Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 2

APPENDICITIS
Gustina : 2013142010083
Ririn pramestika : 2013142010087
Sinta dwi larastila : 2013142010088
Weri novrianti : 2013142010079
Appendicitis
DEFINISI:

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan


penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013).
Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim, 2007 dalam Docstoc,
2010).
Anatomi & Fisiologi Appendicitis

a. Anatomi Appendisitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ
berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan
limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm).
Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah
junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan
menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca
dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga
bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut
titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).
Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan mesoapendiks
(mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan kontinue
disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks. Vaskularisasi dari apendiks
berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana tidak terdapat
mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri ileocoli yang
merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri apendikular yang memperdarahi
hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran
balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior
dan kemudian masuk ke sirkulasi portal (Eylin, 2009).
Gambar 2.1 Anatomi Apendiks
Sumber : (Eylin, 2009b).
b. Fisiologi Appendisitis
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks. Immunoglobulin
sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat
di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut
sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan
apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini
kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh
(Arifin, 2014).
Etiologi
Apendisitis merupakan infeksi bakteri. Beberapa hal
yang berperan sebagai penyebabnya adalah ( obstruksi
lumen apendiks faktor yang di ajukan sebagai faktor
pencetus, kebiasaan makan makanan yang rendah serat dan
pengaruh konstipasi, erosi mukosa apendiks karena parasit )
Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan obstruksi lumen apendiks
oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obat yang diberikan adalah antibiotik
profilaksia untuk mengurangi luka sepsis pasca operasi yaitu metronidazol
supositoria.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis, bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat ini terjadi
apendisitis akut local yang ditandai oleh nyeri epigastrum. Bila sekresi mukus terus
berlanjut tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi,
edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis suparaktif akut.
Bila aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan ganggren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang.
Omentum pada anak-anak lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala apendisitis biasanya mudah di diagnosis, yang paling umum adalah nyeri

perut. Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari (Warsinggih,

2016):

1) Nyeri

Penderita apendisitis umumnya akan mengeluhkan nyeri pada perut kuadran kanan

bawah. Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri tumpul, nyeri di

daerah epigastrium atau di periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring dengan waktu

nyeri akan terasa lebih tajam dan berlokasi ke kuadran kanan bawah abdomen. Nyeri

semakin buruk ketika bergerak, batuk atau bersin. Biasanya pasien berbaring, melakukan

fleksi pada pinggang, serta mengangkat lututnya untuk mengurangi pergerakan dan

menghindari nyeri yang semakin parah.


2) Mual dan Muntah
Mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri.
3) Anoreksia
Mual dan muntah yang muncul berakibat pada penurunan nafsu makan
sehingga dapat menyebabkan anoreksia.
4) Demam
Demam dengan derajat ringan (37,6 -38,5°C) juga sering terjadi pada
apendisitis. Jika suhu tubuh diatas 38,6°C menandakan terjadi perforasi.
penatalaksanaan
• Penatalaksanaan pada penderita apendisitis yaitu dengan tindakan pembedahan/Apendiktomi

1) Pengertian Apendiktomi

Apendiktomi adalah intervensi bedah untuk melakukan pengangkatan bagian tubuh yang
mengalami masalah atau mempunyai penyakit. Apendiktomi dapat dilakukan dengan dua metode
pembedahan yaitu pembedahan secara terbuka/ pembedahan konveksional (laparotomi) atau dengan
menggunakan teknik laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan minimal infasif dengan
metode terbaru yang sangat efektif (Berman& kozier, 2012 dalam Manurung, Melva dkk, 2019)

Laparoskopi apendiktomi adalah tindakan bedah invasive minimal yang paling banyak
digunakan pada apendisitis akut. Tindakan ini cukup dengan memasukkan laparoskopi pada pipa
kecil (trokar) yang dipasang melalui umbilikus dan dipantau melalui layar monitor. Sedangkan
Apendiktomi terbuka adalah tindakan dengan cara membuat sayatan pada perut sisi kanan bawah
atau pada daerah Mc Burney sampai menembus peritoneum.
2. Tahap Operasi Apendiktomi
1) Tindakan sebelum operasi
a. Observasi pasien
b. Pemberian cairan melalui infus intravena guna mencegah dehidrasi dan mengganti cairan yang telah hilang
c. Pemberian analgesik dan antibiotik melalui intravena
d. Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apapun secara oral
e. Pasien diminta melakukan tirah baring
2) Tindakan Operasi
a. Perawat dan dokter menyiapkan pasien untuk tindakan anastesi sebelum dilakukan pembedahan
b. Pemberian cairan intravena ditujukan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan
yang telah hilang.
c. Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu.
d. Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.
3) Tindakan pasca operasi
f. Observasi TTV
g. Sehari pasca operasi, posisikan pasien semi fowler, posisi ini dapat mengurangi tegangan pada luka insisi
sehingga membantu mengurangi rasa nyeri
h. Sehari pasca operasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari
kedua pasien dapat berdiri tegak dan duduk diluar kamar
i. Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan melalui intravena. Cairan peroral
biasanya diberikan bila pasien dapat mentoleransi
j. Dua hari pasca operasi, diberikan makanan saring dan pada hari berikutnya dapat diberikan makanan lunak.
Asuhan keperawatan teoritis
1. Pengkajian Keperawatan

a. Data demografi Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah
yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit
yang sama.
c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
5) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis.
6) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg;
hipertermi.
7) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi,
whezing, stridor.
8) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan
pendarahan.
9) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak
bisa mengeluarkan urin secara lancer.
6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan penyakit.
7) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
8) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen.
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama
frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2) Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau
minuman sampai peristaltik usus kembali normal.
3) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa
BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan
yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena
harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
5) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa
lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur
klien
7) Pola Persepsi dan konsep diri. Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala
kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
8) Pola hubungan. Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9) Pemeriksaan diagnostic.
• Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
• Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola
gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
• Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi.
• Pemeriksaan Laboratorium.
 Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.
 Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi appendicitis).(D.0077)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik(Prosedur oprasi). (D.0077)
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis). (D.0130)
d. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah). (D.0034)
e. Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis (D.0034)
f. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
g. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142)
Kasus
Seorang wanita berusia 18 tahun dirawat dengan keluhan nyeri di seluruh kuadran
abdomen. Nyeri disertai demam, mual dan muntah. Keluarga mengatakan klien sempat
mengalami penurunan kesadaran sebelum dirujuk ke rumah sakit. Keluarga
menjelaskan bahwa klien pernah didiagnosa apendiksitis 3 bulan yang lalu tapi klien
menolak untuk dilakukan operasi. Hasil pengkajian pagi ini didapatkan klien tampak
lemah, klien memfleksikan pinggul dan menekukkan lutut ke arah perut untuk
mengurangi nyeri.  Klien sudah beberapa hari menolak untuk makan, pasien
mengatakan perut terasa semakin nyeri jika diisi makanan, klien hanya minum air
putih. Hasil pengkajian didapatkan TD 130/80 mmHg, nadi 70x/menit, RR 24x/mnt, S
39C. Hasil lab menunjukkan nilai hitung leukosit 14.300/mm3, nilai Hb 10g/dl. Saat
ini pasien dipersiapkan untuk dilakukan operasi ulang.
Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : ny. x
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : wanita
2. Keluhan utama :
Seorang wanita berusia 18 tahun dirawat dengan keluhan nyeri di seluruh kuadran
abdomen. Nyeri disertai demam, mual dan muntah. Keluarga mengatakan klien sempat
mengalami penurunan kesadaran sebelum dirujuk ke rumah sakit
3. Riwayat penyakit
• Riwayat Penyakit Sekarang : Hasil pengkajian pagi ini didapatkan klien tampak lemah,
klien memfleksikan pinggul dan menekukkan lutut ke arah perut untuk mengurangi nyeri.
 Klien sudah beberapa hari menolak untuk makan, pasien mengatakan perut terasa
semakin nyeri jika diisi makanan, klien hanya minum air putih. Hasil pengkajian
didapatkan TD 130/80 mmHg, nadi 70x/menit, RR 24x/mnt, S 39C. Hasil lab menunjukkan
nilai hitung leukosit 14.300/mm3, nilai Hb 10g/dl. Saat ini pasien dipersiapkan untuk
dilakukan operasi ulang.
• Riwayat Penyakit Terdahulu : Keluarga menjelaskan bahwa klien pernah didiagnosa
apendiksitis 3 bulan yang lalu tapi klien menolak untuk dilakukan operasi.
• Riwayat Penyakit Keluarga : -
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem

1. Ds : Agen Nyeri akut


• Klien mengatakan nyeri di seluruh kuadran abdomen pencedera (D.0077)
• pasien mengatakan perut terasa semakin nyeri jika diisi makanan fisiologis
Do : (inflamasi)
• Hasil pengkajian pagi ini didapatkan klien tampak lemah (Poin. 1)
• klien memfleksikan pinggul dan menekukkan lutut ke arah perut
untuk mengurangi nyeri.
• TD : 130/80 mmHg
• Nadi : 70x/menit
• Pernafasan : 24x/mnt
• Suhu : 390C

2. Ds : Ketidakmamp Risiko
• Klien mengatakan Mual dan muntah uan defisit
• Klien sudah beberapa hari menolak untuk makan, mencerna nutrisi
• Pasien mengatakan perut terasa semakin nyeri jika diisi makanan mkanan (poin (D.0032)
• klien hanya minum air putih. 2)
Do :
• Hasil pengkajian didapatkan klien tampak lemah
• TD : 130/80 mmHg
• Nadi : 70x/menit
• Pernafasan : 24x/mnt
• Suhu : 390C
3. Ds : Proses penyakit Hipertermi
Klien mengatakan Nyeri disertai demam, mual dan muntah. ( infeksI) Poin 3 ( D.0130)
Do :
• Hasil pengkajian pagi ini didapatkan klien tampak lemah
• TD 130/80 mmHg
• nadi 70x/menit,
• RR 24x/mnt
• S 39C
• Hasil lab menunjukkan nilai hitung leukosit 14.300/mm3
• Nilai Hb 10g/dl
Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSA YANG DIDAPATKAN


1. Nyeri akut (D.0077) b.d Agen pencedera fisiologis (inflamasi) (Poin. 1)
2. Risiko defisit nutrisi (D.0032) b.d Ketidakmampuan mencerna makanan (poin 2)
3. Hipertermi ( D.0130) b.d Proses penyakit ( infeksi) (Poin 3)

DIAGNOSA PRIORITAS
4. Nyeri akut (D.0077) b.d Agen pencedera fisiologis (inflamasi) (Poin. 1)
5. Hipertermi ( D.0130) b.d Proses penyakit ( infeksi) (Poin 3)
6. Risiko defisit nutrisi (D.0032) b.d Ketidakmampuan mencerna makanan (poin 2)
Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri I. 08238
(D.0077) b.d keperawatan diharapkan Tindakan Observasi
Agen Tingkat Nyeri (L.08066) dapat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera menurun dengan Kriteria Hasil : kualitas, intensitas nyeri
fisiologis 1. Kemampuan menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri
(inflamasi) aktiftas meningkat (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
(Poin. 1) 2. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Meringis menurun (5) memperingan nyeri
4. Sikap protektif menurun(5)
5. Pola napas membaik (5) Tindakan Teraupetik
6. Tekanan darah membaik 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
(5) rasa nyeri (mis, TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback,terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kopres
hangat/dingin , terapi bermain)
2. Kontrollingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Tindakan Edukasi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Tindakan Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Hipertermi ( D.0130) Setelah dilakukan tindakan Manajmen Hipertermia I. 15506


b.d Proses penyakit keperawatan diharapkan Tindakan Observasi :
( infeksi) (Poin 3) termoregulasi (L. 14134) 1. Identifikasi penyebab hipertermia
dapat membaik dengan 2. Monitor suhu tubuh
kiteria hasil : 3. Monitor haluan urine
1.  Suhu tubuh klien 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
membaik (5) Tindakan Terapeutik
2. Suhu kulit membaik (5) 5. longgarkn atau lepaskan pakaian
6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen
aksila)
Tindakan Edukasi
Anjurkan tirah baring
Tindakan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Risiko Setelah dilakukan Manajemen nutrisi ( I.03119)
defisit tindakan keperawatan Tindakan Observasi
nutrisi diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
(D.0032) nutrisi (L.03030) dapat 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
b.d membaik dengan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Ketidakma Kriteria Hasil : 4. Monitor asupan makanan
mpuan 1. Nyeri abdomen 5. Monitor berat badan
mencerna cukup menurun (4) Tindakan Terapeutik
makanan 2. Frekuensi makan 6. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(poin 2) cukup membaik (4) 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
3. Nafsu makan sesuai
membaik (5) Tindakan Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk jika mampu
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
Tindakan Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis.
Pereda nyeri)
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai