Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI DESA TENGKUDAK

Oleh :
I PUTU ARIS ADI SOSIAWAN
NIM. 19111110016

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ADVAITA MEDIKA TABANAN
TAHUN 2020
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
DI DESA TENGKUDAK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh :
I PUTU ARIS ADI SOSIAWAN
NIM. 19111110016

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ADVAITA MEDIKA TABANAN
TAHUN 2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi di Desa Tengkudak” ini telah disetujui untuk

diajukan dihadapan Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Advaita

Medika Program Studi S1 Keperawatan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 8 Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

I Wayan Surka, S.SiT, M.Kes. I Putu Rakadana, S.Kep., Ns.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi di Desa Tengkudak” telah dipertahankan dan telah

diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Advaita Medika Program Studi S1 Keperawatan pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 13 Februari 2021

Tim Penguji,

Penguji I

(Ns. Desak Gede Yenny Apriani, S.Kep,M.Kes)


NIK.090803.0.044

Penguji II

(I Wayan Surka,S,SiT.,M.Kes)
NIK.090803.1.021

Penguji III

(I Putu Rakadana S.Kep.,Ns)


NIK.090803.1.005

iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : I Putu Aris Adi Sosiawan

NIM : 19111110016

No.Tlpn/HP : 081999543445

Email : sosiawanaris07@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul
“Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di
Desa Tengkudak”

Bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari seluruh atau sebagian dari penelitian terdapat indikasi
plagiarisme, saya bersedia menerima sanki sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun.
Tabanan, Januari 2021

Mengetahui Yang membuat pernyataan


Pembimbing I

( I Wayan Surka, S.SiT, M.Kes.) (I Putu Aris Adi Sosiawan)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi di Desa Tengkudak” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan

pengarahan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini ijinkan

penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak I Dewa Ary Wirawan, S.S selaku Ketua Yayasan Cipta Karya Darma

yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan pendidikan Strata Satu Keperawatan di STIKES Advaita

Medika Tabanan

2. Bapak I Wayan Surka, S.SiT, M.Kes. selaku Ketua STIKES Advaita Medika

Tabanan dan pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan,

pengetahuan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Ns. Ni Made Sintha Pratiwi, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi

S1 Keperawatan STIKES Advaita Medika Tabanan yang telah memberikan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak I Putu Rakadana, S.Kep., Ns. selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam penyelesaian

skripsi ini.

v
5. Keluarga tercinta di rumah, bapak, ibu, istri, bibi, anak serta saudara-saudara

yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan di Program studi S1 Keperawatan yang

namanya tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan

bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih belum

sempurna, baik dari materi skripsi maupun susunan kata-katanya. Untuk itu dengan

hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

Tabanan, Januari 2021

Penulis

vi
Abstrak

Aris Adi Sosiawan I Putu, 2021. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Desa Tengkudak. Tugas Akhir
Program Studi Ilmu Keperawatan Ners, STIKES Advaita Medika Tabanan,
Pembimbing (1) I Wayan Surka, S.SiT, M.Kes. (2) I Putu Rakadana, S.Kep., Ns.

Latar Belakang : Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh
tubuh melalui pembuluh darah. Salah satu faktor yang memperngaruhi tekanan
darah pada pasien hipertensi adalah kondisi kesehatan khususnya kelebihan berat
badan atau obesitas. Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas
lemak yang dinyatakan dalam indeks massa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara
berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah
pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak.
Metodologi : Desain penelitian ini adalah penelitian Analitik korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional, sampel penelitian adalah 62 pasien
hipertensi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
sampling dengan metode simple random sampling. Uji statistik yang digunakan
adalah Spearman rho dengan p<0,05.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan indeks massa tubuh pasien hipertensi masuk
kategori obesitas sebanyak 42 orang (67,7%) dan tekanan darah masuk kategori
hipertensi sedang sebanyak 29 orang (46,8).Dari hasil uji spearman’s rho diketahui
nilai koefisien korelasi (r) = 0,318 dan nilai signifikan = 0,012 atau < 0,05. Hal ini
berarti ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan tekanan
darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak.
Kesimpulan : Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada
pasien hipertensi di Desa Tengkudak.
Kata Kunci : Indeks massa tubuh, tekanan darah, hipertensi

vii
Abstract

Aris Adi Sosiawan I Putu, 2021. A Corellation Between Body Mass Index and
Blood Pressure in Hypertension Patients in the Tengkudak Village. Final Project
Nursing Study Program Ners, STIKES Advaita Medika Tabanan, Advisor (1) I
Wayan Surka, S.SiT, M.Kes. (2) I Putu Rakadana, S.Kep., Ns.

Background : Hypertension is a chronic condition characterized by increased


blood pressure on the walls of arteries. This situation causes the heart to work
harder to circulate blood throughout the body through the blood vessels. One of the
factors that affect blood pressure in hypertension patients is health conditions,
especially being overweight or obese. Overweight or obesity is the percentage of
fat abnormalities expressed in body mass index (BMI), which is the ratio between
body weight and height squared in meters.
Objective : Determining the corellatian between body mass index and blood
pressure in hypertension patients in the Tengkudak Village.
Method : The design of this study was a correlation analytic study using a cross-
sectional approach, the study sample was 62 hypertension patients. The sampling
technique used in this study is probability sampling with simple random sampling
method. The statistical test used was Spearman rho with p <0.05.
Result : This study showed that the body mass index of hypertension patients in the
obesity category was 42 people (67.7%) and 29 people (46.8) had blood pressure
in the moderate hypertension category. From the results of the Spearman's rho test,
it was known that the correlation coefficient (r) = 0.318 and a significant value =
0.012 or <0.05. This means that there is a significant corellation between body
mass index and blood pressure in hypertension patients in Tengkudak Village.
Conclusion : There is a corellation between body mass index and blood pressure
in hypertension patients in Tengkudak Village.
Keywords : Body mass index, blood pressure, hypertension.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitan ..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................6
2.1. Kerangka Teori ......................................................................................6
2.2. Kerangka Konseptual .............................................................................27
2.3. Kerangka Teori ......................................................................................28
2.4. Perumusan Hipotesis..............................................................................29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................30
3.1. Desain Penelitian ...................................................................................30
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................30
3.3. Populasi dan Sampel ..............................................................................31
3.4. Identifikasi Variabel...............................................................................33
3.5. Definisi Operasional ..............................................................................34
3.6. Alat Pengumpulan Data .........................................................................36

ix
3.7. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................37
3.8. Etika Penelitian ......................................................................................37
3.9. Pengolahan Data ....................................................................................39
3.10. Teknik Analisis Data ............................................................................41
3.11. Kerangka Kerja ....................................................................................42
3.12. Jadwal Penelitian..................................................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................45
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................................45
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................49
4.3. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian .................................................54
BAB V PENUTUP ............................................................................................55
5.1. Kesimpulan ............................................................................................55
5.2. Saran ......................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut JNC 7 .................................................................................. 10
Gambar 2.2 Tekanan Darah Arteri ........................................................................ 17
Gambar 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut JNC 7 .................................................................................. 18
Gambar 2.4 Kerangka Konsep .............................................................................. 27
Gambar 2.5 Kerangka Teori .................................................................................. 28
Gambar 3.1 Kerangka Kerja ................................................................................. 43

xi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa ............................. .....8
Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ............................... .... 27
Tabel 3.1 Definisi Operasional Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi ......................................................... 34
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Desa Tengkudak ................................................................................... 45
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Desa
Tengkudak ....................................................................................... .....46
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa
Tengkudak ........................................................................................... 46
Tabel 4.4 Data Indeks Massa Tubuh Pasien Hipertensi Di Desa Tengkudak
........................................................................................................... 47
Tabel 4.5 Data Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Tengkudak ............... 47
Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Di Desa Tengkudak ................................................. 48

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi


Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Tabulasi Data Umum
Lampiran 5. Tabulasi Data Khusus
Lampiran 6. Hasil Analisis Data

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya

tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut

mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh

tubuh melalui pembuluh darah (Yanita, 2017). Hipertensi berkaitan dengan tekanan

sistolik atau tekanan distolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefisinikan

sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140

mmHg dan tekanan distoliknya diatas 90 mmHg (Wijaya, 2013). Data National

Centers for disease control (NCHS, 2017) prevalensi hipertensi meningkat dengan

usia, pada orang dewasa berusia 18-39 tahun (7,5%), diantara mereka yang berusia

40-59 tahun (33,2%), dan mereka yang berusia 60 tahun keatas (63,1%). Data

WHO,(2015) menunjukkan 1,3 milyar penduduk di dunia menderita hipertensi.

Hanya 36,8 % diantaranya yang minum obat. Prevalensi hipertensi diprediksi akan

terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5milyar

orang yang terkena hipertensi. Penyakit hipertensi sampai saat ini telah

mengakibatkan kematian 9,4juta jiwa setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2017).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitmya 140 mmHg atau

tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi

menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain, seperti saraf,

ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, maka

1 STIKES Advaita Medika Tabanan


2

makin besar risikonya (Prince,2006). Menurut data dari AHA (American Heart

Asosiation) tahun 2011 di Amerika dari 59% penderita hipertensi hanya 34% yang

terkendali, disebutkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi

(Heindenreich PA et al, 2011 dalam Artiyaningrum, 2015). Berdasarkan studi

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III di Amerika

Serikat,kurang dari seperempat pasien hipertensimemiliki tekanan darah yang

terkontrol dengan baik (dibawah 140/90 mmHg) (Hyman & Pavlik, 2001 dalam

Devi & Aryani, 2013).

Depkes mengemukakan bahwa di Indonesia hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis (Depkes, 2014). Menurut hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 prevalensi hipertensi di

Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 34,1%,

tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau riwayat minum obat hanya

sebesar 8,8%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di

masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. Estimasi

jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka

kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi

terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur

55-64 tahun (55,2%) (Riskesdas, 2018).

Menurut data Profil kesehatan Bali pada tahun 2017 hipertensi di Provinsi Bali

sendiri menempati peringkat ke-2 dari 10 besar penyakit terbanyak pada pasien

rawat jalan di Puskesmas dengan jumlah 60.665 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi

Bali, 2017). Cakupan pelayanan Kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten

Tabanan pada tahun 2018 baru mencapai 24,4 %. Puskesmas dengan cakupan

STIKES Advaita Medika Tabanan


3

tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg Timur I sebesar 85,5% dan puskesmas

dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Kerambitan I sebesar 2,2% (Dinas

Kesehatan Kabupaten Tabanan, 2018). Sementara tahun 2019 Puskesmas Penebel

II menempati peringkat 3 dengan jumlah kasus hipertensi sebanyak 1056 kasus.

Di puskesmas penebel II tepatnya di Desa Tengkudak, berdasarkan studi

pendahuluan diperoleh data dari laporan bulan Desember 2019 tercatat peserta

posbindu usia produktif yang telah di skrining berjumlah 114 orang. Dengan

proporsi laki-laki berjumlah 12 dan perempuan berjumlah 102. Dari jumlah tersebut

didapat 10 laki-laki dan 64 perempuan yang terdiagnosa hipertensi. Hal tersebut

menandakan hampir 65 % masyarakat usia produktif peserta posbindu yang di

skrining mengidap hipertensi dan juga peneliti temukan data > 60% diantara sudah

masuk kategori obesitas. Hal ini juga menempatkan Desa Tengkudak sebagai desa

dengan jumlah pasien hipertensi terbanyak di wilayah Puskemas Penebel II.

Salah satu faktor yang memperngaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi adalah

kondisi kesehatan khususnya kelebihan berat badan atau obesitas. Kegemukan atau

obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam indeks

massa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan

kuadrat dalam meter. Menurut WHO, seseorang dikatakan kelebihan berat badan

jika IMT ≥ 25 dan dikatakan obesitas apabila ≥30. Berat badan dan IMT berkorelasi

langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik bilamana 5 kg dari

berat badan yang berlebih hilang maka akan menurunkan 2-10 poin tekanan darah

sistolik. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18

tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan

olahragawan (Supariasa, 2012).

STIKES Advaita Medika Tabanan


4

Penelitian yang dilakukan oleh Nieky Greyti Dien, dkk (2014) yaitu, hubungan

indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada penderita hipertensi, dari 63

responden yang diteliti, Indeks Masa Tubuh (IMT) mempunyai hubungan yang

signifikan dengan sistolik (p = 0,033) dan diastolik (p = 0,006).

Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan

indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada penderita hipertensi. Maka dari itu

peneliti sangat tertarik menemukan jawabannya dengan melakukan pembuktian

secara ilmiah melalui sebuah penelitian yang difokuskan untuk mengetahui apakah

ada hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi

yang berada di Desa Tengkudak.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalahnya adalah

“Bagaimana hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Desa Tengkudak ?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui hubungan

indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa

Tengkudak.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi indeks massa tubuh pasien hipertensi di Desa Tengkudak.

2) Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak.

3) Menganalisa hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Desa Tengkudak.

1.4. Manfaat Penelitian

STIKES Advaita Medika Tabanan


5

1.4.1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, khususnya yang

berkaitan dengan indeks massa tubuh terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi.

1.4.2. Manfaat Praktis

1) Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk membantu menerapkan

asuhan keperawatan kepada penderita hipertensi.

2) Bagi Puskesmas

Penilitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien

hipertensi di Puskesmas Penebel II.

STIKES Advaita Medika Tabanan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Konsep Hipertensi

1) Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg

atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko

tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tinggi tekanan

darah, maka semakin besar resikonya (Price, 2006).

2) Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

➢ Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan ,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system rennin angiotensis, defek

dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interselular, dan faktor-faktor

yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia (Price, 2006).

6 STIKES Advaita Medika Tabanan


7

➢ Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom

cushing, feokromositoma, koarkatasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain (Price, 2000).

3) Klasifikasi Tekanan Darah

➢ Pengertian

Tekanan darah adalah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah

yang menampung, mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap

siklus jantung. Pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta,

tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistolik. Pada waktu

diastole tekanan turun sampai mencapai titik terendah yang disebut tekanan

diastole. (Syaifuddin, 2006).

➢ Tekanan sistolik

Sistole adalah Fase dalam siklus jantung ketika kontraksi ventrikel untuk

memompa darah ke dalam arteri, tekanan maksimum yang diberikan oleh

darah pada dinding arteri pada tahap ini disebut tekanan sistolik.

➢ Tekanan diastolik

Diastole adalah fase rileks dari siklus jantung ketika seluruh jantung santai

dan darah mengalir ke bilik atas jantung. Tekanan darah minimum yang

diberikan oleh darah pada dinding arteri dikenal sebagai tekanan diastolik

➢ Mengukur tekanan darah

STIKES Advaita Medika Tabanan


8

Tekanan Darah dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut

sfigmomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brakialis di

lekuk siku yang bisa teraba dengan jelas. Bunyi jantung dapat diketahui

dengan mendengarkan denyutan pada arteri brakialis, bunyi pertama

sebagai tekanan sistole, dan saat bunyi denyutan menghilang disebut

tekanan diastole (Syaifuddin, 2006).

Hipertensi merupakan pengukuran tekanan darah di atas skala normal

(120/80 mmHg). Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi menjadi beberapa

klasifikasi yakni normal, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi

berat. Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai rata-rata dari dua atau lebih

pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan pada

posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Sistolik Diastolik
Kategori

Hipotensi < 90 mm Hg < 60 mmHg

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi sedang 160-179 mmHg 110 – 109 mmHg

Hipertensi Berat > 180 mmHg > 110 mmHg

Sumber WHO, 2013

4) Manifestasi klinis

STIKES Advaita Medika Tabanan


9

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi: (Tambayong, 2000).

➢ Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa

jika tekanan arteri tidak terukur.

➢ Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

terlazim yang dirasakan pasien, sehingga mencari pertolongan

medis.Beberapa pasien yang menderita hipertensi umumnya mengeluh;

sakit kepala, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah,

epistaksis, dan kesadaran menurun.

5) Penatalaksanaan

Modifikasi Gaya Hidup

Tak mencapai sasaran TD(<140/90 mmHg atau <130/80 mmHg


pada penderita DM atau penyakit ginjal kronik

Pilihan obat untuk terapi permulaan

STIKES Advaita Medika Tabanan


10

Hipertensi tanpa indikasi Hipertensi indikasi khusus


khusus

Hipertensi drajat 1 Hipertensi drajat 2 Obat-obatan untuk indikasi


khusus
(TD sistolik 140-159 mmHg (TD sistolik ≥ 160 mmHg
atau TD diastolic 90- atau TD diastolik ≥ 100 Obat anti hipertensi lainnya
99mmHg) mmHg ) ( diuretik, penghambat
EKA, ARB, Penyekat β,
Umumnya diberikan diuretic Umumnya diberikan antagonis Ca) sesuai yang
golongan thiazide. Bisa kombinasi 2 macam obat diperlukan
dipertimbangkan pemberian (biasanya diuretik
penghambat EKA, ARB, gol.Thiazide dan
penyekat β, antagonis Ca atau penghambat EKA, atau
Kombinasi ARB atau penyekat β, atau
antagonis Ca.

Sasaran tekanan darah tak tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat sampai target tekanan


darah tercapai. Pertimbangkan konsultasi dengan spesialis hipertensi

Gambar 2.1 Kerangka Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC 7

6) Komplikasi

Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang berlebihan

pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh. Tempat-

tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah: (Suiraoka,2012).

➢ Sistem Kardiovaskular

STIKES Advaita Medika Tabanan


11

a. Arterosklerosis

Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak di dalam dan di

bawah lapisan arteri. Ketika dinding dalam arteri rusak, sel-sel darah

yang disebut trombosit akan menggumpal pada daerah yang rusak,

timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan dinding pembuluh

darah akan menjadi berparut dan lemak menumpuk disana sehingga

terjadi penyempitan pembuluh darah.

b. Gagal jantung

Jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke jantung dengan

cepat, akibatnya cairan terkumpul di paru-paru, kaki, dan jaringan lain,

sehingga terjadi odema.

➢ Otak

a. Stroke

Hipertensi secara signifikan meningkatkan terserang stroke. Stroke

disebut juga serangan otak, merupakan sejenis serangan otak,

merupakan sejenis cidera otak yang disebabkan tersumbatnya atau

pecahnya pembuluh darah dalam otak, sehingga pasokan darah ke otak

terganggu.

b. Dimensia

Dimensia adalah penurunan daya ingat dan kemampuan mental yang

lain. Risiko terjadinya dimensia sangat tajam pada usia 70 tahun ke atas,

dan pengobatan hipertensi dapat menurunkan risiko dimensia.

➢ Ginjal

STIKES Advaita Medika Tabanan


12

Fungsi ginjal adalah membantu mengontrol tekanan darah dengan

mengatur jumlah natrium dan air di dalam darah. Jika arterosklerosis

terjadi dalam pembuluh darah ginjal, maka aliran darah ke nefron akan

menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa

dalam darah. Lama kelamaan produk sisa ini akan menumpuk dalam

darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi.

➢ Mata

Hipertensi mempercepat proses pembuluh darah halus dalam mata,

bahkan bisa menyebabkan kebutaan.

7) Faktor-faktor Risiko Hipertensi

➢ Faktor-faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak dapat

dikontrol:

a. Faktor yang dapat dikontrol:

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya

berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan . Faktor-faktor tersebut

antara lain :

• IMT (Obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun

mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan

wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi

volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari

penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas. Meskipun belum

diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun

STIKES Advaita Medika Tabanan


13

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita

hipertensi dengan berat badan normal (sutanto,2010).

• Kurang olahraga

Orang yang kurang aktiv melakukan olah raga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan darah.

Dengan olahraga kita miningkatkan kerja jantung, sehingga darah bisa

din pompa dengan baik ke seluruh tubuh (sutanto, 2010).

• Konsumsi garam berlebihan

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya

hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui

meningkatnya volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali,

cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak pada timbulnya hipertensi (sutanto,2010).

• Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan

selain dapat meningkatkan penggumpalan darah, nikotin dapat

menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Mengonsumsi

alcohol juga membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan

STIKES Advaita Medika Tabanan


14

sintesis katekholamin. Adanya katekholamin memicu kenaikan tekanan

darah (sutanto, 2010).

• Stress

Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks

maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stress maka

terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran

atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress dengan hipertensi

diduga melalui aktivitas saraf simpatis ( saraf yang bekerja ketika

beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Stress berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi

tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti , namun pada binatang

percobaan yang diberikan stress memicu binatang tersebut menjadi

hipertensi (sutanto,2010).

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol

• Keturunan ( genetika)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai

orang tua yang salahsatunya menderita hipertensi maka orang tersebut

memiliki risiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang

yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Namun

demikian, bukan berarti bahwa semua semua yang mempunyai

keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit hipertensi. Faktor

STIKES Advaita Medika Tabanan


15

keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya

hipertensi(sutanto, 2010).

• Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih sering terserang hipertensi dibandingkan

dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang

mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang

nyaman terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol.

Biasanya pada wanita akan mengalami peningkatan risiko hipertensi

setelah masa menopause (sutanto, 2010).

• Umur

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko

terhadap timbulnya hipertensi. hilangnya elastisitas jaringan dan

arterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab

hipertensi pada usia tua (sutanto, 2010).

2.1.2. Konsep Tekanan Darah

1) Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung

terhadap dinding arteri. Tekanan ini terus menerus akan berada dalam

pembuluh darah dan memungkinkan darah mengalir secara konstan. Gaya

yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh bergantung pada

volume darah yang terkandung dalam pembuluh dan distensibilitas dinding

STIKES Advaita Medika Tabanan


16

pembuluh (seberapa mudah pembuluh darah tersebut diregangkan). Jika

volume darah yang masuk ke arteri sama dengan volume darah yang keluar

dari arteri selama periode yang sama maka tekanan darah arteri akan konstan.

Kenyataannya, sewaktu sistol ventrikel satu isi sekuncup darah masuk ke

arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut

yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastole, tidak ada

darah yang masuk ke dalam arteri, sementara darah terus keluar dari arteri,

didorong oleh recoil elastic. Tekanan darah penting karena merupakan

kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke seluruh bagian tubuh.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap

tekanan diastolik.

2) Tekanan Darah Sistolik

Tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah isi secara

khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat

terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu

terjadinya kontraksi disebut sistol.

3) Tekanan Darah Diastolik

Tekanan diantara waktu jantung berdetak, yang berupa tekanan saat

ventrikel (bilik) jantung mengalami relaksasi atau perenggangan, dan pada

saat ini darah masuk ke ventrikel dari atrium (serambi) jantung, sebelum

kemudian darah ini dipompa saat ventrikel Kembali melakukan kontraksi

lagi.

Meskipun tekanan ventrikel turun ke 0 mmHg sewaktu diastole namun

tekanan arteri tidak turun hingga 0 mmHg karena terjadi kontraksi jantung

STIKES Advaita Medika Tabanan


17

berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar dari

sistem arteri.

Gambar 2.2 Tekanan Darah Arteri

4) Penggolongan Tekanan Darah

Tekanan darah dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistol lebih dari 20-30%

dibandingkan dengan pengukuran dasar atau tekanan darah sistol <100

mmHg.8 Sehingga setiap organ dari badan tidak mendapat aliran darah

yang cukup dan menyebabkan timbulnya gejala hipotensi.

b. Tekanan Darah Normal (Normotensi)

Menurut Smeltzer & Bare (2002) ukuran tekanan darah normal orang

dewasa berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah dalam kehidupan

bervariasi secara alami, seperti pada bayi dan anak-anak secara normal

memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibanding dengan orang

dewasa.

STIKES Advaita Medika Tabanan


18

c. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140

mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Menurut WHO, penyakit

hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih

besar 95 mmHg.

Gambar 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure)

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tekanan Darah

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan nilai tekanan

darah:

a. Umur

Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg.

Tekanan sistolik dan diastolik meningkat bertahap sesuai dengan usia

hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arteri mengalami penebalan

sehingga lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini

STIKES Advaita Medika Tabanan


19

mengakibatkan peningkatan terhadap tekanan sistolik dan diastolik.

Tekanan diastolik meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi

retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.

b. Perubahan Sikap (Posture)

Efek posisi tubuh yang berbeda-beda dapat mengubah hasil pengukuran

tekanan darah. Tekanan darah cenderung turun pada posisi berdiri bila

dibandingkan dengan posisi saat duduk.

c. Kondisi Kesehatan

• IMT (Obesitas)

Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang

dinyatakan dalam indeks massa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara

berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Menurut WHO,

seseorang dikatakan kelebihan berat badan jika IMT ≥ 25 dan dikatakan

obesitas apabila ≥30. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan

tekanan darah terutama tekanan darah sistolik bilamana 5 kg dari berat

badan yang berlebih hilang maka akan menurunkan 2-10 poin tekanan

darah sistolik. Obesitas pada masa anak-anak maupun dewasa

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya hipertensi.

• Penyakit Kardiovaskular

Menurut American Heart Association (2013) penyakit jantung dan

pembuluh darah menyebabkan distribusi aliran darah menjadi tidak

adekuat. Pada penyakit kardiovaskular dapat terjadi arterosklerosis,

aritmia, gagal jantung, dan kelainan katup jantung. Hal ini

STIKES Advaita Medika Tabanan


20

mengakibatkan terganggungnya fungsi jantung dan pembuluh darah

sehingga menyebabkan perubahan tekanan darah.

d. Olahraga

Perubahan kardiovaskular bisa terjadi pada orang yang melakukan

exercise dynamic seperti berlari. Terjadinya peningkatan denyut jantung

dan curah jantung yang banyak, demikian juga tekanan darah terutama

sistolik dan tekanan nadi. Perubahan terjadi akibat peningkatan

kebutuhan metabolisme otot skelet sehingga diperlukan aliran darah

yang cukup ke otot skelet.

e. Merokok dan Alkohol

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang

terkandung dalam rokok yang dihisap dan masuk ke dalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan proses aterosklerosis dan juga menyebabkan tekanan

darah menjadi tinggi. Konsumsi alkohol secara berlebihan dalam jumlah

banyak juga dapat meningkatkan tekanan darah dan menjadi

predisposisi terjadinya hipertensi.

f. Kondisi Psikis

Menurut Lawson et al (2007), kondisi psikis seseorang dapat

mempengaruhi tekanan darah, misalnya kondisi yang mengalami stres

atau tekanan. Respon tubuh terhadap stres disebut alarm yaitu reaksi

pertahanan atau respon perlawanan. Kondisi ini ditandai dengan adanya

peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan

STIKES Advaita Medika Tabanan


21

ketegangan otot. Stres akan membuat tubuh lebih banyak menghasilkan

adrenalin, hal ini membuat jantung bekerja lebih cepat dan kuat.

g. Jenis Kelamin

Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi

dari wanita,namun pada wanita setelah menopause, cenderung memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

6) Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah pada umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygmomanometer atau biasa dikenal dengan Tensimeter.

Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan,

dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit

yang disebut milimeter air raksa (mmHg). Manset ditaruh mengelilingi

lengan atas dan dipompa dengan sebuah pompa udara sampai dengan

tekanan yang menghalangi aliran darah di pembuluh darah utama (brachial

artery) yang berjalan melalui lengan. Lengan kemudian diletakkan di

samping badan pada posisi lebih tinggi dari jantung dan tekanan dari manset

pada lengan dilepaskan secara berangsur-angsur. Ketika tekanan darah di

dalam manset berkurang, seorang perawat mendengar dengan stetoskop

melalui pembuluh darah pada bagian depan dari sikut. Tekanan pada bagian

dimana perawat pertama kali mendengar denyutan dari pembuluh darah

disebut tekanan sistolik (angka yang di atas). Ketika tekanan manset

berkurang lebih jauh, tekanan pada denyutan akhirnya berhenti disebut

tekanan darah diastolik (angka yang di bawah).

STIKES Advaita Medika Tabanan


22

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karenan itu,

sangat penting untuk menstandarisasikan lingkungannya ketika mengukur

tekanan darah. Paling sedikit satu jam sebelum tekanan darah diukur hindari

makan, latihan berat (yang dapat menurunkan tekanan darah), merokok, dan

minum kopi. Stres-stres yang lain juga dapat mengubah tekanan darah dan

perlu dipertimbangkan ketika tekanan darah diukur (Susilo & Wulandari,

2011).

2.1.3. Konsep IMT ( Indeks Massa Tubuh)

1) Pengertian IMT

Menurut supariasa, (2012) Indeks massa tubuh diterjemahkan menjadi yang

merupakan alat yang sederhana untuk memantau setatus gizi khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

IMT merupakan salah satu indikator kadar relatif lemak tubuh seseorang

yang digunakan untuk menentukan status berat badan apakah seseorang

memiliki badan kurus, ideal, atau terlalu gemuk dan membantu menilai status

berat badan seseorang terhadap resiko masalah kesehatan akibat kekurangan

atau kelebihan berat badan (vistabunda, 2013).

IMT adalah rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang

dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan

kuadrat tinggi badan ( dalam ukuran meter ) : IMT = BB/TB2 (Arisman,

2010).

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi IMT (INDEKS MASSA TUBUH)

➢ Perilaku Makan

STIKES Advaita Medika Tabanan


23

Yang diantaranya adalah pola makan dan kebiasaan tidak melakukan

olah raga.

➢ Sosial ekonomi

Berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari.

➢ Genetik

Faktor keturunan juga sangat berpengaruh terhadap keadaan fisik

seseorang (Arisman, 2010).

3) Kriteria IMT (INDEKS MASSA TUBUH)

➢ Gemuk

a. Penampilan kurang menarik

Dengan BMI Over weight memiliki bahaya yang belum disadari oleh

sebagian besar orang. Persoalan estetis yang berhubungan aktivitas

sehari-hari berhubungan dengan pakaian serta kerapian biasanya sulit

mencari ukuran serta penyesuaian dengan ukuran tubuh yang over

weight.

b. Jantung dan pembuluh darah

Kelebihan berat badan kerapkali dikatkan dengan sejumlah faktor yang

dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler (serangan jantung)

seseorang.Abdominal obesity atau lemak perut juga dikatakan sebagai

salah satu faktor resiko utama penyebab penyakit jantung.

c. Kencing manis / diabetes militus

STIKES Advaita Medika Tabanan


24

Diabetes tipe 2 terjadi karena glukosa yang ada didalam darah tidak

dapat masuk kedalam sel yang tertutup lemak. Akibatnya, kadar gula

dalam darah tinggi. Namun karena sel tidak mendapat asupan yang

semestinya, maka akan timbul rasa lapar. Saat kita kembali makan,

siklus yang sama akan kembali terulang. Hal ini akan terus

meningkatkan kadar gula dalam darah yang pada akhirnya

menyebabkan diabetes tipe 2.

d. Tekanan darah tinggi

Penambahan berat badan dan hipertensi dikatakan dapat meningkatkan

resiko tekanan darah tinggi. Itulah mengapa upaya pengurangan berat

badan terbukti dapat menormalkan tekanan darah seseorang. Tak heran

juga jika para dokter merekomendasikan para penderita hipertensi untuk

rutin berolahraga dan mempertahankan berat badan idealnya.

e. Gangguan sendi dan tulang

Osteoatritis merupakan nyeri dipersendian akibat kehilangan cairan

glukosamin. Sementara osteoporosis adalah penyakit kerapuhan tulang

karena kekurangan mineral dan kalsium. Baik osteoporosis maupun

osteoartritis bisa menyebabkan kelumpuhan permanen berat badan

berlebih, faktor lain yang bisa memicu osteoporosis dan osteoartritis

adalah gaya hidup tak sehat, seperti kurang mengonsumsi vitamin untuk

kesehatan sendi dan tulan, merokok, serta olahraga atau aktivitas yang

berlebih. Maksudnya ketika anda terlalu banyak melakukan olahraga

atau aktivitas yang menuntut penekanan berlebih pada tulang sendi

(Proverawati dan Maisaroh,2009).

STIKES Advaita Medika Tabanan


25

➢ Normal/Ideal

Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, resiko

sakit rendah dan lincah (Supariasa, 2012).

➢ Kurus

a. Penampilan cenderung kurang baik

Berat badan kurus selain berbahaya bagi kesehatan, postur tubuh kurus

juga memberikan nilai minus terhadap penampilan seseorang sehingga

menurunkan kepercayaan diri, lebih jauh lagi dapat berujung pada

depresi. Bagi pria dan wanita di zaman moderen ini, bentuk tubuh

merupakan bagian terpenting untuk mendukung aspek karir dan

hubungan interpersonal.

b. Resiko memiliki penyakit , antara lain:

• Penyakit infeksi

Merupakan anggapan umum bahwa tubuh kurus lebih baik daripada

kelebihan berat badan. Namun, Anda akan terkejut mengetahui

bahwa tubuh kurus atau terlalu kurus, juga bisa menimbulkan

beberapa masalah kesehatan terutama yang berhubungan dengan

infeksi. Mereka yang kekurangan berat badan / kurus memiliki

risiko kesehatan seperti halnya mereka yang mengalami obesitas.

Para ilmuwan menemukan gen ramping pada pria yang bisa

menimbulkan masalah diabetes. Tak hanya itu, mereka yang kurus

juga berisiko mengalami masalah paru-paru, mandul dan lain

sebagainya.

• Depresi

STIKES Advaita Medika Tabanan


26

Depresi adalah salah satu dari sekian banyak gangguan mental yang

umum terjadi di masyarakat. Jika Anda mengalami depresi,

mungkin Anda akan merasakan rasa lelah sepanjang hari seakan

tenaga Anda terkuras habis, dan rasa lemas yang tak kunjung hilang

walau Anda sudah beristirahat. Gejala- gejala ini mungkin lebih

terlihat di pagi hari, di mana Anda seringkali tidur terlalu lama atau

terlalu sebentar. Gejala-gejala lain yang menyertai biasanya adanya

perubahan dalam kebiasaan makan, kurangnya motivasi, lesu,

mudah marah, merasa tak ada harapan, dan sulit menemukan

kesenangan dalam beraktivitas baik itu hobi, dalam hubungan seks

atau pertemanan.

• BBLR

Wanita kurus yang hamil mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi

dengan BBLR wanita hamil dengan berat badan kurang, janin yang

dikandungnya akan mengalami pertumbuhan kurang optimal,

bahkan lebih mudah untuk mengalami keguguran (Sandrina 2013).

4) Cara Perhitungan IMT

Menurut Supariasa tahun 2010

Berat badan (kg)

IMT =

Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

Atau

Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter).

STIKES Advaita Medika Tabanan


27

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk > 25,1 –

27,0

Obesitas > 27,0

Sumber: Depkes 2015

2.2. Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah penelitian. Kerangka
konsep dibuat dari literatur dan teori yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk
mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian (Shi, 2008 dalam
Swarjana, 2014).

Indeks Massa Tubuh Hipertensi

Faktor yang Faktor yang mempengaruhi :


mempengaruhi : 1. Keturunan.
1. Perilaku makan 2. Jenis kelamin.
3. Umur.
2. Sosial ekonomi 4. IMT (Obesitas).
3. Genetik 5. Stress.
6. Konsumsi garam berlebih.

Gambar 2.4 Kerangka konsep

STIKES Advaita Medika Tabanan


28

Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Garis penelitian
: Variabel yang tidak diteliti

Kerangka konsep menggambarkan hubungan indeks massa tubuh dengan

tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak.

2.3. Kerangka Teori

Faktor yang Ringan


mempengaruhi hipertensi 140-159 mmHg
Faktor yang tidak dapat
dikontrol :
Sedang
1. Keturunan.
2. Jenis kelamin. Hipertensi 160-179 mmHg
3. Umur.
Faktor yang dapat
dikontrol : Berat
1. Kegemukan. >180 mmHg
2. Stress.
3. Konsumsi garam
berlebih.
Kurus
17,0 – 18,4

Faktor yang memperngaruhi Normal


indeks massa tubuh :
18,5 – 25
1. Perilaku makan Indeks Massa Tubuh
2. Sosial ekonomi
Gemuk
3. Genetik
25,1 - 27

Obesitas
>27,1

Gambar 2.5 Kerangka teori

STIKES Advaita Medika Tabanan


29

2.4. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari sebuah

penelitian. Apabila kita mau melakukan penelitian, umumnya kita memiliki ide

tentang outcome dari studi tersebut. Outcome ataupun jawaban tersebut bisa

didapatkan melalui konstruksi teori atau berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya (Thomas et al., 2010 dalam Swarjana, 2014). Sementara menurut

Kothari (2009) dalam Swarjana (2014), hipotesis penelitian adalah sebuah

statement prediksi yang menghubungkan independen variabel terhadap

dependen variabel. Dalam penelitian ini terdapat jenis hipotesis, yaitu (Thomas

et al., 2010 dalam Swarjana, 2014):

Hipotesis alternatif : disebut juga hipotesis kerja, yang menyatakan adanya

pengaruh di antara satu varibel dengan variabel lainnya. Hipotesis alternatif ini

ditulis dengan “Ha”.

Dalam penelitian ini, maka dapat disebutkan hipotesis penelitiannya adalah:

Ada hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi

di Desa Tengkudak.

STIKES Advaita Medika Tabanan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun yang

sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh

jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas

desain penelitian mencakup berbagai hal yang dilakukan oleh peneliti, mulai

dari identifikasi masalah, rumusan hipotesis, sampai pada analisa data

(Sastroasmoro, 2011).

Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan adalah penelitian

Analitik korelasi dimana peneliti berupaya mencari hubungan antara variabel

yang satu dengan variabel yang lainnya. Jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional, penelitian cross sectional adalah penelitian dari

beberapa populasi yang beragam diamati pada waktu yang sama, dan peneliti

observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro,

2011).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2020.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Tengkudak Kecamatan Penebel.

30 STIKES Advaita Medika Tabanan


31

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2010). Pada penelitian ini populasinya adalah semua usia produktif 15-59 tahun

yang menderita Hipertensi di Desa Tengkudak sejumlah 74 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian usia produktif 15-59 tahun yang menderita

hipertensi di Desa Tengkudak.

1) Besar Sampel

Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel, peneliti menggunakan

rumus Slovin (Noor, 2011). Dengan tingkat kesalahan 5% atau 0,05 adalah

sebagai berikut sejumlah 62 orang.

Rumus Besar sampel :

n= N
2
1 + N (d )

Ket: N : jumlah populasi n : Jumlah sampel

d : tingkat kesalahan dalam penelitian 5% atau 0,05

N = n

2
1+N(d)

STIKES Advaita Medika Tabanan


32

= 74

2
1 + 74 ( 0,05 )

= 74
1 + (74 x 0,0025)

= 74
1,185

= 62 orang.

2) Kriteria Sample

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias

penelitian, jika variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh

terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi

dua bagian, yaitu:

➢ Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Penderita hipertensi usia 15-59 tahun peserta posbindu Desa Tengkudak

b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

c. Hipertensi berdasarkan diagnosa dokter

➢ Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2013). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Penderita hipertensi usia diatas 59 tahun

STIKES Advaita Medika Tabanan


33

b. Pasien hipertensi yang sedang sakit.

c. Pasien hipertensi gravidarum

3.3.3. Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan

populasi. Secara umum ada dua jenis pengambilan sampel yakni probability

sampling dan nonprobability sampling (Hidayat, 2014).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability

sampling dengan metode simple random sampling yaitu pengambilan sampel

dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi

(Hidayat, 2009).

3.4. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sebuah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (Soeparto, Putra, & Handoyo, 2000 dalam Nursalam,

2013). Hal terpenting dari variabel adalah measurable. Jika variabel tidak

dapat diukur maka akan menyulitkan dalam statistik (Mazhindu & Scott, 2005

dalam Swarjana, 2014). Berdasarkan kerangka konsep terdapat dua variabel

yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen adalah

variabel yang menyebabkan adanya suatu perubahan terhadap variabel yang

lain dan variabel dependen adalah variabel yang berubah akibat dari perubahan

variabel yang lain (Swarjana, 2014).

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

1) Variabel dependen

Tekanan darah penderita hipertensi

STIKES Advaita Medika Tabanan


34

2) Variabel independen

Indeks Massa Tubuh

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah fenomena observasional yang

memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara empiric, apakah outcome

yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al, 2010 dalam Swarjana,

2014). Definisi penelitian yang dibuat harus in line dengan conceptual

definitions (Loiselle et al, 2010 dalam Swarjana, 2014). Jadi definisi

operasional variabel adalah definisi variabel berdasarkan konsep teori tapi

bersifat operasional, agar variabel tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji

baik oleh peneliti maupun peneliti lain.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah

Pada Penderita Hipertensi

Definisi Alat ukur dan Hasil Kategori


Variabel Skala
Operasional cara ukur ukur Hasil Ukur
Dependen “Tekanan • Sphygmomano Tekanan - Ringan : Ordinal
Tekanan sistolik” >140 meter darah 140-159
darah mmHg dan sistole, mmHg
penderita “tekanan • Stetoskop diastole - Sedang :
hipertensi diastolik” >90 160-179
mmHg yang Cara ukur : mmHg
didapatkan 1. Posisikan - Berat :
dari hasil orang yang akan >180
pengukuran di ukur tekanan mmHg
tekanan darah daranya dalam
dengan posisi duduk atau
menggunakan berbaring,
sphygnomano pasang manset
meter tensi meter di
lengan atas, kita-
kira 2 jari di atas
lipatan siku.

STIKES Advaita Medika Tabanan


35

Definisi Alat ukur dan Hasil Kategori


Variabel Skala
Operasional cara ukur ukur Hasil Ukur
2. Letakkan
stetoskop di di
arteri brakhialis
yang berada di
lipatan siku

3. Sambil
dengarkan
denyut nadi,
tekanan di dalam
sphygnomanome
ter dinaikkan
hingga denyut
nadi tak
terdengar

4. Perlahan
turunkan tekanan
tensi meter, saat
denyut pertama
terdengar lihat
tensi meter untuk
mengetahui
tekanan sistolik
dan tetap
dengarkan
sambil
memperhatikan
sphygnomanome
ter sampai
denyut
menghilang
untuk
menggetahui
tekanan diastole

5. Catat hasil
pengukuran

STIKES Advaita Medika Tabanan


36

Definisi Alat ukur dan Hasil Kategori


Variabel Skala
Operasional cara ukur ukur Hasil Ukur
Variabel Salah satu • Timbangan Berat - Kurus : Ordinal
Independe indikator kadar • Alat ukur badan 17,0-18,4
n relatif lemak tinggi badan dan - Normal :
Indeks tubuh tinggi 18,5–25,0
Massa seseorang yang Cara ukur : badan - Gemuk :
Tubuh digunakan 1. Posisikan 25,1-27,0
untuk tubuh - Obesitas :
menentukan responden >27,0
status berat berdiri tegak
badan apakah diatas alat
seseorang ukur tinggi
memiliki badan badan,
kurus, ideal, kemudian
atau terlalu ukur tinggi
gemuk dan badannya
membantu 2. Kemudian
menilai status ukur berat
berat badan badan
seseorang responden
terhadap resiko dengan
masalah melihat jarum
kesehatan pada
akibat timbangan
kekurangan 3. Masukan hasil
atau kelebihan pengukuran
berat badan ke dalam
rumus untuk
menentukan
nilai indeks
massa tubuh
responden

3.6. Alat Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian merupakan alat-alat yang digunakan dalam

pengumpulan data. Alat-alat pengumpulan data penelitian dapat berupa

kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, dan formulir-formulir lain

yang berkaitan dengan pencatatan data.

STIKES Advaita Medika Tabanan


37

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

lembar observasi, sphygnomanometer air raksa, dan stetoskop.

Lembar observasi diisi oleh peneliti dengan menuliskan hasil pengukuran

tekanan darah, tinggi badan dan berat badan responden.

3.7. Prosedur Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini melalui :

1) Ijin dari beberapa pihak yaitu Pembantu Ketua I STIKES Advaita Medika

Tabanan. Kemudian surat diserahkan ke Dinas Penanaman Modal Dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali, setelah itu diserahkan ke

Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kabupaten Tabanan, kemudian ke

Kantor Camat Penebel kemudian ke Kepala Desa Tengkudak Kecamatan

Penebel Kabupaten Tabanan.

2) Informend Consent Mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan

kepada calon responden jika responden setuju responden dipersilahkan

untuk mengisi surat persetujuan.

3) Responden diberikan penjelasan tentang tujuan dari peneliti.

4) Mengukur Indeks Masa Tubuh dengan timbangan dan meterline.

5) Mengukur tekanan darah dan mencatat dalam lembar observasi.

6) Melakukan pengolahan data dan analisa data.

7) Menyimpulkan hasil.

3.8. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian mengingat penelitian keperawatan berhubungan

STIKES Advaita Medika Tabanan


38

langsung dengan manusia. Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan

menurut Hidayat (2007) antara lain :

1. Inform consent (persetujuan)

Informed consent adalah suatu lembaran yang berisikan tentang permintaan

persetujuan kepada responden bahwa bersedia untuk menjadi responden pada

penelitian ini dengan membutuhkan tanda tangan pada lembaran informed

consent tersebut. Peneliti memberikan Inform Consent tersebut sebelum

penelitian dilakukan. Di dalam inform consent, peneliti mencantumkan

mengenai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan indeks massa

tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan inisial

dan menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Pada saat penelitian,

peneliti menjelaskan kepada responden tentang nama yang ditulis

menggunakan inisial sehingga kerahasiaan data responden akan tetap terjaga.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian

baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Dalam penelitian ini

peneliti menjelaskan kepada responden bahwa peneliti tidak akan

membocorkan data yang didapat dari responden dan semua informasi yang

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

STIKES Advaita Medika Tabanan


39

3.9. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2007) sebagai

berikut :

1. Penyuntingan (editing)

Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian

pada lembar observasi sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data

agar dapat diproses lebih lanjut (Nazir, 2012). Pada saat pengambilan data

bila terdapat lembar yang rusak peneliti mengganti lembar jawaban dengan

yang baru.

2. Pengkodean (coding)

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

yang menjad data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini

sangan berguna dalam memasukkan data (data entry).

Tanda - tanda ini dapat disesuaikan dengan pengertian yang lebih

menguntungkan peneliti, jadi tanda - tanda ini bisa dibuat oleh peneliti sendiri.

Setelah dikriteriakan selanjutnya coding:

1) Data Umum

➢ Kode jenis kelamin :

Jenis kelamin laki-laki diberi kode :1

Jenis kelamin perempuan diberi kode :2

➢ Kode umur :

15 – 23 tahun diberi kode :1

STIKES Advaita Medika Tabanan


40

24 – 32 tahun diberi kode :2

33 – 41 tahun diberi kode :3

42 – 50 tahun diberi kode :4

51 – 59 tahun diberi kode :5

➢ Kode pekerjaan :

PNS diberi kode :1

Swasta diberi kode :2

Wiraswasta diberi kode :3

Tidak bekerja diberi kode :4

Lain-lain diberi kode :5

2) Variabel indeks massa tubuh dengan kriteria sebagai berikut :

➢ 17,0 - 18,4 = Kurus diberi kode :1

➢ 18,5 - 25,0 = Normal diberi kode :2

➢ 25,1 - 27,0 = Gemuk diberi kode :3

➢ >27.0 = Obesitas diberi kode :4

3) Variabel Hipertensi dengan kriteria sebagai berikut :

➢ Ringan : 140 - 159 mmHg diberi kode :1

➢ Sedang : 160 - 179 mmHg diberi kode :2

➢ Berat : > 180 mmHg diberi kode :3

3. Memasukkan data (entry data)

Entry merupakan kegiatan dimana peneliti memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database komputer. Entry data dalam

penelitian ini adalah hasil penelitian berupa inisial responden, umur, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, hasil pre-tes, pos-tes dan selisih yang diperoleh.

STIKES Advaita Medika Tabanan


41

Disini peneliti akan memasukkan data-data yang telah lengkap kedalam suatu

tabel dengan bantuan Microsoft Excel sehingga data dapat dianalisis dengan

bantuan program SPSS version 15.0 for Windows. Terakhir dilakukan teknik

analisis data (Hidayat, 2007).

4. Tabulasi

Data yang diubah menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan ke

dalam tabel-tabel oleh peneliti. Proses tabulasi dilakukan dengan cara

memasukkan data ke dalam tabel distribusi frekuensi.

3.10. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariate adalah analisis yang di lakukan terhadap tiap variabel hasil

penelitian, dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel tanpa membuat kesimpulan yang

berlaku secara umum (Ghozali, 2011). Analisis univariat dalam dalam

penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi dan presentasi dari

variabel sesudah di hitung IMT. Masing-masing veriabel di analisa secara

deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi analisa univariat

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2007).

P = F X 100%
N
Keterangan: P = Presentasi kategori

F = Frekuensi kategori

N = Jumlah responden

STIKES Advaita Medika Tabanan


42

Hasil presentasi setiap kategori tersebut dideskripsikan dengan

menggunakan kategori sebagai berikut (Arikunto, 2007).

0% : Tidak seorang pun

1-25% : Sebagian kecil

26-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51-74% : Sebagian besar

75-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya

2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis hubungan indeks masa tubuh dengan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak Kecamatan Penebel

kabupaten Tabanan.

Analisis bivariat menggunakan uji Rank spearman dengan bantuan salah satu

software komputer. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis

dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu sebagai berikut (Ghazali, 2011).

1) Jika nilai sig p<ɑ 0,05 maka yang artinya ada hubungan indeks massa

tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi.

2) Jika nilai sig p>ɑ 0,05 maka yang artinya tidak ada hubungan indeks

massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi.

3.11. Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2010).

STIKES Advaita Medika Tabanan


43

Penyusunan proposal

Populasi
Semua usia produktif 15-59 tahun yang menderita Hipertensi di Desa Tengkuda Kecamatan
Penebel Kabupaten Tabanan yang berjumlah 74 orang

Sampel
Sebagian usia produktif 15-59 tahun yang menderita Hipertensi yang sesuai dengan
kriteria inklusi yang berjumlah 62 orang

Sampling
Simple random sampling

Desain Penelitian
Analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional

Pengumpulan data

Lembar observasi

Pengolahan data dan Analisa data

Editing, coding, scoring, tabulating, uji rank spearman

Penyajian hasil penelitian

Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Desa Tengkudak Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.

STIKES Advaita Medika Tabanan


44

3.12. Jadwal Penelitian

WAKTU
No Kegiatan Juli 2020 Agustus 2020 September 2020 Oktober 2020 Nopember 2020 Desember 2020 Januari 2021 Februari 2021
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
1 Pengumpulan bahan
pustaka
2 Studi Pendahuluan
3 Konsultasi proposal
4 Ujian proposal
5 Perbaikan proposal
6 Pengurusan ijin
penelitian
7 Penelitian
5 Pengolahan data

6 Konsultasi skripsi
7 Ujian skripsi
8 Perbaikan Skripsi
9 Penjilidan skripsi

STIKES Advaita Medika Tabanan


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Tengkudak terletak sekitar 18 km ke utara dari Kota Tabanan dengan

ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Desa Tengkudak terdiri dari 6

dusun. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Wongaya Gede, sebelah timur

berbatasan dengan sungai pusut, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Penatahan, sebelah barat berbatasan dengan sungai mawa. Jumlah penduduk di

Desa Tengkudak sebanyak 2747 jiwa yang terdiri dari 1358 penduduk laki-laki,

1389 penduduk perempuan, dan usia produktif sebanyak 2154 orang. Dari segi

mata pencaharian rata-rata didominasi sebagai petani, karyawan swasta, buruh

tani, dan pegawai negeri.

4.1.2. Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Tengkudak

No Jenis Kelamin Jumlah Persen (100%)

1. Laki-laki 10 16,1

2. Perempuan 52 83,9

Total 62 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden, hampir

seluruhnya berjenis kelamin perempuan sebanyak 52 responden ( 83,9 % ).

45 STIKES Advaita Medika Tabanan


46

2. Karakteristik responden berdasarkan umur.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Desa Tengkudak

No Umur Jumlah Persen (100%)

1 24-32 Tahun 2 3,2


2 33-41 Tahun 4 6,5
3 42-50 Tahun 18 29,0
4 51-59 Tahun 38 61,3
Total 62 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden, sebagian

besar berusia 51-59 tahun sebanyak 38 responden (61,3%). Sedangkan umur

33-41 tahun ada 4 responden (6,5%), umur 42-50 tahun ada 18 responden

(29,0%) dan yang paling sedikit adalah responden berusia 24-32 tahun yaitu

sebanyak 2 responden (3,2%).

3. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Tengkudak

No Pekerjaan Jumlah Persen (100%)

1. PNS 5 8,1

2. Swasta 8 12,9

3. Wiraswasta 8 12,9

4. Tidak bekerja 20 32.3

5. Petani 21 33,9

Total 62 100

STIKES Advaita Medika Tabanan


47

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden hampir

setengahnya bekerja sebagai petani sebanyak 21 responden (33,9%).

Sedangkan yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 8 responden

(12,9%), yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 8 responden (12,9%),

yang tidak bekerja sebanyak 20 responden (32,3%) dan yang paling sedikit

adalah PNS yaitu sebanyak 5 responden (8,1 %).

4.1.3. Data Khusus

1. Indeks Massa Tubuh Pasien Hipertensi di Desa Tengkudak.

Tabel 4.4 Data Indeks Massa Tubuh Pasien Hipertensi Di Desa Tengkudak

No IMT Jumlah Persen (100%)


1. Kurus 1 1,6

2. Normal 6 9,7

3. Gemuk 13 21,0

4. Obesitas 42 67,7

Total 62 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden sebagian

besar indeks massa tubuh masuk kategori obesitas sebanyak 42 responden

(67,7%). Sedangkan kategori normal ada 6 responden (9,7%), kategori gemuk

ada 13 responden (21,0%) dan yang paling sedikit adalah kategori kurus

sebanyak 1 responden (1,6%).

2. Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Tengkudak.

Tabel 4.5 Data Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Tengkudak

No Hipertensi Jumlah Persen (100%)


1. Hipertensi ringan 27 43,5
2. Hipertensi sedang 29 46,8

STIKES Advaita Medika Tabanan


48

3. Hipertensi berat 6 9,7


Total 62 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden hampir

setengahnya masuk kategori hipertensi sedang yaitu sebanyak 29 responden

(46,8%). Sedangkan kategori hipertensi ringan ada 27 responden (43,5) dan

paling sedikit masuk kategori hipertensi berat sebanyak 6 responden (9,7%).

3. Hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi

di Desa Tengkudak.

Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Di Desa Tengkudak

Hipertensi p
Total r
value
IMT Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Ringan Sedang berat
f % f % f % f %

Kurus 1 100 % - 0% - 0% 1 100%

Normal 6 100 % - 0% - 0% 6 100%


0,318
Gemuk 5 38,5 % 8 61,5% - 0% 13 100% 0,012

Obesitas 15 35,7 % 21 50% 6 14,3% 42 100%

Total 27 43,5 % 29 46,8% 6 9,7 % 62 100%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa diantara responden yang

masuk kategori indeks massa tubuh kurus tidak ada menderita hipertensi

berat. Diantara responden yang masuk kategori indeks massa tubuh normal

tidak ada menderita hipertensi berat. Diantara responden yang masuk kategori

indeks massa tubuh gemuk tidak ada menderita hipertensi berat. Sedangkan

STIKES Advaita Medika Tabanan


49

diantara responden yang masuk kategori obesitas terdapat 6 responden

(14,3%) dengan hipertensi berat.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji spearman’s rho

diketahui nilai koefisien korelasi (r) = 0,318 dan nilai signifikan = 0,012 atau

lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara

indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa

Tengkudak. Arah korelasi positif menyatakan bahwa semakin tinggi indeks

massa tubuh pasien, maka semakin tinggi tekanan darah pada pasien

hipertensi tersebut.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Indeks massa tubuh pasien hipertensi di Desa Tengkudak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden sebagian

besar indeks massa tubuh masuk kategori obesitas sebanyak 42 responden

(67,7%). Sedangkan kategori normal ada 6 responden (9,7%), kategori gemuk ada

13 responden (21,0%) dan yang paling sedikit adalah kategori kurus sebanyak 1

responden (1,6%). Sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum indeks massa

tubuh pasien hipertensi adalah obesitas.

Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan

dalam indeks massa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat dalam meter. Menurut WHO, seseorang dikatakan kelebihan

berat badan jika IMT ≥ 25 dan dikatakan obesitas apabila ≥30. Berat badan dan

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik

bilamana 5 kg dari berat badan yang berlebih hilang maka akan menurunkan 2-

STIKES Advaita Medika Tabanan


50

10 poin tekanan darah sistolik. Obesitas pada masa anak-anak maupun dewasa

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya hipertensi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenti Umami (2017)

tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi Pada Pra Lansia Usia

45-55 Tahun, bahwa dari 75 responden hampir seluruhnya indeks massa tubuh

masuk kategori obesitas yaitu 65 responden. Selain itu penelitian yang dilakukan

oleh Ikhya (2017) tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan

Darah Pada Lansia Di Desa Pesucen, didapatkan bahwa dari 202 responden yang

terbanyak masuk kategori obesitas sebanyak 76 responden. Pendapat tersebut

sejalan dengan Somantri (2015) seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan zat

gizi karbohidrat dan lemak umumnya lebih rendah karena adanya penurunan

metabolisme basal. Proses metabolisme yang menurun pada usia lanjut akan

beresiko mengakibatkan kegemukan karena terjadi penurunan aktivitas fisik,

maka kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak sehingga mengakibatkan

kegemukan. Puncak kenaikan berat badan pada wanita terjadi pada usia 55-65

tahun dan pria pada usia 34-54 tahun.

Sebagaimana uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya

usia, seseorang akan mengalami penurunan aktivitas fisik sehingga proses

metabolisme tubuh juga akan menurun. Hal tersebut dapat mengakibatkan

penumpukan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kegemukan.

4.2.2. Tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden hampir

setengahnya masuk kategori hipertensi sedang yaitu sebanyak 29 responden

(46,8%). Sedangkan kategori hipertensi ringan ada 27 responden (43,5) dan

STIKES Advaita Medika Tabanan


51

paling sedikit masuk kategori hipertensi berat sebanyak 6 responden (9,7%).

Hipertensi sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik

lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah,

2012). Faktor hipertensi yang tidak dapat diubah adalah umur, jenis kelamin, dan

genetik. Faktor resiko hipertensi yang dapat diubah meliputi obesitas/kegemukan,

psikososial dan stres, merokok dan olah raga yang kurang, konsumsi alkohol

berlebih, konsumsi garam berlebih, hiperlipidemia/ hiperkolestrolemia.

Sedangkan penyebab sekunder hipertensi antara lain penyakit ginjal, gangguan

endokrin, dan penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi pil (Dalimartha, 2008).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenti Umami (2017)

tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi Pada Pra Lansia Usia

45-55 Tahun, bahwa dari 75 responden hampir seluruhnya mengalami hipertensi

berat yaitu 66 responden. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nieky (2014)

tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Poliklinik Hipertensi Dan Nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandoy Manado, didapatkan bahwa dari 63 responden hampir seluruhnya

mengalami hipertensi sedang yaitu 41 responden.. Pendapat tersebut sejalan

dengan Pearce (2006) seiring dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia

80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55- 60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun secara drastis.

Sebagaimana uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya

usia mengakibatkan perubahan fisiologis dalam tubuh. Hal tersebut dapat

berakibat pada penebalan dinding arteri dan semakin lama akan menyempit

STIKES Advaita Medika Tabanan


52

mengakibatkan aliran darah terganggu dan kerja jantung menjadi lebih berat.

Sehingga menyebabkan tekanan pada dinding arteri lebih besar dan tekanan darah

meningkat.

4.2.3. Hubungan Indeks Massa tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi Di Desa Tengkudak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dari 62 responden hampir

setengahnya masuk indeks massa tubuh kategori obesitas dengan hipertensi

sedang sebanyak 21 responden (33.9%). Setelah dilakukan analisis data dengan

menggunakan uji spearman’s rho diketahui nilai koefisien korelasi (r) = 0,318

dan nilai signifikan = 0,012 atau lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada

pasien hipertensi di Desa Tengkudak. Arah korelasi positif menyatakan bahwa

semakin tinggi indeks massa tubuh pasien, maka semakin tinggi tekanan darah

pada pasien hipertensi tersebut.

Sebagaimana diungkapkan (Astawan,2010) kegemukan erat hubungannya

dengan hipertensi. Pada saat masa menopause perempuan memiliki risiko

hipertensi yang sama dengan pria dikarenakan perubahan hormonalnya dimana

faktor protektor tidak dihasilkan lagi juga ditunjang dengan kenaikan berat badan

(Depkes, 2006). Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang

kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30

tahun mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan

wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume darah

penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak

mengalami obesitas. Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara

STIKES Advaita Medika Tabanan


53

hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding

penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto,2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenti Umami (2017)

tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi Pada Pra Lansia Usia

45-55 Tahun, dimana dari hasil analisis data dengan menggunakan uji spearman’s

rho di ketahui nilai signifikan 0,001 lebih rendah dari 0,05 artinya H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara variabel Indeks Massa Tubuh

Dengan Hipertensi Pada Pra lansia Usia 45-55 Tahun di mana semakin tinggi

indeks massa tubuh maka akan menyebabkan hipertensi. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikhya (2017) tentang Hubungan

Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Pesucen,

dimana berdasarkan uji statistik bivariat antara indeks massa tubuh dengan

tekanan darah sistol dan diastol didapatkan hasil (p = 0,029 ; r = 0,154) dan (p =

0,009 ; r = 0,183). Kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistol maupun diastol.

Sebagaimana uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya

usia maka fungsi organ-organ dalam tubuh juga akan mengalami penurunan.

Sehingga metabolisme dalam tubuh juga menurun mengakibatkan lemak semakin

menumpuk di dalam pembuluh darah sehingga kerja jantung semakin berat

berhubungan dengan tekanan darah naik. Jadi hal ini ada hubungan indeks massa

tubuh dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Temuan ini sejalan dengan

hasil penelitian sebelumnya Fenti Umami, 2017 yang menyebutkan bahwa risiko

terkena hipertensi dengan berat badan lebih, berpeluang 2-3 kali dibandingkan

STIKES Advaita Medika Tabanan


54

dengan berat badan normal dan kurus. Responden dengan berat badan lebih akan

terjadi penumpukan jaringan lemak, yang dapat menyebabkan peningkatan

resistensi pembuluh darah dalam meningkatkan kerja jantung untuk dapat

memompakan darah ke seluruh tubuh.

Untuk itu diperlukan diet tinggi serat. Terjadinya hal ini erat hubungannya

dengan meningkatnya densitas energi dari diet sehari-hari. Peningkatan kadar

serat dalam diet dapat menurunkan penyerapan energi. Serat juga mampu

memberikan perasaan kenyang lebih lama sehingga keinginan untuk makan

makanan lain akan menjadi berkurang. Kebutuhan serat bagi tubuh tiap hari

sekitar 25-30 mg/hari. Sumber serat yang baik adalah sayuran seperti bayam,

sawi, kangkung, kentang, kubis dan buah seperti alpukat, pisang, melon, jeruk

serta kacang-kacangan seperti kacang buncis, kedelai, kacang merah.

4.3. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak keterbatasan dan

hambatan, diantaranya sebagai berikut :

1. Keterbatasan :

a. Jumlah responden yang hanya 62 orang, tentunya masih kurang untuk

menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

b. Peneliti hanya meneliti dua variabel saja yaitu tekanan darah pasien

hipertensi dan indeks massa tubuh.

2. Hambatan :

a. Bertambahnya waktu penelitian karena terkendala oleh aturan

pengendalian penyebaran covid 19 yang tidak boleh mengumpulkan

banyak orang.

STIKES Advaita Medika Tabanan


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan indeks massa tubuh dengan

tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Indeks massa tubuh pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak sebagian

besar masuk kategori obesitas.

2. Tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak hampir

setengahnya masuk kategori hipertensi sedang.

3. Ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Desa Tengkudak.

5.2. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Penebel II diharapkan

dapat menjadikan hasil penelitain ini sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan kulalitas pelayanan kepada pasien hipertensi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan

masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang

kesehatan dan membantu menerapkan asuhan keperawatan kepada

55 STIKES Advaita Medika Tabanan


56

penderita hipertensi khususnya yang berhubungan dengan indeks massa

tubuh.

STIKES Advaita Medika Tabanan


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta: EGC

Arisman. 2010.Gizi dalam daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan.


Diperoleh tanggal 22 September 2020, dari: www.diskes.tabanankab.go.id/.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali. Diperoleh
tanggal 22 September 2020, dari: www.diskes.baliprov.go.id/.

Grace, Pierce, A., & Borley, Neil R. A. G. 2007. Ilmu Bedah Edisi Ketiga,
Jakarta: Erlangga.
Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta :Salemba Medika.
JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA,
289:2560-2571.

Nazir. 2012. Metodelogi Penelitian. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 3). Jakarta:


Selemba Medika.
Price, S. A. & Wilson, L. M. C. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 1&2. Jakarta: EGC.
Proverawati dan Misaroh. 2009. Prilaku hidup sehat dengan peningkatan status
gizi. Surabaya: Air Langga

Sandrina. 2013. Indeks Masa Tubuh. Diperoleh tanggal 20 September 2020, dari:
www.unair.ac.id/.

Suiraoka, I.P. 2012. Penyakit Degeneratif : Mengenal, Mencegah, dan


Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Supariyasa. 2012. Status Gizi. Bandung : ALFABETA


Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern : Hipertensi, Stroke,
Jantung , Kolesterol dan Diabetes (Gejala-Gejala, Pencegahan dan
Pengendalian). Yogyakarta : ANDI.
Swarjana, I. K. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit
Andi & Stikes Bali.
Syaifuddin, D.H. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, E/3.
Jakarta: EGC.

Tambayong, J. 2000. Patofisiologi Keperawatan. Jakarta:EGC.

Vistabunda. 2013. Indeks Masa Tubuh dan Hidup Sehat. Diperoleh tanggal 22

September 2020, dari: www.vistabunda.com/.


Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN


HIPERTENSI DI DESA TENGKUDAK

No Kode Jenis Umur TB BB IMT TD KET


Responden Kelamin Pekerjaan
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak/ibu calon responden

Di Desa Tengkudak

Dengan hormat,

Yang bertanda di bawah ini adalah mahasiswa program studi ilmu


keperawatan STIKES Advaita Medika Tabanan :

Nama : I Putu Aris Adi Sosiawan

NIM : 19111110016

Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Indeks Massa


Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Desa Tengkudak”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bapak/ibu


sebagai responden, kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia menjadi reponden
dalam penelitian ini maka tidak ada ancaman bagi bapak/ibu dan jika menyetujui,
maka di mohon kesediaan bapak/ibu menandatangani lembar persetujuan yang
tersedia.

Terima kasih atas perhatian dan kesediaan bapak.ibu menjadi responden.

Peneliti

I Putu Aris Adi Sosiawan


Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan ini saya :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Alamat :

Bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian dengan

judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi di Desa Tengkudak” yang akan dilakukan oleh I Putu Aris Adi

Sosiawan mahasiswa program studi ilmu keperawatan STIKES Advaita Medika

Tabanan tanpa paksaan. Hal ini semata-mata untuk keperluan ilmu pengetahuan.

Demikian surat pernyataan isi saya buat.

Hormat saya

( )
Lampiran 4
TABULASI DATA
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI DI DESA TENGKUDAK

DATA
UMUM
NO JENIS
NO UMUR PEKERJAAN
RESPONDEN KELAMIN Keterangan :
1 1 2 4 3 Jenis kelamin :
2 2 2 5 4
3 3 2 4 2 1. Laki-laki
4 4 2 4 1 2. Perempuan
5 5 2 4 1
6
Umur :
6 2 2 2
7 7 2 5 3 1. 15-23 tahun
8 8 2 4 3 2. 24-32 tahun
9 9 2 5 4 3. 33-41 tahun
10 10 2 5 4 4. 42-50 tahun
11 11 2 4 5 5. 51-59 tahun
12 12 2 5 4
13 13 2 5 4 Pekerjaan :
14 14 2 5 4
15
1. PNS
15 2 5 4
16 16 2 4 5
2. Swasta
17 17 2 5 4 3. Wiraswasta
18 18 1 5 5 4. Tidak
19 19 1 5 5 bekerja
20 20 1 3 3 5. Petani
21 21 1 5 4
22 22 1 5 5
23 23 1 4 3
24 24 1 5 4
25 25 2 4 2
26 26 2 5 4
27 27 2 5 4
28 28 2 5 4
29 29 2 5 4
30 30 2 5 5
31 31 1 4 3
32 32 2 4 3
33 33 2 5 5
34 34 2 4 5
35 35 2 5 5
36 36 1 5 4
37 37 2 4 5
38 38 2 5 5
39 39 2 5 5
40 40 2 4 2
41 41 2 4 3
42 42 2 3 1
43 43 1 5 4
44 44 2 5 5
45 45 2 2 1
46 46 2 5 5
47 47 2 5 5
48 48 2 5 5
49 49 2 5 5
50 50 2 4 1
51 51 2 5 4
52 52 2 5 4
53 53 2 5 4
54 54 2 5 5
55 55 2 3 2
56 56 2 5 5
57 57 2 4 2
58 58 2 5 5
59 59 2 5 5
60 60 2 3 2
61 61 2 4 2
62 62 2 5 4
Jumlah 114 278 230

Rata rata 1,83871 4,483871 3,70968


Lampiran 5
TABULASI DATA
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA TENGKUDAK

DATA
KHUSUS
NO NO RESPONDEN IMT HIPERTENSI
1 1 3 2 Keterangan:
2 2 4 2
IMT :
3 3 3 2
4 4 4 2 1. Kurus
5 5 4 2 2. Normal
6 6 2 1 3. Gemuk
7 7 3 2 4. Obesitas
8 8 3 2
9 9 4 3
10 10 3 1 Hipertensi :
11 11 4 2 1. Ringan
12 12 4 2 2. Sedang
13 13 4 2 3. Berat
14 14 4 2
15 15 4 1
16 16 4 1
17 17 4 1
18 18 4 2
19 19 3 2
20 20 4 3
21 21 4 1
22 22 4 2
23 23 3 2
24 24 4 2
25 25 3 2
26 26 1 1
27 27 4 2
28 28 4 2
29 29 4 3
30 30 4 1
31 31 4 3
32 32 4 1
33 33 3 1
34 34 4 2
35 35 4 2
36 36 3 2
37 37 4 1
38 38 4 1
39 39 4 3
40 40 2 1
41 41 4 2
42 42 4 1
43 43 3 1
44 44 4 2
45 45 2 1
46 46 4 2
47 47 4 1
48 48 4 3
49 49 4 2
50 50 3 1
51 51 4 2
52 52 4 2
53 53 4 1
54 54 4 1
55 55 2 1
56 56 4 1
57 57 4 2
58 58 3 1
59 59 2 1
60 60 4 1
61 61 2 1
62 62 4 1
Jumlah 220 103

Rata rata 3,5483 1,6612


Lampiran 6

Frequencies

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 10 16.1 16.1 16.1

Valid Perempuan 52 83.9 83.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

24 – 32 tahun 2 3.2 3.2 3.2

33 – 41 tahun 4 6.5 6.5 9.7

Valid 42 – 50 tahun 18 29.0 29.0 38.7

51 – 59 tahun 38 61.3 61.3 100.0

Total 62 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

PNS 5 8.1 8.1 8.1

Swasta 8 12.9 12.9 21.0

Wiraswasta 8 12.9 12.9 33.9


Valid
Tidak bekerja 20 32.3 32.3 66.1

Petani 21 33.9 33.9 100.0

Total 62 100.0 100.0


Indeks Massa Tubuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurus 1 1.6 1.6 1.6

Normal 6 9.7 9.7 11.3

Valid Gemuk 13 21.0 21.0 32.3

Obesitas 42 67.7 67.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ringan 27 43.5 43.5 43.5

Sedang 29 46.8 46.8 90.3


Valid
Berat 6 9.7 9.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Crosstabs

Jenis Kelamin * Indeks Massa Tubuh Crosstabulation

Indeks Massa Tubuh Total

Kurus Normal Gemuk Obesitas

Count 0 0 4 6 10
Laki-laki
Jenis % of Total 0.0% 0.0% 6.5% 9.7% 16.1%
Kelamin Count 1 6 9 36 52
Perempuan
% of Total 1.6% 9.7% 14.5% 58.1% 83.9%
Count 1 6 13 42 62
Total
% of Total 1.6% 9.7% 21.0% 67.7% 100.0%
Umur * Indeks Massa Tubuh Crosstabulation

Indeks Massa Tubuh Total

Kurus Normal Gemuk Obesitas


Count 0 2 0 0 2
24 – 32 tahun
% of Total 0.0% 3.2% 0.0% 0.0% 3.2%

Count 0 1 0 3 4
33 – 41 tahun
% of Total 0.0% 1.6% 0.0% 4.8% 6.5%
Umur
Count 0 2 6 10 18
42 – 50 tahun
% of Total 0.0% 3.2% 9.7% 16.1% 29.0%

Count 1 1 7 29 38
51 – 59 tahun
% of Total 1.6% 1.6% 11.3% 46.8% 61.3%
Count 1 6 13 42 62
Total
% of Total 1.6% 9.7% 21.0% 67.7% 100.0%

Pekerjaan * Indeks Massa Tubuh Crosstabulation

Indeks Massa Tubuh Total

Kurus Normal Gemuk Obesitas

Count 0 1 1 3 5
PNS
% of Total 0.0% 1.6% 1.6% 4.8% 8.1%

Count 0 4 2 2 8
Swasta
% of Total 0.0% 6.5% 3.2% 3.2% 12.9%

Count 0 0 4 4 8
Pekerjaan Wiraswasta
% of Total 0.0% 0.0% 6.5% 6.5% 12.9%

Count 1 0 3 16 20
Tidak bekerja
% of Total 1.6% 0.0% 4.8% 25.8% 32.3%

Count 0 1 3 17 21
Petani
% of Total 0.0% 1.6% 4.8% 27.4% 33.9%
Count 1 6 13 42 62
Total
% of Total 1.6% 9.7% 21.0% 67.7% 100.0%
Jenis Kelamin * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

Ringan Sedang Berat


Count 2 6 2 10
Laki-laki
% of Total 3.2% 9.7% 3.2% 16.1%
Jenis Kelamin
Count 25 23 4 52
Perempuan
% of Total 40.3% 37.1% 6.5% 83.9%
Count 27 29 6 62
Total
% of Total 43.5% 46.8% 9.7% 100.0%

Umur * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

Ringan Sedang Berat

Count 2 0 0 2
24 – 32 tahun
% of Total 3.2% 0.0% 0.0% 3.2%

Count 3 0 1 4
33 – 41 tahun
% of Total 4.8% 0.0% 1.6% 6.5%
Umur
Count 6 11 1 18
42 – 50 tahun
% of Total 9.7% 17.7% 1.6% 29.0%

Count 16 18 4 38
51 – 59 tahun
% of Total 25.8% 29.0% 6.5% 61.3%
Count 27 29 6 62
Total
% of Total 43.5% 46.8% 9.7% 100.0%
Pekerjaan * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

Ringan Sedang Berat


Count 3 2 0 5
PNS
% of Total 4.8% 3.2% 0.0% 8.1%

Count 5 3 0 8
Swasta
% of Total 8.1% 4.8% 0.0% 12.9%

Count 1 5 2 8
Pekerjaan Wiraswasta
% of Total 1.6% 8.1% 3.2% 12.9%

Count 8 10 2 20
Tidak bekerja
% of Total 12.9% 16.1% 3.2% 32.3%

Count 10 9 2 21
Petani
% of Total 16.1% 14.5% 3.2% 33.9%
Count 27 29 6 62
Total
% of Total 43.5% 46.8% 9.7% 100.0%

Indeks Massa Tubuh * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

Ringan Sedang Berat

Count 1 0 0 1
Kurus % within Indeks Massa
100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Tubuh

Count 6 0 0 6
Normal % within Indeks Massa
Indeks 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Tubuh
Massa
Count 5 8 0 13
Tubuh
Gemuk % within Indeks Massa
38.5% 61.5% 0.0% 100.0%
Tubuh

Count 15 21 6 42
Obesitas % within Indeks Massa
35.7% 50.0% 14.3% 100.0%
Tubuh
Count 27 29 6 62
Total % within Indeks Massa
43.5% 46.8% 9.7% 100.0%
Tubuh
Nonparametric Correlations

Correlations

Indeks Massa Hipertensi


Tubuh

Correlation Coefficient 1.000 .318*

Indeks Massa Tubuh Sig. (2-tailed) . .012

N 62 62
Spearman's rho
Correlation Coefficient .318* 1.000

Hipertensi Sig. (2-tailed) .012 .

N 62 62
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai