Anda di halaman 1dari 123

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE-HOSPITAL

STROKE TERHADAP DUKUNGAN DAN TINGKAT


KECEMASAN KELUARGA DALAM MENANGANI
SERANGAN STROKE DI DESA BANGSONGAN
RW 02 KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

Di Susun Oleh:
EKO TULUS WIDODO
NIM :10216008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE-HOSPITAL
STROKE TERHADAP DUKUNGAN DAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA DALAM MENANGANI
SERANGAN STROKE DI DESA BANGSONGAN
RW 02 KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan Penelitian

Di Susun Oleh:
EKO TULUS WIDODO
NIM. 10216008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

ii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE HOSPITAL
STROKE TERHADAP DUKUNGAN DAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA DALAM MENANGANI
SERANGAN STROKE DI DESA BANGSONGAN
RW 02 KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

Disusun Oleh :
EKO TULUS WIDODO
NIM : 10216008

Skripsi ini Telah Di Setujui


11 Januari 2020

Pembimbing

ChristinaDewi, S.Kep, Ns., M.Kep.

Mengetahui :
Prodi S1- Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ely Isnaeni, S.Kep, Ns., M.Kes.


Ketua Progam Studi

iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE HOSPITAL
STROKE TERHADAP DUKUNGAN DAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA DALAM MENANGANI PASIEN
STROKE DI DESA BANGSONGAN RW 02 KABUPATEN
KEDIRI

OLEH:
EKO TULUS WIDODO
NIM. 10216008

Telah diuji PadaTanggal1 Januari 2020


Oleh Tim Penguji :
Penguji I Ika Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

Penguji II Winanda Riski B.S, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

Penguji III Chritina Dewi, S.Kep, Ns., M.Kep ( )

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
InstitutIlmuKesehatan Bhakti Wiyata Kediri

IkaRahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul

“Pengaruh Pendidkan Kesehatan pre hospital Stroke Terhadap Dukungan dan

Tingkat Kecemasan KeluargaPada Pasien Stroke di Desa Bangsongan Rt 03/ Rw

02 Kabupaten Kediri” dapat terselesaikan. Bersamaan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. EC. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti

Wiyata Kediri.

2. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan.

3. Ika Rahmawati, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan.

4. Ely Isnaeni, S. Kep. Ns., M. Kes., selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Christina Dewi, S. Kep, Ns., M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.s

v
6. Penguji proposal skripsi yang memberikan masukan-masukan yang

berharga pada saya agar skripsi ini tersusun dengan baik.

7. Ayah dan Ibu yang selalu menemani dan memberikan dorongan baik

secara materi, semangat dan motivasi agar saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

8. Teman-teman semua yang telah membantu penelitian dan membantu

mengerjakan skripsi ini serta memberikan semangat agar saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun besar

harapan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

vi
ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE-HOSPITAL STROKE


TERHADAP DUKUNGAN DAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA
DALAM MENANGANI SERANGAN STROKE DI DESA BANGSONGAN
RW 02 KABUPATEN KEDIRI

Eko Tulus Widodo, Christina Dewi

Latar Belakang : Stroke atau CVA (Cerebro Vascular Accident) adalah suatu sindroma
yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau global, yang timbul mendadak.
Dampak stroke secara fisik mengakibatkan kelemahan anggota fisik, dampak lain
secara non fisik, penting sekali peran keluarga dalam memberikan dukungan
perawatan pada pasien stroke di rumah, pasien dan keluarga harus memiliki
pengetahuan yang memadai faktor eksternal yang paling besar menyebabkan kecemasan
adalah faktor dukungan sosial diperoleh melalui dukungan keluarga.Maka dari itu
pendidikan kesehatan pre hospital kepada keluarga pasien stroke sangat berperan penting
dalam menangani pasien stroke. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap dukungan dan tingkat
kecemasan keluarga dalam menangani serangan strokedi Desa Bangsongan RW 02
Kabupaten Kediri. Metode : Desain yang digunakan yaitu penelitian pre experimental
design. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga didapatkan 35
responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan media sosial (google form
kuesioner). Analisa data menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan pre-hospital stroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan
keluarga dalam menangani serangan stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten
Kediri. Hasil : Penelitian ini menggunakan uji wilcoxon menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan pre-hospital stroke terhadap tingkat dukungan kelurga pasien memiliki nilai
antara sebelum diberikan pendidikan yaitu 16,00 dan sesudah diberikan pendidikan18,00.
Dan untuk tingkat kecemasan keluarga dalam menangani serangan stroke memiliki nilai
yaitu antara pre-test dan pos-test 0,159 menjadi 0,987 tingkat kecemasan keluarga pasien
meningkat. Analisa uji statistik menunjukkan nilai ρ = 0,000 yang berarti nilai ρ (< 0,05)
maka H0 ditolak . Kesimpulan : Adanya pengaruh sebelum dan sesudah diberikanya
pendidikan pre hospital stroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam
menangani serangan stroke. Saran : Harapannya di desa Bangsongan RW 02 Kabupaten
Kediri pendidikan kesehatan pre hospital stroke dalam menangani serengan stroke awal
dapat berkembang dan tingkat kecemasan keluarga berkurang serta dukungan keluarga
diperlukan untuk kesembuhan pasien.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan Pre Hospital Stroke, Tingkat Kecemasan,


Dukungan Keluarga di desa Bangsongan Rt 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.

vii
ABSTRAK

THE EFFECT OF PRE-HOSPITAL STROKE HEALTH EDUCATION ON


SUPPORT AND ANXIETY LEVELS FAMILY IN HANDLING ATTACKS
STROKE IN BANGSONGAN VILLAGE RW 02 DISTRICT KEDIRI

Eko Tulus Widodo, Christina Dewi

Background: Stroke or CVA (Cerebro Vascular Accident) is a syndrome


characterized by impaired brain function, focal or global, which arises suddenly.
The impact of a physical stroke results in weakness of physical members, other
non-physical effects, it is very important the role of the family in providing care
support to stroke patients at home, patients and families must have adequate
knowledge of the external factors that most cause anxiety is the factor of social
support obtained through family support. So from that pre-hospital health
education to the families of stroke patients is very important in dealing with stroke
patients. Objective: This study aims to determine the effect of pre hospital stroke
health education on family support and anxiety levels in dealing with stroked
attacks Bangsongan Village, RW 02 Kediri Regency. Method: The design used is
pre experimental research design. Sampling using purposive sampling so that 35
respondents were obtained. Data collection is done using social media (google
questionnaire form). Data analysis used the Wilcoxon test to determine the effect
of pre-hospital stroke health education on support and family anxiety levels in
dealing with stroke in the Bangsongan Village, RW 02 Kediri Regency. Results:
This study uses Wilcoxon test shows that pre-hospital stroke health education on
the level of family support of patients has a value between before being given
education that is 16.00 and after being given education18.00. And for the level of
family anxiety in dealing with stroke has a value that is between the pre-test and
post-test 0.159 to 0.987 the patient's family anxiety level increased. Statistical test
analysis shows the value of ρ = 0,000 which means the value of ρ (<0.05) then H0
is rejected. Conclusion: The influence before and after pre hospital stroke
education on family support and anxiety levels in dealing with stroke. Suggestion:
Hope in the village of Bangsongan RW 02 Kediri District pre-stroke health
education in dealing with early stroke can develop and the level of family anxiety
is reduced and family support is needed for patient recovery.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan Pre Hospital Stroke, Tingkat Kecemasan,


Dukungan Keluarga di desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ..........................................................................................xv
DAFTAR LAMBANG .............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A Latar belakang ................................................................................................1
B Rumusan masalah...........................................................................................5
C Tujuan ............................................................................................................5
1. Tujuan umum .....................................................................................5
2. Tujuan khusus ....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
A Konsep Stroke ................................................................................................7
1. Pengertian ...........................................................................................7
2. Klasifikasi ..........................................................................................7
3. Faktor Resiko .....................................................................................9
4. Komplikasi ........................................................................................10
5. Penatalaksanaan ................................................................................11
B Konsep Pendidikan Kesehatan .......................................................................15
1. Pengertian ..........................................................................................15
2. Sasaran ..............................................................................................15
3. Tujuan ................................................................................................16

ix
4. Metode................................................................................................18
5. Model .................................................................................................19
6. Media..................................................................................................21
C Konsep Pre-Hospital Stroke ..........................................................................26
1. Pengertian pre hospital ......................................................................26
2. Penatalaksanaan penanganan pre hospital .........................................26
D Dukungan keluarga ........................................................................................31
1. Pengertian dukungan keluarga ...........................................................31
2. Dukungan keluarga ............................................................................31
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga ..................32
4. Pengukuran dukungan keluarga .........................................................35
5. Sumber dukungan keluarga ................................................................35
E Tingkat kecemasan .........................................................................................36
1. Pengertian cemas ................................................................................36
2. Tingkat kecemasan .............................................................................36
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan ....................38
4. Pengukuran tingkat kecemasan ..........................................................43
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ............................................47
A Kerangka konsep ............................................................................................47
B Penjelasan dari keragka konsep .....................................................................48
C Hipotesis.........................................................................................................48
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................49
A Desain penelitian ............................................................................................49
B Lokasi dan waktu penelitian...........................................................................50
1. Lokasi penelitian ................................................................................50
2. Waktu pelaksanan ..............................................................................50
C Populasi, sample, teknik sampling .................................................................50
1. Populasi ..............................................................................................50
2. Sample ................................................................................................50
3. Tehnik sampling .................................................................................51
D Variabel penelitian .........................................................................................52

x
1. Variabel independen...........................................................................52
2. Variabel dependen ..............................................................................53
E Definisi oprasional .........................................................................................53
F Instrumen penelitian .......................................................................................55
G Prosedur pengumpulan data ...........................................................................55
1. Tahap persiapan .................................................................................55
2. Tahap pelaksanan ...............................................................................55
3. Tahap penutup ....................................................................................56
H Pengolahan dan analisa data ..........................................................................56
1. Pre analisis .........................................................................................56
2. Analisa data ........................................................................................57
I Etika penelitian...............................................................................................59
J Kerangka kerja ...............................................................................................62
BAB V HASIL PENELITIAN ...............................................................................63
A Data Umum ...................................................................................................63
B Data Khusus ..................................................................................................65
C Hasil Analisa Uji Statistik ................................................................................... 65
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................70
A Pembahasan ....................................................................................................70
1. Mengidentifikasi dukungan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga
yang menangani serangan stroke sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan pre hospital stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten
Kediri..............................................................................................................70
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota
keluarga yang menangani serangan stroke sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan pre hospital stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten
Kediri..............................................................................................................71
3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap
dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam menangani serangan
stroke di desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri ....................................73
B Keterbatasan Penelitian ..................................................................................

xi
BAB VII PENUTUP.................................................................................................76
A Kesimpulan ....................................................................................................76
B Saran ...............................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................79

xii
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1Rancangan penelitian Pre Hospital Stroke Terhadap Dukungan dan

Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menangani Serangan Stroke di

Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri ............................................. 48

Tabel IV.2 Definisi Operasional PengaruhPendidikan Kesehatan Pre Hospital

Stroke Terhadap Dukungan dan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien

Stroke ......................................................................................................... 52

Tabel V.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Usia Responden di

Dsn.Koripan Ds.Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri ............................ 62

Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin Responden

di Dsn.koripan Ds.Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri ......................... 63

Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan pendidikan Responden

di Dsn.koripan Ds.Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri ......................... 63

Tabel V.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik sebelum diberikan pendidikan

kesehatan pre hospital stroke dukungan keluarga ..................................... 64

Tabel V.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik sebelum diberikan pendidikan

kesehatan pre hospital stroke tingkat kecemasan keluarga........................ 65

Tabel V.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik sesudah diberikan pendidikan

kesehatan pre hospital stroke tingkatdukungan keluarga .......................... 65

Tabel V.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik sesudah diberikan pendidikan

kesehatan pre hospital stroke tingkat kecemasan keluarga........................ 66

xiii
Tabel V.8 Hasil Pretest-Posttes Pendidikan Kesehatan Pre Hospital Stroke

Terhadap Dukungan dan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam

Menangani Serangan Stroke Menggunakan Uji Wilcoxon ........................ 66

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre-


Hospital Stroke Terhadap Dukungan Dan Tingkat Kecemasan
Keluarga Dalam Menangani Serangan Stroke Di Desa Bangsongan
RW 02 Kabupaten Kediri. ......................................................................46

Gambar IV.1 Kerangka KerjaPengaruh Pendidikan Kesehatan Pre-Hospital Stroke


Terhadap Dukungan Dan TingkatKecemasan Keluarga Dalam
Menangani Serangan Stroke Di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten
Kediri.....................................................................................................61

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengambilan data awal dari kampus kepada Dinkes Kabupaten
Kediri .......................................................................................................79
Lampiran 2 Surat pengambilan data awal dari kampus ke Bangkesbangpol .............80
Lampiran 3 Lembar kuesioner ..................................................................................81

Lampiran 4 Hasil uji spss ..........................................................................................86

Lampiran 5 SAP (Satuan Acara Penyuluhan) ............................................................87

Lampiran 6 Lembar kuesioner gogelform..................................................................89

Lampiran 7 Surat ijin penelitian ................................................................................90

Lampiran 8 Surat etik penelitian ................................................................................91

Lampiran 9 Lembar penelitian melalui power point ..................................................92

Lampiran 10 Lembar hasil uji spss ............................................................................94

Lampiran 11 Jadwal penyusunan proposal sampai sidang skripsi. ............................95

Lampiran 12 bukti chat penelitian .............................................................................96

xvi
DAFTAR SINGKATAN

CPSS : Cincinnati Pre-hospital Stroke Scale


AHA : American Heart Association
IMT : Indeks Massa Tubuh
PJK : Penyakit Jantung Koroner
WHO : Word Health Organization

xvii
DAFTAR LAMBANG

& : Dan
/ : Atau
% : Persen
- : Kurang
: : Titik dua
= : Sama dengan
< : Kurang dari
> : Lebih dari

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Stroke atau CVA (Cerebro Vascular Accident) adalah suatu

sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau global,

yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam (Bahrudin, 2013).

Gejala yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain hemiparesis,

gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak,

diplopia, vertigo, afasia, disfagia, distria, ataksia, kejang, atau penurunan

kesadaran yang terjadi secara mendadak.

Serangan stroke mendadak bisa terjadi kepada seseorang yang

beresiko tinggi stroke kapan saja dan dimana saja, salah satu yang sering

terjadi yaitu serangan stroke ketika korban berada dirumah. Pada sebagian

besar (95%) pasien stroke telah merasakan keluhan sejak dari rumah atau

sebelum masuk rumah sakit (prehospital). Dengan demikian, sangat

penting bagi masyarakat luas termasuk pasien dan orang terdekat pasien

(keluarga) dan petugas kesehatan (dokter, perawat, resepsionis atau

penerima telepon, dan petugas gawat darurat). Sehingga diperlukan

pendidikan yang berkesinambungan kepada masyarakat (Wirawan dan

Putra, 2013).

Stroke menjadi penyebab kematian terbanyak di dunia.

Menurutda+ta WHO (2010) setiap tahunnya 15 juta orang menderita

1
2

stroke dengan angka kematian kira-kira 5 juta pertahun. Di AS stroke

adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.

Setiap 4 menit didapati 1 orang meninggal karena stroke, dengan angka

kematian kira-kira 130.000 orangsetiap tahunnya. Selain itu sekitar

610.000 orang mendapatkan serangan stroke pertama kalinya dan

185.000 orang mengalami serangan berulang (CDC, 2015). Di negara

berkembang stroke menyumbang 85,5% dari total kematian di seluruh

dunia dengan angka kematian 4,4 juta pertahun (WHO, 2010). Masalah

stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke

di Indonesia adalah terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.

Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua

pada usia di atas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan di tahun

2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di

Indonesia, dari 8,3 per 1000 penduduk (per mil) pada 2007 menjadi 12,1

per 1000 penduduk pada tahun 2013. Di Jawa Timur jumlah pasien yang

didiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan atau gejala stroke adalah sebesar

16,0%, dimana Jawa Timur merupakan daerah tertinggi ke empat di

Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil survey RISKESDAS

tahun 2013 diperoleh jumlah penderita stroke di Jawa Timur sebesar 507.

Persentase penderita stroke terbanyak terdapat di kota Surabaya sebesar

6,5% kemudian terbanyak kedua yaitu kota Malang sebesar 4,7%

penderita stroke. Setelah kota Malang penderita stroke yang memiliki


3

persentase terbanyak ketiga yaitu kabupaten Kediri sebesar 4,5%,

kabupaten Gresik sebesar 4,3%, kabupaten Madiun sebesar 4,1%, dan

kabupaten Jember sebesar 4,1% dari 507 penderita stroke yang ada di

provinsi Jawa Timur. Sedangkan Persentase penderita stroke terendah

berada dikabupaten Blitar dan kabupaten Ponorogo dengan persentase

sebesar 1 % dan 1,4% (Riskesdas, 2013).

Sedangkan di Kabupaten Kediri menurut Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Kediri tahun 2016, kasus dan kematian penyakit stroke

berjumlah 1.431 orang. Dari hasil wawancara yang saya lakukan kepada 5

warga di Desa Bangsongan RT 01,02,03,04, Kecamatan Kayen Kidul,

Kabupaten Kediri didapatkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat tidak

mengetahui tentang bagimana penatalaksanaan prehospital stroke. Ketika

saya melontarkan pertanyaan bagaimana cara penanganan pertama pada

pasien stroke, 5 dari warga yang saya wawancarai menjawab tidak tahu.

Para warga mengatakan tidak mengetahuinya karena tidak pernah

mendapatkan informasi tentang tanda gejala awal serangan stroke dan

penangananya. Para warga juga mengatakan bahwa mereka tidak berani

melakukan tindakan apapun karena terlalu cemas dan hanya fokus

mengantar pasien ke rumah sakit terdekat.

Kecepatan waktu merupakan kunci pokok dalam manajemen

stroke. Stroke merupakan time-sensitive disease, yang memerlukan

kecepatan dalam identifikasi dan tindakan untuk meningkatkan

outcomepasien (Taylor et al, 2014). Diperkuat oleh Bergman et


4

al(2013) yang menyatakan bahwa kunci dalam manajemen stroke adalah

“time is brain” segala sesuatu yang berhubungan dengan deteksi awal

yang tepat di manajemen pre-hospital stroke dimana sangat sensitif

terhadap waktu. Karena setiap menit penundaan dalam tindakan

terhadap stroke akan mengakibatkan kehilangan kurang lebih 1,9 juta

neuron dan 13,8 milyar sinaps, jika terjadi penundaan setiap jamakan

sama dengan terjadi penuaan pada otak lebih cepat 3,6 tahun (Taylor et

al,2014).

Dampak stroke secara fisik mengakibatkan kelemahan anggota

fisik, dampak lain secara non fisik bisa timbul. Beberapa masalah

tersebut seperti kesejahteraan subjektif, penguasaan peran, maupun

hubungan dalam keluarga pada pasien stroke. Kesejahteraan subjektif

didefinisikan dimana seseorang dengan perasaan positif atau evaluasi

positif dari hidup seseorang (Kiefer, 2008). Kesejahteraan subjektif

seseorang berbeda dengan orang lain karena berbagai faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan salah satunya adalah dukungan dari

keluarga. Penting sekali peran keluarga dalam memberikan dukungan

perawatan pada pasien stroke di rumah. Peran adalah seperangkat

perilaku dan perasaan yang diharapkan yang kemudian ditunjukkan

dalam suatu tindakan (Meleis, 2010). Dengan adanya dukungan

keluarga yang memadai akan membentuk hubungan yang baik dalam

keluarga pada pasien stroke, yang secara tidak langsung dapat

meningkatkan kesejahteraan subjektif pasien stroke dan kualitas hidup


5

yang baik. Konflik keluarga dan hubungan antara pasien dengan

pasanganya yang terganggu setelah stroke dapat mempengaruhi

kesejahteraan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Forsberg-

Wirleby, Moller, dan Blomstrand (2004) menemukan bahwa

kesejahteraan hubungan secara signifikan lebih rendah pada minggu

pertama setelah adanya stroke pada pasangan mereka. Untuk mengatasi

masalah tersebut, diperlukan pengetahuan yang memadai baik pada

pasien maupun pada keluarganya mengenai stroke, peran keluarga

yang diperlukan, dukungan keluarga, dan persiapan perawatan pasien

stroke di rumah. Pasien dan keluarga harus memiliki pengetahuan

yang memadai agar mereka siap untuk memecahkan masalah yang

dialami pasien stroke serta masalah yang dialami oleh keluarganya

tersebut. Oleh karena itu diperlukan intervensi keperawatan untuk

mengatasi masalah yang dihadapi pasien dengan memberikan panduan

dan penjelasan tentang masa transisi khususnya untuk pasien stroke baik

selama di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit untuk

menjalani masa rehabilitasi, serta peran dan dukungan keluarga pada

pasien tersebut (Meleis, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan baik pada pasien maupun keluarga salah

satunya adalah dalam bentuk pendidikan pre hopital strok. Pada

penelitian Solehati, Kosasih & Lukman (2017) menunjukan bahwa

pendidikan pre hospital strok berpengaruh terhadap dukungan pasien strok


6

untuk kesembuhan pasien. Stroke dapat menimbulkan dampak fisik bagi

pasien maupun psikologis bagi keluarga.

Dampak fisik bagi pasien diantaranya kelumpuhan, gangguan indra

rasa, gangguan dalam beraktivitas, perubahan mental seperti gangguan

dalam berkomunikasi, dan gangguan emosional yaitu menjadi gelisah,

cemas, takut dan marah atas kekurangannya. Dampak psikologis bagi

keluarga dapat menimbulkan kecemasan salah satunya berdampak pada

kesehatan yaitu dapat mempengaruhi fungsi beberapa sistem dan proses

dalam tubuh termasuk sistem imun, kardiovaskular, dan reproduksi serta

pencernaan dan metabolisme (Sentana, 2015). Kecemasan merupakan

keadaan emosi dan pengalaman perasaan seseorang dimana keduanya

merupakan kekuatan yang tidak dapat dilihat secara langsung (Stuart,

2016).

Kecemasan merupakan keadaan emosi dan pengalaman perasaan

seseorang dimana keduanya merupakan kekuatan yang tidak dapat dilihat

secara langsng (Stuart, 2016). Kecemasan dapat merupakan suatu gejala,

sindrom, atau gangguan. Sebagai suatu gejala kecemasan dan rasa takut

merupakan komponen emosi dari respon stres diaktivasi oleh ancaman

yang dirasakan maka respon melawan atau menghindar akan disertai

dengan kecemasan dan ketakutan (O’Brien, Kennedy & Ballard, 2013).

Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran

penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respon prilaku,

emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasan


7

dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa

alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan,

melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami

kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat

dijelaskan atau berlebihan (Videbeck, 2008).

Tingkat keberhasilan penanganan awal pasien stroke sangat

tergantung dari kecepatan, kecermatan dan ketepatan tindakan

(Kemenkes, 2014). Waktu emas (golden window) dalam penanganan

stroke adalah ± 3 jam, artinya dalam 3 jam awal setelah mendapatkan

serangan stroke, pasien harus segera mendapatkan terapi secara

komprehensif dan optimal dari tim gawat darurat rumah sakit untuk

mendapatkan hasil pengobatan yang optimal (Morton. 2012). Kasus

paling sering di Indonesia dalam hal penanganan pasien ke rumah sakit

sejak awal serangan stroke terjadi adalah keterlambatan penanganan.

Penanganan yang tepat di awal kejadian stroke akan menurunkan

angka kecacatan 30% (Wirawan & Putra, 2013). Masih banyaknya

anggota masyarakat yang tidak tahu atau minimalnya tanda dan gejala

yang muncul sebagai serangan stroke masih merupakan masalah utama

keterlambatan manajemen serangan stroke. Manajemen pre hospital

adalah tindakan-tindakan atau penanganan awal yang dapat diberikan pada

pasienstroke baik saat masih di rumah maupun tindakan sebelum dirujuk

ke rumah sakit. Penanganan awal dapat dilakukan oleh keluarga,


8

masyarakat ataupun tenaga kesehatan. Masyarakat pertama yang bertemu

dengan pasien adalah keluarga (Wirawan & Putra, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan Melisa (2012) menunjukkan faktor

eksternal yang paling besar menyebabkan kecemasan adalah faktor

dukungan sosial (14,2%). Salah satu dukungan sosial diperoleh melalui

dukungan keluarga.Maka dari itu pendidikan kesehatan pre hospital

kepada keluarga pasien stroke sangat berperan penting dalam menangani

pasien stroke. Pendidikan kesehatan menurut WHO 2012 merupakan

kesempatan untuk membangun kesadaran melalui pembelajaran dengan

melibatkan beberapa bentuk komunikasi yang dirancang untuk

meningkatkankesadaran kesehatan, meningkatkan pengetahuan,dan

mengurangi tingkat kecemasan keluargapasien strok serta

mengembangkan keterampilan hidup yang kondusif untuk kesehatan

individu dankomunitas.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk

melihat pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap

dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam menanganiserangan

stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melihat

pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap dukungan dan

tingkat kecemasan keluarga dalam menanganiserangan stroke di Desa

Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.


9

B Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke

terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam menangani

serangan stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri ?

C Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui pengaruh dari pendidikan kesehatan pre hospital

stroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam

menangani serangan strokedi Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten

Kediri.

2. Khusus

a Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dalam menghadapi

anggota keluarga yang menangani serangan stroke sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan pre hospital stroke di Desa

Bangsonganrt RW 02 Kabupaten Kediri.

b Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga dalam

menghadapi anggota keluarga yang menangani serangan stroke

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan pre hospital stroke di

Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.

c Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital

stroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam

menangani serangan stroke di desa Bangsongan RW 02 Kabupaten

Kediri.
BABII

TINJAUAN PUSTAKA

A Stroke

1. Definisi Stroke

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya

fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health

Organization [WHO], 2014). Stroke adalah suatu gangguan fungsional

otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara

cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal

maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh

terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)

ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian

otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,

atau kematian (Junaidi, 2011). Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang

membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyumbatan dan

ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control gerakan tubuh

yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Heart

Association [AHA], 2015).

2. Klasifikasi

Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke

iskemik, dan kurang lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri,

10
11

yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri serebral akibat proses

aterosklerosis. Trombosis dibedakan menjadi dua subkategori, yaitu

trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis, serebri media dan

basilaris), dan trombosis pada arteri kecil. Tiga puluh persen stroke

disebabkan trombosis arteri besar, sedangkan 20% stroke disebabkan

trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke dalam korteks

serebri (misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan

yang menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih

32% stroke disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan

darah yang lepas dari tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan

frekuensinya sekitar 20% dari seluruh kejadian stroke (Washington

University, 2011).

a. Stroke iskemik

Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat adanya

bekuan atau sumbatan pada pembuluh darah otak yang dapat

disebabkan oleh tumpukan trombosus pada pembuluh darah otak

,sehingga aliran darah ke otak menjadi terhenti.stroke iskemik

merupakan sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah

yang tidak kuat dan bukan disebabkan oleh perdarahan .stroke

iskemik biasanya disebabkan oleh tertutupnya pembuluh darah otak

akibat adanya penumpukan penimbunan lemak (plak) dalam

pembuluh darah besar (arteri karotis ),pembuluh darah sedang (arteri

serebri),atau pembuluh darah kecil (Arya, 2011).


12

b. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah

otak,sehingga menimbulkan perdarahan di otak dan

merusaknya.Stroke hemoragik biasanya terjadi akibat kecelakaan

yang mengalami benturan keras di kepala dan mengakibatkan

pecahmya pembuluh darah di otak .Stroke hemoragik juga bisa

terjadi karena tekanan pembuluh darah yang terlalu tinggi .Pecahnya

pembuluh darah ini menyebabkan darah menggenangi jaringan otak

di seitar pembuluh darah yang menjadikan suplai darah terganggu,

maka fungsi dari otak juga menurun.Penyebab lain dari stroke

hemoragik yaitu adanya penyumbatan pada dinding pembuluh darah

yang rapuh (aneurisme), mudah menggelembung ,dan rawan pecah,

yang umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena faktor keturunan

(Arya, 2011).

c. Faktor resiko

Riwayat stroke dalam keluarga meningkatkan resiko terkena

stroke iskemk sebesar 75% (Canavan et al., 2013). Faktor resiko

untuk terjadinya penyakit jantung aterosklerotik juga menjadi faktor

resiko terjadinya stroke. Faktor demografis juga menjadi faktor

resiko seperti usia lanjut, ras dan etnis (warga amerika keturunan

afrika memiliki angka faktor resiko yang lebih tinggi dari keturunan

kaukasian), serta terdapat faktor resiko dari riwayat keluarga. Faktor

resiko yang dapat dimodifikasi seperti diabetes mellitus, apnea tidur,


13

merokok, fibrilasi atrium, dan kecanduan alkohol (Sylvia, 2012).

Obesitas atau kegemukan telah menjadi masalah keshatan utama di

amerika, dan telah dibuktikan baru-baru ini menjadi faktor resiko

independent untuk stroke. Dengan penggunaan variabe indeks massa

tubuh (IMT), para peneliti menemukan bahwa subjek yang ikut serta

dlam U.S Physician Health Study dengan IMT lebih besar dari 27.8

kg/m2 memiliki resiko yang lebih besara secara bermakna untuk

stroke iskemik dan hemoragik (Sylvia, 2012). Dislipidemia dengan

penyakit jantung koroner (PJK) juga menjadi faktor resiko stroke.

Pengidap PJK mempunyai hubungan yang jelas antara meningkatnya

kadar lemak dan resiko prospektif terjangkit stroke dan serangan

iskemik transien (TIA) untuk kolesterol total, kolesterol lipoprotein

densitas jrendah (LDL), dan trigliserida (Sylvia, 2012).

d. Komplikasi

Menurut Pudiastuti (2011) komplikasi stroke antara lain:

a) Bekuan darah Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh

menyebabkan penimbunan cairan, pembengkaan selain itu juga

menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang

terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.

b) Dekubitus bagian yang bisa mengalami memar adalah pinggul,

pantat, sendi kaki, dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat

bisa menjadi infeksi.


14

c) Pneumonia pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan

sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru

dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.

d) Atrofi dan kekakuan sendi

e) Disritmia

f) Peningkatan tekanan intra cranial

g) Kontraktur

h) Gagal nafas

i) Kematian

e. Penatalaksanaan

a) Penatalaksanaan umum

Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat

sambil berusaha mencari penyebab dan penatalaksanaan yang

sesuai dengan penyebab. Penatalaksanaan umum ini meliputi

memperbaiki jalan napas dan mempertahankan ventilasi,

menenangkan pasien, menaikkan atau elevasi kepala pasien 30º

yang bermanfaat untuk memperbaiki drainase vena, perfusi

serebral dan menurunkan tekanan intrakranial, atasi syok,

mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan cairan dan

elektroklit, monitor tanda-tanda vital, monitor tekanan tinggi

intrakranial, dan melakukan pemeriksaan pencitraan

menggunakan Computerized Tomography untuk mendapatkan

gambaran lesi dan pilihan pengobatan (Affandi & Reggy, 2016).


15

Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(PERDOSSI) (2011) penatalaksanaan umum lainnya yang

dilakukan pada pasien stroke yaitu meliputi pemeriksaan fisik

umum, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, dan

melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang

dilakukan yaitu berupa pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan

jantung, dan neurologi. Pengendalian kejang pada pasien stroke

dilakukan dengan memberikan diazepam dan antikonvulsan

profilaksi pada stroke perdarahan intraserebral, dan untuk

pengendalian suhu dilakukan pada pasien stroke yang disertai

dengan demam. Pemeriksaan penunjang untuk pasien stroke yaitu

terdiri dari elektrokardiogram, laboratorium (kimia darah, kadar

gula darah, analisis urin, gas darah, dan lain-lain), dan

pemeriksaan radiologi seperti foto rontgen dada dan CT Scan.

b) Terapi farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk

pasien stroke yaitu pemberian cairan hipertonis jika terjadi

peninggian tekanan intra kranial akut tanpa kerusakan sawar

darah otak (Blood-brain Barrier), diuretika (asetazolamid atau

furosemid) yang akan menekan produksi cairan serebrospinal, dan

steroid (deksametason, prednison, dan metilprednisolon) yang

dikatakan dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal dan

mempunyai efek langsung pada sel endotel (Affandi dan Reggy,


16

2016). Pilihan pengobatan stroke dengan menggunakan obat yang

biasa direkomendasi untuk penderita stroke iskemik yaitu tissue

plasminogen activator (tPA) yang diberikan melalui intravena.

Fungsi tPA ini yaitu melarutkan bekuan darah dan meningkatkan

aliran darah ke bagian otak yang kekurangan aliran darah

(National Stroke Association, 2016). Penatalaksanaan

farmakologi lainnnya yang dapat digunakan untuk pasien stroke

yaitu aspirin. Pemberian aspirin telah menunjukkan dapat

menurunkan risiko terjadinya early recurrent ischemic stroke

(stroke iskemik berulang), tidak adanya risiko utama dari

komplikasi hemoragik awal, dan meningkatkan hasil terapi jangka

panjang (sampai dengan 6 bulan tindakan lanjutan). Pemberian

aspirin harus diberikan paling cepat 24 jam setelah terapi

trombolitik. Pasien yang tidak menerima trombolisis, penggunaan

aspirin harus dimulai dengan segera dalam 48 jam dari onset

gejala (National Medicines Information Centre, 2011).

c) Tindakan bedah

Tindakan bedah lainnya yaitu decompressive surgery.

Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan haematoma dan

meringankan atau menurunkan tekanan intra kranial. Tindakan ini

menunjukkan peningkatan hasil pada beberapa kasus, terutama

untuk stroke pada lokasi tertentu (contohnya cerebellum) dan atau


17

pada pasien stroke yang lebih muda (< 60 tahun) (National

Medicines Information Centre, 2011).

d) Penatalaksanaan medis lain

Penatalaksanaan medis lainnya menurut PERDOSSI (2011)

terdiri dari rehabilitasi, terapi psikologi jika pasien gelisah,

pemantauan kadar glukosa darah, pemberian anti muntah dan

analgesik sesuai indikasi, pemberian H2 antagonis jika ada

indikasi perdarahan lambung, mobilisasi bertahap ketika kondisi

hemodinamik dan pernapasan stabil, pengosongan kandung

kemih yang penuh dengan katerisasi intermitten, dan discharge

planning. Tindakan lainnya untuk mengontrol peninggian tekanan

intra kranial dalam 24 jam pertama yaitu bisa dilakukan tindakan

hiperventilasi. Pasien stroke juga bisa dilakukan terapi hiportermi

yaitu melakukan penurunan suhu 30-34ºC. Terapi hipotermi akan

menurunkan tekanan darah dan metabolisme otak, mencegah dan

mengurangi edema otak, serta menurunkan tekanan intra kranial

sampai hampir 50%, tetapi hipotermi berisiko terjadinya aritmia

dan fibrilasi ventrikel bila suhu di bawah 30ºC, hiperviskositas,

stress ulcer, dan daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun

(Affandi & Reggy, 2016).


18

B Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan

batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang

diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku

kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoatmodjo, 2012)

2. Sasaran pendidikan kesehatan

Menurut Kemenkes (2011), menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran,

yaitu:

a. Sasaran primer

Sasaran primer (utama) pendidikan kesehatan adalah pasien itu

sendiri, individu sehat, keluarga (rumah tangga) sebagai

komponen dari masyarakat. Mereka diharapkan dapat

mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak

sehat ataupun kurang sehat menjadi perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS). Akan tetapi mengubah perilaku dalam


19

masyarakat bukanlah sesuatu hal yang mudah.

b. Sasaran sekunder

Sasaran sekunder dalam pendidikan kesehatan adalah para

pemuka masyarakat, baik pemuka informal (pemuka adat,

pemuka agama dan lain lain) maupun pemuka formal (petugas

kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi

kemasyarakatan dan media massa.

c. Sasaran tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik,berupa

peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan dan bidang

lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau

menyediakan sumberdaya.

3. Tujuan pendidikan kesehatan

Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :

a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat Menurut WHO (1954)

pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau

masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.

Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip

kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan

terhadap kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh

semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah

sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata yakni tampak

badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia menderita


20

batin atau menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak

stabil, tingkah laku dan sikapnya. Untuk menapai sehat seperti

definisi diatas, maka orang harus mengikuti berbagai latihan atau

mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar

menjadi sehat.w

b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya sikap dan perilaku

adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau

norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat

kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai di suatu

kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk mengubahnya.

Hal itu melalui proses yang sangat panjang karena 11 kebudayaan

adalah suatu sikap dan perilaku serta cara berpikir orang yang

terjadinya melalui proses belajar. Meskipun secara garis besar

tujuan dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum sehat

menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata

mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut

dikategorikan secara mendasar. Susilo membagi perilaku

kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam

yaitu :

1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang

bernilai di masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan

mempunyai tanggung jawab di dalam penyuluhannya

mengarahkan pada keadaan bahwa cara-cara hidup sehat


21

menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat

bagidirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di

dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini Pelayanan

Kesehatan Dasar (PHC = Primary Health Care) diarahkan

agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk

yang nyata adalah PKMD. Contoh PKMD adalah

Posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan

adanya langkah-langkah mencegah timbulnya penyakit.

3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana

pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya

masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada

secara berlebihan. 12 Sebaliknya sudah sakit belum pula

menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana

mestinya.

4. Metode pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi

menjadi 3 macam, yaitu :

a. Metode Individual (Perorangan) Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk,

yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

2) Wawancara (interview)

b. Metode Kelompok Metode kelompok ini harus memperhatikan


22

apakah kelompok tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan

lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya

sasaran pendidikan.

c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini sangat cocok untuk melakukan

komunikasi pesan-pesan kesehatan atau promosi kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Sasaran dari metode ini bersifat

umum, tidak membedakan antara golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin

disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

ditangkap oleh massa.

5. Model pendidikan kesehatan

Menurut Nursalam (2008) perawat sebagai tenaga pendidik

harus memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak

yang dapat ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku

subyek, memberikan informasi dan melengkapi perilaku subyek yang

diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh

perawat adalah sebagai berikut:

a. Model Perilaku Individu

Ada dua model perilaku yang sering digunakan untuk

menjelaskan faktor penentu dari perilaku preventif, yaitu model

nilai kesehatan dan model promosi kesehatan. Secara mendasar


23

model nilai kesehatan ditujukan untuk promosi peningkatan

perilaku sehat daripada mengulangi faktor penyebab.Model ini

berfokus pada orientasi mencegah dari suatu penyakit yang

secara spesifik. Dimensi yang digunakan pada model nilai

kesehatan ini meliputi kepekaan, keparahan, hambatan yang

dirasakan, variabel struktural serta sosiopsikologis lainnya.

Sedangkan model promosi kesehatan merupakan modifikasi

nilai kesehatan dan lebih memfokuskan pada prediksi perubahan

perilaku akibat promosi kesehatan kesehatan itu sendiri.

b. Model Pemberdayaan Masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa

dampak yang berarti pada perubahan perilaku di masyarakat.

Sehimgga perawat perlu membantu individu dan keluarga yang

telah berubah perilakunya yng ditampilkan pada komunitas. Fokus

proses pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi, informasi,

dan pendidikan kesehatan (WHO, 1994). Di Indonesia sering

disebut komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang ditujukan

pada individu, keluarga, dan kelompok. Strategi yang dapat

digunakan oleh perawat dalam rangka KIE adalah pembelajaran

pemecahan masalah (problem solving), memperluas jaringan kerja

(networking), bernegosiasi dengan pihak yang bersangkutan

(negotiating), pendekatan untuk mempengaruhi orang lain

(lobbying) dan pencarian informasi (information seeking) untuk


24

meningkatkan derajat kesehatan kliennya.

6. Media pendidikan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat

bantu pendidikan. Alatalat tersebut merupakan alat untuk

memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya sebagai

penyaluran pesan-pesan kesehatan (media) maka dibagi menjadi 3

(Fitriani, 2011), yakni :

a. Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer (selebaran), flipchart (lembar

balik, rubrik, poster, foto.

a) Poster adalah selebar kertas atau papan berisikan gambar-gambar

dan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas dan dapat

dengan mudah dibaca, biasanya ditempelkan pada suatu tempat

yang mudah dilihat misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan,

papan pengumuman, dan lain-lain. Poster yang baik adalah poster

yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang

melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak (Notoatmodjo,

2010).

b) Leaflet adalah selembaran kertas berisi tulisan dengan kalimat

kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-

gambar yang sederhana. Biasanya disajikan secara berlipat.

Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang

suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah


25

tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain.

Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-

pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD (Focus Group

Discution) , pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.

Leaflet sendiri dapat perbanyak dengan mudah dan sederhana

seperti di photo copy (Notoatmodjo, 2010).

c) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Ciri lain dari

booklet adalah : berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari,

ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,

memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya

sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan

booklet antara lain booklet itu sendiri, kondisi lingkungan dan

kondisi individual penderita (Notoatmodjo, 2010).

d) Flipchart (lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik, didalam setiap

lembaran buku berisi gambar peragaan dan terdapat kalimat yang

berisi pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar

tersebut (Fitriani, 2011).

e) Rubrik adalah tulisan dalam surat kabar atau majalah mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan atau hal yang berkaitan dengan

kesehatan (Fitriani, 2011).

f) Brosur adalah suatu alat publikasi resmi dari perusahaan yang

berbentuk cetakan, yang berisi berbagai informasi mengenai suatu


26

produk, layanan, program dan sebagainya. Brosur berisi pesan

yang selalu tunggal, dibuat untuk menginformasikan,

mengedukasi, dan membujuk atau mempengaruhi orang.

b. Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio.

a) Televisi yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui

media televisi dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau

tanya jawab yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV

spot, cerdas cermat atau kuis dan sebagainya (Fitriani, 2011).

b) Radio yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai

obrolan seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan

sebagainya (Fitriani, 2011).

c) Film atau video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan

pesan bersifat fakta maupun fiktif yang dapat bersifat informatif,

edukatif maupun instruksional (Fitriani, 2011).

C Pre-Hospital Stroke

1. Pengertian pre-hospital

Manajemen pre-hospital merupakan pelayanan yang

diberikanpada saat dan selama korban pertama kali ditemukan,

selama proses transportasi hingga pasien tiba di rumah sakit.

Penanganan korban selama fase atau tahap pre-hospital dapat menjadi

penentu terhadap kondisi korban nya. Pemberian perawatan pre-

hospital yang tepat dan cepat juga dapat menurunkan angka kecacatan

dan kematian akibat dari pelayanan yang dapat diberikan pada tahap
27

pre-hospital adalah pertolongan dasar dan dapat dilanjutkan dengan

penanganan advanced pre-hospital. Pertolongan dasar dapat dimulai

dari langkah initial assasment (penilaian penderita gawat darurat)

terhadap korban, evakuasi korban, pemberian oksigenasi,

pemantauan kondisi pasien termasuk tingkat kesadaran, dan

perawatan luka. Perawatan kemudian dapat dilanjutkan dengan

penanganan advanced pre-hospital seperti pemberian terapi cairan,

krikotiroidektomi, intubasi endotrakeal, dan perawatan selama proses

transportasi pasien ke rumah sakit. Selain itu, selama proses transport

dibutuhkan tindakan monitoring .

2. Penatalaksanaan penanganan Pre-hospital Stroke

Dalam penatalaksannan pre-hospital stroke atau pre-hospital

stroke life support (PSLS) tedapat 3 cakupan penanganan pre-hospital

yaitu detection, dispatch, delivery (American Heart

Association/American Stroke Association, 2007).

a Detection

Pengenalan cepat dan tepat terhadap adanya tanda-

tandastroke. Keluhan pertama dari kebanyakan pasien (95%)

mulai sejak di luar rumah sakit. Ini menjadi hal yang penting

bagi masyarakatluas (termasuk pasien dan orang terdekat

pasien) dan petugas kesehatan profesional (dokterumum,

perawat, atau petugas gawat darurat) untuk mengenalisi stroke

dan perawatan kedaruratan. Tenaga medis atau dokter yang


28

terlibat diunit gawat darurat atau pada fasilitaspre-hospital harus

mengerti tentang gejala stroke akut dan penanganan pertama

stroke yang cepat dan benar. Pendidikan yang

berkesinambungan juga perlu dilakukan terhadap masyarakat

tentang pengenalan atau deteksi dini stroke (American Heart

Association / American Stroke Association, 2007).Konsep utama

dalam penatalaksanaan stroke adalah dengan “Time is brain”

dan “golden period”. Pada dasarnya pasien stroke harus sudah

mendapatkan penanganan atau tata laksana dalam waktu tiga

jam sejak setelah gejala pertama dikenali (Fassbender, 2013).

Konsep “time is brain” berarti bahwa pengobatan stroke

merupakan keadaan gawat darurat. Jadi, keterlambatan

pertolongan pasien stroke pada fase pra-hospital harus dihindari

dengan pengenalan keluhan dan gejala stroke bagi pasien dan

juga orang terdekat.Pada setiap kesempatan, pengetahuan

mengenai keluhan stroke, terutama pada kelompok resiko tinggi

seperti hipertensi, atrial fibrilasi, kejadian vaskuler lain dan

diabetes perlu disebarluaskan.

Keterlambatan dalam manajemen stroke akut dapat

terjadi pada beberapa tingkat. Pada tingkat populasi, hal ini

dapat terjadi karena ketidaktahuan terhadap keluhan stroke dan

kontak pelayanan gawat darurat (American Heart

Association/American Stroke Association, 2007).


29

Beberapa gejala atau tanda yang mengarah pada

diagnosis stroke antara lain hemiparesis, gangguan sensorik satu

sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia, vertigo,

afasia, disfagia, disatria, ataksia, kejang atau penurunan

kesadaran yang semuanya terjadi secara mendadak (American

Heart Association/American Stroke Association, 2007). Terdapat

metode deteksi dini pasienstroke diantaranya:

a. Cincinnati Pre-hospital Stroke Scale(CPSS)

Skala Stroke Pra rumah sakit Cincinnati atau Cincinnati

Pre-hospital Stroke Scale (CPSS) merukakan sistem yang

digunakan untuk mendiagnosis stroke pengaturan pra-

rumah sakit. Sistem ini menguji adanya tiga tanda untuk

menemukan keadaan abnormal pada seseorang yang

menunjukkan bahwa seseorang tersebut mengalami stroke.

CPSS atau Cincinnati Prehospital Stroke Skale berasal dari

National Institute sof Health Stroke Scale yang kemudian

dikembangkan kembali pada tahun 1997 di University of

Cincinnati Medical Center untuk digunakan dalam

penanganan atau penatalaksanaan rumah sakit pre-hospital

(Hurwitz et al, 2005). Didalam skala Cincinnati terdapat

metode penilaian dengan menggunakan 3 skala

pengukuran yang metiputi facialdroop, arm drift

,danspeech :
30

a) Facial droop (salah satu sisi wajah tidak dapat

digerakkan seperti sisi satunya).

Mintalah klien untuk tersenyum atau

menunjukkan giginya. Jika satu sisi wajah tidak

bergerak seperti sisi satunya dan sehingga terlihat

terkulai, itu bisa menjadi satu tanda stroke.

1) Normal : Kedua sisi wajah bergeraksama

2) Abnormal : Satu sisi wajah tidak bergerak

sama seperti yang lain (atau sama sekali)

b) Arm drift (salah satu lengan sulit atau tidak dapat

digerakkan)

Minta klien menutup matanya dan mengangkat

lengannya lurus ke depan dengan telapak tangan

menghadap ke atas selama sekitar 10 detik. Jika salah

satu lengan tidak bergerak, atau salah satu lengan

melayang lebih tinggi dari yang lain, itu bisa menjadi

salah tandastroke.

1) Normal : Kedua lengan bergerak sama atau

tidak sama sekali

2) Abnormal : Satu lengan tidak bergerak, atau

satu lengan melayang dibandingkan dengan

sisilainnya

c) Speech (bicara pelo, sulit berbicara atau tidak dapat


31

berbicara, mengatakan kata-kata yang salah)

Minta klien untuk berkata, "Anda tidak bisa

mengajarkan trik- trik baru kepada anjing tua" atau

beberapa pepatah sederhana lainnya yang biasa

digunakan. Jika klien tersebut berkata tidak jelas,

mengucapkan kata-kata yang salah, atau tidak dapat

berbicara, itu bisa menjadi tandastroke.

1) Normal : Pasien menggunakan kata-kata

yang benar tanpa slurring

2) Abnormal : Kata-kata cadel atau tidak senonoh

atau bisu.

Jika seorang pasien mengalami 1 dari skala pengukuran

yang ada maka, pasien tersebut memiliki kemungkinan 72%

dari adanya stroke iskemik. Kemungkinan yang lain, jika

seseorang pasien memiliki 3 tanda sesuai pengukuran skala

yang ada maka, kemungkinan stroke akut lebih dari 85%

(American Heart Association, 2011).

D Dukungan Keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Komang, 2010).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergantung karena
32

hubungan darah, hubungan perkawinan, dan pengangkatan, dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain dan didalam

perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu

kebudayaan (Mubarak, 2010)

2. Dukungan keluarga

Menurut Sarwono (2013) dukungan adalah suatu upaya yang

diberikan kepada orang lain, dalam melaksanakan kegiatan baik moril

maupun materil untuk memotivasi orang tersebut. Dukungan keluarga

didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan

yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang

terdekatnya dengan subjek di dalam lingkungannya atau hal-hal yang

dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah

laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh

dukungan secara emosional akan merasa diperhatikan, mendapat saran

atau kesan yang menyenangkanpada dirinya.

3. Factor – factor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Friedman & House (1998) dalam Wurtiningsih (2012)

menjelaskan bahwa terdapat 4 jenis dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai pengumpul informasi dan

penyebar informasi yang disediakan keluarga yang dapat

digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalan-persoalan

yang sedang dihadapi. Dukungan ini meliputi jaringan


33

komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya

memberikan solusi dari masalah yang dihadapi, memberikan

nasehat, pengarahan, saran, ide-ide atau informasi lainnya yang

dibutuhkan tentang apa yang dilakukan oleh anggota keluarga

yang sakit di rumah. Jenis dukungan ini sangat bermanfaat dalam

menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang

diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada

individu.

b. Dukungan penilaian

Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai

umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah,

serta sebagai sumber atau sebagai fasilitator dalam pemecahan

masalah dan vilidator identitas anggota. Dukungan penilaian

dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan support,

pengakuan, penghargaan, dan perhatian berdasarkan kondisi

sebenarnya dari penderita. Dukungan dan perhatian dari keluarga

merupakan bentuk penilaian positif yang diberikan kepada

individu.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental yaitu dukungan yang

memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan

praktis dan konkrit. Keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Bantuan


34

bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam

melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapi, diantaranya: kesehatan anggota keluarga yang

menderita penyakit dalam hal kebutuhan menyediakan makanan

dan minuman yang sesuai, menyediakan peralatan lengkap dan

memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan

dan lain-lain. Manfaat dari dukungan ini adalah mengembalikan

energi atau stamina dan semangat yang menurun dan memberikan

rasa perhatian seperti meluangkan waktu untuk membantu atau

melayani dan mendengarkan anggota keluarga menyampaikan

perasaannya sebagai bentuk kepedulian pada anggota keluarga

yang sedang sakit.

d. Dukungan emosional

Dukungan emosional yaitu dukungan yang

menempatkan keluarga sebagai tempat aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian,

cinta atau kasih sayang, kepercayaan, dan penghargaan kepada

anggota keluarganya. Dengan demikian seseorang yang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban

sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau

mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap


35

masalah yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan

masalah yang dihadapinya sehingga anggota keluarga yang sakit

memiliki perasaan nyaman, dihargai, diperhatiakan dan dicintai.

Menurut Friedman (2013), ada bukti kuat dari hasil penelitian

yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil

secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman

perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil

menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari

keluarga yang besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi

orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.

Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih

demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga

kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi.

Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai

tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi

daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

4. Pengukuran dukungan keluarga

Schwarzer and Leppin, 2014, dukungan sosial dapat dilihat

sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan

oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi

individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima


36

(received support).

Baron dan Byrne, 2012 mendefinisikan dukungan sosial

sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-

teman dan anggota keluarganya. Dukungan sosial sendiri terdapat 2

konstruk, yaitu received sosial dan perceived sosial (Haber, dkk, 2007 :

5). Pengertian dari received sosial support adalah perilaku membantu

yang muncul dan diberikan secara alamiah, sedangkan pereceived

support adalah perilaku membantu yang memang benar benar terjadi dan

received support dibuat untuk menilai aksi suportif yang signifikan yang

diberikan kepada penerima oleh jaringan sosialnya, sedangkan

pengukuran pereceived sosial support dilakukan untuk menilai persepsi

penerima mengenai keberadaan dukungan yang diberikan dan di dapat

(Sarason : 108).

5. Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan sosial yang

dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

diadakan untuk keluarga. Dukungan sosial keluarga berupa dukungan

sosial internal, seperti dukungan dari saudara kandung atau dukungan

sosial keluarga eksternal (Friedman, 2010 )

E Tingkat Kecemasan

1. Pengertian cemas

Cemas adalah keadaan dimana seseorang akan tidak nyaman

dengan suatu keadaan tertentu terbagi menjadi beberapa tingkatan serta


37

berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.

(Kusumawati & Hartono, 2012). Kecemasan adalah keadaan emosi dan

pengalaman perasaan seseorang keduanya merupakan kekuatan yang

tidak dapat dilihat secara langsung. (Stuart, 2016). Sedangkan menurut

(Keliat, Wiyono & Susanti, 2011) kecemasan merupakan pengalaman

sehari – hari yang dihadapi individu, kecemasan menjadi salah satu

masalah apabila individu menjadi tidak mampu mengendalikannya

sehingga berdampak pada penurunan secara produktifitas dan ekonomi.

2. Tingkat kecemasan

ADAPTIF MALADAPTIF

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Ada 4 tingkat kecemasan menurut Stuart, 2016 yaitu :

a. Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari - hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan lapang persepsi

meningkat, kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar dan

menangkap lebih dari sebelumnya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreativitas.
38

b. Kecemasan sedang

Seseorang berfokus pada hal yang penting saja sehingga lapang

persepsi menyempit, sehingga seseorang untuk melihat,

mendengar, menangkap dan mengabaikan sesuatu namun masih

bisa mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat ini sangat mengurangi persepsi lahan

seseorang. Seseorang cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang

terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kecemasan dan

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada area

lain.

d. Kecemasan tingkat panik

Gejala panik adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyempit,dan kehilangan pemikiran rasional. Orang panik tidak

mampu berkomunikasi atau berfungsi secara efektif. Tingkat

kecemasan ini tidak dapat bertahan, tanpa batas waktu karena tidak

kompatibel dengan kehidupan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan :

Menurut Durand & Barlow (2006) terdapat tiga faktor yang berkontribusi

terhadap kecemasan, yaitu biologis, psikologis dan sosial.


39

1) Kontribusi biologis

Terdapat beberapa penelitian yang melandasi pernyataan

dari Durand dan Barlow (2006) bahwa faktor biologis dapat

berkontribusi dalam kecemasan seorang individu. Contoh penelitian

yang mendasari pernyataan mereka adalah penelitian menganai

GABA (Gamma Aminobutycric Acid) dan penelitian penelitian

menganai CRF (coertocotropin releasing factor). Tingkat GABA

yang sangat rendah dapat secara tidak langsung berpengaruh

terhadapdengan meningkatnya kecemasan ( Durand & Barlow,

2006).

2) Kontribusi psikologis

Perasaan mampu mengontrol (sense of control) semua aspek

kehidupan dimasa depan yang pasti sampai tidak pasti (Durand &

Barlow, 2006). Persepsi bahwa dimasa depan dipenuhi oleh hal-hal

yang tidak dapat dikontrol tampak nyata dalam bentuk keyakinan

bahwa masa depan dipenuhi oleh bahaya (Durand & Barlow, 2006).

3) Kontribusi sosial

Peristiwa yang menimbulkan stres seperti perkawinan,

perceraian, kematian, cedera, penyakit dan tekanan sosial untuk

pencapaian memicu kerentanan kita terhadap kecemasan (Durand &

Barlow, 2006). Barlow (2002, dalam Durand & Barlow, 2006)

mengungkapkan bahwa stresor tersebut dapat memicu reaksi fisik

sakit kepala, hipertensi serta reaksi emosional seperti serangan


40

panik. Aktan (2011) mengemukakan kontribusi sosial khususnya

dukungan sosial dapat berdampak positif pada penurunan

kecemasan.

Menurut Lutfa dan Maliya (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan operasi adalah sebagai berikut:

1) Faktor-faktor intrinsik, antara lain:

a) Usia Pasien

Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewasa

dan lebih banyak pada wanita. Menurut Stuart & sundeen

(2006) sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45

tahun.

b) Pengalaman

Menjelaskan bahwa pengalaman awal ini sebagai bagian

penting dan sangat menentukan bagi kondisi mental individu

di kemudian hari. Apabila pengalaman individu tentang

pengobatan kurang, maka cenderung mempengaruhi

peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan

pengobatan selanjutnya.

c) Konsep diri dan peran

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan

pendirian yang diketetahui individu terhadap dirinya dan

mempengaruhi individu untuk berhubungan dengan orang

lain. Peran adalah pola, sikap, perilaku dan tujuan yang


41

diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi peran

seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai

dengan peran, konsistensi respon orang lain yang berarti

terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran

yang dialaminya, serta keselarasan budaya dan harapan

individu terhadap perilaku peran. Selain itu terjadinya situasi

yang menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, akan

mempengaruhi kehidupan individu. Pasien yang mempunyai

peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat akan

cenderung mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan

konsentasi terganggu.

2) Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain :

a) Kondisi medis

Terjadinya kecemasan yang berhubungan dengan kondisi

medis sering ditemukan, walaupun insidensi gangguan

bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya:

pada pasien yang mendapatkan diagnosa operasi akan lebih

mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dibandingkan

dengan pasien yang didiagnosa baik.

b) Tingkat pendidikan

Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola

pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambil keputusan.


42

Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam

mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari

luarnya.

c) Akses informasi

Akses informasi merupakan pemberitahuan tentang sesuatu

agar orang membentuk pendapat berdasarkan sesuatu yang

diketahuinya. Informasi yang akan didapatkan pasien

sebelum pelaksanaan tindakan operasi terdiri dari tujuan,

proses, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang

tersedia, serta proses administrasi (Smeltzer dan Bare dalam

Lutfa dan Maliya. 2008).

d) Adaptasi

Kozier dan Olivery dalam Lutfa dan Maliya (2008),

menjelaskan bahwa tingkat adaptasi manusia dipengaruhi

oleh stimulus internal dan eksternal dan membutuhkan respon

perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi sering

menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari

sumber-sumber dimana individu berada. Perawat merupakan

sumber daya yang tersedia dirumah sakit yang mempunyai

pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu pasien

mengembalikan atau mencapai keseimbangan diri dalam

menghadapi lingkungan yang baru.


43

e) Tingkat sosial ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat

kelas sosial ekonomi rendah memililki prevalensi gangguan

psikiatrik yang lebih banyak. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa keadaan ekonomi yang rendah atau tidak

dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien

menghadapi tindakan operasi.

f) Tindakan operasi

Adalah klasifikasi tindakan terapi medis yang dapat

mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada

integritas tubuh dan jiwa seseorang (Muttaqin dan Sari,

2009;72).

g) Lingkungan

Menurut Ramaiah (2003) lingkungan atau sekitar tempat

tinggal mempengaruhi cara berfikir. Hal ini bisa saja

disebabkan pengalaman dengan keluarga, sahabat, rekan

sejawat dan lain-lain. Kecemasan wajar timbul jika anda

merasa tidak aman terhadap lingkungan.

4. Pengukuran tingkat kecemasan

Ada beberapa kuisoner untuk mengukur tingkat kecemasan sebagai

berikut :

a. Taylor Manifest anciety Scale (TMAS) ditemukan oleh Janet Taylor

yang berisi 50 butir pertanyaan , dimana responden menjawab


44

keadaan “ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan dirinya dengan skor

< 21 berarti tidak cemas dan skor >21 berarti cemas.

b. Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) dikembangkan oleh Willian

W.K Zung (1971) yang terdiri dari 20 pertanyaan, 5 butir berupa

pertanyaan positif dan 15 butir lainnya berupa pertanyaan negatif.

Setiap pertanyaan memiliki lima kemungkinan jawaban yaitu : tidak

pernah , jarang, kadang-kadang, sering, dan selalu, dengan kategori

penilaian adalah tidak mengalami cemas dengan skor 20-40,

kecemasan ringan skor 41-60, kecemasan sedang skor 61-80, dan

kecemasan berat dengan skor 81-100.

c. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur tingkat

kecemasan yaitu Hamilton Anxiety Scale (HARS). Skala HARS

merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya

symtom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala

HARS terdapat 14 symtom yang terlihat pada individu yang

mengalami kecemasan. Setiap item yang diteliti diberi 5 tingkat skor

antara 0 (tidak ada gejala ) sampai dengan 4 (sangat berat / semua

gejala ada) dikutip dalam Nursalam (2003).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standart

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.

Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reabilitas cukup


45

tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial

clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menujukkan bahwa pengukursn

kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh dari

hasil yang valid dan reliabel.

Skala penelitian kecemasan HARS terdiri dari 14 item meliputi

perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan

kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala sensorik, gejala

kardiovaskuler, gejala pernafasan, gejala gastrointestinal, gejala

euroginetal, gejala otonom, dan perilaku sewaktu wawancara.

Cara penilaian kecemasan ini adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

2 = sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat /lebih dari setengah gejala yang ada

4 = sangat berat /semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan yang dikutip salam Nursalam (2003)

dengan cara menjumlahkan nilai skor dan item 1-14 dengan hasil :

1. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

2. Skor 14 - 20 = kecemasan ringan

3. Skor 21 - 27 = kecemasan sedang

4. Skor 28 - 41 = kecemasan berat

5. Skor 42 - 56 = kecemasan berat sekali/panik


46

Pada peneliti akan menggunakan kuisoner Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS) yang telah dibuat dalam bahasa

indonesia dikutip dalam Nursalam (2003), karena isi dari item

pertanyaan tersebut sesuai dengan konsep kecemasan yang

peneliti gunakan yaitu konsep Stuart (2016) dan sesuai jika

digunakan untuk mengukur terjadinya kecemasan keluarga pada

pasien stroke.
4747

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP
Stroke

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Pre-hospital stroke


dukungan keluarga:
1. Dukungan emosional
2. Dukungan penelian Faktor yang merpengruhi :
3. Dukungan instrumental 1. Faktor Instrinsik :
4. Dukungan emosional a. Usia pasien
b. Konsep diri dan peran
c. Pengalaman di rawat di rumah sakit
2. Faktor ekstrinsik :
a. Kondisi medis
b. ingkat pendidikan
c. Akses informasi
d. Proses adaptasi
e. Tingkat sosial Ekonomi
f. Jenis tindakan
g. Lingkungan
Dukungan
Keluarga

Tingkat kecemasan :
Dukungan keluarga : 1. Ringan
1. Rendah 2. Berat
2. Sedang 3. Sedang
3. Tinggi

Keteranagan :

:Diteliti

:Tidak diteliti

:Berpasangan

:Berhubungan

Gambar III.1 Kerangka Konsep Pengaruh pendidikan Pre hospital Stroke


Terhadap Dukungan dan Timgkat Kecemasan Dalam Menangani
Serangan Stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.
48

B. Penjelasan kerangka konsep

Dalam konsep di atas peneliti menggunakan jalan penulisan di mana

keluarga pasien stroke diberikan pendidikan Pre-hospital stroke untuk

mengetahui adanya pengaruh pendidikan pre-hospital stroke terhadap

dukungan keluarga dan tingkat kecemasan keluarga pasien. Dukungan

keluarga memiliki banyak faktor yaitu dukungan emosional, dukungan

penilian, dan dukungan instrumental. Dari dukungan keluarga akan

dinilaidengan diukur yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. Dan untuk tingkat

kecemasan pada keluarga pasien meimiliki 2 faktor yaitu intrinsik dan

ekstrinsik. Faktor instrinsik yang mempengaruhi adalah usia pasien, konsep

diri dan peran, dan pengalaman dirawat di rumah sakit. Faktor ekstrinsik

yaitu kondisi medis, tingkat pendidikan, akses informasi, proses adaptasi dan

tingkat sosial. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ini akan diukur dengan

beberapa kriteria yaitu ringan, berat, dan sedang.

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kerangka konsep yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

1. H0: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan pre-hospital stroke

terhadap dukungan dan kecemasan keluarga dalam menangani serangan

stroke di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.

2. H1: Ada pengaruh pendidikan kesehatan pre-hospital stroke dukungan

keluarga dan kecemasan keluarga dalam menangani serangan stroke di

Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.


49

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang memungkinkan

pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi saat hasil

desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan

data digunakan untuk mengidentifikasi struktur dimana penelitian

dilaksanakan (Nursalam, 2013).

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan

menggunakan bentuk rancangan penelitian one group pre test-post test

design. Penelitian ini dilakukan terhadap suatu kelompok tanpa adanya

kelompok kontrol pembandingan.Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai yaitu melihat adanya pengaruh pendidikan kesehatan

pre-hospitalstroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga

terhadap pasien stroke.

Bentuk rancangan penelitian ini sebagai berikut :

Tabel IV.1 Rancangan penelitian

Subjek Pre test Perlakuan Post test

Kelompok 01 X 02
Perlakuan

49
50

Keteranngan :

01 : Pre test sebelum diberikan edukasi kesehatan

02 : Sesudah diberikan edukasi dan dilakukan post test

X : Penelitian pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke

B. Lokasi dan waktu penelitian

Adapun waktu dan pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Bangsongan RW 02 Kabupaten Kediri.

2. Waktu pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019-Febuari 2020

C. Populasi, Sampel, Teknik sampling

1. Populasi

Populasi wilayah subjek yang memenuhi kreteria kriteria

yangdituntutkan atauyang dibutuhkan dalam sebuah penelitian

(Nursalam, 2014).Dalam populasi target pada penelitian ini adalah

masyarakat yang tinggal di Desa Bangsongan RW 02 diambil RT

01,02,03,04 Kabupaten Kediri berjumlah 189 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagiandari populasi yang akan mewakili

dari suatupopulasi (Nursalam.2013). Dalam Sugiyono (2011) Roecoe

memberikan saran tentang ukuran sampel untuk sebuah penelitian

yaitu ukuran sampel yang dianggap layak dalam sebuah penelitian

adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel. Nursalam (2013)


51

menjelaskan bahwa syarat dari pengambilan sampel terdiri dari

representatif atau mewakili. Pada penelitian ini peneliti

memberlakukan kriteria inklusi untuk mendapatkan populasi

terjangkau dari populasi target yang kemudian dijadikan sampel dari

penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1. Usia 25 – 45 tahun.

2. Bersedia menjadi responden.

3. Masyarakat berdomisili atau bertempat tinggal di desa

Bangsongan RW 02 diambil dari RT 01,02,03,04 yang

mempunyai anggota keluarga strok.

4. Bisa membaca.

b. Kriteria eksklusi:

1. Responden yang mempunyai anggota keluarga strok atau

pernah merawat pasien strok.

2. Subjek tidak bersedia mengisi google from kuesioner.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil oleh peneliti adalah

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu berjumlah 35

responden.

3. Teknik sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara–cara

yang di tempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel


52

yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian

(Sastroasmoro & Ismail, 1995 dalam Nursalam, 2014).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Nonprobability yaitu purposive sampling yaitu suatu mode

penarikan sampel dengan kriteria tertentu. Sampel penelitian ini diambil

secara purposive sampling.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel ini yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel

biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui

hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel yang lainnya

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini variabel independen adalah

pengaruh pendidikan kesehatan Pre-hospital stroke.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen ialah variabel yang nilainya di tentukan oleh

variabel lain. Variabel ini faktor yang di amati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah

dukungan dan tingkat kecemasan keluarga pasien stroke.


E. Definisi Operasional

Tabel IV.2 Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Hospital Stroke Terhadap Dukungan dan Tingkat

Kecemasan Keluarga Pasien Stroke

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skore


1 Pengaruh Upaya untuk memberi a.Responden dapat mengetahui Media social - -
pendidikan pengetahuan yang baru dan memahami konsep stroke
dan bisa memberikan 1. Pengertian stroke
kesehatan Pre-
manfaat bagi penerima 2. Jenis stroke
hospital stroke informasi kesehatan 3. Penyebeb stroke
tentang pre-hospital 4. Faktor Resiko tinggi Stroke
stroke. Dimana pendidikan 5. Responden dapat
kesehatan dilakukan 1 kali mengetahui dan memahami
selama 60 menit dengan metode definisi pre-hospital
ceramah dan tanyajawab 6. Responden dapat
kepada responden yang ada dan mengetahui dan memahami
penyampaian penatalaksanaan pre-
pendidikan kesehatan hospital stroke
dilakukan dengan menggunakan
powerpoint, leafl, video, dan
poster

53
2 Dukungan keluarga Dukungan yang diberikan Dilakukan pre test dan post tes Google form Ordinal Skor kurang
keluarga dalam melakukan untuk mengetahui dukungan kuesioner dari20=rendah
penanganan pertama pada pada keluarga pasien dengan Skor 21-39=sedang
anggota keluarga yang pengukuran : Skor lebih dari 40=
mengalami stroke 1. Rendah tinggi.
2. Sedang
3. Tinggi

3 Tingkat kecemasan Kecemasan adalah perasaan Pengukuran kecemasan Google form Ordinal Skor kurang dari 14 =
khawatir, perasaan tidak nyaman menggunakan kuesioner HRS-A kuesioner tidak ada kecemasan.
atau ketakutan tidak jelas dan (Hamilton Rating Scale of Anxiety) Skor 14 – 20 =
gelisah berlebihan yang pengukuran Favourable : kecemasan ringan
dirasakan oleh pasien yang 1= tidak pernah Skor 21 – 27 =
diungkapkan melalui pertanyaan 2= kadang-kadang kecemasan sedang
dalam kuesioner 3= sering Skor 28 – 41 =
4= selalu kecemasan berat
Pengukuran Unfavourable : 1= Skor 42 – 56 =
selalu kecemasan berat sekali
2= sering
3= kadang-kadang
4= tidak pernah

54
55

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mendapatkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah.

Jenis instrumen penelitian berupa : angket, check list, pedoman wawancara,

pedoman pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium dan lainlain (Saryono,

2010).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Perosedur pengumpulan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

Tahap ini meliputi survei tempat dan sampel yang tingkat factor

resikotinggi stroke terjadikarenakurangya pendidikan pre hospital

stroke, menentukan kuesioner tingkat pengetahuan dengan responden,

mengajukan surat persetujuan judul ke KaProdi S1-Keperawatan Institut

Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang sebelumnya sudah di tanda

tangani oleh pembimbing I, surat persetujuan ini sebagai pengantar

dalam pengambilan data awal dan penelitian di Desa Bangsongan RW

02 meliputi RT 01,02,03,04 KabupatenKediri dan mengadakan

pertemuan untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan

menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

2) Tahap pelaksanaan

a. Tahap pertama melakukan pre-test dengan diberikan kuesioner

dalam bentuk google form untuk mengetahui apakah sebelum


56

dilakukan penyuluhan pendidikan pre hospital masyarkat di Desa

Bangsongan RW 02 yang diambil dari RT 01,02,03,04 Kabupaten

Kediri sudah mengetahui bagaimana penatalaksaan penanganan

stroke dan untuk mengetahui dukungan dan tingkat kecemasan

keluarga pasien.

b. Tahap kedua yaitu melakukan penyajian materi tentang

pendidikanpre hospital stroke penyuluhan dengan menggunakan

Medsos (media sosial).

c. Tahap ketiga responden diberikan kuesioner post-test googleform

untuk mengetahui pengaruh pendidikan pre-hospital stroke

terhadap dukungan tingkat kecemasan keluarga pasien setelah

diberikannya pendidikan pre hospital stroke setelah diberikannya

penyuluhan dengan menggunakan medsos .

3) Tahap penutup

Pada tahap penutup ini peneliti mengolah data yang ada di

googelform kuesioner untuk membuktikan apakah ada pengaruh saat

diberikannya materi pendidikan kesehatan pre hospital stroke.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1) Pre analisis

Pengolahan data dilakukan melalui tahap : pemeriksaan

(Editing), proses pemberian identitas (Coding), proses pemberian nilai

(Scoring) dan proses perhitungan (Tabulating) (Notoatmodjo, 2012).


57

a Editing (Penyuntingan data)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2012).

Proses editing pada penelitian ini peneliti memeriksa kembali

kuesioner yang telah terisi dan mengecek kembali kuesioner

untuk memastikan tidak ada yang terlewati, sudah terisi dengan

lengkap dan jelas. Pada penelitian ini hasil dari semua kuesioner

bisa dipakai dan tidak ada yang terlewati, semua sudah terisi

dengan jelas sehingga dapat dilanjutkan pada proses selanjutnya

yaitu coding.

b Coding (pemberian kode)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini karakteristik masyarakat

di Desa Bangsongan RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten

Kediri. Pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner

dengan jawaban benar, dan salah. Kemudian untuk pemberian

kode kategori pengetahuan yaitu kategori Baik 76%-100% diberi

kode Baik, kategori Cukup 56%-75% dengan diberi kode Cukup,

kategori Kurang < 56% diberi kode Kurang.


58

c Scoring

Pada penelitian ini pemberian nilai pada masing-masing

pertanyaan sesuai dengan ketentuan. Kuesioner pengetahuan

penatalaksanaan pre hospital stroke gradasi skornya adalah 1

untuk jawaban “Bisa”, 0 untuk jawaban “Tidak Bisa”. Hasil

jawaban responden yang telah diberi skor kemudian dijumlah dan

diklasifikasikan berdasarkan tingkat pengetahuan.

d Processing atau memasukkan data

Memasukkan data entry dukungan dan tingkat kecemasan

keluarga sebelum diberikan pendidikan pre hospital stroke ke

dalam software komputer.

e Tabulating (membuat tabel data)

Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini setelah data

terkumpul, peneliti memasukkan data-data ke dalam bentuk tabel

dengan tabel penelitian terlampir.

2) Analisa Data

Analisa data pengaruh pendidikan kesehatan pre-hospital stroke

di Desa Bangsongan RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten

Kediri dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk

mengetahui jauh tingkat keberhasilan intervensi setelah diberikan

penyuluhan menggunakan Medsos kepada responden. Alasan


59

pemilihan menggunakan medsos adalah dari tujuan pengujian

merupakan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat untuk

dukungan keluarga dan mengurangi tingkat kecemasan keluarga

pasien stroke.

a. Analisa univariat

Analisis univariat dilakukan melalui distribusi frekuensi.

Melalui distribusi frekuensi diharapkan dapat diketahui nilai

tingkat pengetahuan masyarakat tentang pendidikan pre hospital

stroke sebelum diberikan penyuluhan media Medsos, setelah

diberikan penyuluhan Medsos dan diharapkan dapat diketahui

pengaruh penyuluhan media Medsos terhadap pendidikan pre

hospital stroke di Desa Bangsongan RW 02 khususnya di RT

01,02,03,04 Kabupaten Kediri sebelum dan sesudah diberikan

intevensi.

b. Analisa bivariat

Pada penelitian analisis ini berfungsi untuk mengetahui

pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent.

Peneliti menggunakan uji Wilcoxon, alasan peneliti memilih uji

Wilcoxon adalah untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang

berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Analisis ini

dilakukan untuk mengkaji seberapa jauh tingkat keberhasilan

intervensi yang diberikan kepada responden.


60

I. Etika penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penting untuk dipertimbangkan etika

penelitian yang meyakini bahwa responden dilindungi, dengan memperhatikan

aspek self determination, privacy, and dignity, anonymity and confidentiality,

informed consent and protection from discomfort. Kegiatan pengambilan data

bisa dilakukan dengan memperhatikan masalah etik:

1. Self Determination

Responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka

bersedia menjadi subjek maupun tidak dan boleh berhenti

menjadiresponden ditengah-tengah pengumpulan data tanpa adanya

sangsi apapun.

2. Informed Consent

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset (peneliti) yang

dilakukan serta meminta izin dan persetujuan responden untuk menjadi

responden penelitian. Dalam informed consent ini peneliti membuat

selembar surat pesetujuan, peneliti meminta persetujuan kepada

responden berupa tanda tangan kalau reponden mau dilakukan

penelitian. Penelitian ini tidak mencelakai atau menciderai responden.

3. Privacy and anonymity

Kerahasiaan informasi terjaga dengan menggantikan nama

dengan inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


61

4. Confidentially

Kerahasiaan responden dan informasi yang diberikan responden

harus dijaga. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian. Data yang sudah selesai diteliti dan tidak

diperlukan lagi dalam proses penelitian, maka data tersebut

dimusnahkan.

5. Protection From Discomfort

Dalam melakukan penelitian, responden harus bebas dari rasa

tidak aman. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan

manfaat dan prosedur penelitian kepada responden, tidak ada resiko

fisik yang merugikan responden.

6. Justice

Masyarakat di Desa Bangsongan RW 02 meliputi RT

01,02,03,04 Kabupaten Kediri mendapat keadilan,peneliti memberikan

intervensi edukasi terstruktur setelah selesai penelitian.


62

J. Kerangka kerja

Populasi masyarakat di desa Bangsongan diambil dari RT 01,02,03,04/


RW 02 Kabupaten Kediri berjumlah 189 orang

Teknik sampling porposive

Sample berjumlah 35 responden

Pretest : googelform kuesioner

Penyuluhan pendidikan pre hospital stroke

Metode: video lewat wasthsap

Postest : googelform kuesioner

Pengolahan data editing, coding, scoring, dan tabularing

Hasil Penelitian: uji wilcoxon

Kesimpulan

Gambar IV.1 Kerangka Kerja pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital


stroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga
dalam penanganan serangan stroke di desa Bangsongan RW 02
Kabupaten Kediri.
63
63

BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Dsn. Koripan RT

01,02,03,04/ RW 02 Ds. Bangsongan Kabupaten Kediri, berikut adalah paparan

dari hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre-Hospital Stroke

Terhadap Dukungan Dan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menangani

Serangan Stroke Di Desa Bangsongan RT 01,02,03,04/ RW 02 Kabupaten Kediri.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner pre-test dan post-

test. Pada pengumpulan data pre-test dilakukan seluruh responden yang berjumlah

35 responden. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan keluarga dalam

menangani serangan stroke.kemudian responden diberikan pendidikan kesehatan.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan dilakukan posttest untuk melihat hasilnya.

Sebelum penyajian hasil penelitian, terlebih dahulu akan diuraikan gambaran

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia.

a. Data umum

1. Berdasarkan Usia

TabelV.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Usia Responden


di Dsn.Koripan Ds.Bangsongan diperoleh dari RW 02 meliputi
RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.
No Usia Frekuensi Persentase %
1 25-30 Th 10 33,3
2 31-40 Th 8 26,7
3 41-45 Th 12 40,0
Total 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V.1 dapat diperoleh dari RW 02 meliputi RT

01,02,03,04 usia responden yang paling banyak yaitu di usia 41-45th

63
64

berjumlah 12 responden (40,0%), sedangkan responden paling sedikit

yaitu di usia 31-4 0th berjumlah 8 responden (26,7%)

2. Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin


Responden di Dsn.koripan Ds.Bangsongan diperoleh dari RW
02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase %
1 Laki-laki 20 57,2
2 Perempuan 15 42,8
Total 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V5.2 dapat diperoleh jenis kelamin responden

yang paling banyak yaitu laki-laki berjumlah 20 responden (57,2%),

sedangkan perempuan berjumlah 15 responden (42,8%)

3. Berdasarkan pendidikan

Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan pendidikan


Responden di Dsn.koripan Ds.Bangsongan diperoleh dari
RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.
No Pendidikan Frekuensi Persentase %
1 SMP 8 22,9
2 SMA 26 74,5
3 PT 1 2,6
TOTAL 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V.3 dapat diperoleh pendidikan responden yang

paling banyak yaitu berpendidikan SMA berjumlah 26 responden

(74,5%), sedangkan yang berpendidikan perguruan tinggi berjumlah 1

responden (2,6%).
65

b. Data khusus

Karakteristik responden yang menjadi variabel dalam penelitian

diketahui nilai tingkat pengetahuan masyarakat tentang pendidikan pre

hospital stroke sebelum diberikan penyuluhan media power point, setelah

diberikan penyuluhan media power point dan diharapkan dapat diketahui

pengaruh penyuluhan media power point terhadap pendidikan pre hospital

stroke di Desa Bangsongan RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri

sebelum dan sesudah diberikan intevensi Berikut gambaran hasil penelitian

ini:

1. Tingkat pendidikan sebelum diberikan penyuluhan pendidikan kesehatan

pre hospital stroke

Tabel V.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik sebelum diberikan pendidikan


kesehatan pre hospital stroke dukungan keluarga diperoleh dari
RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri..
No Pendidikan Frekuensi Persentase %
1 Baik 0 0
2 Cukup 31 88,6
3 Kurang 4 11,4
TOTAL 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V.4 dapat diperoleh untuk sebelum dilakukan

penyuluhan dengan media sosmed pendidikan kesehatan pre hospital

stroke bahwa tingkat dukungan keluarga pada pasien yang paling banyak

yaitu cukup yang berjumlah 31 responden (88,6%).


66

2. Tingkat pendidikan sebelum diberikan penyuluhan pendidikan kesehatan

pre hospital stroke.

Tabel V.5Distribusi Frekuensi Karakteristik sebelum diberikan pendidikan


kesehatan pre hospital stroke tingkat kecemasan keluarga
diperoleh dari RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten
Kediri..
No Pendidikan Frekuensi Persentase %
1 Ringan 1 2,8
2 Sedang 30 85,7
3 Berat 4 11,4
TOTAL 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V.5 dapat diperoleh untuk sebelum dilakukan

penyuluhan dengan media sosmed pendidikan kesehatan pre hospital

stroke bahwa tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang paling banyak

yaitu sedang yang berjumlah 30 responden (85,7%).

3. Tingkat pendidikan kesehatan pre hospital stroke sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan.

Tabel V.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik sesudah diberikan pendidikan


kesehatan pre hospital stroke tingkat dukungan keluarga
diperoleh dari RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten
Kediri..
No Pendidikan Frekuensi Persentase %
1 Baik 33 94,3
2 Cukup 2 5,7
3 Kurang 0 0
TOTAL 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V.6 dapat diperoleh untuk sesudah dilakukan

penyuluhan dengan media sosmed pendidikan kesehatan pre hospital


67

stroke bahwa tingkat dukungan keluarga pada pasien meningkat yaitu

dengan kategori baik dengan frekuensi 33 presentasenya (94,3 %).

4. Tingkat pendidikan sesudah diberikan penyuluhan pendidikan kesehatan

pre hospital stroke

Tabel V.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik sesudah diberikan pendidikan


kesehatan pre hospital stroke tingkat kecemasan keluarga
diperoleh dari RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten
Kediri..
No Pendidikan Frekuensi Persentase %
1 Ringan 32 91,4
2 Sedang 3 8,6
3 Berat 0 0
TOTAL 35 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel V.7 dapat diperoleh untuk sesudah dilakukan

penyuluhan dengan media sosmed pendidikan kesehatan pre hospital

stroke bahwa tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang paling banyak

yaitu kurang yang berjumlah 2 responden (10%).


68

c. Hasil Analisis Uji Statistik Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Hospital

Stroke Terhadap Dukungan Dan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam

Menangani Serangan Stroke di Desa Bangsongan RW 02 meliputi RT

01,02,03,04 Kabupaten Kediri.

1. Hasil Uji Wilcoxon

Tabel V.8 Hasil Pretest-Posttes Pendidikan Kesehatan Pre Hospital


Stroke Terhadap Dukungan Keluarga diperoleh dari RW 02
meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri. Dalam
Menangani Serangan Stroke Menggunakan Uji Wilcoxon

Tingkat Frekuensi Mean


Dukungan
Pretest 35 16,00 ρ = 0,000 (ρ<
0,05)
Posttest 35 18,12

Tabel V.9 Hasil Pretest-Posttes Pendidikan Kesehatan Pre Hospital


Stroke Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga diperoleh dari
RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri. Dalam
Menangani Serangan Stroke Menggunakan Uji Wilcoxon

Tingkat Frekuensi Mean


kecemasan
Pretest 35 0,159 ρ = 0,000 (ρ<
0,05)
Posttest 35 0,987

Berdasarkan tabel V.8 hasil dari Uji Wilcoxon Signed Rank Test

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tingkat dukungan

keluarga pasien sebelum diberikan pendidikan kesehatan pre hospital

stroke dan sesudah diberikanpendidikan kesehatan pre hospital stroke.

Rata-rata tingkat dukungan kelurga pasien sebelum diberikan pendidikan

yaitu 16,00 dan sesudah diberikan pendidikan18,00.


69

Berdasarkan tabel V.9 hasil dari Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan keluarga

pasien sebelum diberikan pendidikan mengalami peningkatan antara pre-

test dan pos-test yaitu 0,159 menjadi 0,987 yang berarti pendidikan

kesehatan pre hospital stroke terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien

meningkat. Analisa uji statistik menunjukkan nilai ρ = 0,000 yang berarti

nilai ρ (< 0,05) maka H0 ditolak sehingga terdapat Pengaruh pendidikan

kesehatan pre hospital stroke terhadap dukungan dan tingkat kecemasan

keluarga pasien dalam menangani serangan stroke di desa bangsogan RW

02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri..


70

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi dukungan keluarga dalam menghadapi anggota

keluarga yang menangani serangan stroke sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan pre hospital stroke di Desa Bangsongan RW 02

meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.

Distribusi frekuensi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dapat

diperoleh sebelum sebelum dilakukan penyuluhan pendidikan kesehatan pre

hospital stroke bahwa tingkat dukungan keluarga pada pasien yang paling

banyak yaitu cukup yang berjumlah 31 responden (88,6%). Untuk sesudah

dilakukan penyuluhan pendidikan kesehatan pre hospital stroke bahwa tingkat

dukungan keluarga pada pasien meningkat yaitu dengan kategori baik dengan

frekuensi 33 presentasenya (94,3 %).

Menurut (Ainun ,2019) mendapatkan hasil penelitian menunjukkan

pengetahuan stroke baik dengan penanganan pre-hospital baik sebanyak 19

(54.3%), penanganan pre- hospital kurang sebanyak 13 (25.0%). Sedangkan

pengetahuan stroke kurang dengan penanganan pre-hospital baik sebanyak 16

(45.7%), penanganan pre-hospital kurang sebanyak 39 (75.0%). Berdasarkan

analisis hasil penelitian dengan uji square di peroleh hasil nilai P = 0,005

dengan signifikasi (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan pengetahuan keluarga tentang stroke dengan penanganan pre-

hospital. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang stroke maka

penanganan terhadap anggota keluarga yang terkena serangan stroke semakin

70
71

baik pula. Hal ini disebabkan karena pengetahuan merupakan salah satu faktor

utama seseorang dalam memberikan tindakan atau pertolongan pertama yang

tepat untuk penderita serangan stroke. Hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Rini & Indarwati (2010) yang meneliti tentang tingkat pengetahuan

keluarga dan kesiapan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

menderita stroke di desa Kebak Kramat Karanganyar menyatakan bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke dengan kesiapan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Green dalam Notoadmodjo 2012.

Menurut penjelasan diatas penerapan pendidikan kesehatan pre hospital

stroke terhadap dukungan keluarga bisa memaksimalkan dukungan keluarga

hospitalisasi stroke.

B. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi

anggota keluarga yang menangani serangan stroke sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan pre hospital stroke di Desa Bangsongan RW 02

meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.

Distribusi frekuensi diperoleh untuk sebelum dilakukan penyuluhan

pendidikan kesehatan pre hospital stroke bahwa tingkat kecemasan keluarga

pada pasien yang paling banyak yaitu sedang yang berjumlah 30 responden

(85,7%). Dapat diperoleh dari hasil sesudah dilakukan penyuluhan pendidikan

kesehatan pre hospital stroke bahwa tingkat kecemasan keluarga pada pasien

yang paling banyak yaitu kurang yang berjumlah 2 responden (10%).


72

Menurut (Nelfi, 2018). Dari data wawancara yang didapat dari keluarga

pasien stroke, sebanyak 26 orang keluaga (75,8%) mengatakan tidak pernah

merawat anggota keluarga yang mengalami stroke sebelumnya dikarenakan

pasien ratarata mengalami stroke yang pertama kali. Pengalaman masa lalu

terhadap penyakit baik yang positif atau negatif dapat mempengaruhi

perkembangan keterampilan menggunakan koping, keberhasilan seseorang

dapat membantu individu untuk mengembangkan kekuatan koping, sebaliknya

kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan

koping yang maladaptif terhadap stresor tertentu (Raharjo, Agustin dan

Wulandari, 2015). Dari pembahasan diatas peneliti berpendapat bahwa dari

hasil wawancara terpimpin yang peneliti lakukan kepada keluarga pasien

stroke di ruang Mina 1 dan Mina 2 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh, keluarga mengatakan cemas dan sedih terhadap kondisi

anggota keluarganya yang mengalami stroke dan adanya firasaat buruk serta

takut akan pikiran sendiri dimana keluarga mengatakan takut kehilangan

anggota keluarganya dan takut jika keluarganya mengalami kecacatan. Hal

tersebut ditandai dengan keluarga mengatakan sering merasa tegang dan

gelisah serta terkadang jantung berdebar-debar. Mayoritas keluarga berstatus

sebagai anak dan anggota keluarga (pasien) mengalami serangan stroke yang

pertama sehingga keluarga belum pernah merawat anggota keluarga yang

mengalami stroke sebelumnya.

Menurut peneliti dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

kecemasan dalam keluarga terhadap pasien dipengaruhi karena kurangnya


73

pengetahuan keluarga terhadap prehospital stroke.Dibuktikan dengan

persentase tingkat kecemasan yang kurang mangalai jumlah penurunan yang

signifikan setelah diberikan pendidikan kesehatan prehospital stroke.Dalam

hal ini peneliti meyakini bahwa dengan pemberian pendidikan kesehatan

prehospital strokedengan komunikasi yang benar akan mengurangi tingkat

kecemasan keluarga dan berdampak pada peningkatan perawatan keluarga

terhadap pasien stroke sehingga tingkat dukungan keluarga juga akan

meningkat.

C. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke

terhadap dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam menangani

serangan stroke di desa Bangsongan RW 02 meliputi RT 01,02,03,04

Kabupaten Kediri.

Uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

rata-rata tingkat dukungan keluarga pasien sebelum diberikan pendidikan

kesehatan pre hospital stroke dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pre

hospital stroke. Rata-rata tingkat dukungan kelurga pasien sebelum diberikan

pendidikan yaitu 16,00 dan sesudah diberikan pendidikan yaitu 18,12.

Terdapat perbedaan tingkat kecemasan keluarga pasien sebelum diberikan

pendidikan mengalami peningkatan antara pre-test dan pos-test yaitu 0,159

menjadi 0,987 yang berarti pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap

tingkat kecemasan keluarga pasien meningkat. Analisa uji statistik

menunjukkan nilai ρ = 0,000 yang berarti nilai ρ (< 0,05) maka H0 ditolak

sehingga terdapat Pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap


74

dukungan dan tingkat kecemasan keluarga dalam menangani serangan stroke

di desa bangsogan diperoleh dari RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten

Kediri.

Berdasarkan penelitian Husain (2013) mengenai Gambaran Tingkat

Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di

Ruangan Neuro RSUD Prof. Dr. Hi Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013,

hasil yang diperoleh diantaranya keluarga yang tidak mengalami kecemasan

sebanyak 5 responden (16,6%), kecemasan ringan 8 responden (26,6%),

kecemasan sedang 11 responden (36,6%), kecemasan berat 4 responden

(13,3%), dan kecemasan berat sekali/panic 2 responden (6,6%). Sedangkan

hasil penelitian dari Sentana (2015) mengenai Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang

Intensif Care RSUD Provinsi NTB Tahun 2015, didapatkan hasil yang tidak

mengalami kecemasan 4 responden (12,%), kecemasan ringan 16 responden

(50.0%), kecemasan sedang 6 responden (18,8%), kecemasan berat 4

responden (12,5%), dan yang mengalami kecemasan sangat berat 2 responden

(6,3%).Stroke dapat menimbulkan dampak fisik bagi pasien maupun

psikologis bagi keluarga (Sentana, 2015). Dampak fisik bagi pasien

diantaranya kelumpuhan, gangguan indra rasa, gangguan dalam beraktivitas,

perubahan mental seperti gangguan dalam berkomunikasi, dan gangguan

emosional yaitu menjadi gelisah, cemas, takut dan marah atas kekurangannya.

Dampak psikologis bagi keluarga dapat menimbulkan kecemasan salah

satunya berdampak pada kesehatan yaitu dapat mempengaruhi fungsi


75

beberapa sistem dan proses dalam tubuh termasuk sistem imun,

kardiovaskular, dan reproduksi serta pencernaan dan metabolisme.

Menurut peneliti dari hasil diatas menunjukkan perbedaan hasil antara

post test dan pre test yaitu antara 0,159 dengan 0,987 yang berarti terdapat

banyak kemajuan pengetahuan pada responden setelah diberikan pendidikan

kesehatan prehospital stroke. Peningkatan yang signifikan membuktikan

bahwa terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan prehospital

stroketerhadap dukungan dan tingkat kecemasan pada keluarga dengan pasien

stroke.Dengan pemberian pendidikan kesehatan meningkatkan dukugan

keluarga terhadap pasien stroke, sehingga meningkatkan kesembuhan pada

pasien stroke.
76
76

BAB VII

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan serta pembahasan mengenai

pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap dukungan dan tingkat

kecemasan keluarga dalam menangani serangan stroke di desa Bangsongan RW

02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri, maka dapat diambil kesimpulan

serta saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan pre hospital stroke di Desa Bangsonganrt

diperoleh dari RW 02 meliputi RT 01,02,03,04 Kabupaten Kediri

didapatkan hasil bahwa dukungan keluarga sebelum di berikan pendidikan

pre hospital stroke dengan nilai cukup yaitu berjumlah 31 dengan

presentase 88,6% sesudah diberikan pendidikan pre hospital stroke dengan

nilai baik berjumlah 33 dengan presentase 94,3%, sehingga dengan hasil

tersebut terdapat adanya pengaruh.

2. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan pre hospital stroke di Desa Bangsongan RW

02 meliputi RT 01,02,03,04 yaitu sebelum diberkian diberikan pendidikan

pre hospital stroke dengan nilai sedang berjumlah 30 dengan presentase

85,7% sesudah diberikan pendidikan pre hospital stroke dengan nilai

76
77

ringan berjumlah 32 dengan presentase 91,4%,sehingga dari hasil tersebut

terdapat adanya pengaruh.

3. Terdapat pengaruh sebelum dan sesudah diberikanya pendidikan pre

hospital stroke terhadap dukungan hasil dari Uji Wilcoxon Signed Rank

Test bahwa terdapat perbedaan rata-rata tingkat dukungan keluarga pasien

sesudah diberikan pendidikan kesehatan pre hospital stroke. Rata-rata

tingkat dukungan kelurga pasien yaitu 16,00 mengalami peningkatan

menjadi 18,00 dan tingkat kecemasan keluarga mengalami peningkatan

antara pre-test dan pos-test yaitu 0,159 menjadi 0,987 yang berarti

pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap tingkat kecemasan

keluarga pasien meningkat.

B. Saran

1. Bagi Institusi

Menambah pustaka bagi institusi pendidikan dengan menggunakan

pengaruh pendidikan kesehatan pre hospital stroke terhadap dukungan dan

tingkat kecemasan keluarga dalam menangani serangan stroke

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan di desa Bangsongan RW 02 meliputi RT 01,02,03,04

Kabupaten Kediri pendidikan kesehatan pre hospital stroke dalam

menangani serengan stroke awal dapat berkembang dan tingkat kecemasan

keluarga berkurang serta dukungan keluarga diperlukan untuk

kesembuhan pasien.
78

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat menambah metode baru

selain edukasi yang lebih mudah memberikan pemahaman yang lebih

efektif.
79

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, I.G. & Reggy, P. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada

Stroke. CDK-238. Vol. 43, No. 3 (Hlm. 180-184).

American Heart Association (AHA)/ American Stroke Association (ASA)

Guideline. 2007. Stroke. Guidelines For The Early Management Of

Adults With Ischemic Stroke ;38:1655-1711.

American Heart Association . 2011. Advanced Cardiovascular Life Support

Provider Manual. USA : First American Heart Association

Printing. p. 137. ISBN978-1-61669-010-6.

Arya W.W. 2011. Strategi Mengatasi & Bangkit dari Stroke. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bahrudin, Moch. 2013. Neurologi Klinis. Malang : Penerbit Universitas

Muhammadiyah Malang.

Baron, R., &byrne, R. (2012). Buku Pegangan Diabetes, Edisi 4. Jakarta: Bumi

Medika.

Byliad, S. (2013). Lanjut Usia dan keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Salemba

Medika

Canavan M, McGrath E, O’Donnell M, 2013. Stroke. Dalam (Hoffman R,

Silberstein LE, Heslop H, Weitz J, Anastasi J, Benz EJ, eds) Hematology

Basic Principles and Practice. Philadelphia: Elsevier, 2067-2075.


80

Durand, V.M., Barlow, D.H., 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar pp. 295-297.

Fassbender, K., Balucani, K., Walter, S., Levine, SR., Haass, A., Grotta,

J.2013. Streamlining Of Prehospital Stroke Management: The Golden

Hour. Lancet Neurol; 12:585–96.

Fassbender, K., Balucani, K., Walter, S., Levine, SR., Haass, A., Grotta,

J.2013. Streamlining Of Prehospital Stroke Management: The Golden

Hour. Lancet Neurol; 12:585–96. Mubarak, W. I., Chayatin, N. 2009.

Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba

Medika.

Fitriani. S. 2011. Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Forsberg-Warleby, G., Moller, A., & Blomstrand, C. (2004). Life satisfaction in

spouses of

patients with stroke during the first year after stroke. Journal of Rehabilitation

Medicine, 36(1), 4-11.

Jauc, et al. 2013. Treatment and Rehabilitation On A Stroke Unit Improves 5-

years survival. Community-Based Study Stroke.

Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya : Edisi 1. Yogyakarta :

PenerbitAndi.

Junaidi, I., 2011.Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI.


81

Kiefer, R. A. (2008). An integrative review of the concept of well-being. Holistic

Nursing Practice, 22(5), 244–2.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta : Balitbang


KemenkesRI.

Lucie, S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor :

GhaliaIndonesia.

Lutfa, U., Maliya, A. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

pasien dalam tindakan kemoterapi di rumah sakit Dr. Moewardi

Surakarta. (Skripsi thesis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008).

Diperoleh dari eprints.ums.ac.id.

Meleis, A. I. (2010). Transitions Theory: Middle Range and Situation Specific

Theories in Nursing Research and Practice. New York: Springer.

Morton G.P. 2012, Keperawatan Kritis, Edisi 2, Jakarta: EGC.

Na’im.(2019). Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke

dengan penanganan pre-hospital. Jawa Tengah: Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Kendal.

National Institute for Health and Care Excellence/NICE. 2016. National

clinicalguidelineforstrokePreparedbytheIntercollegiateStrokeWorkin

gParty Fifth Edition 2016. London : Royal College ofPhysicans.


82

National Institute for Health and Care Excellence/NICE. 2016. National

clinicalguidelineforstrokePreparedbytheIntercollegiateStrokeWorkin

gParty Fifth Edition 2016. London : Royal College ofPhysicans.

Nursalam , & Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya :

Salemba Medika.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan

Praktis, Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika.

Notoatmodjo,Soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan

PerikaluKesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo,Soekidjo.2012.MetodologiPenelitianKesehatan.Jakarta:Rineka

Cipta.

Muttaqin, A & Sari, K, 2009, Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses,

Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.

Melisa, Yuda. 2012. “Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel terhadap Keputusan

Pembelian Ulang Konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh”.

Jurnal Manajemen, 1(1).

Pudiastuti.(2011). Penyakit Pemicu stroke . Yogyakarta. Nuha Medika.

Rini Suharni, Indarwati. (2010). Tingkat Pengetahuan Keluarga Dan Kesiapan

Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita. Surakarta:


83

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

‘Aisyiyah.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Saryono.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi

Pemula.Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Savitri Ramaiah. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

Schwarzer, R. & Leppin, A.,(2014). Social support and health: A theoretical and

empirical overview. Journal of Social and Personal Relationships, 8, 99-

127.

Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha

Medika. Sentana, A. D. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga PasienYang Dirawat Di

Ruang Intensif Care RSUD Provinsi NTB Tahun 2015.

Stuart.Gail.W (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia: Elsever.

Sylvia A. (2012). “Mengenai komplikasi stroke Pada Masyarakat”. Tesis.

Semarang : Universitas Diponegoro.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.


84

Wirawan and putra, 2018. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

WHO., 2002. The Atlas Wirawan and putra, 2018. Perawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: DepkesR of Heart Disease and Stroke.
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_16_death_from_
stroke.pdf?ua = [accesed 03 november 2018]
85

Lampiran 1
86

Lampiran 2
87

Lampiran3
Lembar kuesoner

KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

Lembar kuesioner
No.responden:(diisi oleh peneliti)
Judul penelitian : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre-Hospital Stroke

terhadap Dukungan dan Tingkat Kecemasan Keluarga

Dalam Menangani Pasien Stroke di Desa Bangsongan

RW 02 Kabupaten Kediri

Petunjuk Umum Pengisisan


1. Isilah pertanyaan yang ada pada data demografi dibawah ini dengan

benar.

2. Beri tanda checklist (√ ) dapa kolom yang telah disediakan jawaban,

sesuai dengan keadaan bapak/ibu yang sebenarnya.

A. DATA DEMOGRAFI

Nama (inisial) (boleh tidak diisi)


Umur ...................................................................... tahun
Pekerjaan :……………………….

Jenis kelamin : laki – laki perempuan

Pendidikan terakhir : SMA SD SMP

Tidak sekolah PT

Pengalaman penolongan stroke : pernah

tidak pernah
88

B. Dukungan keluarga
Petunjuk umum :
1. Bacalah pertanyaan atau pernyataan berikut ini dengan seksama.
2. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pengetahuan anda.
3. Berikan tanda cheklist ( √ ) pada jawaban yangsesuai. Periksa
kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada jawaban yang
kosong.
NO Pertanyaan Baik Cukup Kurang
1. Keluarga mendampingi pasien dalam
perawatan
2. Keluarga memberi pujian dan perhatian
kepada pasien
3. Keluarga dan tetangga pasien memaklumi
bahwa sakit yang pasien alami sebagai
musibah
4. Keluarga menyediakan waktu dan fasilitas
jika memerlukan untuk keperluan
pengobatan pasien
5. Keluarga berperan aktif dalam setiap
pengobatan dan perawatan sakit pasien
6. Keluarga bersedia membiayai biaya
perawatan dan pengobatan
7. Keluarga berusaha untuk mencarikan
kekurangan sarana dan peralatan
perawatan yang pasien perlukan
8. Keluarga memberi tahu tentang hasil
pemeriksaan dan pengobatan dari dokter
yang merawat kepada pasien
9. Keluarga mengingatkan pasien tentang
perilaku yang memperburuk penyakit
pasien
10. Keluarga menjelaskan kepada pasien setiap
pasien bertanya hal-hal yang tidak jelas
tentang penyakit pasien
11. Keluarga menyediakan kebutuhan yang
diperlukan pasien dalam aktivitasnya
12. Keluarga berusaha memberikan bantuan
seperti pekerjaan atau pinjaman berupa
uang
13. Keluarga menyediakan materi yang dapt
memberikan pertolongan langsung seperti
pemberian makanan
89

KUESIONER TINGKAT KECEMASAN

A. Kuesioner Tingkat kecemasan – HARS (Hamilton Anxiety Rating


Scale )
a. Penilaian
Nilai 0 : tidak ada (Tidak ada gejala sama sekali)
Nilai 1 : Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 : Sedang (Separuh dari gejala yang ada)
Nilai 3 : Berat (Lebih dari separuh dari gejala yang ada)
Nilai 4 : Sangat berat (semua gejala ada)
b. Penilaian derajat kecemasan
<14 Tidak ada kecemasan
14-28 Kecemasan ringan
29-42 Kecemasan sedang
43-56 Kecemasan berat
B. Berilah tanda checklist (√) pada pilihan yang Anda anggap benar.

Gambaran tingkat kecemasan keluarga terhadap pasien yang


Menderita Serangan Stroke

Jenis kelamin : L/P

Usia :

No Pernyataan Nilai angka /skor


0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiransendiri
 Mudah tersinggung
 Mudah emosi
2 Ketegangan
 Merasa tegang
 Lesu
 Mudah terkejut
 Tidak dapat istirahat dengan
tenang
 Mudah menanagis
 Gemetar
 Gelisah
3 Ketakutan
 Pada gelap
 Ditinggal endiri
 Pada orang asing
90

 Pada kerumunan banyak orang


 Pada bintang besar
 Pada keramaian lalu lintas
4 Gangguan Tidur
 Tidur tidak nyenyak
 Terbangun tengah malam
 Sukar memulai tidur
 Mimpi buruk
 Mimpi menakutkan
 Banyak mimpi-mimpi
 Bangun dengan lesu
5 Gangguan kecerdasan
 Daya ingat buruk
 Sulit berkonsentrasi
 Daya ingat menurun
6 Perasaan depresi (murung)
 Kehilangan minat
 Sedih
 Berkurangnya kesukaan pada hobi
 Perasaan berubah –ubah
7 Gejala somatik (otot-otot)
 Nyeri otot
 Kaku
 Kedutan otot
 Gigi gemurutuk
 Suara tak stabil
8 Gejala sensorik
 Telinga berdengung
 Penglihatan kabur
 Muka merah dan Pucat
 Merasa lemah
 Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler(jantung dan
pembuluh darah)
 Denyut jantung cepat
 Berdebar-debar
 Nyeri dada
 Denyut nadi mengeras
 Rasa lemah sepertimau pingsan
 Rasa lemah seperti mau pingsan
 Denyut jantungmenghilang
berhenti sekejap
10 Gejala pernafasan
 Rasa tertekan di dada
 Perasaan tercekik
 Merasa nafas pendek/sesak
91

 Sering menarik nafas panjang


11 Gejala gastrointestinal (pencernaan)
 Sulit menelan
 Mual
 Muntah
 Perut melilit
 Gangguan pencernaan
 Perasaan terbakar diperut
 Buang air besar lembek
 Sukar buang air besar
 Perut terasa penuh dan kembung
 Nyeri lambung sebelum makan dan
sesudah makan
 Kehilangan berat badan
12 Gejala urogenitalia (perkemihan dan
kelamin)
 Sering buang air kecil
 Tidak dapat menahan air seni
 Tidak datang bulan
 Darah haid berlebihan
 Darah haid sedikit
 Masa haid berkepanjangan
 Masa haid amat pendek
 Haid beberapa kali dalam sebulan
 Ereksi melemah
 Ereksi hilang
 Impotensi
13 Gejala otonom
 Mulut kering
 Muka merah
 Mudah berkeringat
 Kepala pusing
 Kepala terasa berat
 Kepala terasa sakit
 Bulu bulu berdiri
14 Apakah anda merasakan
 Gelisah
 Tidak tenang
 Jadi gemetar
 Muka merah
 Mengerutkan dahi muka tegang
 Nafas pendek dan cepat
92

Lampiran 4

Uji SPSS
Hasil uji reliabilitas kuesioner kecemasan keluarga
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 62,5
Excludeda 18 37,5
Total 48 100,0

Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,887 14

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Kecemasan 1 2,17 ,834 30
Kecemasan 2 2,43 ,858 30
Kecemasan 3 2,07 ,785 30
Kecemasan 4 2,30 ,794 30
Kecemasan 5 2,30 ,794 30
Kecemasan 6 2,33 ,711 30
Kecemasan 7 1,73 ,907 30
Kecemasan 8 2,37 ,999 30
Kecemasan 9 2,10 ,995 30
Kecemasan 10 2,30 ,877 30
Kecemasan 11 1,90 ,759 30
Kecemasan 12 1,47 ,973 30
Kecemasan 13 2,03 1,066 30
Kecemasan 14 2,23 1,165 30

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

29,73 64,754 8,047 14


93

Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN (S.A.P)

PENDIDIKAN KESEHATAN PRE HOSPITAL STROKE TERHADAP


DUKUNGAN dan TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM
MENANGANI SERANGAN STROKE di DESA GAMPENGREJO Rt
01,02,03,04 KABUPATEN KEDIRI

A. TEMA :Pendidikan kesehatan pre hospital stroke


B. TUJUAN :
1. TUJUAN UMUM :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pre hospital stroke selama 1
x 30 menit, masyarakat di desa Bangsongan rt 03/rw 02 mampu
memahami tentang penatalaksanaan dalam menangani serangan
stroke
2. TUJUAN KHUSUS :
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan pre hospital stroke
selama 1 x 30 menit, masyarakat di desa Bangsongan rt 03/ rw 02
memahami, bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam
menangani serangan stroke dan tingkat kecemasan keluarga
berkurang.
C. SASARAN :
Masyarakat di Desa Bangsongan Rt 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.
D. TEMPAT :
Di Desa Bangsongan Rt 01,02,03,04 Kabupaten Kediri.
E. WAKTU :
Bulan Desember 2019 – bulan Januari 2020.
F. PENDIDIK:
Eko Tulus Widodo dan pembantu peneliti.
G. MATERI :
Pendidikan pre hospital stroke.
94

H. KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN PRE HOSPITAL STROKE


NO FASE KEGIATAN WAKTU
PENDIDIK SASARAN
1. Pra Interaksi Menyiapkan 3 Menit
2. Orientasi :  Mengucapkan Salam 10 Menit
 Salam  Memperkenalkan diri
pembuka  Menjelaskan tujuan
 Perkenalan  Waktu yang akan
 Menjelaska digunakan
n tujuan  Meminta responden
untuk mengisi
lembaran
 Melakukan pre test
sebelum diberikan
pendidikan kesehatan
3. Kerja :  Ceramah tentang 10 Menit
 Melakukan pendidikan pre
appersepsi hospital stroke
 Menjelaska
n materi
dengan
metode
power point
 Memberikan
 Tanya kesempatan bertanya
jawab  Menjawab pertanyaan
peserta
 Melakukan post test
4. Evaluasi :  Mengevaluasi sebelum 2 Menit
diberikan pendidikan
kesehatan dan sesudah
diberikan pendidikan
kesehatan
 Memberikan 5 Menit
Terminasi : kesimpulan
 salam
 Penutup berpamitan
95

Lampiran 6
96
97
98

Lampiran 7
99

Lampiran 8
100

Lampiran 9
93
94

Lampiran 10

Hasil uji spss wilcoxon

Hasil uji spss tingkat dukungan keluaraga

Test Statisticsa
postest – pretest

Z -4,838b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Hasil uji spss tingkat kecemasan keluarga

Test Statisticsa
postest – pretest

Z -4,838b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
95

Lampiran 11

Bulan/Minggu
Februari- April- Juni – Juli Agustus
September Oktober November Desember Januari
No Kegiatan Maret Mei 2020 2020
2019 2019 2019 2019 2020
2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
Penelitian

2. Sidang Proposal

3. Perbaikan Proposal

4. Pelaksanaan Penelitian

5. Pengolahan Hasil
Penelitian

6. Sidang Skripsi

7. Perbaikan Skripsi

8. Pengumpulan Hasil
Skripsi
96

Lampiran 12
97

Anda mungkin juga menyukai