Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam Millenium Develevop Golds (MDG) upaya pembangunan
kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pembengunan
Nasional. Upaya ini cukup luas dan komplek serta memerlukan pengertian yang
lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada
pelayanan keperawatan.
Salah satu pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah memberikan asuhan
keperawatan pada pasien appendiks, mulai dari pra bedah, saat pembedahan dan
sesudah pembedahan (post operasi). Disinilah peran perawat sangat penting sehingga
pasien dan keluarga benar benar memahami perawatan pada pasien appendiks, karena
apabila tidak ditangani dengan baik pasien appendik bisa mengalami komplikasi yang
salah satunya perforasi usus bahkan bisa terjadi peritonitis dan sepsis.
Permasalahan keperawatan yang bisa terjadi pada pasien appandiks yaitu nyeri
akut, kecemasan, keterbatasan aktivitas, gangguan kesehimbangan elektrolit, potensial
infeksi luka operasi. Peranan perawat dalam menanggulangi masalah tersebut
sangatlah penting dan sangat dibutuhkan yang mencakup empat aspek diantaranaya
promotif,preventif,curatif dan rehabilitatif.
Di rumah sakit kabupaten Buleleng khasus appendiksitis yang menjalani
appekdictomy tiap bulannya bisa 2-5 khasus, sehingga perlu digunakan sebagai
pembelajaran dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
appendiksitis mulai dari pengkajian data, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Serta dokumentasi asuhan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan


appendiksistis dan post appendictomy secara langsung dan komprehensif
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 1
meliputi aspek bio, psiko, sosiual, dan spiritual dengan pendekatan proses
keperawatan.

2.Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan interaksi dengan pasien diharapkan penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan appendisitis, pre, intra dan post
appendictomy

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan appendisitis,


pre,intra dan post appendictomy

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan appendisitis,


pre,intra dan post appendictomy

d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan appendisitis,


pre,intra dan post appendictomy

e. Melaksanakan evaluasi pasien dengan appendisitis, pre,intra dan

post appendictomy
C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif


yang berbentuk studi kasus dengan teknik pengumpulan data :wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi literatur, dan studi dokumentasi.
D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:

BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, dan sistematika penulisan.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 2


BAB II Tinjauan teoritis meliputi konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan secara dengan metode asuhan keperawatan.

BAB III Tinjauan kasus. Tinjuan kasus meliputi pengkajian, diagnosa


keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dokumentasi.

BAB IV: Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 3


BAB II

KONSEP DASAR APPENDISITIS

A. APPENDISITIS

1. Pengertin Appendisitis

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen


oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Definisi
lain Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks, sebuah kantung buntu
yang berhubungan dengan bagian akhir secum yang umumnya disebabkan oleh
obstruksi pada lumen appendiks (Luxner, 2005) . Williams dan Wilkins (dalam
Indri, et al, 2014) menyatakan apendisitis merupakan peradangan pada
Apendiks yang berbahaya jika tidak ditangani dengan segera di mana terjadi
infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus.

2. Penyebab

Apendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan


sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada
lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan
tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur,
benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
terjadinya sumbatan. Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan
mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya penyakit apendisitis.

3. Klasifikasi Appendisitis :

a. Appendisitis Akut Merupakan peradangan pada appendiks dengan gejala khas


yang memberikan tanda setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri
samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di
sekitar umbilicus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan nafsu

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 4


makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada titik
ini nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatic setempat (Sjamsuhidayat, 2005).b. Appendisitis
Kronis Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan 3 hal
yaitu; pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah
abdomen selama paling sedikit 3 minggu tanpa alternative diagndosis lain.
Kedua, setelah dilakukan appendiktomi gejala yang dialami pasien akan hilang
dan yang ketiga, secara histopatologik gejalanya dibuktikan sebagai akibat dari
inflamasi kronis yang aktif pada dinding appendiks atau fibrosis pada appendiks,
(Santacroce & Craig, 2006).

4. Patofisiologi :

Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,


hambatan aliran limfe, ulserasi mukosa, dan invasi bakteri. Infeksi memperberat
pembengkakan apendiks (edema). Trombosis pada pembuluh darah intramural
(dinding apendiks) menyebabkan iskemik. Pada saat ini, terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding.. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gangren

5. Gejala Klinis

Nyeri perut, Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui
melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump Sign.
Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa
sakit Umumnya nafsu makan akan menurun. Konstipasi. Nilai leukosit yang biasanya
meningkat dari rentang nilai normal. Pada auskultasi, bising usus normal atau
meningkat pada awal apendisitis dan bising melemah jika terjadi perforasi. Demam.
Temuan dari hasil USG berupa cairan yang berada di sekitar appendiks menjadi
sebuah tanda sonographik penting

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 5


6. Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan Apendisitis sebelum terjadinya perforasi antara lain; rehidrasi,


pemberian antibiotik, dan tindakan bedah appendiktomi (pengangkatan appendiks).
Antibiotik diberikan sebelum prosedur operasi. Cairan intra vena dan elektrolit
diberikan sebelum operasi. Tindakan bedah biasanya dilkukan pada kuadran kanan
bawah perut dengan dilakukan insisi Penatalaksanaan pada apendisitis perforasi atau
yang telah mengalami rupture appendiks memiliki tata laksana antara lain, rehidrasi
intra vena, antibiotic sistemik, dan dekompresi saluran gastro intestinal dengan
menggunakan selang naso gastric sebelum operasi, serta tindakan bedah laparatomi
appendiktomi.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 6


RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 7
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas pasien yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, jenis
kelamin, umur 20 – 30 tahun, pendidikan, pekerjaan,agama, alamat, rekam
medis, tanggal MRS dan tanggal pengkajian.
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur,jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, dan hubungan dengan pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien appendisitis baik sebelum
operasi maupun sesudah operasi adalah nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan yang dirasakan pada saat ini
mulai pasien sampai di layanan kesehatan.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pasien appendiksitis juga dikaji tentang riwayat penyakitnya terdahulu, apa
ada pengaruhnya dengan penyakitnya sekarang, serta adanya riwayat
pembedahan.
5. Riwayat Kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga dengan penyakit yang sama, pada
pasien dikaji juga adanya penyakit keturunan serta penyakit menular.

6. Pola Pengkajian Gordon


6.1. Pola Pernafasan
Tanda : Pola nafas normal pada pasien appedisitis, pada saat nyeri pernafasan
agak meningkat tetapi tidak sesak nafas.
6.2. Pola Sirkulasi
Gejala : Tekanan darah cukup normal, frekuensi jantung normal.
6.3. Integritas EGO
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas biasanya karena adanya pembedahan.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 8


6.4. Pola Nutrisi
Pola nutrisi agak mengalami masalah, karena pasien appendisitis kadang kadang
mengalami mual, bahkan muntah.
6.5. Pola Eliminasi
Pola BAK dan Pola BAB pada pasien appendisitis normal tidak ada perubahan.
6.6. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada saat nyeri dan post operasi pasien appendisitis bisa mengalami
gangguan dalam beraktivitas dan latihan.
6.8 Nyeri/kenyamanan
Pada saat pengkajian pasien appendisitis mengalami nyeri, tingkat nyeri
sesuai dengan pasien.
7. Penyuluhan/pembelajaran
1. Penggunaan alcohol/obat lain
2. Pertimbangan rencana pemulangan :
3. Membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi,
menyiapkan makan, belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah
tangga, perubahan tata ruang, atau penempatan fasilitas lainnya dirumah.
1) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan cedera agen biologi
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat akibat peningkatan sekresi asam
lambung ditandai dengan nafsu makan klien menurun, mual, muntah, klien
mengalami malnutrisi, BB menurun
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakakuratan informasi
ditandai dengan, klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien
mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
4. Risiko Infeksi
2) Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis yang ditandai dengan
dengan klien mengeluh nyeri perut kanan bawah, wajah tampak meringis
kesakitan.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 9


Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x24 jam) diharapkan
nyeri klien hilang atau dapat dikontrol dengan kriteria hasil :
- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
- Klien dapat menjelaskan tentang penyebab nyeri, gejala-gejala
nyeri.
- Klien melaporkan skala nyeri berkurang.
- Klien dapat menggunakan analgetik secara tepat.
Intervensi:
Mandiri
a. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari klien termasuk lokasi;
intensitas (1-10); lamanya; kualitas (dangkal/menyebar) dan
penyebaran.
Rasional : Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus
digambarkan oleh klien. Bantu klien untuk menilai
nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman
lain.

b. Penggunaan keterampilan relaksasi.


