DI SUSUN OLEH
CUCU MAHDIYAT
191030100219
Disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Hasil Skripsi Program Studi S.1
Keperawatan
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
Ns. Riris Andriati, S.Kep.,M.Kep Ns. Dhia Diana Fitriani, S.Kep, M.Kep
NIDN : 0317107603 NIDN 0407097604
Mengetahui,
Kepala Jurusan Prodi S.1 Keperawatan
LEMBAR PENGESAHAN
i
Skripsi Dengan Judul :
Disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Hasil Skripsi Program Studi S.1
Keperawatan
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
Ns.Ni Bodro Ardi, S.Kep.,M.Kep Ns. Dhia Diana Fitriani, S.Kep, M.Kep
NIDN : 0410048406 NIDN 0407097604
Mengetahui,
Kepala Jurusan Prodi S.1 Keperawatan
ii
CUCU MAHDIYAT
191030100219
INTISARI
Latar Belakang : Respon paling umum pada pasien pre-operasi salah satunya adalah
respon psikologi (kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi pembedahan
harus dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap anesthesia dan prosedur
pembedahan.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pre anestesi dengan tindakan spinal
anestesi di RSUD Banten.Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non
eksperimen dengan desain penelitian potong lintang (Cross Sectional). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani operasi dengan tindakan spinal
anestesi di RSUD Banten, sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara accidental
sampling 55 sampel. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank.Hasil Penelitian :
Karakteristik pasien terbanyak berusia 36-45 tahun sebanyak 29 orang (52,7%), status
fisik terbanyak ASA II sebanyak 30 orang (54,6%), dan tingkat pendidikan terbanyak rata-
rata berpendidikan terakhir SLTA sebanyak 29 orang (52,7%). Responden yang
mendapatkan dukungan keluarga terbanyak rata-rata mendapatkan dukungan keluarga
kategori sedang dengan hasil 31 orang (56,4%) dan yang lain mendapatkan dukungan
keluarga kategori rendah 9 orang (16,4%) dan dukungan keluarga kategori tinggi sebanyak
15 orang (27,2%).Responden mengalami kecemasan yang berbeda-beda, y a n g
t e r b a n y a k mengalami kecemasan sedang sebanyak 30 orang (54,6%), kecemasan
tinggi sebanyak 18 orang (32,7%) dan kecemasan berat 18 orang (32,7%).Terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan preanestesi
dengan tindakan spinal anestesi di RSUD Banten ditandai nilai koefisien korelasi adalah -
0,510 dengan tingkat keeratan hubungan sedang dan tanda negarif menandakan bahwa
semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat kecemasan.
Kesimpulan : Dapat disimpulkan dari hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan.
iii
CUCU MAHDIYAT
191030100217
ABSTRACT
Background:One of the most common responses in pre-operative patients is a psychological
response (anxiety), mentally the patient who will face surgery must be prepared because there is
always a sense of anxiety and fear of anesthesia and surgical procedures .Objectives:This study aims
to determine the relationship of family support to the level of anxiety pre anesthesia with
spinal anesthesia in Banten Hospital Method:This research is a non-experimental study with a
cross sectional design. The population in this study were all patients who were going to undergo
surgery with spinal anesthesia at Banten Hospital. The sample in this study was taken by accidental
sampling of 55 samples. Data analysis using the Spearman Rank test Results: The most patient
characteristics aged 36-45 years were 29 people (52.7%), the most physical status was ASA II as
many as 30 people (54.6%), and the highest level of education was 29 people (52.7%). %).
Respondents who get the most family support on average get moderate category family support with
the results that 31 people (56.4%) and others get low category family support 9 people (16.4%) and
high category family support as many as 15 people (27 , 2%). Respondents experienced different
anxiety, the most experienced moderate anxiety was 30 people (54.6%), 18 people experienced high
anxiety (32.7%) and 18 people experienced severe anxiety (32.7%) There is a significant relationship
between family support and the level of anxiety preanesthesia with spinal anesthesia at Banten
Hospital, marked by the value of the correlation coefficient is -0.510 with a moderate level of
closeness and the negative sign indicates that the higher the family support, the lower the level of
anxiety.Conclusion: It can be concluded from the results of the study that there is a
significant relationship between family support and anxiety levels.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas segala kuasa dan karunia yang
BANTEN”. Proposal penelitian ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang.
