PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Millenium Develevop Golds (MDG) upaya pembangunan
kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pembengunan
Nasional. Upaya ini cukup luas dan komplek serta memerlukan pengertian yang
lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada
pelayanan keperawatan.
Salah satu pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah memberikan asuhan
keperawatan pada pasien appendiks, mulai dari pra bedah, saat pembedahan dan
sesudah pembedahan (post operasi). Disinilah peran perawat sangat penting sehingga
pasien dan keluarga benar benar memahami perawatan pada pasien appendiks, karena
apabila tidak ditangani dengan baik pasien appendik bisa mengalami komplikasi yang
salah satunya perforasi usus bahkan bisa terjadi peritonitis dan sepsis.
Permasalahan keperawatan yang bisa terjadi pada pasien appandiks yaitu nyeri
akut, kecemasan, keterbatasan aktivitas, gangguan kesehimbangan elektrolit, potensial
infeksi luka operasi. Peranan perawat dalam menanggulangi masalah tersebut
sangatlah penting dan sangat dibutuhkan yang mencakup empat aspek diantaranaya
promotif,preventif,curatif dan rehabilitatif.
Di rumah sakit kabupaten Buleleng khasus appendiksitis yang menjalani
appekdictomy tiap bulannya bisa 2-5 khasus, sehingga perlu digunakan sebagai
pembelajaran dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
appendiksitis mulai dari pengkajian data, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Serta dokumentasi asuhan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan appendisitis, pre, intra dan post
appendictomy
post appendictomy
C. Metode Penulisan
A. APPENDISITIS
1. Pengertin Appendisitis
2. Penyebab
3. Klasifikasi Appendisitis :
4. Patofisiologi :
5. Gejala Klinis
Nyeri perut, Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui
melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump Sign.
Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa
sakit Umumnya nafsu makan akan menurun. Konstipasi. Nilai leukosit yang biasanya
meningkat dari rentang nilai normal. Pada auskultasi, bising usus normal atau
meningkat pada awal apendisitis dan bising melemah jika terjadi perforasi. Demam.
Temuan dari hasil USG berupa cairan yang berada di sekitar appendiks menjadi
sebuah tanda sonographik penting
Intervensi
Mandiri:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya.
Rasional: kurangnya paparan informasi dan pengetahuan biasanya
melandasi suatu ketidakpatuhan pengobatan dan munculnya ansietas.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah mengenai penyakit yang
dideritanya dan berikan pasien kesempatan untuk bertanya.
Rasional: memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan persepsi
klien mengenai penyakitnya dan menurunkan ansietas klien.
3) Implementasi Keperawatan
Implementasi dibuat berdasarkan intervensi yang telah rencanakan
4) Evaluasi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
DX
1. Nyeri akut berhubungan agen cedera Nyeri berkurang dengan kriteria
biologis yang ditandai dengan hasil:
dengan klien mengeluh nyeri perut - Keluhan Pasien nyeri
kanan bawah, wajah tampak berkurang
meringis kesakitan. - Skala nyeri 1-3
- Klien rileks
2 DS : - - Risiko Infeksi
DO : tampak luka
operasi pada perut
kanan bawah, luka
masih basah, tidak ada
perdarahan.
b) Rumusan Masalah
a. Nyeri perut b/d agen cedera
b. Resiko Infeksi
Relaksasi
nafas dalam
dapat
Monitoring
adanya Nutrisi yang
D. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Hari/Tgl Dx Kep Tindakan Kep Evaluasi Respon Paraf
Jam
Selasa
29 November
2022 I, II Menanyakan Pasien tampak
13.00 keluhan pasien kooperatif, pasien
setelah operasi mengeluh nyeri
luka post oprasi.
I,II Memberi KIE
tentang penyakit
I Mengobservasi
18.00 vital sing dan
keluhan pasien.
A. Simpulan
Asuhan keperawatan Appendicitis akut dalam pengkajiannya memperoleh
data pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyeri luka post operasi.
Berdasarkan pengkajian tersebut di atas maka dapat dirumuskan diagnosa yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dan risiko infeksi.
Pada intinya tindakan yang dilakukan adalah tindakan mandiri, tindakan
kolaboratif, dan tindakan delegatif. Mengenai catatan perawatan dalam hal ini
sudah sesuai dengan teori, bahwa semua tindakan perawatan yang telah
dilaksanakan sebagai hasil rencana tindakan telah ditulis dalam catatan perawatan.
Evaluasi pada pasien telah dilakukan sesuai rencana, sehingga evaluasi
dapat dicapai sesuai tujuannya, namun tindakan keperawatan perawatan luka
perlu diberikan edukasi agar luka post operasi tidak infeksi setelah pasien
dipulangkan.
B. Saran
Petugas kesehatan dalam hal ini perawat ruangan dan dokter yang merawat
harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk
menjaga luka post operasi tidak infeksi dengan cara tangan harus bersih kalau
menyentuh luka, serta menyarankan agar pasien rutin melakukan kontrol nantinya
ke poliklinik setelah pulang dari rumah sakit.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic fever (DHF)
yang saat ini oleh World Health Organization (WHO) disebut sebagai Dengue And
Severe Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dan merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas
penyebarannya. DHF adalah penyakit menular yang ditandai dengan panas (demam)
dan disertai dengan perdarahan. Demam berdarah dengue ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan disekitar rumah yang disebabkan
oleh virus dengue (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen
dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia
dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DHF terbesar diantara 30 negara
wilayah endemis. Kementerian Kesehatan RI 2016 mencatat jumlah penderita DHF
di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DHF
dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di
Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai
33,25%.
Setelah dilakukan pendataan jumlah pasien DHF masih menjadi penyakit yang cukup
banyak yang terjadi dari bulan Januari sampai dengan Desember 2021. Walaupun
masih era Pandemi Covid 19 tahun 2021, tetapi kasus pasien rawat inap dengan DHF
sebanyak 211 orang yaitu 2% dari seluruh penyakit yang dirawat di RSUD Kabupaten
Buleleng.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan khusus antara lain sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada klien dengan DHF secara
komprehensif meliputi aspek biopsikososiospritual
2. Tujuan Khusus
2.1 Meningkatkan wawasan bagi perawat dalam menangani perawatan
klien dengan DHF
2.2 Meningkatkan mutu pelayananan keperawatan di RSUD
Kabupaten Buleleng
2.3 Menambah nilai dalam pengajuan angka kredit poin
C. Metode Penulisan
Kesimpulan :
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis di seluruh dunia
dengan gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot parah dan nyeri sendi,
pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam.
2. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 ο C. Dengue
merupakan serotipe yang paling banyak beredar. Penyebab DHF adalah Arbovirus
Ada empat serotipe virus yang menyebabkan demam berdarah (DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4). Pemulihan dari infeksi oleh satu serotype virus memberikan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang tertentu. Namun, cross-kekebalan
terhadap serotipe lain setelah pemulihan hanya parsial dan sementara. Infeksi
berikutnya oleh serotipe lain meningkatkan risiko penyakit semakin parah (WHO,
2012).
3. Patofisiologi
Masuknya virus dengue ke dalam tubuh membuat pasien mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah
kulit.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina
dimana nyamuk betina sering melakukan gigitan berulang dan kemudian virus
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Hal ini dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat
aktivasi C3 dan C5 maka C3a dan C5a akan dilepas, dua peptida yang berguna untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
demam
sakit kepala
nyeri otot
muntah
Ecchymosis
Ruam generalisata
Petechiae
5. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 derajat:
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 35
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit, seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi dan perdarahan lain.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru
(Dinda, 2010)
Demam Dengue adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia.
Infeksi dengue virus (DENV) menyebabkan berbagai hasil, termasuk infeksi
subklinis. Demam Berdarah (DF), yang mengancam jiwa dengan sindrom kehilangan
cairan dan syok hipotensi, atau manifestasi berat lain seperti perdarahan dan
kegagalan organ. Dulu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasi demam
berdarah dengue dan skema manajemen baru-baru ini direvisi, menggantikan DF,
Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan
Demam Berdarah tanpa Tanda Peringatan, Dengue dengan Tanda Peringatan (nyeri
perut, gigih muntah, akumulasi cairan, perdarahan mukosa, lesu, pembesaran hati,
hematokrit meningkat dengan penurunan trombosit) dan dengue berat (SD; berdarah
dengan kebocoran plasma parah, pendarahan berat, atau kegagalan organ).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithorax kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemithorax. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak <1th
dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB).
Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 - 30
ml/ kg BB )
b. Keperawatan
2. Resiko Perdarahan
Berikan kompres
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam.
Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua
8. Komplikasi
penurunan BB ≥ 20 % ,
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolisme dan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan membran mukosa
kering, HCT meningkat (> 45%), penurunan turgor kulit, produksi
urine menurun, HR > 100 x/menit, TD < 120/80 mmHg, suhu > 37,5 0
C, adanya rasa haus
4. Rencana Keperawatan
- RR 16-20 x/menit
- TD 110-130/80-90 mm Hg
- HCT 40-45%
Intervensi
Fluid Management
1) Lakukan pemantauan intake dan output 24 jam
Rasional: pemantauan turgor kulit dan membrane mukosa diperlukan untuk menilai
keseimbangan cairan klien. Turgor kulit menurun, kelemahan, membrane mukosa
kering merupakan tanda-tanda dehidrasi.
3) Pantau tanda-tanda vital klien
Rasional: pemantauan nadi, suhu, dan tekanan darah dapat menunjukkan status
hidrasi klien
4) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan per oral
Rasional: meningkatkan intake cairan per oral diperlukan dalam memenuhi asupan
cairan klien
5) Berikan cairan intra vena sesuai indikasi
Intervensi
Bleeding reduction
1) Awasi adanya tanda – tanda perdarahan seperti ptekie, epistaksis,
hematuria, atau melena.
Rasional : Agar dapat memberikan intervensi yang tepat dan mencegah komplikasi
perdarahan.
2) Lakukan pemantauan terhadap tekanan darah, nadi, dan kesadaran
penderita.
Rasional : Tekanan darah, nadi, dan kesadaran bisa menurun akibat terjadi
perdarahan.
3) Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan seperti HB, HCT, RBC.
Rasional : Mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami kelainan,
sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perdarahan.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4
x 10 mg/hari.
Rasional : Tranfusi darah diindikasikan bila perdarahan yang terjadi perdarahan hebat
dan menurunkan Hb hingga 8 gr/ dl atau kurang dari itu, untuk mengganti darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin dalam harga normal.
Intervensi :
Manajemen nyeri
1) Kaji tanda – tanda nyeri/ lakukan pemeriksaan komprehensip terhadap
nyeri yang pasien rasakan, meliputi : lokasi, karakteristik,
onset/lamanya, frequensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor penyebabnya
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya
2) Observasi rasa tidak nyaman pasien secara non verbal
Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non verbal maka dapat
mengetahui perkembangan nyeri yang dirasakan klien
3) Kaji tanda – tanda vital pasien
Rasional: peningakatan tekanan darah dan denyut nadu menandakan peningkatan rasa
nyeri yang dirasakan
4) Kaji pengalaman masa lalu pasien terhadap nyeri
Rasional : dengan mengetahui pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri, perawat
dapat mengetahui mekanisme klien dalam mengurangi nyeri sehingga dapat
digunakan lagi oleh klien dan dapat membantu mengurangi nyeri yang dialami oleh
klien.
5) Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri yang dirasakannya
Rasional: memestikan bahwa nyri yang dirasakan klien memeng betul berasal dari
fraktur yang dialamu klien
6) Lakukan pengkajian dengan pasien hal – hal yang memperberat
timbulnya nyeri
Rasional: mengimbau klien agar menghindari factor pemberat nyeri
f. PK Syok Hipovolemik
- denyut nadi dan RR yang normal (Nadi: 60-100 x/mnt, RR 16-20 x/mnt)
Mandiri:
1) Kaji status, cairan dan elektrolit (turgor kulit, membran mukosa, haluaran
urine, tanda-tanda vital, parameter dinamika).
Rasional : Mengkaji kondisi klien, status dehidrasi, jumlah dan tipe cairan serta
elektrolit klien.
2) Kaji sumber-sumber kehilangan cairan dan elektrolit (muntah, diare,
diaforesis yang berlebihan).
Rasional : Kehilangan elektrolit bisa akibat diaforesis yang hebat, diare, dan muntah.
3) Evaluasi jumlah haluaran urine. Lakukan pemantauan ketat dengan
pemasangan kateter
Rasional : Menurunnya haluaran urine menandakan dehidrasi, output urin normal
adalah 0,5 – 1 cc/kg BB/jam
4) Berikan cairan IV sesuai indikasi. Lakukan penggantian 20 cc/kg BB/jam
pada jam pertama dan kedua, lanjutkan 10 cc/kgBB/jam pada jam ketiga
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
1) Intake dan output 24 jam seimbang, turgor kulit elastic, membran mukosa
lembab, RR 16-20 x/menit, TD 110-130/80-90 mm Hg, HCT 40-45%
3) TTV dalam batas normal (Suhu : 36,5 – 37,5 o C, nadi: 60-100 x/mnt; RR: 16-
20 x/mnt; TD: 120/80 mmHg), nilai Hct dan Hb dalam batas normal (HCT =
40 – 45%; Hb =13-14 gr %), klien tidak mengalami episode perdarahan
berulang
4) Klien tidak mengeluh nyeri, klien tidak merintih kesakitan, klien tidak gelisah,
wajah klien tampak relaks, klien\ tidak tampak berkeringat dingin, RR dalam
batas normal (16-20 kali/menit), nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit),
Tekanan darah dalam batas normal (110-120/80-90 mmHg), klien dapat
mengenali onset nyeri, Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
nyeri, klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri non farmakologis, Klien menggunakan analgesik sesuai
rekomendasi, klien melaporkan nyeri terkontrol
5) Intake makanan adekuat, HCT normal 40-45% tonus otot normal, klien tidak
mengalami mual, klien mengatakan tidak muntah, tidak terdapat eskresi saliva
yang berlebih
6) Membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang elastic, tekanan darah yang
normal(110-130/80-90 mmHg), output urine dengan volume yang adekuat 0,5
– 1 cc/kg BB/jam, rasa haus yang normal dan tidak berlebihan, denyut nadi
dan RR yang normal (Nadi: 60-100 x/mnt, RR 16-20 x/mnt)
A. PENGKAJIAN
No. RM : 483964
Tgl Masuk : 9 April 2022
Tgl Pengkajian : 29 April 2022
Dx.Medis : DHF
IDENTITAS
Nama : KAP Penanggung : Gde S
1. Riwayat Kesehatan
1) Alasan utama datang ke Rumah Sakit
Pasien datang mengeluh badannya panas sejak 5 hari yang lalu
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh badannya panas dan lemas
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita datang ke RSUD pada tanggal 12 April 2022 Pk. 11.35 wita dengan keluhan
demam sejak 5 hari yang lalu, mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+). Saat keluhan
tersebut dirasakan, pasien langsung dibawa ke UGD RSUD Kab. Buleleng oleh orang
tuanya . Selama di rumah, 5 hari terakhir pasien hanya mau makan sedikit karena
merasa mual dan muntah setiap kali habis makan. Pasien tampak lemas, menggigil,
akral hangat dan berkeringat. Turgor dan membran mukosa kering Setelah diperiksa
oleh dokter jaga, pasien disarankan untuk opname dengan terapi:
- IVFD RL 28 tpm
- Paracetamol tab 3 x 500
- Ranitidine inj 2 x 50mg
Diagnosa medis yang ditegakkan saat itu adalah DHF
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien hanya pernah sakit batuk pilek dan cukup berobat ke dokter praktek.Pasien
tidak memiliki alergi makanan ataupun obat.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ditemukan ada yang mengalami penyakit kencing manis,
darah tinggi ataupun penyakit menurun lainnya.
No ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
1 Makan/Minum √ 0 : Mandiri
2 Toileting √ 1 : Dengan Alat Bantu
3 Berpakaian √ 2 : Dibantu Orang Lain
5) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar mastoid
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering , gigi bersih dan tidak ada sariawan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jungularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi vena jungularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Thorax
Inspeksi : Gerakan dada simetris, jejas (-), tidak ada retraksi dinding
dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada suara
napas tambahan (ronchi maupn wheezing). Suara jantung S1,S2 tunggal regular, tidak
ada murmur.
9) Abdomen
Inspeksi : jejas (-), tidak ada lesi
Auskultasi : Peristaltik usus 8 x/menit
Perkusi : Suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
10) Genitourinaria
Tidak ada masalah
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil DL tanggal 9 April 2022
Hematokrit
meningkat
Kekurangan volume
cairan
2 25-4-2020 DS : Virus masuk melalui Hipertermia
gigitan nyamuk
11.00 - Klien mengeluh
badannya panas sejak 5
Viremia
hari yang lalu
DO : Mengaktifkan
monosit & makrofag
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 62
- Suhu : 38 0C
- Akral hangat Pelepasan zat pirogen
endogen
- Kulit kemerahan
- Takikardia (nadi:
Merangsang sel-sel
108x/menit) endotel di
hipotalamus
Mengeluarkan asam
arakhidonat
Merangsang
thermostat di
hipotalamus
Peningkatan Suhu
tubuh
Hipertermia
Aktivitas system
komplemen
Gangguan dinding
endotel kapiler
Penurunan Factor
koagulasi
(trombositopenia)
Risiko Perdarahan
C. PERENCANAAN/INTERVENSI
D. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses keperawatan yang telah dilakukan pada klien MW dengan DHF telah
dijelaskan pada Bab I, II, dan III sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut: