DISUSUN OLEH :
INTI MUSTIKA
1490122112
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10
sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ
berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan
limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya
iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca
dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah
yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut titik
disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks. Vaskularisasi dari apendiks berjalan
mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri ileocoli yang
hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik,
vena apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior dan
B. ETIOLOGI
Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
appendisitis 11 adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Jong,
2010).
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menaikkan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan appendisitis kronik
a. Appendisitis akut.
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala appendisitis akut adalah nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
b. Appendisitis kronik.
Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel inflamasi kronik.
Manifestasi Klinisnya
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare
D. CLINICAL PATHWAYS
Terbentuk Pus
Appendicitis perforasi
Tindakan operasi
Pelepasan prostaglandin
Spinal cord
Cortex cerebri
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta
8) Abdomen : terdapat nyeri lepas pada titik mc burney, peristaltik pada usus
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake
3) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau
karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola
eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
4) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya
berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus
8) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9) Pemeriksaan diagnostic.
b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik
seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi
pasca pembedahan.
d) Pemeriksaan Laboratorium.
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul
(D.0077)
(D.0034)
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik :
farmakologis untuk me
tidur.
Edukasi :
farmakologis untuk
Kolaborasi :
dingin.
pakaian.
Edukasi :
Kolaborasi :
jika perlu.
informasi (D.0080) (L.01006) menurun dengan Kriteria 4.1 Identivikasi saat tingkat
perhatian.
mungkin dialami.
perlu.
24 jam
3. Pasang IV line
infeksi
9. Meningkatkan asupan
nutrisi
asupan cairan
11. Kolaborasi
H. DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Buku Pengantar Kebutuhan Manusia. Edisi 2. Salemba
Medika : Jakarta
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi
4. Salemba Medika : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Potter, P, A & Perry, A, G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Vol.1, editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti & Monica Ester. E/4.
Jakarta: EGC