Rasional : keterampilan relaksasi membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan
c. Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan dengan menggunakan
skala nyeri.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga
memudahkan pemberian intervensi.

d. Anjurkan untuk menghindari penyebab dan pantau saat muncul


awitan nyeri.
Rasional : menghindari pencetus nyeri merupakan salah satu
metode distraksi yang efektif.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 10


e. Berikan massase yang lembut
Rasional : meningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan
otot.
f. Berikanlingkungan yang tenangdantindakankenyamanan.
Rasional :Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik
dan
emosional pasien.
Kolaboratif
a) Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Agen non steroid misalnya indonetasin (Indocin) ; ASA (Aspirin)
Rasional: Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons
inflamasi.
Antipiretik misalnya Asetaminofen (Tylenol)
Rasional: Untuk menurunkan demam dan meningkatkan
kenyamanan.
Steroid
Rasional :Dapat diberikan untuk gejala yang lebih berat.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat akibat peningkatan sekresi asam lambung ditandai
dengan nafsu makan klien menurun, mual, muntah, klien mengalami malnutrisi, BB
menurun
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan
gangguan nutrisi klien teratasi dengan kriteria hasil:
- BB klien meningkat atau klien tidak mengalami penurunan BB.
- Klien tidak tampak lemah.
Intervensi
Mandiri:
a. Timbang berat badan setiap hari, pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
Rasional:menimbang berat badan diperlukan untuk mengetahui perubahan
berat badan yang terjadi pada klien.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 11


b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. Negosiasikan dengan klien
tujuan asupan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil.
Rasional:diperlukan agar klien mengetahui tujuan dari diet yang
disarankan oleh ahli gizi.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian nutrisi secara parenteral.
Rasional:pemberian nutrisi secara parenteral dilakukan apabila klien tidak
mampu makan secara oral atau mengalami gangguan menelan.
b. Konsultasikan pada ahli gizi.
Rasional:konsultasi pada ahli gizi diperlukan untuk menentukan diet yang
tepat pada klien dengan limfoma non-hodgkin.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakakuratan informasi ditandai
dengan, klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak
tahu tentang penyakitnya.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 30 menit diharapkan kurang
pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :
- Klien mampu menjelaskan kembali pengertian dari Appendisitis
- Klien mampu menyebutkan penyebab dari Appendisitis
- Klien mampu menyebutkan pengobatan/therapy dari appendisitis

Intervensi
Mandiri:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya.
Rasional: kurangnya paparan informasi dan pengetahuan biasanya
melandasi suatu ketidakpatuhan pengobatan dan munculnya ansietas.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah mengenai penyakit yang
dideritanya dan berikan pasien kesempatan untuk bertanya.
Rasional: memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan persepsi
klien mengenai penyakitnya dan menurunkan ansietas klien.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 12


Anjurkan klien untuk melakukan terapi dan minum obat dengan dosis dan
waktu yang tepat.
Rasional: informasi akan menurunkan ansietas, meningkatkan
pengetahuan dan motivasi klien dalam menjalankan terapi.
c. Evaluasi pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan.
Rasional : untuk mengkaji pemahaman klien mengenai informasi yang
telah diberikan

3) Implementasi Keperawatan
Implementasi dibuat berdasarkan intervensi yang telah rencanakan
4) Evaluasi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
DX
1. Nyeri akut berhubungan agen cedera Nyeri berkurang dengan kriteria
biologis yang ditandai dengan hasil:
dengan klien mengeluh nyeri perut - Keluhan Pasien nyeri
kanan bawah, wajah tampak berkurang
meringis kesakitan. - Skala nyeri 1-3
- Klien rileks

2. Kurang pengetahuan berhubungan Kurang pengetahuan teratasi dgn


dengan ketidakakuratan informasi KE
ditandai dengan, klien tampak - Klien mampu menjelaskan
bertanya-tanya tentang penyakitnya, kembali pengertian dari
klien mengatakan tidak tahu tentang Appendisitis
penyakitnya. - Klien mampu menyebutkan
pengobatan/therapy dari
Appendisitis
3. Risiko Infeksi Risiko Infeksi pada luka post
operasi tidak terjadi Nyeri dengan

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 13


kriteria hasil :
- Tidak ada tanda tanda
infeksi
- Luka terawat

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 14


BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “MS”
DENGAN POST APPENDICTOMY
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG
TANGGAL 29 NOVEMBER S.D. 1 DESEMBER 2022
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 November 2022 Pk. 13.00 Wita di Ruang
Flamboyan RSUD Kabupaten Buleleng dengan sumber data berasal dari klien,
keluarga dan catatan medik klien.
1. Identitas Klien
Penanggung
Nama : MS LP
Umur : 41 Th 38 Th
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Suku / Bangsa : Indonesia Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Swasta Swasta
Status Perkawinan : Sudah Kawin Kawin
Alamat : Desa Jagaraga Ds.Jagaraga
Hubungan dengan klien : Istri
2. Alasan Dirawat
a) Keluhan utama saat MRS
Nyeri perut kanan bawah dan nyeri luka operasi
b) Keluhan saat pengkajian
Pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri perut kanan bawah, ada luka
post operasi .
c) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah, setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, diagnostic disarankan untuk operasi. Operasi
Appendektomy dilaksanakan tgl 29 November 2022 Pk. 10.00 wita.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 15


d) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
Hipertensi, Asma maupun penyakit Jantung.

e) Data Bio Psiko Sosial Spiritual


a. Bernafas
Pasien mengatakan tidak mengalami sesak nafas. Pasien bernafas
secara spontan, tidak menggunakan alat bantu pernafasan.R =20 x/mnt.
b. Makan
Pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari.Saat pengkajian pasien
mengatakan sudah makan sedikit tadi pagi sebelum ke RS namun
pasien muntah di perjalanan.
c. Minum
Pasien mengatakan biasanya minum 6 – 8 gelas sehari. Saat pengkajian
pasien mengatakan sudah minum ± 1 gelas.
d. BAB
Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan BAB dan biasa BAB 1x
sehari.
e. BAK
Pasien mengatakan biasa BAK 6 – 7 x sehari, dan tidak memiliki
gangguan BAK.
f. Gerak / Aktivitas
Saat pengkajian pasien mengatakan kaki dan tangan kanan lemas dan
terasa kesemutan yang menyebabkan pasien sulit untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sehingga memerlukan bantuan dari orang lain
untuk melakukan aktivitasnya.
g. Istirahat / Tidur
Pasien mengatakan biasa tidur 6 – 8 jam sehari dan tidak mengalami
gangguan tidur.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 16


h. Kebersihan Diri
Saat pengkajian pasien mengenakan baju yang bersih, kebersihan diri
cukup. Pasien mengatakan sudah mandi tadi pagi, di bantu oleh
keluarganya.
i. Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian pasien tidak menggigil, tidak berkeringat dingin dan
suhu tubuh normal.
j. Rasa Nyaman
Pasien mengatakan biasanya tidak merasa kesemutan pada bagian
tangan dan kaki sebelah kanannya. Saat pengkajian pasien mengatakan
kepalanya terasa berdenyut hilang timbul dan kaki serta tangan
kanannya terasa kesemutan.
k. Rasa Aman
Saat pengkajian pasien mengatakan merasa aman dengan keadaan saat
ini. Pasien tidak merasa cemas dan takut karena anak-anaknya siap
menjaganya dan pasien sudah menerima keadaannya.
l. Sosial
Saat pengkajian suara pasien pelo, ucapan pasien agak sulit di mengerti
dan pasien agak lambat dalam berbicara. Hubungan sosial pasien
dengan orang lain masih baik-baik saja dan tidak ada yang berubah.
m. Pengetahuan
Saat pengkajian pasien dan keluarga pasien sudah mengerti dengan
kondisi saat ini. Pasien juga sudah memahami bagaimana cara
meminum obat dan keluarga pasien mengerti cara perawatannya.
n. Rekreasi
Saat pengkajian pasien mengatakan sudah jarang untuk jalan-jalan
karena kondisinya saat ini tidak memungkinkan, tapi pasien
mengatakan sering menonton TV untuk mengisi waktu luangnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 17


Kesan lemah, kesadaran CM, GCS E3 V4 M6, warna kulit sawo matang.
b) Gejala Kardinal
S : 36,5° C , N : 88 x / mnt , R : 20 x / mnt , T : 120 / 80 mmHg
c) Keadaan Fisik
a. Kepala
Bentuk normochepali, tidak ada nyeri tekan, rambut putih (uban),
kebersihan cukup.
b. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada sekret.
c. Mulut
11) Integumen :
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada rush
Palpasi : Akral hangat, turgor kulit normal
12) Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan, bentuk normal
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium tanggal 29 November 2022
 DL WBC : 13,55 mg/dl
HGB : 15 mg/Dl
 BTCT BT : 2’00’’
CT ; 10’30’’
Rapid Antigen SarS CoV-2 : Negatif
Thorax Foto : Cor dan Pulmo tidak tampak kelainan
Hasil USG : Suspek Appendicitis Akut
Therapy Yang Diberikan
 IVFD RL 20 tts/mnt
 Ceftriaxon 2 x 1 gr
 Ketorolak 3 x 1 Ampul
 OMZ 2 x 40 mg

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 18


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data

N0. Tgl/Jam Data Fokus Penyebab Masalah


1. 29 November
2022 DS : Klien mengeluh Cedera fisik Nyeri Akut
13.00 wita nyeri perut kanan
bawah, skala nyeri 7
DO : klien tampak
kesakitan, klien
memegang perutnya
yang nyeri.

2 DS : - - Risiko Infeksi
DO : tampak luka
operasi pada perut
kanan bawah, luka
masih basah, tidak ada
perdarahan.

b) Rumusan Masalah
a. Nyeri perut b/d agen cedera
b. Resiko Infeksi

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 19


DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan agen cedera fisik yang ditandai dengan klien mengatakan
nyeri perut kanan bawah, skala nyeri 7, klien masih tampak kesakitan, klien
memegang perutnya yang sakit.
b. Risiko infeksi
C. PERENCANAAN / INTERVENSI
N Diagnosa TTD
Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan Nama
1 Nyeri akut Setelah  Kaji nyeri pasien Perubahan
berhubungan agen diberikan secara karakteristik
cedera fisik yang askep komprehensif nyeri
ditandai dengan selang 2 x menunjukkan
mengatakan nyeri 24 jam terjadinya
perut kanan diharapkan perubahan
bawah, skala nyeri status
nyeri 7, klien berkurang, keadaan
tampak kesakitan, skala nyeri pasien.
klien memegang 1;
perutnya yang Tanda tanda
sakit. vital normal
menunjukkan
status
 Observasi tanda fisiologis
tanda vital. membaik.

Relaksasi
nafas dalam
dapat

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 20


mengurangi
nyeri pasien.

 Ajarkan teknik Obat anti


relaksasi nafas nyeri dapat
dalam mengurangi
rasa nyeri
pasien.
Mencegah
terjadinya
infeksi pada
luka operasi
 Kolaboratif :
Ketorolak 1
ampul, OMZ 1
Ampul.
-

2 Risiko Infeksi Setelah  Rawat luka Mencegah


diberikan dengan teknik infeksi
askep aseptik nosokomial
selama 2 x -
24 jam tidak - Mengetahui
ada tanda - adanya
tanda  Ajarkan pasien jahitan luka
infeksi mencuci tangan yang kurang
dengan benar bagus

 Monitoring
adanya Nutrisi yang

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 21


perdarahan pada baik dapat
luka membantu
proses
penyembuha
 Beri nutrisi yang luka.
bagus dan gizi
sehimbang
-

D. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Hari/Tgl Dx Kep Tindakan Kep Evaluasi Respon Paraf
Jam
Selasa
29 November
2022 I, II Menanyakan Pasien tampak
13.00 keluhan pasien kooperatif, pasien
setelah operasi mengeluh nyeri
luka post oprasi.
I,II Memberi KIE
tentang penyakit

I Mengobservasi
18.00 vital sing dan
keluhan pasien.

I,II Memberi injeksi Obat injeksi sudah


20.00 Cefoferasone 1 gr, diberikan, alergi Ө
Ketorolak 1 ampul

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 22


Tampak lemah.
Skala Nyeri 6
Rabu, 30
November I, II Mengobservasi
2022 keadaan pasien Skala nyeri 4

06.00 I, II Mengukur vital S : 365 R : 20


sign N : 88 T : 120/90

I,II Memberi injeksi Obat injeksi sudah


Ketorolak 1 Ampul, diberikan, alergi Ө
cefoferasone 1
08.00 gram.

I, II Memberi injeksi Obat injeksi sudah


cefoferasone 1 gr, diberikan, alergi Ө
Ketorolak 1 Ampul
16.00

II Membantu makan Pasien makan 1


dan minum porsi, minum 200
cc
18. 00

I, II Mengganti infus Rl Obat injeksi sudah


20 tts/mnt. Obat diberikan, reaksi
22.00 injeksi cefoferasone alergi Ө
I, II 1 gr, Ketorolak 1 S 36 R 20
ampul. N 84 T 110/90

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 23


I,II Mengukur vital Obat injeksi sudah
sign diberikan
Kamis, 1
Desember
2022 I, II Memberikan obat
06.00 injeksi cefoferasone Luka terawat,
1 gram, Ketorolak perdarahan tidak
1 ampul. ada.
08.00
I,II Merawat luka Teraphy Pulang :
- Cefixime 2 x 1 gr
- PCT 3 x 500 mg

09.00 I,II Persiapan pasien Keluarga


pulang, infus memahami
dilepas, memberi perawatan pasien di
13.00 edukasi perawatan rumah.
lanjutan di rumah.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 24


E. EVALUASI

Hari/Tgl N0 Diagnosa EVALUASI Paraf

Selasa 1 S : Pasien mengatakan nyeri sudah


1 berkurang, skala nyeri 2
Desember O : Ku cukup, pasien tenang.
2022 A : Masalah teratasi.
10.00 P :Pertahankan kondisi pasien.
Wita
2 S : Pasien Mengatakan luka sudah membaik.
O : Tanda tanda infeksi tidak ada. Suhu
36,5⸰C. Luka membaik.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi pasien.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 25


BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Asuhan keperawatan Appendicitis akut dalam pengkajiannya memperoleh
data pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyeri luka post operasi.
Berdasarkan pengkajian tersebut di atas maka dapat dirumuskan diagnosa yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dan risiko infeksi.
Pada intinya tindakan yang dilakukan adalah tindakan mandiri, tindakan
kolaboratif, dan tindakan delegatif. Mengenai catatan perawatan dalam hal ini
sudah sesuai dengan teori, bahwa semua tindakan perawatan yang telah
dilaksanakan sebagai hasil rencana tindakan telah ditulis dalam catatan perawatan.
Evaluasi pada pasien telah dilakukan sesuai rencana, sehingga evaluasi
dapat dicapai sesuai tujuannya, namun tindakan keperawatan perawatan luka
perlu diberikan edukasi agar luka post operasi tidak infeksi setelah pasien
dipulangkan.

B. Saran
Petugas kesehatan dalam hal ini perawat ruangan dan dokter yang merawat
harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk
menjaga luka post operasi tidak infeksi dengan cara tangan harus bersih kalau
menyentuh luka, serta menyarankan agar pasien rutin melakukan kontrol nantinya
ke poliklinik setelah pulang dari rumah sakit.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 26


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J (1989). Nursing Diagnosis : Application to clinical practice,


Philadelphia : JB Lippincott Company.

Carpenito.L.J.2000,Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8,Jakarta;EGC.

Corwin.E.J.2000,Buku Saku Patofisiologi,Jakarta;EGC.

Doenges.M.E.1999,Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3,Jakarta;EGC.

Sylvia,A.P.2002,Patofisiologi Edisi 6,Jakarta;EGC

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 27


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic fever (DHF)
yang saat ini oleh World Health Organization (WHO) disebut sebagai Dengue And
Severe Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dan merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas
penyebarannya. DHF adalah penyakit menular yang ditandai dengan panas (demam)
dan disertai dengan perdarahan. Demam berdarah dengue ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan disekitar rumah yang disebabkan
oleh virus dengue (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen
dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia
dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DHF terbesar diantara 30 negara
wilayah endemis. Kementerian Kesehatan RI 2016 mencatat jumlah penderita DHF
di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DHF
dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di
Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai
33,25%.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dr H. Mohamad


subuh, MPPM menjelaskan bahwa gerakan tersebut menurunkan angka penderita dan
angka kematian akibat DHF. Caranya dengan meningkatkan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga untuk melakukan pencegahan. Saat ini,
pencegahan DHF yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu: 1) Menguras, adalah
membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak
mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dan
lain-lain; 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air, dan sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 28


mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DHF.
Adapun yang dimaksud dengan 3 M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan,
seperti: 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3) Menggunakan
kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5) Menanam
tanaman pengusir nyamuk; 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7)
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Selain itu penemuan kasus, pengobatan
penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi baik merupakan salah
satu solusi untuk mengurangi kejadian demam berdarah.

Setelah dilakukan pendataan jumlah pasien DHF masih menjadi penyakit yang cukup
banyak yang terjadi dari bulan Januari sampai dengan Desember 2021. Walaupun
masih era Pandemi Covid 19 tahun 2021, tetapi kasus pasien rawat inap dengan DHF
sebanyak 211 orang yaitu 2% dari seluruh penyakit yang dirawat di RSUD Kabupaten
Buleleng.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan khusus antara lain sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada klien dengan DHF secara
komprehensif meliputi aspek biopsikososiospritual
2. Tujuan Khusus
2.1 Meningkatkan wawasan bagi perawat dalam menangani perawatan
klien dengan DHF
2.2 Meningkatkan mutu pelayananan keperawatan di RSUD
Kabupaten Buleleng
2.3 Menambah nilai dalam pengajuan angka kredit poin
C. Metode Penulisan

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 29


Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus yaitu metode yang
memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang
berlangsung melalui proses keperawatan. Adapn teknik – teknik yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain
untuk mendapatkan data subjektif dari klien
2. Studi Dokumentasi
Data- data yang didapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan
keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis baik mengenai konsep dasar
penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati
langsung perubahan – perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat
hal – hal penting termasuk pemeriksaan fisik.
D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan makalah ini dalam 4 Bab yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar DHF, dan konsep
dasar asuhan keperawatan
Bab III : Tinjauan Kasus, yang terdiri dari lima tahapan proses keperawatan mulai dari
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
Bab IV : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 30


BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Penyakit DHF
1. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk. Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan onset
mendadak yang biasanya dengan gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot
parah dan nyeri sendi, pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam (Cunha,
2012).
Demam berdarah dengue adalah infeksi yang ditularkan nyamuk ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, transmisi telah
meningkat terutama di daerah perkotaan dan semi perkotaan dan telah menjadi
masalah kesehatan utama masyarakat internasional (WHO, 2012).
Demam berdarah dengue adalah infeksi berat yang berpotensi mematikan yang
disebarkan oleh spesies nyamuk tertentu (Aedes aegypti) (ADAM, 2010).

Kesimpulan :
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis di seluruh dunia
dengan gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot parah dan nyeri sendi,
pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam.
2. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 ο C. Dengue
merupakan serotipe yang paling banyak beredar. Penyebab DHF adalah Arbovirus

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 31


( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes
Aegepty ).

Gambar 1 Nyamuk aedes agepty sebagai salah satu vektor DHF

Ada empat serotipe virus yang menyebabkan demam berdarah (DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4). Pemulihan dari infeksi oleh satu serotype virus memberikan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang tertentu. Namun, cross-kekebalan
terhadap serotipe lain setelah pemulihan hanya parsial dan sementara. Infeksi
berikutnya oleh serotipe lain meningkatkan risiko penyakit semakin parah (WHO,
2012).
3. Patofisiologi
Masuknya virus dengue ke dalam tubuh membuat pasien mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah
kulit.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina
dimana nyamuk betina sering melakukan gigitan berulang dan kemudian virus
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Hal ini dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat
aktivasi C3 dan C5 maka C3a dan C5a akan dilepas, dua peptida yang berguna untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 32


perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume
plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-saat permulaan demam
dan mencapai puncaknyapada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat,
volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa,
yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan dengan
meningkatnya mega karoisit muda dalam sussum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan
dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam
sistem retikuloendotelial. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh
kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien
dengan perdarahan hebat.
Terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam
terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang
diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksitas yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 33


berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag
hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE).
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imon seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsosinasi
anti bodi. Dalam proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d) Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum
tulang dan destruksi dan pemandekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada faseawal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi
megakariosit. Koagulopati terjadi sebagai interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Terjadinya koagulopati konsumtif pada demam
berdarah dengue stadium III dan IV.
(Cunha, 2012)
4. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala yang ditampilkan oleh demam berdarah dengue
adalah:
Gejala awal meliputi:
 nafsu makan menurun

 demam

 sakit kepala

 rasa tidak enak

 nyeri otot

 muntah

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 34


Gejala fase akut meliputi:
 Gelisah

 Ecchymosis

 Ruam generalisata

 Petechiae

 Memburuknya gejala sebelumnya

Gambar 2 Fase demam pada DHF

5. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 derajat:
 Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 35
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit, seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi dan perdarahan lain.
 Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
 Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru
(Dinda, 2010)

Demam Dengue adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia.
Infeksi dengue virus (DENV) menyebabkan berbagai hasil, termasuk infeksi
subklinis. Demam Berdarah (DF), yang mengancam jiwa dengan sindrom kehilangan
cairan dan syok hipotensi, atau manifestasi berat lain seperti perdarahan dan
kegagalan organ. Dulu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasi demam
berdarah dengue dan skema manajemen baru-baru ini direvisi, menggantikan DF,
Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan
Demam Berdarah tanpa Tanda Peringatan, Dengue dengan Tanda Peringatan (nyeri
perut, gigih muntah, akumulasi cairan, perdarahan mukosa, lesu, pembesaran hati,
hematokrit meningkat dengan penurunan trombosit) dan dengue berat (SD; berdarah
dengan kebocoran plasma parah, pendarahan berat, atau kegagalan organ).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemithorax kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemithorax. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 36


Laboratorium
 Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15%dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
 Trombosit ; umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8.
 Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
dari hari ke-3 demam.
 Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
 Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
 SGOT/SGPT : (serum alanin aminotransferase) : dapat meningkat.
 Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
 Elektrolit sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
 Golongan darah dan cross macth (uji cocok serasi) : bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
 Imuno serologi dilakukan pemeriksaan Ig G dan Ig M terhadap dengue.
- Ig M : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
- Ig G : pada infeksi primer terdeteksi mulai hari ke-14 ; pada infeksi
sekunder terdeteksi mulai hari ke-2.
 Uji HI : dilakukan pengambilanbahan pada hari pertama serta saat pulang
dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
Pada renjatan
Pada renjatan yang berat, periksa Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal Hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.
7. Penatalaksanaan
a. Medik
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 37
DHF tanpa Renjatan
 Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )

 Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan


kompres

 Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak <1th
dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB).

 Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

DHF dengan Renjatan


 Pasang infus RL

 Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 - 30
ml/ kg BB )

 Tranfusi jika Hb dan Ht turun

b. Keperawatan

1. Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam

 Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 jam

 Observasi intake output

 Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda


vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri
minum 1 ½ liter - 2 liter per hari, beri kompres.

 Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan


Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri
infus.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 38


 Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
oksigen pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang
cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan
thrombocyt.

2. Resiko Perdarahan

 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan


melena

 Catat banyak, warna dari perdarahan

 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro


Intestinal

3. Peningkatan suhu tubuh

 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic

 Beri minum banyak

 Berikan kompres

Penatalaksanaan penderita dengan DHF secara umum adalah sebagai berikut :


a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. Diet makan lunak.

c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh


manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)


merupakan cairan yang paling sering digunakan.

e. Pantau tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,


pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap
jam.
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 39
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan


asetaminopen.

h. Pantau tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j. Pantau tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,


perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk.

k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

l. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan


intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg
BB.

m. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit


dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila
renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi
cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

n. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan


gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada
penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara
klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb
yang mencolok.

Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam.
Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua
8. Komplikasi

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 40


a) Ensepalopati.
b) Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
c) Gagal napas.
d) Anemia
e) Gagal ginjal
f) Perdarahan
g) Disorientasi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data Subjektif:
 klien mengeluh penurunan nafsu makan,
 klien mengatakan adanya rasa haus,
 klien mengeluh nyeri pada sendi dan nyeri kepala,
 klien mengeluh mual dan muntah,
 klien mengeluh kemerahan di kulit,
 klien mengatakan badannya terasa panas atau demam,
 klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakit,
 keluarga mengatakan tidak tahu penanganan dan pencegahan DHF.
Data Objektif:
 membran mukosa kering,
 HCT meningkat (> 45%),

 penurunan turgor kulit,

 produksi urine menurun,

 HR > 100 x/menit,

 TD < 120/80 mmHg,

 suhu > 37,50 C, ,

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 41


 tubuh klien teraba hangat,

 penurunan BB ≥ 20 % ,

 penurunan kadar albumin serum (< 3,5 gr/dl),

 klien tampak kurus,

 klien tampak lemah,

 klien tidak menghabiskan 1 porsi makanannya,

 kekuatan otot klien menurun.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolisme dan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan membran mukosa
kering, HCT meningkat (> 45%), penurunan turgor kulit, produksi
urine menurun, HR > 100 x/menit, TD < 120/80 mmHg, suhu > 37,5 0
C, adanya rasa haus

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh


ditandai dengan suhu tubuh meningkat > 37,5 oC, nadi di atas batas
normal (Normal: 60-100 x/mnt), RR di atas batas normal (Normal 16-
20 x/mnt), tubuh klien teraba hangat.

c. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan


klien tampak meringis dan memegangi bagian tubuh yang sakit,
agitasi, gangguan pola tidur, skala nyeri 1 – 10, peningkatan nadi dan
RR (Nadi > 100 x/mnt dan RR > 20 x/mnt).

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 42


e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologis gangguan system gastrointestinal akibat viremia
ditandai dengan penurunan BB ≥ 20 % , penurunan kadar albumin
serum (< 3,5 gr/dl), klien tampak kurus, klien mengeluh mual, klien
tampak lemah, klien tidak menghabiskan 1 porsi makanannya,
kekuatan otot klien menurun.

f. PK. Syok hipovolemik

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan


informasi mengenai DHF ditandai dengan klien dan keluarga bertanya-
tanya tentang penyakit, keluarga mengatakan tidak tahu penanganan
dan pencegahan DHF.

4. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipermetabolisme dan


peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan membran mukosa kering,
HCT meningkat (> 45%), penurunan turgor kulit, produksi urine menurun, HR
> 100 x/menit, TD < 120/80 mmHg, suhu > 37,50 C, adanya rasa haus

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan intake cairan


klien terpenuhi dengan criteria hasil:
Fluid Balance
- Intake dan output 24 jam seimbang

- Turgor kulit elastis

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 43


- Membran mukosa lembab

- RR 16-20 x/menit

- TD 110-130/80-90 mm Hg

- HCT 40-45%

Intervensi
Fluid Management
1) Lakukan pemantauan intake dan output 24 jam

Rasional: pemantauan intake dan output diperlukan untuk menilai keseimbangan


cairan klien
2) Pantau status hidrasi, meliputi membrane mukosa, turgor kulit, kelemahan

Rasional: pemantauan turgor kulit dan membrane mukosa diperlukan untuk menilai
keseimbangan cairan klien. Turgor kulit menurun, kelemahan, membrane mukosa
kering merupakan tanda-tanda dehidrasi.
3) Pantau tanda-tanda vital klien

Rasional: pemantauan nadi, suhu, dan tekanan darah dapat menunjukkan status
hidrasi klien
4) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan per oral

Rasional: meningkatkan intake cairan per oral diperlukan dalam memenuhi asupan
cairan klien
5) Berikan cairan intra vena sesuai indikasi

Rasional: pemberian terapi cairan intravena diperlukan untuk mengganti kehilangan


cairan dan mempertahankan intake cairan yang adekuat
6) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk melihat nilai hematokrit darah

Rasional: peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya hemokonsentrasi akibat


kekurangan volume cairan.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 44


b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh ditandai
dengan suhu tubuh meningkat > 37,5oC, nadi di atas batas normal (Normal:
60-100 x/mnt), RR di atas batas normal (Normal 16-20 x/mnt), tubuh klien
teraba hangat
Thermoregulation
 Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh > 37,5 0 C
 Tidak terjadi perubahan warna kulit ( memerah ),
 Nadi tidak teraba lemah
Intervensi :
Fever Treatment
1. Pantau temperatur, perubahan warna kulit secara teratur.
Rasional : mengetahui tingkat perubahan suhu tubuh klien secara teratur.
2. Pantau hasil laboratorium seperti WBC, hemoglobin, hematokrit.
Rasional : memantau penyebab hipertermi karena infeksi dan beratnya infeksi.
3. Pantau intake output cairan yang masuk ke tubuh.
Rasional : memantau seberapa banyak cairan yang hilang akibat peningkatan suhu.
4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan hidrasi cairan peroral.
Rasional : peningkatan hidrasi cairan peroral dapat membantu untuk menurunkan
suhu tubuh/hipertermi.
5. Lakukan pemberian kompres hangat pada klien, yang difokuskan pada
kompres dahi, lipatan paha, lipatan ketiak serta pada tempat – tempat yang
terdapat pembuluh darah yang besar.
Rasional : kompres hangat dapat meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah , yang
mana mampu memperlancar aliran darah sehingga mampu menurukan suhu tubuh..
6. Kolaborasi pemberian obat – obatan antipiretik, seperti paracetamol.
Rasional : obat – obatan antipiretik mampu membantu menurunkan suhu tubuh
dengan mempengaruhi hipotalamus dengan berbagai mekanisme kerjanya.

c. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, perawat mampu mencegah


perdarahan dengan kriteria hasil:

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 45


Blood Loss Severity
- TTV dalam batas normal (Suhu : 36,5 – 37,5 o C, Nadi: 60-100 x/mnt; RR:
16-20 x/mnt; TD: 120/80 mmHg).

- Nilai Hct dan Hb dalam batas normal (HCT = 40 – 45%; Hb =13-14 gr %)

- Klien tidak mengalami episode perdarahan berulang

- Konjungtiva tidak pucat

Intervensi
Bleeding reduction
1) Awasi adanya tanda – tanda perdarahan seperti ptekie, epistaksis,
hematuria, atau melena.

Rasional : Agar dapat memberikan intervensi yang tepat dan mencegah komplikasi
perdarahan.
2) Lakukan pemantauan terhadap tekanan darah, nadi, dan kesadaran
penderita.

Rasional : Tekanan darah, nadi, dan kesadaran bisa menurun akibat terjadi
perdarahan.
3) Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan seperti HB, HCT, RBC.
Rasional : Mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami kelainan,
sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perdarahan.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4
x 10 mg/hari.

Rasional : Berguna untuk menanggulangi perdarahan.


5) Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah diperlukan.

Rasional : Tranfusi darah diindikasikan bila perdarahan yang terjadi perdarahan hebat
dan menurunkan Hb hingga 8 gr/ dl atau kurang dari itu, untuk mengganti darah yang
hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin dalam harga normal.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 46


d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien
tampak meringis dan memegangi bagian tubuh yang sakit, agitasi, gangguan
pola tidur, skala nyeri 1 – 10, peningkatan nadi dan RR (Nadi > 100 x/mnt dan
RR > 20 x/mnt).
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang
atau terkontrol, dengan kriteria hasil:
a. Discomfort level (level ketidaknyamanan):

 Klien tidak mengeluh nyeri

 Klien tidak merintih kesakitan

 Klien tidak gelisah

 Wajah klien tampak relaks

b. Pain level (level nyeri):

 Klien tidak melaporkan adanya nyeri

 Klien tidak merintih ataupun menangis

 Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri

 Klien tidak tampak berkeringat dingin

 Klien tidak mengalami ketegangan otot

 RR dalam batas normal (16-20 kali/menit)


 Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit)
 Tekanan darah dalam batas normal (110-120/80-90 mmHg)
c. Pain control (kontrol nyeri):

 Klien dapat mengenali onset nyeri

 Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab nyeri

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 47


 Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri non farmakologis

 Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi

 Klien melaporkan nyeri terkontrol

Intervensi :
Manajemen nyeri
1) Kaji tanda – tanda nyeri/ lakukan pemeriksaan komprehensip terhadap
nyeri yang pasien rasakan, meliputi : lokasi, karakteristik,
onset/lamanya, frequensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor penyebabnya
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya
2) Observasi rasa tidak nyaman pasien secara non verbal
Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non verbal maka dapat
mengetahui perkembangan nyeri yang dirasakan klien
3) Kaji tanda – tanda vital pasien
Rasional: peningakatan tekanan darah dan denyut nadu menandakan peningkatan rasa
nyeri yang dirasakan
4) Kaji pengalaman masa lalu pasien terhadap nyeri
Rasional : dengan mengetahui pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri, perawat
dapat mengetahui mekanisme klien dalam mengurangi nyeri sehingga dapat
digunakan lagi oleh klien dan dapat membantu mengurangi nyeri yang dialami oleh
klien.
5) Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri yang dirasakannya
Rasional: memestikan bahwa nyri yang dirasakan klien memeng betul berasal dari
fraktur yang dialamu klien
6) Lakukan pengkajian dengan pasien hal – hal yang memperberat
timbulnya nyeri
Rasional: mengimbau klien agar menghindari factor pemberat nyeri

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 48


7) Lakukan pengendalian lingkungan, agar tetap tenang ( mis: pengaturan
pencahayaan, ruangan, suhu dan kebisingan)
Rasional: lingkungan yang nyaman dan tenang membantu mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
8) Bersama pasien kurangi faktor – faktor penyebab nyeri atau yang
meningkatkan rasa nyeri (mis : mobilisasi)
Rasional: memberikan penjelasan pada klien bahwa mobilisasi sekecil apapun akan
menghambat proses penyembuhannya
9) Ajarkan prinsip – prinsip penanganan nyeri secara non famakologis,
(misalnya : teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll)
yang dilakukan sebelum, sesudah, selama timbulnya nyeri, sebelum
kualitas nyeri semakin meningkat dan jika mungkin dilakukan
Rasional: memberikan pengalihan saat klien merasakan nyeri sehingga klien mampu
beradapatasi dengan nyerinya

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


factor biologis gangguan system gastrointestinal akibat viremia ditandai
dengan penurunan BB ≥ 20 % , penurunan kadar albumin serum (< 3,5 gr/dl),
klien tampak kurus, klien mengeluh mual, klien tampak lemah, klien tidak
menghabiskan 1 porsi makanannya, kekuatan otot klien menurun.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi klien


adekuat dengan kriteria hasil:
Nutritional status
- Intake makanan adekuat
- HCT normal 40-45%
- Tonus otot normal
Nausea & Vomiting Severity
- Klien tidak mengalami mual
- Klien mengatakan tidak muntah
- Tidak terdapat eskresi saliva yang berlebih

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 49


Intervensi Keperawatan
Nutrition monitoring
1) Pantau adanya mual, muntah dan kelemahan pada klien
Rasional: adanya mual, muntah dapat menyebabkan klien anoreksia dan kelemahan
merupakan akibat yang terjadi akibat nutrisi tidak adekuat
2) Pantau turgor kulit klien
Rasional: perubahan turgor kulit merupakan tanda bahwa terjadi kekurangan nutrisi
3) Pantau hasil pemeriksaan kadar albumin, HCT
Rasional: merupakan tanda biochemical kekurangan nutrisi, normalnya albumin 3,5-5
gr/dL
Nutrition Therapy
4) Pantau status nutrisi klien
Rasional: pengkajian status nutrisi meliputi Indeks massa tubuh dan BB
5) Pantau intake makanan dan minum klien
Rasional: intake makan dan minum perlu dipantau tiap hari untuk memastikan asupan
nutrisi adekuat
6) Kaji makanan yang disukai klien, kaji adanya alergi terhadap makanan
Rasional: mengkaji makanan yang disukai perlu dalam upaya membantu klien
meningkatkan nafsu makan, asalkan tidak bertentangan dengan diet klien.
7) Anjurkan klien untuk tidur dan istirahat yang adekuat
Rasional : Mengurangi respon mual/nausea pada klien.

f. PK Syok Hipovolemik

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perawat dapat


meminimalkan komplikasi syok hipovolemik dengan criteria hasil:
- membran mukosa yang lembab

- turgor kulit yang elastis

- tekanan darah yang normal(110-130/80-90 mmHg)

- output urine dengan volume yang adekuat 0,5 – 1 cc/kg BB/jam

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 50


- rasa haus yang normal dan tidak berlebihan

- denyut nadi dan RR yang normal (Nadi: 60-100 x/mnt, RR 16-20 x/mnt)

Mandiri:

1) Kaji status, cairan dan elektrolit (turgor kulit, membran mukosa, haluaran
urine, tanda-tanda vital, parameter dinamika).
Rasional : Mengkaji kondisi klien, status dehidrasi, jumlah dan tipe cairan serta
elektrolit klien.
2) Kaji sumber-sumber kehilangan cairan dan elektrolit (muntah, diare,
diaforesis yang berlebihan).
Rasional : Kehilangan elektrolit bisa akibat diaforesis yang hebat, diare, dan muntah.
3) Evaluasi jumlah haluaran urine. Lakukan pemantauan ketat dengan
pemasangan kateter
Rasional : Menurunnya haluaran urine menandakan dehidrasi, output urin normal
adalah 0,5 – 1 cc/kg BB/jam
4) Berikan cairan IV sesuai indikasi. Lakukan penggantian 20 cc/kg BB/jam
pada jam pertama dan kedua, lanjutkan 10 cc/kgBB/jam pada jam ketiga

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.


5) Kolaborasi pemeriksaan lab HB/HCT, elektrolit.

Rasional : Mengetahui kadar Hb,HCT, elektrolit klien untuk menilai status


dehidrasi klien.

4. Pelaksanaan

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan

5. Evaluasi

1) Intake dan output 24 jam seimbang, turgor kulit elastic, membran mukosa
lembab, RR 16-20 x/menit, TD 110-130/80-90 mm Hg, HCT 40-45%

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 51


2) Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh > 37,5 0 C, tidak terjadi perubahan warna
kulit ( memerah ), nadi tidak teraba lemah

3) TTV dalam batas normal (Suhu : 36,5 – 37,5 o C, nadi: 60-100 x/mnt; RR: 16-
20 x/mnt; TD: 120/80 mmHg), nilai Hct dan Hb dalam batas normal (HCT =
40 – 45%; Hb =13-14 gr %), klien tidak mengalami episode perdarahan
berulang

4) Klien tidak mengeluh nyeri, klien tidak merintih kesakitan, klien tidak gelisah,
wajah klien tampak relaks, klien\ tidak tampak berkeringat dingin, RR dalam
batas normal (16-20 kali/menit), nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit),
Tekanan darah dalam batas normal (110-120/80-90 mmHg), klien dapat
mengenali onset nyeri, Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
nyeri, klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri non farmakologis, Klien menggunakan analgesik sesuai
rekomendasi, klien melaporkan nyeri terkontrol

5) Intake makanan adekuat, HCT normal 40-45% tonus otot normal, klien tidak
mengalami mual, klien mengatakan tidak muntah, tidak terdapat eskresi saliva
yang berlebih

6) Membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang elastic, tekanan darah yang
normal(110-130/80-90 mmHg), output urine dengan volume yang adekuat 0,5
– 1 cc/kg BB/jam, rasa haus yang normal dan tidak berlebihan, denyut nadi
dan RR yang normal (Nadi: 60-100 x/mnt, RR 16-20 x/mnt)

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 52


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “KAP” DENGAN
DHF (DENGUE HEMORRAGIC FEVER) DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD KABUPATEN BULELENG

A. PENGKAJIAN
No. RM : 483964
Tgl Masuk : 9 April 2022
Tgl Pengkajian : 29 April 2022
Dx.Medis : DHF
IDENTITAS
Nama : KAP Penanggung : Gde S

Umur : 8 tahun Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki laki Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Hindu Agama : Hindu

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 53


Pendidikan : SD Pendidikan : Sarjana

Status perkawinan : Belum Kawin Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS

Hub Dengan Pasien : Ayah

1. Riwayat Kesehatan
1) Alasan utama datang ke Rumah Sakit
Pasien datang mengeluh badannya panas sejak 5 hari yang lalu
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh badannya panas dan lemas
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita datang ke RSUD pada tanggal 12 April 2022 Pk. 11.35 wita dengan keluhan
demam sejak 5 hari yang lalu, mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+). Saat keluhan
tersebut dirasakan, pasien langsung dibawa ke UGD RSUD Kab. Buleleng oleh orang
tuanya . Selama di rumah, 5 hari terakhir pasien hanya mau makan sedikit karena
merasa mual dan muntah setiap kali habis makan. Pasien tampak lemas, menggigil,
akral hangat dan berkeringat. Turgor dan membran mukosa kering Setelah diperiksa
oleh dokter jaga, pasien disarankan untuk opname dengan terapi:
- IVFD RL 28 tpm
- Paracetamol tab 3 x 500
- Ranitidine inj 2 x 50mg
Diagnosa medis yang ditegakkan saat itu adalah DHF
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien hanya pernah sakit batuk pilek dan cukup berobat ke dokter praktek.Pasien
tidak memiliki alergi makanan ataupun obat.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ditemukan ada yang mengalami penyakit kencing manis,
darah tinggi ataupun penyakit menurun lainnya.

2. POLA FUNGSI KESEHATAN

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 54


1) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit : Klien mengatakan rutin berolahraga untuk menjaga
kesehatannya. Kalau sakit demam, pilek, dan batuk selalu berobat ke dokter praktek
Keadaan saat ini : Klien sangat mendukung tindakan yang dilakukan di rumah
sakit
2) Pola Metabolik dan Nutrisi
Sebelum sakit : Klien dirumah biasa makan 3x sehari, nafsu makan baik,
dan minum susu 1 kali sehari
Keadaan saat ini : Pasien merasa mual dan muntah setiap kali habis makan, porsi
makan yang dihabiskan hanya 1/2 porsi setiap kali makan, Dalam sehari pasien hanya
minum ± 600 cc, mual dan muntah setiap kali habis minum. Minum hanya berupa air
putih saja. Turgor dan membrane mukosa kering pasien tidak memiliki alergi
makanan.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Sebelum sakit klien biasa BAK 5-6 x warna kuning
jernih, BAB 1x/hari
Keadaan saat ini : Saat pengkajian klien belum bisa BAB sejak 2 hari yang
lalu. BAK pasien 1000 cc/24 jam dengan warna kuning, bau khas urine, tidak ada
tanda- tanda hematuria.
4) Pola Aktivitas-latihan
Sebelum sakit : Sebelum sakit klien biasa melakukan aktifias sehari-
hari, bekerja seperti biasa. Pasien juga mengatakan sering berolahraga
Keadaan saat ini : Saat pengkajian klien terbaring di tempat tidur dengan
keadaan lemah, dan aktivitas dibantu sebagaian oleh keluarga

No ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
1 Makan/Minum √ 0 : Mandiri
2 Toileting √ 1 : Dengan Alat Bantu
3 Berpakaian √ 2 : Dibantu Orang Lain

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 55


4 Mobilisasi dari tempat √ 3 : Dibantu Orang lain
tidur dengan alat
5 Berpindah √ 4 : Tergantung Total
6 Ambulansi √

5) Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : Sebelum sakit klien biasa tidur siang 1-2 jam dan tidur
malam 8 jam dari pukul 22.00-06.00. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan
dalam tidur.
Keadaan saat ini : Selama di rumah sakit klien tidur cukup, konjungtiva tidak
pucat.
6) Pola Persepsi dan Kognitif
Sebelum sakit : Klien tidak memiliki gangguan pada pendengaran,
penciuman dan perabaan. Klien tidak menggunakan kacamata.Klien biasanya
menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia di rumah.
Keadaan saat ini : Selama di rumah sakit klien tidak mengalami gangguan
pada indera baik penciuman, perabaan, pendengaran dan penglihatan. Klien
mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya.
7) Pola Konsep Diri- Persepsi Diri
Sebelum sakit : Klien sehari-hari aktif bekerja sebagai karyawan swasta.
Klien mengatakan bangga bisa bekerja dan aktifitas untuk membahagiakan anak-
anaknya.
Keadaan saat ini : Klien tidak ada masalah dengan konsep dan persepsi diri.
Klien berharap agar cepet sembuh dari penyakitnya sehingga bisa beraktifitas seperti
biasa.

8) Pola Hubungan - Peran


Sebelum sakit : Klien mengatakan aktif dalam kegiatan di lingkungan
rumah tinggalnya. Klien mengatakan selalu dekat dan saling mendukung antar sesama
keluarga.
Keadaan saat ini : Klien saat ini berkomunikasi dengan baik dengan petugas
dan keluarganya.
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 56
9) Pola Reproduktif dan Seksualitas
Sebelum sakit : Pasien memiliki 3 orang anak, dan tidak memiliki
gangguan pada system reproduksi dan seksualitas
Keadaan saat ini : Klien tidak mengalami masalah dalam system reproduksi
dan seksualitas.
10) Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping
Sebelum sakit : Klien mengatakan jika ada masalah selalu bercerita
dengan keluarga dan jalan-jalan untuk mengurangi beban pikiran.
Keadaan saat ini : Saat dirumah sakit klien mengatakan untuk mengurangi
beban pikiran tentang penyakitnya, klien bercerita dengan suami juga anaknya.
11) Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Klien mengatakan kalau sakit berobat ke dokter atau ke
Rumah Sakit
Keadaan saat ini : Klien meyakini sakitnya sekarang murni karena gangguan
medis.
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
BB : 38 Kg
TD : 100/80 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,20C
2) Kepala
Inspeksi : Kulit Kepala dan rambut bersih
Palpasi : Benjolan dan nyeri tekan tidak ada
3) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak pucat, tidak ada edema pada palpebra,
pupil 3/3, reflet +/+ isokor.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 57


Palpasi : nyeri tekan tidak ada
4) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, secret tidak ada, tidak ada pernapasan
cuping hidung
Palpasi : nyeri tekan tidak ada

5) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar mastoid
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering , gigi bersih dan tidak ada sariawan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jungularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi vena jungularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Thorax
Inspeksi : Gerakan dada simetris, jejas (-), tidak ada retraksi dinding
dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada suara
napas tambahan (ronchi maupn wheezing). Suara jantung S1,S2 tunggal regular, tidak
ada murmur.
9) Abdomen
Inspeksi : jejas (-), tidak ada lesi
Auskultasi : Peristaltik usus 8 x/menit
Perkusi : Suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
10) Genitourinaria
Tidak ada masalah

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 58


11) Integumen
Inspeksi : Tidak ada lesi, ada bintik merah di kulit tangan
Palpasi : akral hangat, turgor kulit kering
12) Muskuloskeletal
Tidak ada kelainan bentuk, pergerakan baik. Tidak ada hambatan mobilitas fisik.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil DL tanggal 9 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,65 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 5,21 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 13,4 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 44,6 % 35,0 – 50,0%

PLT 120 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 85,5 mm3 80 – 97 mm3

MCH 27,0pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 31,6 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 11,2 % 10,0 – 15,0 %

MPV 7,29 mm3 6,5 – 11,5 mm3

Hasil DL tanggal 10 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 59


WBC 2,91 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 4,86 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 13,4 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 41,3 % 35,0 – 50,0%

PLT 93 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 84,9 mm3 80 – 97 mm3

MCH 28,2 pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 33,3 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 10,9 % 10,0 – 15,0 %

MPV 8,40 mm3 6,5 – 11,5 mm3

Hasil DL tanggal 11 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,91 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 4,86 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 14,4 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 45,1 % 35,0 – 50,0%

PLT 79 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 84,9 mm3 80 – 97 mm3

MCH 28,2 pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 33,3 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 60


RDW 10,9 % 10,0 – 15,0 %

MPV 8,40 mm3 6,5 – 11,5 mm3

Hasil DL tanggal 12 April 2022

Pemeriksaan lab Hasil Standard normal

WBC 2,91 x 105 / mm3 3,5 – 10, 0 / mm3

RBC 4,86 x 106 / mm3 3,80 – 5, 80 / mm3

HGB 12,8 gr/dL 11,0 – 16,0 gr/dL

HCT 40,1 % 35,0 – 50,0%

PLT 103 x 103 / mm3 150-390 x 103 / mm3

MCV 84,9 mm3 80 – 97 mm3

MCH 28,2 pq 26,5 – 33,5 pq

MCHC 33,3 gr/dL 31,5 – 35 gr/dL

RDW 10,9 % 10,0 – 15,0 %

MPV 8,40 mm3 6,5 – 11,5 mm3

2) Thorax Foto : Cor dan Pulmo Tidak tampak Kelaian


3) Rapid Antigen SARS CoV-2 : Negatif
4) Terapi Medik
- IVFD D5 ½ NS 20 tpm
- Paracetamol : 3x500 mg
- Ondansentron (IV) : 2x1/2 Amp

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 61


5. ANALISA DATA

No Tanggal/Jam Data (DS,DO) Etiologi Masalah


1 25-4-2020 DS: Virus masuk melalui Kekurangan
gigitan nyamuk
11.00 - Klien mengatakan Volume cairan
badannya lemas Viremia
- Klien mengeluh mual
- Klien muntah setelah Komplek virus-
antibodi
minum air
DO:
Aktivitas system
- KU Lemah komplemen
- Turgor kulit kering
- Membran mukosa Dilepaskan C3a dan
kering C5a, histamine,
- Haluaran urine serotonin
menurun 1000cc/24
jam Peningkatan
- Suhu : 380C permeabilitas dinding
- TD : 100/55 mm Hg plasma
- Nadi : 108x/menit
- HCT Meningkat (44.6) Kebocoran plasma

Hematokrit
meningkat

Kekurangan volume
cairan
2 25-4-2020 DS : Virus masuk melalui Hipertermia
gigitan nyamuk
11.00 - Klien mengeluh
badannya panas sejak 5
Viremia
hari yang lalu
DO : Mengaktifkan
monosit & makrofag
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 62
- Suhu : 38 0C
- Akral hangat Pelepasan zat pirogen
endogen
- Kulit kemerahan
- Takikardia (nadi:
Merangsang sel-sel
108x/menit) endotel di
hipotalamus

Mengeluarkan asam
arakhidonat

Merangsang
thermostat di
hipotalamus

Peningkatan Suhu
tubuh

Hipertermia

3 25-4-2020 DS :- Virus masuk melalui Risiko


gigitan nyamuk
11.00 DO : perdarahan
- Ada bintik merah pada Viremia
tangan
- Nilai trombosit turun Komplek virus-
antibodi
(92.3)

Aktivitas system
komplemen

Gangguan dinding
endotel kapiler

Penurunan Factor
koagulasi
(trombositopenia)

Risiko Perdarahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 63


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan klien mengeluh mual, klien muntah setelah minum air, KU
Lemah, turgor kulit kering,membran mukosa kering, Haluaran urine menurun
1000cc/24 jam, Suhu : 380C, TD : 100/55 mm Hg, Nadi : 108x/menit dan
HCT Meningkat (44.6).
2. Hipertermia berhubungan dengan status penyakit ditandai dengan Klien
mengeluh badannya panas sejak 5 hari yang lalu, Suhu : 38 0C, akral hangat
kulit kemerahan, takikardia (nadi: 108x/menit).
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

C. PERENCANAAN/INTERVENSI

Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional TTD


/Jam Keperawatan Kriteria Hasil (NIC) Nama
(NOC)
25/4/2020 Kekurangan Setelah diberikan Fluid Management
11.00 volume askep selama 3x24 1) Lakukan pemantauan 1. Pemantauan
cairan jam diharapkan intake dan output 24 intake dan
berhubungan tidak terjadi jam output
dengan kekurangan 2) Pantau status hidrasi, diperlukan
kehilangan volume cairan meliputi membrane untuk menilai
cairan aktif dengan kriteria mukosa, turgor kulit, keseimbangan
hasil kelemahan cairan klien
Fluid Balance 3) Pantau tanda-tanda 2. Pemantauan
- Intake dan vital klien turgor kulit dan
output 24 jam 4) Anjurkan klien untuk membrane
seimbang meningkatkan intake mukosa
- Turgor kulit cairan per oral diperlukan
elastis 5) Berikan cairan intra untuk menilai
- Membran vena sesuai indikasi keseimbangan
mukosa lembab 6) Pantau hasil cairan klien.
- TD 110- pemeriksaan Turgor kulit
130/80-90 mm laboratorium untuk menurun,
Hg melihat nilai kelemahan,
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 64
- HCT normal hematokrit darah membrane
- Nadi Normal mukosa kering
(60-100x/menit merupakan
) tanda-tanda
dehidrasi
3. Pemantauan
nadi, suhu, dan
tekanan darah
dapat
menunjukkan
status hidrasi
klien
4. Meningkatkan
intake cairan
per oral
diperlukan
dalam
memenuhi
asupan cairan
klien
5. Pemberian
terapi cairan
intravena
diperlukan
untuk
mengganti
kehilangan
cairan dan
mempertahanka
n intake cairan
yang adekuat
6. Peningkatan
nilai hematokrit
menunjukkan

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 65


adanya
hemokonsentrat
akibat
kekurangan
volume cairan
25/4/2020 Hipertermia Setelah diberikan Fever Treatment
11.00 berhbungan askep selama 3x24 1. Pantau temperatur, 1. Mengetahui
dengan status jam diharapkan perubahan warna tingkat
penyakit tidak terjadi kulit secara teratur. perubahan
hipertermia dengan 2. Pantau hasil suhu tubuh
kriteria hasil laboratorium klien secara
Thermoregulation seperti WBC, teratur.
- Tidak terjadi hemoglobin, 2. Memantau
peningkatan hematokrit. penyebab
suhu tubuh > 3. Menganjurkan hipertermi
37,5 0 C klien untuk karena infeksi
- Tidak terjadi meningkatkan dan beratnya
perubahan hidrasi cairan infeksi
warna kulit peroral. 3. Peningkatan
( memerah ), 4. Lakukan hidrasi cairan
- Nadi normal pemberian peroral dapat
(60-100x/meni kompres hangat membantu
t) pada klien, yang untuk
difokuskan pada menurunkan
kompres dahi, suhu
lipatan paha, tubuh/hiperter
lipatan ketiak serta mi
pada tempat – 4. Kompres
tempat yang hangat dapat
terdapat pembuluh meningkatkan
darah yang besar. vasodilatasi
5. Kolaborasi pembuluh
pemberian obat – darah , yang
obatan antipiretik, mana mampu

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 66


seperti memperlancar
paracetamol. aliran darah
sehingga
mampu
menurukan
suhu tubuh.
5. Obat – obatan
antipiretik
mampu
membantu
menurunkan
suhu tubuh
dengan
mempengaruhi
hipotalamus
dengan
berbagai
mekanisme
kerjanya.

25/4/2020 Risiko Setelah diberikan Bleeding reduction


11.00 perdarahan askep seama 3x 24 1. Awasi adanya tanda – 1. Agar dapat
berhubungan jam diharapkan tanda perdarahan memberikan
dengan tidak terjadi seperti ptekie, intervensi
trombositopeni perdarahan dengan epistaksis, hematuria, yang tepat
a kriteria hasil atau melena. dan mencegah
Blood Loss 2. Lakukan pemantauan komplikasi
Severity terhadap tekanan perdarahan.
- TTV dalam darah, nadi, dan 2. Tekanan
batas normal kesadaran penderita. darah, nadi,
(Suhu : 36,5 – 3. Pantau hasil lab dan kesadaran
o
37,5 C, Nadi: berhubungan dengan bisa menurun
60-100 x/mnt; perdarahan seperti Hb, akibat terjadi

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 67


RR: 16-20 HCT, RBC. perdarahan
x/mnt; TD: 4. Kolaborasi dalam 3. Mengetahui
120/80 pemberian obat-obatan komponen-
mmHg). hemostatik seperti komponen
- Nilai Hct dan vitamin K, 4 x 10 darah yang
Hb dalam mg/hari. mengalami
batas normal 5. Kolaborasi dalam kelainan,
(HCT = 40 – pemberian transfusi sehingga
45%; Hb =13- darah diperlukan. dapat
14 gr %) . diketahui
- Klien tidak penyebab
mengalami terjadinya
episode perdarahan
perdarahan 4. Berguna
berulang untuk
- Konjungtiva menanggulan
tidak pucat gi perdarahan
5. Tranfusi
darah
diindikasikan
bila
perdarahan
yang terjadi
perdarahan
hebat dan
menurunkan
Hb hingga 8
gr/ dl atau
kurang dari
itu, untuk
mengganti
darah yang
hilang dan
mempertahan

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 68


kan kadar
hemoglobin
dalam harga
normal

D. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Respon TTD


Keperawatan Nama
25 April 12.00 1,2,3 - Mengobservasi S:
2020 tanda-tanda vital - Klien mengatakan
- Mengobservasi badannya merasa
tanda-tanda lemas
perdarahan - Klien masih
- Mengobservasi status mengeluh badannya
hidrasi pasien panas
O:
- Tidak ada tanda
perdarahan (ptekie,
melena dan
hematemesis)
- TD :100/60mmHg
- Nadi : 100x/menit
- Akral hangat
- Suhu : 380C
13.30 1,2 - Memberikan obat S:-
paracetamol 500 mg O:
oral - klien kooperatif saat
- Menganjurkan untuk disarankan untuk
minum air putih minum air putih dan
minum air sebanyak
150 cc.

26 April 08.00 1,2,3 - Mengobservasi S;

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 69


2020 tanda-tanda vital - Pasien mengatakan
- Mengobservasi badannya masih
tanda-tanda merasa lemas
perdarahan O:
- Mengatur tetesan - TD :110/70 mmHg
infuse - Nadi : 100/menit
- Memeriksa hasil - Suhu:37.5
Laboratorium - RR : 18x/menit
(HCT,HB dan PLT) - Akral hangat
- Melakukan injeksi - Tidak ada anda
ranitidine 50 mg IV perdarahan
- Nilai Lab:
HB :13.7
HCT : 41.3
PLT : 54.2

13.30 1,2,3 - Memberikan S: -


kompres hangat O:
pada ketiak - Klien tampak
- Memberikan obat kooperatif
oral paracetamol -
500 mg
- Memberikan edukasi-
kepada keluarga
agar klien berhati-
hati dalam
berpindah
- Menganjurkan KIE
untuk minum air

27 April 08.00 1,2,3 - Mengobservasi S;


2020 tanda-tanda vital - Pasien mengatakan
- Mengatur tetesan badannya masih agak

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 70


infuse hangat
- Memeriksa hasil O:
Laboratorium - TD :120/60 mmHg
(HCT,HB dan PLT) - Nadi : 90x/menit
- Melakukan injeksi - Suhu: 370
ranitidine 50 mg IV - RR : 15x/menit
- Akral hangat
- Tidak ada tanda
perdarahan
(epitaksis,melena
dan hematemesis)
- Nilai Lab:
HB :14.4
HCT : 45.1
PLT : 41.1

09.30 1,2,3 - Menganjurkan untuk S : -


minum air sesuai O :
toleransi klien - Klien kooperatif
- Melakukan tindakan saat diberikan
delegatif dalam intervensi
pemberian cairan keperawatan.
infuse 30 tetes/menit
- Menganjurkan bedrest
pada pasien
S:-
13.30 2 - Memberikan obat oral O : Klien kooperatif saat
paracetamol 500 mg diberikan obat oral
28 April 08.00 1,2,3 - Mengobservasi S:
2020 tanda-tanda vital - Klien mengatakan
- Melakukan badannya sudah tidak
pengkajian haluaran panas
urine selama 24 jam O:
- Mengobservasi status - TD : 120/70 mmHg

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 71


hidrasi pasien (turgor - RR : 18 x/menit
dan membrane - Suhu : 36,70C
mukosa) - Nadi : 85x/menit
- Memeriksa hasil - Output urine : 1700
laboratorium cc/24jam
(Hb,HCT dan PLT) - Turgor dan membrane
- Melakukan Tindakan mukosa lembab
delegatif (injeksi - Hb :12.8 g/dl
ranitidine iv 50 mg) - Hct : 40,1 %
- PLT: 45,6

E. EVALUASI

NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


Nama
1 Kekurangan volume cairan S :
berhubungan dengan - Klien mengatakan sudah
kehilangan cairan aktif tidak mual muntah

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 72


ditandai dengan klien O :
mengeluh mual, klien - Turgor kulit elastis
muntah setelah minum air, - Membrane mukosa lembab
KU Lemah, turgor kulit - Haluaran urine 1700 cc/24
kering,membran mukosa jam
kering, Haluaran urine - Suhu : 36.70C
menurun 1000cc/24 jam, - Nadi : 85 x/menit
Suhu : 380C, TD : 100/55 - TD : 120/70 mmHg
mm Hg, Nadi : 108x/menit - HCT normal 40.1 %
dan HCT Meningkat (44.6). A : Kekurangan volume cairan
teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
2 Hipertermia berhubungan S : Klien mengatakan badannya sudah
dengan status penyakit tidak panas
ditandai dengan Klien O :
mengeluh badannya panas - Akral hangat
sejak 5 hari yang lalu, Suhu : - Tidak ada kemerahan pada
0
38 C, akral hangat kulit kulit
kemerahan, takikardia (nadi: - Suhu : 36.70C
108x/menit). - Tidak ada takikardia
(Nadi ;85x/menit)
A: Masalah hipertermia sudah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
3 Risiko perdarahan S : Klien tidak mengeluh lemah
berhubungan dengan O :
trombositopenia - Tidak ada tanda-ttanda
perdarahan (hematemesis,
melena)
- Konjungtiva tidak pucat
- PLT : 45.6
- Hb :12.8
A : Masalah Risiko perdarahan
teratasi sebagaian
P : Lanjutkan intervensi Bleeding

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 73


reduction

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses keperawatan yang telah dilakukan pada klien MW dengan DHF telah
dijelaskan pada Bab I, II, dan III sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 74


1. DHF adalah penyakit akut dengan onset mendadak yang biasanya dengan
gejala seperti sakit kepala, demam, kelelahan, otot parah dan nyeri sendi,
pembengkakan kelenjar (limfadenopati), dan ruam.
2. Pada kasus klien MW yang menderita DHF didapatkan tiga diagnosa
prioritas antara lain kekurangan volume cairan, hipertermia, dan risiko
perdarahan. Ketiga diagnosa ini akan sering ditemukan pada kasus-kasus
DHF.
3. Perencanaan yang dibuat sudah disesuaikan dengan perumusan diagnosa
keperawatan yang sudah di prioritaskan sesuai dengan kebutuhan Maslow.
Perencanaan pada pasien-pasien DHF lebih berfokus pada managemen
terapi cairan dan mengurangi risiko terjadinya perdarahan.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan telah dilaksanakan sesuai dengan
perumusan intervensi keperawatan
B. Saran
Adapun beberapa saran yang penulis tujukan kepada teman sejawat , instansi rumah
sakit, dan tentu saja kepada keluarga pasien ataupun pasien itu sendiri. Saran tersebut
diantaranya :
1. Klien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran agar tidak
kembali terkena penyakit DHF. Klien dan keluarga hendaknya
memperhatikan lingkungan sekitar dan melakukan 3 M Plus agar bisa
mencegah transmisi virus dengue.
2. Saran kepada teman sejawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan
secara lebih baik lagi untuk hasil yang lebih optimal. Kerjasama antar tim
perawat dan tim kesehatan lainnya, agar pelayanan terhadap klien dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
3. Kepada RSUD Kabupaten Buleleng diharapkan lebih memperhatikan
kasus DHF dan melaporkan kejadian DHF pada dinas terkait agar bisa
dilakukan pencegahan agar tidak terjadi kasus yang lebih banyak lagi.

RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 75


RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 76
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG 77

Anda mungkin juga menyukai