5. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin.
b) Nyeri akut
c) Hipertermia berhubungan dengan endotoksin
d) Ketakutan/ansietas berhubungan dengan gigitan
Nama : Tn.A
Umur : 37 tahun
Alamat : Bekasi
Jenis Kelamin : L
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMP
Nama : Ny. A
Umur : 35 tahun
Alamat : Bekasi
Riwayat Kesehatan Sekarang : klien datang ke IGD pada tanggal 24 juni jam 13.00 WIB,
dengan di bawa oleh istrinya, klien mengatakan tungkai kirinya digigit ular, setelah itu klien
merasakan sesak nafas, terasa panas, nyeri ditungkai kaki,skala nyeri 5, badan kaku semua
dan kaki bengkak, tampak kebiruan. dan tiba-tiba terjatuh, Nyeri kepala (-), mual dan muntah
(-). Di rumah kaki klien sudah diikat dengan menggunakan kain diatas luka gigitan ular
tersebut. Lalu klien langsung dibawa ke RS. Hasil pemeriksaan TTV : TD : 90/60 mmHg, N :
52 x/menit, RR : 32 x/menit, S : 36,9 derajat C.GCS E3V3M5 di IGD terpasang infus NaCl
0,9 % 30 Tpm, SpO2 80 %.
Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular atau menurun seperti, DM, hepatitis, TBC, Hipertensi, dll
C. Pengkajian Primary Survey
1. Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sputum, tidak ada darah.
3. Circulation : ada perdarahan di tungkai kiri karena gigitan ular, N = 52x/menit, akral
dingin, CRT >3 detik, sianosis.
5. Exposure : terdapat perdarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka,
memar.
1. Pemeriksaan Fisik
h) Dada :
Perkusi : sonor
Perkusi : Thympani
j) Ekstremitas :
a. Ekstremitas atas : terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan dextra, tidak ada
edema
b. Ekstremitas bawah : Akral dingin, bengkak pada luka gigitan, kekakuan otot
kaki dextra, nyeri pada luka.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
F. Program Terapi
a. IVFD RL 30 Tpm
e. Terfacef 2x1 gr : Obat yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan
ANALISA DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
Senin 28 juni 1 Setelah dilakukan MANAJEMEN JALAN
2021, 13.00 tindakan keperawatan 3 NAFAS (I.01011)
WIB x 24 jam diharapkan
Observasi
nafas efektif. a. Monitor pola nafas
(Frekuensi, kedalaman,
Kriteria hasil :
usaha nafas)
a. Frekuensi b. Monitor bunyi nafas
pernafasan 16- tambahaan (mis.
24 x/menit Gurgling, mengi,
Edukasi
m. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
n. Kolaborasi pemberian
oksigen
perubahan Teraupetik
status kesehatan
a. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
b. Fasiloitasi istirahat dan
tidur
c. Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan juga pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
e. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (terapi
musik)
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu
Senin 28 Juni 3 Setelah dilakukan MANAJEMEN
2021 13.00 tindakan keperawatan 2 HIPOVOLEMIA (I. 03116)
WIB x 24 jam diharapkan
Observasi
syok tidak terjadi.
Kriteria hasil : a. Periksa tanda dan gejala
hypovolemia (mis.
a. Tekanan darah
Frekuensi nadi
dalam batas
meningkat, nadi teraba
normal
lemah, tekanan darah
b. Nadi dalam menurun, tekanan nadi
batas normal menyempit, turgor kulit
Teraupetik
Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
Cairan NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
c. Kolaborasi pemberian
koloid (mis. Albumin,
plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian
produk darah jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI 1
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan Tangan
1 Pola nafas tidak 30 juni 2021 MANAJEMEN JALAN NAFAS (I.01011) Subjektif :
efektif b.d 08.00 Pasien mengatakan sesak nafas
Observasi
hambatan upaya Objektif :
nafas (D.0005) a. Memonitor pola nafas setiap
Pasien tampak kesulitas bernafas
setengah jam sekali
Tanda-tanda vital :
b. Memonitor bunyi nafas tambahaan
TD : 110/70 mmHg
(mis. Gurgling, mengi, weezing,
N : 70 x/menit
ronkhi kering)
RR : 30 x/menit
c. Memonitor sputum (jumlah, warna,
S : 36,9 oC.
aroma)
Kesadaran somnolent (E3V3M5)
Teraupetik CRT <3 detik
Edukasi
Kolaborasi
Teraupetik Bengkak
Badan kaku
a. Menghitung kebutuhan cairan
Analisa :
b. Memberikan posisi modified
Resiko syok belom teratasi
Trendelenburg
c. Memberikan asupan cairan oral Planning :
Intervensi dilanjutkan
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Trendelenburg Analisa :
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
- Menjelaskan penyebab, periode dan Terdapat luka gigitan ular di tungkai kaki
pemicu nyeri pasien
- Menganjurkan memonitor nyeri secara Analisis:
mandiri
Masalah teratasi
Kolaboarsi Perencanaan: