MK DENGAN
DIAGNOSA POST OPERASI APPENDICITIS AKUT
DI RUANG BOUGENVILE BRSU TABANAN
TANGGAL 19 – 21 APRIL 2021
OLEH :
2. Klasifikasi
4. Patofisiologi
Sebenarnya sampai saat ini appendix belum diketahui fungsinya secara pasti.
Secara normal appendix dapat berisi makanan dan mengosongkan diri secara
teratur, dengan menyalurkan isinya ke dalam sekum. Akan tetapi karena berbagai
sebab seperti terkumpulnya fekalit, cacing/parasit, makanan biji-bijian, bakteri yang
tertahan di appendix dapat menyebabkan appendix tersebut terinfeksi dan
mengalami penyumbatan lumen appendix. Apendix ini mengeluarkan cairan yang
berupa secret mukus akibat obstruksi atau penyumbatan lumen tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendix mempunyai keterbatasan sehingga
mengakibatkan mudah infeksi dan dari penyumbatan ini lama kelamaan akan
menyebabkan terjadinya peradangan pada apendix dengan tanda dan gejala nyeri
pada titik MC. Burney, mual, muntah, dan suhunya meningkat. Pada proses
peradangan ini, biasanya pasien dilakukan apendictomi. Pada proses peradangan ini
menyebabkan apendix melakukan pembentukan mukus yang berlebihan,
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal menyebabkan oklusi end artery
apendikularis. Ini mengakibatkan terjadinya hipoksia atau kekurangan oksigen
dalam jaringan.Akibat hipoksia timbul iskemia akibat trombosis vena intramural,
mengakibatkan terjadinya nekrosis, lama kelamaan menimbulkan gangren. Pada
gangren ini akan terjadi mukosa edema dan dapat terlepas sehingga berbentuk
tukak. Dinding appendix ini akan menipis, rapuh dan pecah akan terjadi apendisitis
perforasi. Seringkali perforasi ini terjadi dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini
berjalan lambat maka organ di sekitar illeum terminalis, sekum dan omentum akan
membentuk dinding mengitari apendix sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi
(Manjoer, 2010).
5. Etiologi
Faktor utama penyebab appendicitis adalah akibat penyumbatan pada lumen
appendix, hal ini biasanya disebabkan oleh :
a. Fekalit atau feses yang mengeras.
b. Cacing atau parasit.
c. Infeksi bakteri misalnya: E. coli, streptokokus
d. Tumor atau keganasan pada sekum.
e. Makanan yang sulit dicerna seperti: biji-bijian(Manjoer, 2015).
7. Test Diagnostik
a.Pre operasi
1) Bedrest : untuk observasi dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Pasien dipuasakan dan berikan cairan parenteral jika pembedahan langsung
dilakukan.
3) Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan.
4) Therapi farmakologik : narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda
dan gejala.
5) Pembedahan : appendicitis secepatnya dilakukan bila diagnosa appendicitis
telah ditegakkan.
6) Enema dan laxantia tidak boleh diberikan karena dapat meningkatkan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan perforasi.
7) Appendictomi dengan teknik insisi menurut Mc. Burney. Sayatan dilakukan
pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka
anterior superior (SIAS) dengan umbilikus. Pada batas sepertiga lateral (titik
Mc. Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding
perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya. Setelah itu peritoneum
disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi kemudian appendix dipotong
dan sekum dimasukkan kembali ke dalam abdomen, kemudian peritoneum
dijahit.
8) Laparascopy
Sebagai tindakan lain selain apendictomi yaitu pemeriksaan endoskopik atau
pembedahan pada organ-organ dalam abdomen melalui jalur transperitoneal.
Alat ini di masukan lewat dinding abdomen melalui luka insisi yang kecil ke
dalam kavum peritonei, di bawah kontrol alat video. Prosedur untuk
mengurangi trauma akibat luka operasi dan memperpendek lama perawatan di
Rumah sakit.
b. Post operasi
1) Pasien dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal.
2) Kemudian berikan minum 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30
ml selama 2x30 menit. Kemudian berikan makanan saring kemudian lunak.
3) Untuk aktivitas : satu hari pasca operasi/post operasi pasien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit, kemudian boleh aktivitas jalan
di luar kamar (Smeltzer&Suzanne .2011).
g. Pemeriksaan neurologis
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada pasien tentang proses
tidak adekuatnya keperawatan selama…… terjadinya infeksi dan tanda-tanda terjadinya
pertahanan tubuh ; pasien tidak mengalami infeksi.
prosedur invasiv infeksi dengan kriteria 2. Bersihkan lapangan operasi dari beberapa
(insisi bedah). hasil: organisme yang mungkin ada melalui prinsip-
1. Klien bebas dari tanda prinsip pencukuran.
dan gejalainfeksi 3. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi
2. Menunjukkan 4. Observasi tanda-tanda vital terhadap
kemampuan untuk peningkatan suhu tubuh, nadi, adanya
mencegah timbulnya pernapasan cepat dan dangkal.
infeksi 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
3. Jumlah leukosit dalam pemberian antibiotic
batas normal
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
5. Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal
4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi yang dilakukan
5. Evaluasi
Setalah dilaksanakan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk mengatasi
apendicitis yaitu
1. Nyeri Akut : Teratasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Teratasi
3. Gangguan pola tidur : Teratasi
4. Gangguan integritas jaringan : Teratasi
5. Ansietas : Teratasi
6. Resiko infeksi : Tidak
PHATWAY APENDICITIS
Etiologi :
Infeksi kuman dari kolon
Obstruksi lumen appendix oleh: (E. Koli)
Fecalith
Ketidak (massa feses yang keras)
puasan tidur
Hiperplasia dari folikel limfoid
Benda asing (seperti biji cabai, biji
jeruk)
Tumor apendiks
Facalist, benda asing, tumor
Inflamasi apendik
APENDISITIS
Tindakan pembedahan
Pre OP Post OP
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny. MK
No rekam medis : 465xxx
Usia : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Penatah Kelod Desa Penatahan Kec Penebel
Status perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Sumber informasi : Keluarga, pasien rekam medis
Diagnosa medis : Apendicitis Akut Post Operasi
Tgl masuk : 18 April 2021
Tgl pengkajian : 19 April 2021
PENANGGUNG
Nama penanggung jawab : Tn. M
Hubungan dengan pasien : Anak
2. RIWAYAT KELUARGA
3.
Keterangan :
: Perempuan : Menikah
: Laki- laki : Memiliki penyakit yang sama
: Tinggal dalam satu rumah : Pasien
3. STATUS KESEHATAN
a. Status Kesehatan Saat ini
Keluhan Utama
- Saat MRS : pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah
- Saat pengkajian : pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah pada daerah
luka post operasi
Alasan Masuk Rumah Sakit Dan Perjalan Penyakit Saat ini
Pada tanggal 18 April 2021 pukul 09.00 wita klien datang ke IGD BRSU
Tabanan dengan keadaab sadar diantar oleh keluarganya. Pasien mengeluh
nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu, nyeri yang dirasakan tertusuk-
tusuk, nyeri yang dirasakan di perut kanan bawaha, skala nyeri 6 dari (0-10),
nyeri yang dirasakan setiap saat. Pasien mengatakan badannya lemas.
Kemudian dilakukan tindakan pengukuran tanda-tanda vital tekanan darah
100/80 mmHg, nadi 92x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37 0C,
pemasangan IVFD asering 20 tpm dan pengambilan sampel darah. Setelah
pemeriksaan tersebut dilakukan dan dikonsultasikan dengan dokter lalu
didapatkan diagnosa Apendicitis Akut. Adapun terapi yang diberikan yaitu :
1. Ketorolac 2 x 30 mg ( IV)
2. Ranitidine 2 x 50 mg (IV)
3. Cefoperazone 3 x 1 gr (IV)
4. IVFD asering 20 tpm ( IV)
Kemudian pukul 11.00 wita dilakukan tindakan operasi apendicitis. Jam 15.00
wita pasien dibawa ke Ruang Bougenvile. Saat pengkajian pasien mengeluh
nyeri setelah operasi.
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: diabntu orang lain dan
alat, 4: ketergantungan total.
Oksigenasi :
Klien tidak terpasang oksigenasi
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit pasien dapat tidur dan istirahat
seperti biasanya dan tidak ada gangguan pola tidur, biasanya pasien
mengatakan tidur jam 22.00 wita dan bangun jam 05.30 wita, pasien
tidak tidur siang
Saat sakit : Klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena masih merasakan nyeri
nyeri pada perut kanan bawah, klien mengatakan nyeri pada luka post
operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut kanan bawah,
skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri terasa saat bergerak dan istirahat. Klien
mengatakan kurang nyaman dengan lingkungan yang baru, tidak bisa
tidur siang , hanya dapat tidur ±4 jam, klien mengatakan istirahatnya
kurang cukup.
6. Pola kognitif-perseptual
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan baik bersama
keluarga dan tetangganya. Klien mengatakan tidak ada gangguan
dalam melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium
Saat sakit : Klien mengatakan dapat melihat, mendengar, mencium, mengecap dan
meraba dengan baik.
7. Pola konsep diri
Sebelum sakit
a. Citra diri : Klien termasuk orang yang perhatian terhadap tubuhnya
b. Harga diri : Klien mengatakan percaya diri
c. Ideal diri : Klien mengatakan ingin bersama keluarganya
d. Identitas personal : Klien sebagai seorang ibu
e. Peran : Klien sadar dengan perannya tersebut sebagai ibu rumah tangga.
Saat sakit
a. Citra diri : Klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini
b. Harga diri : Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini
c. Ideal diri : Klien mengatakan sudh tidak bisa beraktivitas seperti biasa
d. Identitas personal : Klien tidak bisa menjalankan identitasnya sebagai
seorang ibu dan ingin cepat sembuh
e. Peran: Klien tidak dapat menjalankan perannya selama sakit
8. Pola seksual-reproduksi
Pasien tidak mengalami gangguan pada pola seksualnya.
9. Pola peran-berhubungan
Sebelum sakit : Ny. MK berperan sebagai seorang ibu yang memiliki hubungan baik
dengan anggota keluarganya
Saat sakit : Ny. MK tidak dapat menjalankan perannya sebagai ibu, hubungan tetap
baik dengan anggota keluarga yang lain
10. Pola manajemen koping stress
Sebelum sakit : Ny. MK adalah seorang perempuan yang terbuka dengan anggota
keluarganya dan teman-temannya
Saat sakit : Ny. MK sering bercerita dengan anaknya dan temannya karena anaknya
dan temannya lebih sering merawat dan menjaga di rumah sakit
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Ny. MK mengatakan beragama hindu, dan bersembahyang setiap hari
Saat sakit : Ny. MK mengatakan hanya bisa berbaring dan berdoa di tempat tidur.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Kompos mentis
GCS = E4V5M6
b. Tanda-tanda vital : TD: 120/80 mmH, RR: 20x/menit, Nadi: 80x/menit, Suhu:
38oC
c. Keadaan fisik (IPPA)
1) Kepala dan leher
- Kepala
I : Bentuk simetris, warna rambut hitam merata, tidak ada lesi
Pa : Tidak ada massa, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
- Muka
Inspeksi : muka tampak bersih, tidak tampak bekas luka, muka tampak
pucat, tidak ada benjolan, pasien tampak meringis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
- Mata
I : Bentuk mata simetris, pergerakan mata normal, konjungtiva anemis,
tampak kantong mata, tampak lingkaran hitam dibawah mata sclera tidak
icterus, refleks pupil isokor
Pa : Tidak ada nyeri tekan, gerakan bola mata tidak kaku, dapat bergerak
bebas
- Hidung
I : Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada cairan yang keluar atau
menetes
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
- Mulut
I : Mukosa mulut lembab, bentuk simetris, gigi masih merata, gusi tidak
berdarah, tidak ada caries pada gigi, lidah tampak bersih dan berwarna
merah muda
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
- Telinga
I : Bentuk simetris, tidak ada alat bantu pendengaran bersih dan tidak ada
serumen
Pa : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
- Leher
I : Leher bersih, tidak terlihat pembesaran vena jugularis
Pa : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran
kelenjar limfe
2) Kulit dan kuku
- Kulit
I: Warna kulit sawo matang, tidak ada bekas luka pada kulit
Pa : Turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan, kulit teraba hangat
- Kuku
I : Kuku tampak bersih, tidak panjang, tidak ada kelainan pada kuku
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada daerah kuku
3) Dada
- Paru
I : Bentuk dada simetris, RR = 20x/menit, tidak adanya lesi didaerah dada,
tidak tampak otot bantu pernafasan
Pa : Tidak adanya nyeri tekan dan tidak adanya benjolan
Pe : Terdengar suara sonor
A : Terdengar suara vesikuler
- Jantung
I :Ada denyutan aorta, pulmonalis, triskuspidalis, dan PMI/ictus cordis
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan serta pembesaran jantung.
Pe : Terdengar suara dullnes
A : S1- S2 tunggal regular, TD = 110/80 mmHg
- Payudara dan ketiak
I : Tidak tampak lesi, bentuk simetris
Pa: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa
4) Abdomen
I : Bentuk simetris, adanya bekas luka operasi cesar dan post operasi
apendicitis
A : Bising usus 15x/menit
Pe : terdengar suara tympani
Pa : adanya nyeri tekan pada daerah post operasi apendik
5) Genitalia dan anus
Ny. MK mengatakan tidak ada masalah pada genitalianya, tidak ada hemoroid,
tidak ada lesi
6) Ekstremitas
a. Superior : Tidak adanya odema pada tangan, tangan kiri terpasang infus
asering ukuran makro dengan 20 tetes/menit,pergerakan tangan normal
b. Inferior : Bagian kaki kiri berukuran lebih kecil dari pada kaki kanan,
pergerakan kaki kiri tidak normal
c. Kekuatan otot
555 555
555 444
7) Pemeriksaan neurologis
Status mental dan emosi
Status mental klien baik, klien dapat mengenali emosi dan mengontrol
emosinya dengan baik.
Pengkajian saraf kranial
1) N I (Olfaktorius) : Klien mampu mengidentifikasi bau
2) N II (Optikus) : Klien mampu menggerakan bola mata dengan baik,
lapang pandang baik, mampu membedakan warna.
3) N III (Okulomotorius) : Tidak ada edema pada kelopak mata, pupil
+/+
isokor, refleek pupil
4) N IV (Troklearis) : Dapat menggerakan mata kebawah dan kesamping
kanan atau kiri
5) N V (Trigeminus) : Reflek berkedip (+), rasa raba baik, otot massetor
berkontraksi
6) N VI (Abdusen) : Dapat melirik kekanan dan kekiri
7) N VII (Facialis) : mampu mengangkat alis, mengembangkan pipi,
tersenyum, pengecapan baik.
8) N VIII (Vestibulokoklearis) : Klien mampu mendengar dengan baik
9) N IX (Glosofaringeus) : Reflek muntah (+)
10) N X (Vagus) : Palatum lidah simetris
11) N XI (Accessorius) : Dapat menggerakkan kepala dan bahu dengan
tahanan.
12) N XII (Hypoglosus) : Dapat menunjukkan lidah dan mengeluarkan lidah
tanpa tremor
Pemeriksaan Reflek
- Reflek fisiologis
a. Bisep : Adanya fleksi lengan bawah disendi siku (+)
b. Trisep : Adanya ekstensi lengan bawah disendi siku (+)
c. Patella : Adanya ekstensi tungkai bawah karena kontraksi M
quadrisep (+)
- Reflek patologis
a. Babinsky : Tidak ada dorsoflrkdi jempol kaki dan pembukaan jari
lain (-)
b. Caddock : Tidak ada dorsofleksi jempol kaki dan pembukaan jari
lain (-)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal permintaan : 19 April 2021 / 09:31
Tanggal hasil : 19 April 2021 / 10 : 40
DARAH LENGKAP :
Hemoglobin 11,9 gr/dL 11,5-16,5 Spectrophotometri
Hematocrit 35,0 % 35,0-49,0 Kalkulasi
Lekosit H 17,1 10ʌ3/uL 4,0-10,0 Optical Count
Trombosit 212 10ʌ3/uL 150-500 Optical Count
Eritrosit L 4,04 10ʌ6/uL 4,4-6,0 Optical Count
HITUNG JENIS
(DIFF) :
NEU % H 84,2 % 40,0-74,0 Kalkulasi
LIM % L 9,69 % 19,0-48,0 Kalkulasi
MONO % 5,49 % 3,40-9,00 Kalkulasi
EOS% L 0.050 % 0,6-7,0 Kalkulasi
BASO % 0,613 % 0,0-1,5 Kalkulasi
ERITROSIT :
MCV 86,5 fl 82-92 Optical Count
MCH 29,5 Pg 27-31 Kalkulasi
MCHC 34,1 g/dL 32-36 Kalkulasi
RDW L 11.0 % 11,6-14,8 Kalkulasi
MPV L 5,97 fL 6,8-10,0 -
Jenis Pemeriksaan Ket Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode
KIMIA KLINIK
Glukosa H 136 mg/dL 74-106 GHOD-PAP
BUN 10 mg/dL 8-18 GLDH
Creatinin 0,8 mg/dL 0,60-1,10 Jaffe
Tanggal permintaan : 19 April 2021 / 09:30
Tanggal hasil : 19 April 2021 / 10:40
MIKROSKOPI
Eritrosit 16-20 Sel/LPB 0-2 Mikroskopi
Lekosit 20-25 Sel/LPB 4-6 Mikroskopi
Epitel 18-20 Sel/LPB 6-8 Mikroskopi
Bakteri NEGATIF NEGATIF Mikroskopi
Jamur NEGATIF NEGATIF Mikroskopi
Silinder NEGATIF /LPB NEGATIF Mikroskopi
Kristal NEGATIF /LPB NEGATIF Mikroskopi
Thrycomonas NEGATIF NEGATIF Mikroskopi
vaginalis
URINE
B. ANALISIS DATA
DS : -
3 19 April 2021 Respon trauma
DO : Terdapat luka insisi pada perut kanan bawah
post operasi, suhu 38℃, lekosit 17,1 lebih dari
normal 4,0-10,0
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. agen cedera fisiologis d.d. pasien mengatakan nyeri pada
luka post operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada perut
kanan bawah, skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri saat bergerak dan saat istirahat
2. Hipertermia b.d. respon trauma d.d. terdapat luka insisi pada perut kanan
bawah post operasi, suhu 38℃, lekosit 17,1 lebih dari normal 4,0-10,0
3. Risiko infeksi d.d. efek prosedur invasif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
S:
09.15 1 2. Mengobservasi nyeri, Pasien mengatakan
catat lokasi karakteristik, Pasien mengataka
skala nyeri 0-10. nyeri tidak sehebat
Pasien mengatakan
Nyeri hanya dirasa
Nyeri yang dirasak
O:
Pasien tampak mer
Nadi 80 x/menit
3. Delegatif pemberian S:
09.15 1
ketorolac 1ml, ranitidine Klien mengatakan be
2ml O:
Tmpak diberikan ob
ml melauli intravena
14.30 3
5. Observasi tanda-tanda S:
infeksi pada pasien Pasien mengatakan
badannya
O:
Suhu : 37 oC
6. Melakukan pendinginan Pada daerah luka t
16.00 2 eksternal S: -
O : klien tampak nya
7. Memberikan posisi
16.20 1 nyaman (terlentang) S : Klien mengat
terlentang
O: Klien tampak nya
dengan posisinya
2 Selasa, 20 April 1 1. Memonitor tanda-tanda S : Klien mengatkan
2021 vital berkurang.
08.00 O : TD : 110/70 mm
N: 75x/menit TD = 1
16.00 2 6. Melakukan S: -
pendinginan eksternal O : klien tampak nya
E. EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl S O A