Dalam menyelesaikan proposal skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
6. Dr. Edwin M. Siahaan Sp.An selaku KA.SMF Anestesiologi dan terapi intensif RSUD
Banten
7. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang yang telah
v
Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan proposal skripsi ini, penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan penelitian ini. Akhir kata
semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 5
C. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………… 5
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 5
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
A. Konsep Teori …………………………………………………….......7
1. Regional anestesi..………………………………….................... 7
2. Pra anestesi................................. ……………………………... 9
3. Kecemasan……………………………………………................ 12
4. Dukungan keluarga.........................................................................28
B. Penelitian Terkait ………………………………………………….. 33
C. Kerangka Teori Penelitian ………………………………………… 37
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ………………………………………………….. 39
B. Definisi Operasional ………………………………………………. 40
C. Hipotesis …………………………………………………………… 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ………………………………………………….. 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….... 43
C. Populasi dan Sampel ………………………………………………. 43
BAB V HASIL PENELITIAN
Pembahasan.............................................................................................. 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 81
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR BAGAN
...............................................................................................................................Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terutama dalam hal ilmu anestesi. Pemberian anestesi adalah upaya menghilangkan
nyeri dengan sadar (regional anestesi) atau tanpa sadar (general anestesi) guna
Regional anestesi adalah anestesi lokal dengan menyuntikan obat anestesi disekitar
syaraf sehingga area yang di syarafi teranestesi.. Anestesi regional dibagi menjadi
Blok (SAB) adalah salah satu teknik anestesi regional yang dilakukan dengan cara
analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka. Untuk dapat
motoris maka perlu diketahui neurofisiologi saraf, mekanisme kerja obat anestesi lokal
pada SAB dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Derajat anestesi yang dicapai
tergantung dari tinggi rendah lokasi penyuntikan, untuk mendapatkan blockade sensoris
yang luas, obat harus berdifusi ke atas, dan hal ini tergantung banyak faktor antara lain
diartikan bahwa obat lokal anestesi mempunyai berat jenis yang lebih besar dari berat
jenis cairan serebrospinal, yaitu dengan menambahkan larutan glukosa, namun apabila
1
2
Operasi atau pembedahan cukup beragam berdasarkan pada bagian tubuh yang
perlu dibedah, seberapa mendesak pembedahan tersebut, jumlah sayatan yang pasien
integritas dan jiwa seseorang, selain itu operasi menimbulkan kecemasan yang
menghambat dalam tugas dan kehidupan sehari-hari pasien dan menimbulkan berbagai
fisik, menjadi buruk rupa atau tidak berfungsi normal (body image), takut peralatan
pembedahan dan petugas, takut tidak sadar lagi setelah dibius dan takut operasi
gagal merupakan respon kecemasan pasien terhadap operasi atau pembedahan (Artini,
2015).
Keluarga merupakan bagian terkecil yang didalamnya terdapat interaksi antar anggota
kesehatan seluruh anggota keluarganya. Adanya ikatan emosional yang alami, langsung
dan sering mendalam dalam dinamika hubungan solidaritas, yang mana dalam
keadaan normal terdapat rasa saling ketergantungan, saling membutuhkan dan saling
membela dalam keluarga. Keluarga dibangun dari individu- individu yang mempunyai
Adapun melalui pendapat Mansyur pada tahun 2013 menyatakan bahwa, didalam
membentuk keluarga yang solid, dukungan keluarga dari segi medis mampu
berperan dalam mengurangi pemikiran dampak negatif terhadap penyakit yang dialami
dari keluarga guna meningkatkan semangat hidup pasien. Dukungan keluarga penting
sebagai srategi preventif dalam menurunkan kecemasan pre operasi. Terdapat dukungan
penilaian dalam dukungan keluarga. Untuk memahami keinginan pasien, keluarga dapat
Dukungan penilaian berupa respon positif keluarga terhadap penyakit yang diderita
pasien, dalam kasus lain pasien yang mengalami kelainan jantung bawaan, kondisi
dalam hal ini penting dan perlu mendapatkan dukungan penilaian positif dari keluarga
dan orang-orang terdekatnya. Jika pasien mendapatkan penilaian negatif maka akan
selama di rumah sakit. Bantuan finansial merupakan bantuan nyata yang efektif
mengurangi. kecemasan, dalam hal ini dapat berupa biaya pengobatan. Dukungan
informasional dari keluarga yaitu memberikan solusi dari masalah yang ada, dalam
pasien agar pasien tetap fokus dalam masa pengobatannya. Adapun dukungan
emosional yang diberikan pihak keluarga dapat berupa semangat dan motivasi bagi
kesembuhan pasien.
4
Setelah merangkum dari hasil abstrak yang dilakukan oleh Gea (2014), Liandi
(2014) dan Trise (2012) mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat
kecemasan pre operasi mendapatkan data. Penelitian Gea (2014) yang dilakukan di
salah satu RS di Jakarta tingkat kecemasan pre operasi menunjukkan 70% pada
kecemasan sedang. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liandi (2011) di
salah satu rumah sakit yang ada di Yogyakarta RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
mengalami kecemasan tinggi dalam tahap pre anestesi. Penelitian Trise (2012) di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan
berdasarkan pada jenis tindakan pembedahan dan pilihan anestesi yang akan dijalani
pasien. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh dari RSUD Banten pada
bulan januari 2020 rata-rata pasien yang menjalani tindakan anestesi berjumlah 220
pasien. Jumlah general anastesi sebanyak 130, dengan spinal anastesi 90 pasien.
dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan, berdasarkan data di atas penulis tertarik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Banten?
3. Bagaimana tingkat kecemasan pre anestesi di ruang rawat inap RSUD Banten?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini pada keperawatan anestesi, untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien pre anestesi dengan
F. Manfaat Penelitian
berikut:
ilmu tentang hubungan antara dukungan keluarga dalam menurunkan kecemasan pre
2. Manfaat Praktis
pada pasien dan keluarga, khususnya bisa memberikan penjelasan pada keluarga
pasien yang akan menjalani operasi agar selalu memberikan dukungan pada
pasien.
c. Peneliti Selanjutnya
anestesi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Regional Anestesi
a. Pengertian
Salah satu konsep pelayanan kesehatan modern yang berkembang saat ini
adalah bentuk pelayanan di bidang medis, yang mempunyai kaitan erat dengan
Menurut majid, dkk pada tahun 2011 menyatakan bahwa anestesi merupakan
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh dan
salah satu yang sangat penting dalam anestesi adalah penentuan klasifikasi
b. Lokasi penyuntikan
lumbal ini relative lebih lebar dan datar dibandingkan dengan segmen-segmen
lainnya. Lokasi interspace ini dicari dengan cara menghubungkan crista iliaca
8
9
kiri dan kanan, maka titik pertemuan dengan segmen lumbal merupakan
1) Hipotensi
hal ini terjadi karena obat anestesi dapat mencapai cranium dan akan
headache/PDPH)
tekanan LCS yang rendah. Bilamana pasien duduk tegak atau berjalan,
tarikan terjadi pada otak dan meningen sebagai akibat gravitasi dan
pasien berbaring terlentang. Keadaan ini lebih sering terjadi pada pasien
10
obstetrik. Keadaan ini dapat timbul sampai 2 sampai 7 hari setelah punksi
2. Pre anestesi
menghilangkan rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak nyaman sehingga pasien
merasa lebih nyaman. Agar mendapatkan hasil yang optimal selama operasi dan
anestesi maka diperlukan tindakan preanestesi yang baik. Tindakan pre anestesi
tersebut merupakan langkah lanjut dari hasil evaluasi preoperasi khususnya anestesi
untuk mempersiapkan kondisi pasien, baik psikis maupun fisik pasien agar
pasien siap dan optimal untuk menjalani prosedur anestesi dan diagnostik atau
dimungkinkan.
Pada kasus bedah elektif, evaluasi pre anestesi dilakukan sehari sebelum
bedah sentral (IBS) untuk menentukan status fisik berdasarkan ASA (American
saat itu juga di ruang persiapan operasi instalasi rawat darurat (IRD), karena
11
waktu yang tersedia untuk evaluasi sangat terbatas, sehingga sering kali informasi
tentang penyakit yang diderita kurang akurat. Persiapan pre anestesi di rumah
sakit meliputi:
a. Persiapan psikologis
(kolaborasi).
3) Pemberian obat sedative dapat dilakukan secara: oral pada malam hari
untuk klien pediatrik pada pagi hari sebelum masuk IBS (kolaborasi).
b. Persiapan fisik
dengan pakaian khusus kamar bedah dan kalau perlu klien diberi label.
c. Pemeriksaan fisik
12
pasien yang akan dilakukan operasi dan anestesi adalah sebagai berikut :
napas , tekanan darah, nadi, suhu tubuh , berat badan dan tinggi badan
c) Respirasi.
d) Hemodinamik.
e) Penyakit darah.
f) Gastrointestinal.
g) Hepato-billier.
j) Otot rangka.
k) Integumen
Menurut Majid, dkk (2016) membuat surat persetujuan merupakan aspek etik
dan hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien
fisioterapi, dan lainnya sesuai dengan prosedur tetap tata laksana masing-
3. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
merupakan salah satu faktor psikologis yang tidak dapat lepas dari kehidupan
berasal dari bahasa Latin (anxius) dari bahasa Jerman (anst) yaitu suatu kata
Kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek negatif
perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai
dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui
14
oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan
fisiologis dan psikologis, perasaan takut atau tidak tenang yang tidak diketahui
fisik maupun psikologik seperti harga diri, gambaran diri atau identitas diri.
b. Macam-macam kecemasan
Menurut Freud pada tahun 2018 menyatakan bahwa terdapat tiga jenis
realistis. Ketiga kecemasan tersebut saling berkaitan antara satu dan yang
lainnya dan tidak terdapat batas yang jelas antaraketiga jenis kecemasan
tersebut.:
yang tidak diketahui. Perasaan cemas tersebut berada pada ego, tetapi
2) Kecemasan mora (moral anxiety) bermula dari konflik antar ego dengan
kecemasan yang berkaitan dengan rasa takut, namun berbeda dengan rasa
takut itu sendiri. Kecemasan realistik berbeda dengan rasa takut karena
merupakan kecemasan yang berasal dari luar dirinya, baik itu berupa
c. Respon kecemasan
Barlow pada tahun 2002 menyatakan bahwa respon kecemasan memiliki empat
Clark dan Beck pada tahun 2010 memaparkan simtom kecemasan. Simtom-
simtom tersebut terdiri dari simtom fisik, simtom kognitif, simtom perilaku dan
1) Simtom fisik terdiri dari detak jantung meningkat; nafas pendek dan
kesemutan; kelelahan; goyah; pingsan; otot tegang dan kaku dan mulut
kering.
2) Simtom kognitif terdiri dari takut kehilangan kendali; takut cidera fisik atau
kematian; takut akan menjadi “gila”; takut akan penilaian negatif dari
4) Simtom afektif terdiri dari gugup, tegang; takut; tidak sabar, frustasi.
tersebut.
1) Respons Adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
teknik relaksasi.
18
2) Respons Maladaptif
Menurut Stuart dan Sundeen dalam Asmadi pada tahun 2018 menyatakan
1) Kecemasan ringan
b) Kewaspadaan meningkat
kreatifitas.
bibir bergetar
g) Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus
2) Kecemasan Sedang
tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak
aman.
3) Kecemasan Berat
tegang.
4) Panik
memahami situasi.
e. Faktor Kecemasan
Menurut Durand & Barlow pada tahun 2006 menytakan bahwa terdapat tiga
dan sosial.
1) Kontribusi biologis
2) Kontribusi psikologis
dimasa depan yang pasti sampai tidak pasti . Persepsi bahwa dimasa depan
dipenuhi oleh hal-hal yang tidak dapat dikontrol tampak nyata dalam
21
& Barlow,2016).
3) Kontribusi sosial
Durand & Barlow pada tahun 2016 menyatakan bahwa peristiwa yang
sebagai berikut:
Pengalaman
baik.
iv). Adaptasi
Kozier dan Olivery dalam Lutfa dan Maliya pada tahun 2018,
tindakan operasi.
2009).
vii). Lingkungan
ukur yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Skala ini dibuat oleh
berisi empat belas pertanyaan yang terdiri dari tiga belas kategori
HARS diantaranya :
No Aspek penilaian
1. Ketakutan
2. Kecemasan
3. Kegelisahan/ ketegangan
4. Optimisme
5. Kesedihan/depresi
6. Intelektual
7. Minat
8. Otot (somatik)
9. Insomnia
10. Kardiovaskuler
11. Pernafasan
12. Perkemihan
26
13. Gastrointestinal
14. Perilaku
kecemasan dari ringan, sedang, berat dan sangat berat dapat diukur
a) Mengenal anestesi
(3) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai anestesi (1= tidak
berat sekali).
(Nurasalam, 2011).
g. Penatalaksanaan
kecemasan akan berkurang. Efek relaksasi adalah kebalikan dari gejala fisik
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu usaha untuk inspirasi dan
a) Antiansietas
(2) Buspiron
b) Antidepresi
4. Dukungan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Menurut Ali pada tahun 2019 menyatakan bahwa keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara anak dan orang
tuanya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan warga atau
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
30
adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung
dan berinteraksi secara teratur anatara satu dengan yang lain yang diwujudkan
tujuan bersama.
b. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
tercapai.
2) Fungsi Sosialisasi
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu
32
3) Fungsi Repoduksi
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
4) Fungsi Ekonomi
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
masalah kesehtan.
kesehatan masyarakat.
sebagai berikut :
kedudukannya masing-masing.
luas.
Dukungan keluarga menurut Friedman pada tahun 2010 adalah sikap, tindakan
1) Dukungan Penilaian
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping
merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif
2) Dukungan Instrumental
support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan
3) Dukungan Informasional
dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan
4) Dukungan Emosional
sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan
memberikan semangat.
Menurut Friedman pada tahun 2008 menyatakan bahwa ada bukti kuat dari
hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil
Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhtian
daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu
dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga
Menurut Friedman pada tahun 2008 menyatakan bahwa, ibu yang masih muda
anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Hal ini
ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,
sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan
otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat
dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan
kelas sosial bawah (Friedman, 2008). Faktor lainnya adalah adalah tingkat
dari stres yang berat. Orang dengan dukungan sosial yang tinggi akan kurang
menilai situasi penuh stres, sedangkan dengan dukungan sosial yang rendah
akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres. Hipotesis efek tidak
orang yang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan lebih
38
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Liandi (2011) bahwa
kecemasan rendah sebanyak 10% dan kecemasan sedang 6,67% didapat pada
dukungan informatif.
1. Dukungan emosional
2. Dukungan penghargaan
39
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan informatif
yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif
jawaban yang tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert yang
B. Kerangka Teori
A. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmojo pada tahun 2012, menjelaskan bahwa kerangka konsep merupakan
turunan dari kerangka teori yang telah disusun sebelumnya dalam telaah pustaka.
Pengertian lainnya tentang kerangka konsep penelitian yaitu kerangka hubungan antara
konsep – konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
yang akan diteliti. Kerangka yang baik dapat memberikan informasi yang jelas kepada
peneliti dalam memilih desain penelitian. Kerangka konsep yang digunakan pada
kecemasan pasien pada pasien pra anestesi dengan tindakan regional anestesi di RSUD
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2015). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka konsep yang digunakan
39
41
B. Definisi Operasional
Menurut Notoatmojo pada tahun 2012 mengatakan bahwa Definisi operasional adalah
definisi yang berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan
tersebut. spek yang akan dipelajari dalam penelitian ini hanya meliputi satu variabel yang
telah teridentifikasi dalam kerangka konsep, yaitu hubungan dukungan keluarga pasien
dengn tingkat kecemasan pasien pre anestesi dengan tindakan regional anestesi di
RSUD Banten. Definisi operasional untuk setiap sub variabel digambarkan dalam tabel
3.1.
C. HIPOTESIS
sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang diharapkan antara
dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2012).
Hipotesis pada umumnya dinyatakan dalam bentuk hipotesis nol (H 0) dan hipotesis
alternatif (Ha). H0 diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antar variabel
yang diteliti, sedangkan Ha diartikan dengan adanya hubungan. Sesuai dengan tujuan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada pasien pre anestesi dengan tindakan regional anestesi di RSUD
Banten.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah non eksperimen yaitu rancangan atau
desain penelitian yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk
Desain penelitian ini bersifat studi potong lintang (cross sectional) dengan pendekatan
pada satu saat tertentu saja. Pengukuran variable tidak terbatas pada satu waktu
bersama, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek dilakukan satu kali
pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Penelitian ini
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Banten pada bulan Desember 2020 – Januari
2021.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan dilakukan
operasi dengan tindakan spinal anestesi di ruang rawat inap RSUD Banten.
Berdasarkan data rekam medik RSUD Banten periode bulan september 2020
43
45
diperoleh data rata-rata per bulan sekitar 100 pasien yang dioperasi dengan
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatsan dana, tenaga, dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif atau mewakili (Arikunto, 2011). Sampel penelitian adalah pasien pre
operasi dengan tindakan spinal anestesi di ruang rawat inap RSUD banten.
(Sugiyono, 2011). Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan
sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan.
Kriteria ini berupa Kriteria inklusi, merupakan batasan ciri/ karakter umum pada
a. Kriteria inklusi :
b. Kriteria eklusi :
1) pasien cito
Adapun besar sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin
1 + N(d2)
100
n=
1 + 100(0,12)
100
n=
= 50
N: Besar populasi regional anestesi di RSUD BANTEN
n: Besar sampel
d: Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan
yaitu pasien yang menjalani operasi dengan general anestesi sebanyak 50 orang,
untuk menghindari drop out maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel
E. Instrument penelitian
1. Instrument kecemasan
Rating Scale of Anxiety) terdiri dari 16 pertanyaan dengan kisi- kisi sebagai
berikut :
Kuesioner atau angket ini menggunakan bentuk skala likert dan harus dapat
mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap
tingkat jawaban yakni (Selalu), (Sering) (Kadang-kadang) dan (Tidak pernah) serta
atau centang () tingkat jawaban yang dianggap sesuai dengan pendapat responden.
Kuesioner akan diisi oleh pasien yang akan menjalani operasi dengan tindakan
spinal anestesi yang akan dijadikan subjek penelitian, dilakukan satu hari sebelum
operasi.
Keterangan hasil :
c. Skor 21 – 27 = kecemasansedang.
alat kuesioner yang berupa sejumlah pertanyaan yang dibuat oleh penelitian
49
diberikan pada responden yang akan melakukan operasi dengan tindakan spinal
anestesi. Kuesioner ini akan diberikan pada saat bersamaa dengan kuesioner
tingkat kecemasan. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari 16 item dengan
kategori :
a) Uji validitas
dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa- apa yang
Product Moment (Sugiyono, 2011). Adapun rumus yang digunakan untuk uji
validitas adalah :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
melihat angka koefisien korelasi (r) yang menyatakan hubungan antara skor
uji validitas ini sebesar 0,514. Jika r hitung > r tabel maka butir pernyataan
dinyatakan valid.
memperoleh data dari 15 responden dengan hasil uji coba validitas yaitu total
tidak valid yaitu soal nomer 9 dan 13, sehingga oleh peneliti pernyataan 9 dan
13 diganti.
b) Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pada penelitian ini, uji reliabilitas
dikarenakan tes yang digunakan berbentuk angket dengan skala bertingkat atau
ordinal.
Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
Keterangan :
= varians total
reliabilitas dengan r tabel, apabila hasil hitung kurang dari r pada derajat
kemaknaan dengan taraf signifikan 5%, maka alat ukur tersebut reliabel.
1. Persiapan penelitian
akademik peneliti melakukan surat ijin dari kampus untuk melakukan uji
c.. Peneliti mendapatkan surat dari bagian diklat RSUD Banten lalu peneliti
menyerahkan surat ijin uji validitas dan reliabilitas ke Kepala Ruang untuk
pasien satu hari sebelum dilakukan operasi dimulai pada bulan November -
Desember 2020.
perempuan umur 21-45 tahun, pasien elektif, ASA I dan ASA II.
terlebih dahulu dan memverifikasi pasien sesuai dengan status pasien atau
dan mempunyai anak atau belum, untuk melengkapi apakah pasien sudah
lebih 15 menit.
yaitu 15 responden.
valid, setelah mengganti pernyataa, kuesioner siap untuk disebar sebagai media
dari STIKES WDH perihal penelitian di RSUD Banten untuk meminta ijin
m. Setelah melalui berbagai tahap penyaringan perihal proposal dan oleh bagian
n. Peneliti menunjukkan surat ijin penelitian kepada kepala ruang rawat inap
bedah 1 dan ruang rawat inap bedah 2 RSUD Banten untuk menyamakan
o. Meminta kepala ruang untuk memilih perawat di bangsal bedah I dan bangsl
Keperawatan.
55
berikut :
2. Jalannya penelitian
sesuai kriteria inklusi dengan cara melihat jadwal operasi terlebih dahulu,
dengan laki-laki dan perempuan umur 21-45 tahun, pasien elektif, ASA I dan
ASA II.
status pasie atau tidak, menjelaskan maksud dan tujuan, melakukan kontrak
lebih 25 menit per pasien mengisi dua kuesioner, peneliti atau enumerator
mengambil data satu hari sebelum pasien dioperasi di ruang rawat inap bedah I
januari.2021.
e. Peneliti atau enumerator mengambil data setiap hari, sampai sesuai dengan
komputer.
frekuensi.
H. Analisa data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu :
a. Analisa univariat
suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun kelompok dengan menghitung
(Notoatmodjo, 2012).
2. Analisa Bivariat
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan uji statistic non parametric. Untuk
menguji hubungan dua variabel yang diteliti yaitu variabel independen dan
57
jenjang atau rank correlation atau sering disebut uji korelasi Spearman rank ,
alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data dari instrument penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pengisian kuesioner yang
meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi, serta data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran,
pengamatan, survey dan lain-lain (Setiadi, 2007). Data primer yang digunakan
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang
secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007). Data sekunder yang digunakan
penulis adalah data dari rekam medis atau data yang diperoleh dari dokumen
3. Data tertier
Data yang diperoleh dari orang atau badan atau instatnsi lain yang telah
dipublikasikan atau dikomplikasikan dari pihak lain dalam bentuk tabel, grafik,
Dengan teknik insidential Random sampling yaitu saat pasien akan melakukan operasi
kepada keluarga pasien dan tingkat kecemasan preanestesi kepada pasien yang telah
disediakan kepada kepada responden dan untuk diisi sesuai dengan keadaan yang
responden rasakan saat akan dilakukan operasi. Setelah semua data kuesioner diperoleh,
kemudian diberi skor. Dan selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui sejauh
mana terdapat hubungan antara variabel yang diteliti. Data dari dukungan keluarga
Setelah semua data skor diperoleh maka dilakukan pengujian untuk mengetahui sejauh
mana terdapat pengaruh antara variabel yang diteliti, seluruh data yang diperoleh
dilakukan :
mempermudah membacanya.
a. Umur
b. Jenis Kelamin
1) Kode 0 : Perempuan
1) Kode 0 : ASA I
2) Kode 1 : ASA II
d. Tingkat Pendidikan
2) Kode 1 : SD
3) Kode 2 : SLTP
60
4) Kode 3 : SLTA
e. Pengalaman operasi
f. Tindakan Pembedahan
1) Kode 0 = URS
2) Kode 1 = Hemoroidektomy
3) Kode 2 = ORIF
4) Kode 3 = Eksisi
5) Kode 4 = Appendiktomy
6) Kode 5 = Debridement
7) Kode 6 = Herniotomy
a. Umur
b. Tingkat Pendidikan
2) Kode 1 : SD
3) Kode 2 : SLTP
4) Kode 3 : SLTA
c. Pekerjaan
1) 0 = Wiraswasta
d. Dukungan Keluarga :
a. 0 = <20 (Ringan)
b. 1 = 21-39 (Sedang)
c. 2 = >40 (Tinggi)
e. Tingkat Kecemasan :
b. 1 = 15-20 (Ringan)
c. 2 = 21-27 ( Sedang)
d. 3 = 28-41 (Berat)
e. 4 = 42-56 (Panik)
3. Entry
data agar dapat dianalisis. Proses data dikerjakan dengan bantuan komputer.
Merupakan kegiatan mengecek kembali data yang sudah dientri, dimana data
5. Tabulating
Merupakan kegiatan memasukkan data menurut variabel yang akan dianalisis yaitu
hasil yang diperoleh dari pengskalaan tingkat keberhasilan. Dari data mentah
tabel distribusi.
K. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika
agar hak responden dapat terlindungi, penelitian dilakukan dengan menggunakan etika
1. Informed Concent
menjadi responden degan tujuan supaya subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, manfaat serta akibat dari penelitian ini. Subjek harus menandatangani
lembar persetujuan bila menyetujui menjadi responden dan jika subjek tidak
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka peneliti harus menghormati
haknya.
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
3. Kerahasiaan (confidentiality)
kecemasan pada pasien sebelum dilakukan spinal anestesi dan data dukungan
keluarga.
4. Keadilan
tingkat kecemasan pasien pre anestesi dengan tindakan spinal anestesi di RSUD
Banten
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Banten terletak di jalan syekh nawawi albantani,
kel.banjarsari, kec.cipocok jaya kota serang, Banten sejak tahun 2013 Bangsal
bedah I memiliki satu nurse station, ruang obat, ruang konsultasi, bangsal kelas
dua, ruang linen bersih, tempat cuci alat non medis, ruang alat medis gudang dan
lima bangsal kelas 3 serta satu WC pegawai, 4 WC pasien dan satu tangga darurat.
2. Analisa Univariat
Responden dalam penelitian ini adalah pasien di RSUD Banten yang akan
63
65
Jumlah 55 100
kelamin, tingkat pendidikan dan yang diamati lainnya ada status fisik
Jumlah 55 100
Tingkat pendidikan
SD 4 7,3
SLTP 18 32,7
SLTA 29 52,7
PT 4 7,3
Jumlah 55 100
Jenis kelamin
Laki-laki 20 36,5
Perempuan 35 63,5
Jumlah 55 100
Pernah operasi 0 0
Belum pernah operasi 55 100
Jumlah 55 100
Tindakan pembedahan
Sectio alta 3 5,5
Haemoroidectomy 7 12,7
ORIF 8 14,7
Eksisi 5 9,1
Appendictomy 10 18,2
Debridement 4 7,2
Herniotomy 16 29,1
Skin graft 2 3,7
Jumlah 55 100
c. Variabel Penelitian
2. Analisis Bivariat
pasien pre anestesi dengan tindakan spinal anestesi di RSUD Banten dapat
Kecemasan P R
Dukungan keluarga Ringan Sedang Berat Total Value Hitung
f % f % f % f %
Ringan 0 0 0 0 2 3,6 2 3,6 0,001 -0,510
Sedang 0 0 28 51,0 0 0 28 51,0
Tinggi 5 9,1 20 36,4 0 0 25 45,4
Total 5 9,1 48 87,3 2 3,6 55 100
RSUD Banten dan data uji sperman rank terlihat nilai r = 0,510 artinya
(36,4%)
Dukungan keluarga
Karakteristik Rendah Sedang Tinggi Total
responden
f % f % f % f %
Usia
< 25 1 1,8 2 3,6 2 3,6 5 9,1
26-35 3 5,4 1 1,8 10 18,1 14 25,4
36-45 0 0 0 0 36 65,4 36 65,5
Jumlah 4 7,2 3 5,4 48 87,1 55 100
Jenis kelamin
Laki-laki 3 5,6 3 5,6 4 7,0 10 18,2
perempuan 10 18,0 20 36,5 15 27,3 45 81,8
Jumlah 13 23,6 23 41,1 19 34,4 55 100
Tingkat pendidikan
SD 13 23,6 2 3,6 0 0 15 27,2
SLTP 5 9,0 3 5,4 0 0 8 14,5
SLTA 5 9,0 2 3,6 15 27,3 22 40,1
PT 0 0 10 18,2 0 0 10 18,2
Jumlah 23 41,8 17 30,9 15 27,3 55 100
Status fisik
ASA I 5 9,1 5 9,1 15 27,3 25 45,4
ASA II 0 0 10 18,2 20 36,4 30 54,6
Jumlah 5 9,1 15 27,3 35 63,7 55 100
Pengalaman operasi
Belum pernah operasi 5 9,1 12 21,9 38 69,0 55 100
Pernah operasi 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 5 9,1 12 21,9 38 69,0 55 100
71
Tindakan pembedahan
Sectio alta 0 0 0 0 3 5,4 3 5,4
Haemoroidectomy 0 0 2 3,6 5 9,1 7 12,7
ORIF 0 0 2 3,6 6 11,1 8 14,5
Eksisi 4 7,3 1 1,9 0 0 5 9,1
Appendictomy 1 1,9 4 7,3 5 9,1 10 18,2
2 3,6 1 1,9 1 1,9 4 7,3
Debridement
0 0 6 11,1 10 18,2 16 29,1
Herniotomy
0 0 1 1,9 1 1,9 2 3,6
Skin graft
Tingkat kecemasan
Karakteristik Rendah Sedang Tinggi Total
responden
f % f % f % f %
Usia
< 25 1 1,8 2 3,6 4 7,2 5 9,1
26-35 3 5,4 1 1,8 14 25,4 14 25,4
36-45 0 0 0 0 30 54,5 36 65,5
Jumlah 4 7,2 3 5,4 48 87,1 55 100
Jenis kelamin
Laki-laki 3 5,6 3 5,6 4 7,0 10 18,2
perempuan 10 18,0 15 27,1 20 36,4 45 81,8
Jumlah 13 23,6 18 32,7 24 43,6 55 100
Tingkat pendidikan
SD 13 23,6 2 3,6 0 0 15 27,2
SLTP 5 9,0 3 5,4 0 0 8 14,5
SLTA 5 9,0 15 27,3 0 0 20 36,4
PT 12 21,9 0 0 0 0 12 21,9
Jumlah 35 63,6 20 36,4 0 0 55 100
Status fisik
ASA I 5 9,1 5 9,1 10 18,2 20 36,4
ASA II 5 9,1 5 9,1 25 45,5 35 63,6
Jumlah 10 18,2 10 18,2 35 63,7 55 100
Pengalaman operasi
Belum pernah operasi 8 14,5 32 58,2 15 27,3 55 100
Pernah operasi 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 8 14,5 32 58,2 15 27,3 55 100
Tindakan pembedahan
Sectio alta 0 0 3 5,4 0 0 3 5,4
72
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat dari tabel 5.7 bahwa pasien yang
mendapatkan dukungan keluarga kategori rendah berpendidikan terakhir
SLTP sebanyak 5 orang (9,0%), hal ini sama halnya dengan penelitian dari
Ilham (2016) sebanyak (67%) berpendidikan terakhir SD. Menurut Ilham
(2016) tingkat pendidikan pasien sangat berkaitan dengan dukungan
informasi dari keluarga, kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan pasien
kurang menjaga kesehatannya. Menurut Rinto (2012) dukungan informasi
dari keluarga juga sangat berguna dalam membantu pasien untuk mengatasi
rasa cemas yang dialami. Sedangkan pendidikan terakhir terbanyak
adalah SLTA sebanyak 15 0rang atau 27,3 %, sehingga semakin tinggi
pendidikan maka keluarga akan menjaga kesehatannya serta dapat menerima
informasi dengan baik dari keluarganya (Ilham, 2016).
74
Tidak hanya dari tinggkat pendidikan, namun ada faktor lain yang
mempengarui dukungan keluarga diantaranya adalah kedekatan antar anggota
keluarga (Liandi, 2011). Dapat dilihat dari hasil penelitian menggunakan
kuesioner dukungan emosional ditandai dengan keluarga yang tidak pernah
menunggu pasien ketika di rumah sakit, keluarga yang kurang
memperhatikan keadaan pasien selama sakit, keluarga yang kurang dalam
berusaha mendengarkan setiap kali pasien mengeluh mengenai penyakitnya
atau keadaannya dan keluarga yang kurang ramah dalam membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dari hasil penelitian diketahui dari tabel 5.5 bahwa pasien yang mengalami
kecemasan ringan sebanyak 7 orang (12,7%), mengalami kecemasan sedang
sebanyak 30 orang (54,6%) dan sebanyak 18 orang (32,7%) mengalami
kecemasan berat. Individu berperan penting menjadi faktor atau kontribusi
terjadinya kecemasan (Mantgomery , 2010).
Kecemasan pre anestesi secara umum terjadi pada pasien yang akan
menjalani prosedur pembiusan dan pembedahan elektif. Sumber kecemasan
75
pre operatif secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu kecemasan
terhadap anestesia dan kecemasan terhadap tindakan pembedahan (Jawaid,
dkk., 2007).
Berdasarkan tabel 5.2 terdapat 29 orang (52,7%) yang berusia 36- 45 tahun,
hasil data tersebut sesuai dengan penelitian Arbani (2015) bahwa kelompok
usia dewasa akhir paling banyak mengalami kecemasan. Masa dewasa
akhir, masa tersebut merupakan penentuan dalam pencapaian stabilitas
sosial ekonomi dan memperoleh derajat hidup yang lebih baik, sehingga
memerlukan energi yang lebih maksimal yang sering menimbulkan stres fisik
dan psikis (Potter & Perry, 2010).
Dapat dilihat dari tabel 5.2 penelitian yang telah dilakukan terdapat 20
orang (36,5%) berjenis kelamin laki-laki dan 35 orang (63,5%) berjenis
kelamin perempuan, sesuai dengan penelitian Arbani (2015) yang
menjelaskan bahwa kecemasan terjadi paling banyak pada perempuan.
Berbeda halnya dengan teori yang menjelaskan bahwa laki- laki memiliki
76
tanggung jawab beban kehidupan yang lebih berat dari perempuan yang
memicu terjadinya stres (Brunner & Suddarth, 2010).
Hasil penelitian yang didapatkan pada tabel 5.8 didapatkan responden dengan
ASA II terbanyak 25 orang atau 45,5% kecemasan tinggi, dikarenakan
sebelum dilakukan operasi pasien tidak mendapatkan penjelasan mengenai
status fisik ASA sehingga pasien yang mengalami kecemasan tidak melihat
dari status fisik pasien
tingkat kecemasan pre anestesi pada tindakan spinal anestesi dan nilai
0,510 termasuk dalam korelasi sedang. Hal ini bertentangan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Liandi (2010) menggunakan uji Kendall
Tau yang didapatkan hasil T adalah -0,149 dan hasil P Value adalah
0,282, sehingga tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pre operasi dan berarti semakin baik dukungan
keluarga pada klien pre operasi maka semakin ringan pula tingkat kecemasan
yang dirasakan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga dari 38 responden dengan
dukungan keluarga rendah terdapat 9 orang (16,4%) mengalami
kecemasan berat, hal ini dikarenakan keluarga yang jarang menjenguk atau
menunggu ketika pasien di rumah sakit, sehingga akan berdampak pada
kecemasan yang berat dikarenakan pasien merasa tidak diperhatikan.
Selain itu dapat disebabkan juga karena keluarga kurang menyediakan waktu
dan fasilitas baik keperluan yang diperlukan pasien ketika dirawat maupun
fasilitas uang untuk keperluan biaya perawatan pasien. Keluarga yang tidak
pernah memberikan informasi terkait dengan penyakit dan hal-hal yang
bisa memperburuk penyakit pasien dan keluarga yang kurang memberikan
support agar pasien cepat sembuh.
A. Kesimpulan
B. Saran
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Bagi peneliti
78
80
2. RSUD Banten
pre anestesi.
DAFTAR PUSTAKA
Aktan, N.M. (2011). Social Support and Anxiety in Pregnant and Postpartum
Women: A Secondary Analysis. Clinical Nursing Research 21(2) 183-194.
Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:
EGC.
Firdaus, M.F. 2014. Uji Validitas Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The
Amsterdam Preoperative Anxiety And Information Scale (APAIS) Versi
Indonesia (Thesis). FKUI.
Gea. N.K. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Kota Bekasi.Skripsi Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia.
Harvard Medikal Shool. (2015). Relaxation Techniques: Breath Control Helps Quell
Erran Stress Response. From
http://www.health.harvardedu./fhg/updates/update1006a.shtml.
83
Mangku G. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks.
Mantgomery, Guy H., et al. (2010). Presurgery Psychological Factors Predict Pain,
Nausea, and Fatigue One Week After Breast Cancer Suergery. Jurnal of Pain
and Symtom Management Vol. 39 No. 6, 6 June 2010.
Morgan,E., Mikhail, M.S., Murray, M.J. (2017). Clinical Anestesiologi 4th edition.
USA: MC Graw-hill Companies.
Potter dan Perry. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan volume 2. Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika
Rizal, G.L. (2014). Program “pasien Pandai” Upaya Menurunkan Kecemasan Pada
Kelompok Pekerja PNS yang Menghadapi Masa Pensiun. Jurnal Keperawatan
Komunitas. Vol 1, No 2, November 2013; 116-121.
Soenarto, R.F & Susilo, C. (2012). Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Trise, I.N & Arifah, S. (2012). Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Persiapan Pre
Operasi dan Pendekatan Komunikasi Terapeutik terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di Ruang Bougenville RSUD Sleman. Skripsi tidak
dipublikasi. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
LAMPIRAN 1
Kepada Yth :
Calon responden di
RSUD Banten
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program
S1 Keperawatan STIKES WDH :
Nama : CUCU MAHDIYAT
NIM : 191030100219
Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Anestesi dengan Tindakan Spinal
Anestesi di RSUD Banten.”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan bagi bapak/ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan
dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada ancaman bagi bapak/ibu. Jika
bapak/ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk
menandatangani lembar persetujuan saya dan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang
saya sertakan.
Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu sebagai responden saya ucapkan
terima kasih.
Peneliti,
CUCU MAHDIYAT
87
LAMPIRAN 2
Dengan ini saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh saudara Cucu Mahdiyat selaku mahasiswa S1 Keperawatan STIKES
WDH dengan judul ”Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Pre Anestesi dengan Tindakan Spinal Anestesi di RSUD Banten.”, dengan suka
rela dan tanpa paksaan dari siapapun.
Penelitian ini tidak akan merugikan saya ataupun berakibat buruk bagi
saya dan keluarga saya, maka jawaban yang saya berikan adalah yang sebenar-
benarnya.
Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Banten, 2020
Responden
(...............)
88
LAMPIRAN 3
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :……………………………………………..
2. Jenis kelamin :
4. Alamat :……………………………………………..
5. Diagnosa :……………………………………………..
6. No. MR :.................................................................
9. Status ASA :
a. Nama :
b. Umur :
c .Alamat :
d . Jenis kelamin :
LAMPIRAN 4
KUESIONER TINGKAT
A. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat kecemasan pre anestesi pada pasien
tindakan spinal anestesi.
B. Identitas responden
Nama :
Tempat/tanggal
lahir
Alamat
Jenis kelamin
C. Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan
kondisi anda
A. Tujuan
Untuk mengetahui dukungan keluarga pada pre operasi pada pasien pre
anestesi
B. Identitas Responden
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
C. Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda (√ ) pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda :
Dukungan emosional
A. Tujuan
Untuk mengetahui dukungan keluarga pada pre operasi pada pasien pre
anestesi
B. Identitas Responden
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
C. Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda ( Berilah tanda (√ ) pada kolom jawaban yang sesuai dengan
kondisi anda :