Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APPENDISITIS PADA NY.

T
DI RUANG RB 6 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

DISUSUN OLEH :

Rona Yuliana Saragih


P07520321018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN PROFESI NERS
T.A 2021/2022
ii
BAB I
LAPORAN
PENDAHULUAN DAN
ASKEP TEORITIS
A. Definisi
Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis
(Grace, & Borley, 2006, h. 107). Apendisitis adalah inflamasi pada
apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks dan pembuluh darahnya (Corwin, 2009, h. 607).
Sjamsuhidajat (2004, h. 640) Apendisitis adalah meruapakan infeksi bakteri
pada apendiks. Apendisitis biasanya disebabkab karena sumbatan lumen
apendiks,hiperplasia jaringan limfa, fekalit, dan cacing askaris yang
menyebabkan sumbatan.
Sesuai ketiga di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa apendisitis
merupakan peradangan pada apendiks yang disebabkan karena penyumbatan
pada apendiks. Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks
yang mengalami peradangan.
B. Etiologi
Menurut Irga (2007) dalam Jitowiyono (2010, h. 03) Terjadinya
apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun banyak sekali
faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks
adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis yaitu
erosi mukosa karena parasit seperti E. Histolitica, zat kebiasaan makanan
rendah serat dan pengaruh kontipasi (Sjamsuhidajat, 2004, h. 866).
C. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks
oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
3
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan
bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling
tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera mungkin
maka peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang
(mansjoer, 2000, h. 307)
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau
benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus (Munir,2011).
D. Manifestasi Klinis
Sjamsuhidajat ( 2004, h. 641 ) mengatakan manifestasi klinis dari
apendisitis adalah:
1. Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
2. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lokal dititik Mc Burney
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
3. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung
4
a. Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
b. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg)
c. Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti nafas
dalam,berjalan, batuk, mengedan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu
leukositosis) dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan untuk
menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
3. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium
sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain masih
mungkin (Grace, & Borley, 2006, h. 107).
F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pasca oprasi menurut Mansjoer arif (2000, h.
309)
1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis
3. Abses

G. Penatalaksanan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk masalah appendisitis
adalah dengan cara pembedahan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Dalam penanganan kasus appendisitis, dilakukan tindakan
appendiktomi yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong
jaringan appendiks yang mengalami peradangan. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Appendiktomi dilakukan dengan menginsisi transversal atau oblik di atas titik
maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot
dipisahkan ke lateral rektus abdominalis. Mesenterium apendikular dan dasar
appendiks diikat dan appendiks diangkat. Tonjolan ditanamkan ke dinding
sekum dengan menggunakan jahitan purse string untuk meminimalkan
kebocoran intra abdomen dan sepsis. Kavum peritoneum dibilas dengan
larutan tetrasiklin dan luka ditutup. Diberikan antibiotik profilaksis untuk
mengurangi luka pasca operasi yaitu metronidazol supositoria
(Syamsuhidayat, 2004).
5
H. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian pasien (post operasi) apendiktomi yaitu :
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomer register, diagnosa, nama orang tua,
umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayar penyakit sekarang klien dengan post appendiktomi
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk
rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah didapatkan.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya upaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya.
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status
ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus
badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

6
5) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
f. Pemeriksaan fisik.
1) Status kesehatan umum.
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit ada tidaknya kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna
pucat.
4) Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi
pernafasan biasanya normal ( 16-20 kali permenit). Apakah ada
ronchi , whezing, stidor.
5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya
peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak
flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine,
distensi supra pubis, periksa apakah menglir
lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6) Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

19
I. Fokus Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa dan intervensi keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
post operasi apendiktomi adalah :
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan; perforasi/ruptur pada apendiks, peritonitis; pemebentukan
abses, prosedur invasif, insisi bedah
a. Kriteria hasil yang diharapkan meningkatkan penyembuhan luka
dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi, drainase prupulen,
eritema, dan demam.
b. Intervensi
1) Awasi tanda vital, perhatikan demam, mengigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
peritonitis
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perewatan luka aseptik
Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi
3) Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka/drain (bila
dimasukkan), eritema
Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada
sebelumnya.
4) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat
Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.
5) Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : mungkin diberikan secara profilaktik atau
menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada
sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga abdomen.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah pra operasi pembatasan pasca operasi (puasa), status
hipermetabolik (demam, proses penyembuhan), inflamasi peritonium
dengan cairan asing.
a. Kriteria hasil yang diharapkan mempertahankan keseimbangan cairan
dibuktikan oleh kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik,
tanda-tanda vital stabil dan secara individual haluaran urin adekuat.
b. Intervensi
20
1) Awasi tekanan darah dan nadi
Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler
2) Lihat membran mukosa; kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler
3) Awasi masukan dan haluaran; catat warna urine/konsentrasi, berat
jenis.
Rasional : penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan
4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk
pemasukan peroral
5) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral
dimulai, dan lanjutkan diet sesuai toleransi
Rasional : menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk
meminimalkan kehilangan cairan
6) Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada
perlindungan bibir
Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan
pecah-pecah
7) Beriakn cairan IV dan elektrolit
Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia, dehidrasi
dan dapat terjadi ketidak seimbngan elektrolit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.
a. Kriteria hasil yang diharapkan melaporkan nyeri hilang/terkontrol,
tampak rileks, mempu tidur atau istirahat dengan cepat.
b. Intervensi
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat dalam abdomen
bawah/pervis, menghilangkan ketegangan abdomen yang
21
bertambah dengan posisi terlentang.
3) Dorong ambulansi dini.
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh
merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan
ketidaknyamanan abdomen.
4) Berikan aktivitas hiburan.
Rasional: fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi,
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik sesuai
indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri.

22
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama : Ny. T

Umur : 65 Tahun

Agama : Katholik

Pendidikan : SLTA

No Rekam Medik : 00864550

Tanggal lahir : 29-12-1956

Alamat : Jl. TB Simatupang No. 83-cl

Pekerjaan : tidak bekerja

Diagnosa Medis : Post Appendicitis

Tanggal Masuk RS : 4 juni 2022

Tanggal Pengkajian : 8 juni 2022

Penangggungjawab

Nama : Ny. S

Umur : 35 Tahun

Alamat : Jl. TB Simatupang No. 83-cl

Hubungan dengan klien : Anak

2. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post


operasi
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu menurut keterangan klien dan keluarganya 2 tahun yang lalu
klien pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit thypus. Riwayat penyakit sekarang
Satu minggu yang lalu, klien mengeluh lagi sakit pada perutnya dan kemudian klien
dibawa oleh keluargnya ke Rumah Sakit USU pada tanggal 2 Juni 2022 jam 11.39 WIB
kemudian Pada tanggal 4 Juni 2022 pasien dirujuk kers Adam Malik dan dirawat di
23
ruang RB 6 dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Pada tanga tanggal 6 Juni
2022 klien menjalani operasi apendiktomi oleh dr. I dari pukul 09.15 WIB dan selesai
pukul 11.00 WIB. Keluhan utama pada saat pengkajian tanggal 8 Juni 2022 jam 13.15
WIB didapatkan data subjektif klien menyatakan nyeri pada luka operasi, nyeri skala 6
seperti diremas-remas, nyeri terus menerus pada saat bergerak di bagian perut,
klien mengatakan setelah menjalani operasi, klien mengatakan untuk beraktivitas sulit
dan terasa sakit, klien tampak lemas, hanya berbaring di tepat tidur, klien dibantu
keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan data objektif yang diapat KU
sedang, kesadaran compos menthis, adanya luka operasi panjang 8 cm dan lebar 2cm di
perut kanan bawah luka masih basah, wajah tampak pucat, klien tampak lemas, perilaku
berhati-hati, ekstremitas hangat, TD: 120/90 mmHg, N 80 x/menit, Rr 20 x/menit, suhu
360C . Aktifitas dibantu oleh keluarga karena klien merasa sakit pada bekas luka
operasi dan lemas. Pemeriksaan laboratorium yang diperoleh pada tanggal 4 Juni 2022
adalah pemeriksaan laboratorium : leukosit 8.300/mm³, terapi tanggal 8 Juni 2022
injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac 2x30mg, infuse RL 20 tetes/menit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular dan menurun pada
keluarga pasien.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan: Pasien mengatakan tinggal di lingkungan
yang bersih dan jauh dari pabrik
7. Riwayat Alergi : pasien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan dan
obat-obatan yang dibuktikan dengan skin test.
8. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kesadaran Composmetis
Tanda – tanda vital, TB dan BB:
S :360C N : 80x/mnt TD : 120/90mmHg RR : 20x/mnt
TB : 170cm BB : 70kg

1. Mata

Penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor

2. Telinga

Pendengaran baik, tidak ada serumen

3. Mulut

Gigi bersih, mukosa bibir lembab, dapat berbicara dengan baik

4. Abdomen

Terdapat luka post operasi apendiktomi diperut dengan panjang kurang lebih 10 cm
24
5. Genetalia

Terpasang kateter .Aliran lancar warna urine kuning keemasan

6. Ekstremitas
Terpasang selang infus RL 500ml pada tangan kanan 20 tpm
7. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : diet khusus tidak ada, frekuensi 3x/ hari, jenis makanan di
rumah nasi, lauk pauk, buah-buahan, minum air mineral, air susu
Selama sakit : diet khusus diit TKTP, frekuensi 3x/hari, jenis makanan di
rumah bubur, lauk pauk, minum air susu, air mineral
8. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB dan BAK
Frekuensi BAB : 2 hari 1x
Kosistensi : Lunak dan berbentuk
Warna : Kuning
Keluhan :-
Frekuensi BAK : 5-6x/hari Jumlah urin :
1000cc
Warna : Kuning
Keluhan :-
Selama sakit
Frekuensi BAB : 4 hari 1x
Konsistensi : Lunak dan berbentuk
Warna : Kuning kecoklatan
Keluhan : Feses keluar hanya sedikit

Frekuensi BAK : Terpasang DC Jumlah urine :


± 1500cc

25
B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah
M Data subjektif: Pembedahan Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri
pada luka apendiktomi
operasi seperti di remas-
remas skala angka nyeri 6
Luka insisi
dan nyeri dirasakan saat
bergerak dibagian perut
Data objektif: Inkontinuitas
klien terlihat meringis jaringan
menahan nyeri dan ada terputus
luka bekas operasi di
bagian perut Aktivasi reseptor
nyeri

Merangsang thalamus
dan konteks serebri

Nyeri
2. Data subjektif: Pembedahan Hambatan
Klien mengatakan apendiktomi mobilitas fisik
untuk beraktifitas Luka insisi
sulit terasa sakit dan Inkontinuitas jaringan
lemas sehingga terputus
semuaaktivitas
dibantu anaknya Aktivasi reseptor
nyeri
Data objektif:
klien terlihat lemas Merangsang thalamus
tekanan darah 120/90 dan konteks serebri
mmHg, suhu 36,0C, nadi Nyeri Kelemahan
80x/menit, respiratori rate fisik
20x/menit

Keterbatasan
gerakterhamba

26
t

Hambatan mobilitas fisik

27
C. Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Hasil
1. Nyeri akut berhubungan setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan
dengan insisi bedah keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, beratnya (skala keefektifan obat, kemajuan
ditandai dengan: jam diharapkan klien akan 0-10) penyembuhan
Data subjektif: mengalami penurunan rasa 2. Pertahankan istirahat dengan 2. Gravitasi melokalisasi eksudat
- klien mengatakan nyeri dengan kriteria hasil: posisi semi fowler dalam abdomen bawah/pervis,
nyeri pada luka - klien mengatakan nyeri 3. Dorong ambulansi dini menghilangkan ketegangan
operasi seperti di hilang atau terkontrol 4. Berikan aktivitas hiburan abdomen yang bertambah dengan
remas-remas skala 6 dengan skala angka 5. Kolaborasi dengan dokter posisi terlentang
dan nyeri dirasaakan nyeri 2 untuk memberikan analgesic 3. Meningkatkan normalisasi fungsi
saat bergerak - klien tampak rileks sesuai indikasi organ, contoh merangsang
dibagian perut. peristaltik dan kelancaran flatus,
Data objektif: menurunkan ketidaknyamanan

- klien terlihat abdomen

meringis menahan 4. Fokus perhatian kembali,

22
nyeri dan ada luka meningkatkan relaksasi, dan dapat
bekas operasi di meningkatkan kemampuan koping
bagian perut 5. Menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji repon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter,
Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 aktivitas, dipsnea atau nyeri membantu mengkaji respon
peningkatan kebutuhan jam diharapkan klien akan dada, keletihan dan kelemahan fisiologi terhadap stress aktivitas
metabolik sekunder mampu beraktivitas sesuai berlebihan, diaphoresis, pusing dan bila ada merupakan indikator
akibat operasi kemampuan dengan atau pingsan. dari kelebihan kerja yang berkaitan
apendiktomi ditandai kriteria hasil: 2. Instruksikan pasien tentang dengan aktivitas.
dengan: - Klien mampu tehknik penghematan energi 2. Tehnik menghemat energi
Data subjektif: beraktivitas sesuai misalnya, menggunakan kursi mengurangi penggunaan energi,

- klien mengatakan toleran tanpa saat mandi, duduk saat juga membantu, keseimbangan
bantuan menyisir atau menyikat gigi, antarasuplei dan kebutuhan
untuk beraktifitas
- Tampak segar dan melakukan istirahat dengan oksigen.
sulit terasa sakit dan
tidak lemas perlahan. 3. Kemajuan aktivitas bertahap
lemas sehingga
3. Beri dorongan untuk mencegah peningkatan kerja
semua aktivitas
melakukan aktivitas perawatan jantung tiba-tiba. Memberikan
dibantu suaminya.
diri bertahap jika dapat bantuan hanya sebatas kebutuhan
Data objektif:
ditoleransi. Berikan bantuan akan mendorong kemandirian
- klien terlihat lemas
sesuai kebutuhan. dalam melakukan aktivitas.
- tekanan darah
4. Ajarkan rom pasif pada 4. Membantu proses penyembuhan
120/90 mmHg, suhu
keluarga pasien luka insisi dan rileks tubuh
360C, nadi
80x/menit, respiratori
rate 20x/menit

23
D. Implementasi dan Evaluasi

Diagnose Hari Implementasi jam Hari Evaluasi jam


Keperawatan Tgl & Tgl & SOAP
Jam Jam
Nyeri akut kamis, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 09.15 kamis, Subjektif: 14.00

berhubungan 09 karakteristik dan beratnya 09 - klien mengatakan nyeri skala 6


dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (sedang) seperti diremas-remas
bedah 2022 dengan skala angka nyeri 6 2022 pada bagian perut saat bergerak
jam (sedang), lokasi nyeri disekitar jam Objektif:
09.15 luka, karakteristik terasa 14.00 - klien terlihat meringis menahan
sampai diremas-remas, nyeri terasa wib nyeri
jam hilang timbul, klien tampak Asesment:
13.00 meringis Masalah nyeri akut belum teratasi
wib 2. Mempertahankan istirahat Planning:
dengan posisi semi fowler kaji ulang nyeri, pertahankan
Hasil: klien mengatakan agak istirahat dengan posisi semi fowler,
nyaman posisi setengah duduk, dorong ambulansi dini, kolaborasi
klien tampak tenang 09.20
dengan dokter untuk memberikan

24
3. Mendorong ambulansi dini 09.30 analgesic sesuai indikasi
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
09.40
4. Memberikan aktivitas hiburan
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang 10.00
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan kamis, 1. Mengkaji respon pasien 11.25 kamis, Subjektif: 16.20

mobilitas fisik 09 terhadap aktivitas 09 - klien mengatakan pusing


berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan pusing Juni Objektif:
dengan 2022 dan susah bangun tidur, klien 2022 - klien terlihat lemah
peningkatan jam tampak lemah jam Asesment:
kebutuhan 09.15 2. Menginstruksikan pasien tehnik 14.00 Masalah intoleransi aktivitas belum
11.35
metabolik sampai penghematan energy WIB teratasi
sekunder jam Hasil: istirahat dengan perlahan, Planning:
akibat 14.00 selalu meminta bantuan Kaji respon pasien terhadap
operasi wib keluarga bila ingin bergerak aktivitas, ajarkan tehnik
apendiktomi bangun

25
3. Memberikan dorongan untuk penghematan enegy, beri dorongan
melakukan aktivitas perawatan 11.45 untuk melakukan perawatan diri,
diri ajarkan keluarga cara rom pasif
Hasil: pasien diajarkan mandiri
menyisir rambut dan merapikan
kancing pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien
11.50

26
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut jumat, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 10.22 jumat, Subjektif:
16.00
berhubungan 10 karakteristik dan beratnya 10 - klien mengatakan nyeri skala 4
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (sedang) seperti teriris pada
bedah 2022 dengan skala angka nyeri 4 2022 bagian perut saat bergerak
jam (sedang), lokasi nyeri disekitar jam Objektif:
10.15 luka, karakteristik terasa teriris, 14.00 - klien terlihat rileks
sampai nyeri terasa hilang timbul wib Asesment:
jam 2. Mempertahankan istirahat Masalah nyeri akut belum teratasi
14.00 dengan posisi semi fowler 10.53 Planning:
wib Hasil: klien mengatakan agak kaji ulang nyeri, pertahankan
nyaman posisi setengah duduk, istirahat dengan posisi semi fowler,
klien tampak tenang 10.15 dorong ambulansi dini, kolaborasi

27
3. Mendorong ambulansi dini dengan dokter untuk memberikan
Hasil: klien mengatakan agak analgesic sesuai indikasi
11.30
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan
Hasil: klien mengatakan ingin

28
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai 12.00

indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Jumat , 1. Mengkaji respon pasien 12.20 Jumat , Subjektif:
mobilitas fisik 10 terhadap aktivitas 10 - klien mengatakan pusing bila
16.00
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan pusing Juni langsung duduk, klien
dengan 2022 bila langsung duduk, klien 2022 mengatakan sudah belajar jalan
peningkatan jam mengatakan sudah belajar jalan jam kekamar mandi tapi dibantu
kebutuhan 08.00 kekamar mandi tapi dibantu 14.00 anaknya
metabolik sampai anaknya, klien tampak lemah wib Objektif:
sekunder jam 2. Menginstruksikan pasien tehnik - klien terlihat lemah, klien
akibat 14.00 penghematan energy 12.50 tampak rileks
operasi wib Hasil: istirahat dengan perlahan, Asesment:
apendiktomi selalu meminta bantuan Masalah intoleransi aktivitas belum
keluarga bila ingin bergerak teratasi
bangun Planning:
13.00
3. Memberikan dorongan untuk Kaji ulang respon pasien terhadap
melakukan aktivitas perawatan aktivitas, ajarkan tehnik

29
diri penghematan enegy, beri dorongan
Hasil: pasien diajarkan mandiri untuk melakukan perawatan diri,
menyisir rambut, lap basah ajarkan keluarga cara rom pasif
badan sendiri dan merapikan
13.15
pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati

30
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut sabtu, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 08.00 Sabtu Subjektif:
berhubungan 11 karakteristik dan beratnya 11 - klien mengatakan nyeri skala 2 14.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (ringan) seperti teriris pada
bedah 2022 dengan skala angka nyeri 2 2022 bagian perut saat bergerak tapi
jam (ringan), lokasi nyeri disekitar jam kadang tidak nyeri
08.00 luka, karakteristik terasa teriris, 14.00 Objektif:
wib nyeri terasa hilang timbul wib - klien terlihat rileks, klien
sampai 2. Mempertahankan istirahat tampak duduk di tempat tidur
jam dengan posisi semi fowler 09.00 Asesment:
14.00 Hasil: klien mengatakan agak Masalah nyeri akut teratasi
wib nyaman posisi setengah duduk, Planning:
klien tampak tenang 10.00 Pertahankan istirahat posisi
3. Mendorong ambulansi dini nyaman, dorong lakukan ambulasi
Hasil: klien mengatakan agak sesuai kemampuan, kolaborasi
kaku dan takut bergerak, klien dengan dokter untuk memberikan
tampak berhati-hati bergerak 11.00 analgesic sesuai indikasi
4. Memberikan aktivitas hiburan
Hasil: klien mengatakan ingin

31
mendengarkan lagu-lagu islami, 12.00

klien tampak tenang


mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg

32
Hambatan Sabtu , 1. Mengkaji respon pasien 08.00 Sabtu,, Subjektif:
14.00
mobilitas fisik 11 terhadap aktivitas 11 - klien mengatakan sudah nyaman
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan sudah Juni bergerak tapi barhati-hati
dengan 2022 nyaman bergerak tapi barhati- 2022 - Klien mengatakan sudah jalan
peningkatan jam hati, klien mengatakan sudah jam kekamar mandi sendiri tapi
kebutuhan 08.00 jalan kekamar mandi sendiri tapi 14.00 pelan-pelan
metabolik wib pelan-pelan Objektif:
wib
sekunder sampai 2. Menginstruksikan pasien tehnik 09.00 - klien tampak rileks
akibat jam penghematan energy Asesment:
operasi 14.00 Hasil: istirahat dengan perlahan, Masalah intoleransi aktivitas
apendiktomi wib selalu meminta bantuan teratasi
keluarga bila ingin berjalan Planning:
3. Memberikan dorongan untuk Pertahankan kondisi nyaman dalam
melakukan aktivitas perawatan 10.00 bergerak, beri dorongan untuk
diri melakukan perawatan diri secara
Hasil: pasien diajarkan mandiri mandiri
menyisir rambut, lap basah
badan sendiri, merapikan
pakaiannya sendiri dan sikat
gigi dikamar mandi
4. Mengajarkan keluarga pasien
rom pasif
Hasil: klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
33
keluarga dapat mempraktekkan 11.00
rom pasif

34

Anda mungkin juga menyukai