Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

HUBUNGAN AKSESIBILITAS, DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN


DAN PERSEPSI TERHADAP PELAKSANAAN IMUNISASI
TETANUS TOKSOID (TT) PRA NIKAH DI PUSKESMAS
CIBOLANG KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Terapan Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Disusun oleh :
Lydia Octavia Sinaga
NPM: 07190100027

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi terhadap


Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas
Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Disusun Oleh:

Nama :

NPM :

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan
dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Januari 2021


Menyetujui
Pembimbing

( )

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi terhadap


Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas
Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Disusun Oleh:

Nama :

NPM :

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim


Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Maret 2021


Menyetujui
Pembimbing Penguji

( ) ( )
Mengetahui,
Kepala Departemen Vokasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(Hidayani, AM.Keb., SKM., MKM)


ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

NPM :

Program studi : Kebidanan Program Sarjana Terapan

Menyatakan bahwa, skripsi saya yang berjudul:

“hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021” adalah benar merupakan hasil karya saya

sendiri dan tidak melakukan plagiat hasil karya orang lain.

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat, saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Jakarta, Maret 2021

Lydia Octavia Sinaga

iii
LEMBAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Diri:

Nama : Lydia Octavia Sinaga

Usia : th

Agama :

Alamat :

No. Hp :

E-mail :

Riwayat Pendidikan:

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Program Studi D III Kebidanan

Biodata Orang Tua:

Nama Ayah : Usia : th

Nama Ibu : Usia : th

Alamat :

iv
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
SKRIPSI, FEBRUARI 2021

Lydia Octavia Sinaga


07190100027

Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi terhadap


Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021

VIII BAB + 106 Halaman + 3 Gambar + 10 Tabel + 9 Lampiran

ABSTRAK
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Pada tahun 2015, WHO menghitung kejadian
tetanus di dunia secara kasar berkisar antara 0,5-1 juta kasus. Berdasarkan laporan
Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015, tetanus masih merupakan penyebab
utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Penelitian ini dilakukan karena
masih banyaknya wanita yang tidak melakukan imunisasi TT pra nikah, hal ini
dibuktikan dalam studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi
terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional, sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan
total sampling yaitu sebanyak 60 orang. Data di olah dengan menggunakan SPSS 18.
Hasil uji statistik Chi-square variabel aksesibilitas (P-value = 0,004), dukungan tenaga
kesehatan (P-value = 0,005), dan persepsi (P-value = 0,000). Kesimpulan ada hubungan
aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun
2021. Saran diharapkan agar tetap senantiasa memperdulikan status imunisasi TT ataupun
imunisasi lainnya untuk diri maupun anak yang nantinya akan dilahirkan, sehingga akan
menciptakan kesehatan.

Kata Kunci : aksesibilitas, dukungan nakes, imunisasi TT pranikah, persepsi


Referensi :

v
PROGRAM STUDY MIDWIFERY UNDERGRADUATE PROGRAM
INDONESIA MAJU SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
SKRIPSI, FEBRUARY 2021

Lydia Octavia Sinaga


07190100027

Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi terhadap


Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021

VIII CHAPTER + 106 Pages + 3 Pictures + 10 Tables + 9 Attachments

ABSTRACT
Menstrual pain is pain that lasts one to several days during menstruation.
According to WHO in Sulistyorini, the incidence of dysmenorrhea is quite high
worldwide. The average incidence of dysmenorrhea in young women is between
16.8–81%. In Indonesia, the incidence of dysmenorrhoea consists of 54.89%
primary dysmenorrhoea and 9.36% secondary dysmenorrhoea. This research was
conducted because there are still many students who experience dysminorrhea,
this is evidenced in the preliminary studies that researchers have conducted. The
purpose of this study was to determine the relationship between warm
compresses, aromatherapy and breath relaxation techniques to reduce pain
during dysminorrhea in class X students at SMA 38 South Jakarta in 2021. This
study was a descriptive analytic study with a cross sectional approach. sampling
that is as many as 70 people. Data were processed using SPSS 18. Chi-square
statistical test results variable warm compress (P-value = 0.009), aromatherapy
(P-value = 0.005), and variable breath relaxation techniques (P-value = 0.004).
The conclusion is that there is a relationship between warm compresses,
aromatherapy and breath relaxation techniques to reduce pain during
dysminorrhea in class X students at SMA 38 South Jakarta in 2021. It is hoped
that students can be motivated to have awareness to reduce pain during
dysminorrhea.

Keywords : warm compresses, decreased pain dysminorrhea


Reference : 37 (2011-2019)

vi
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul hubungan aksesibilitas,

dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan ujian akhir

Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak

memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat

selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Drs. H. Jacub Chatib selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju

Jakarta

2. Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH, selaku ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

3. Dr. Sobar Darmadja S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua I Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

4. Astrid Novita, Selaku Wakil Ketua II dan III Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

5. Hidayani, AM. Keb. SKM. MKM selaku Kepala Departemen

Vokasi dan Profesi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

vii
6. Retno Sugesti, SST. M.Kes, selaku koordinator program studi

kebidanan program sarjana terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia

Maju.

7. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Kepada pihak Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi yang

telah membantu dan memberikan izin untuk penelitian dalam penyusunan

skripsi ini.

9. Kepada responden yang telah bekerjasama dan bersedia menjadi

responden untuk melakukan penelitian ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan selama penyusunan

penelitian ini.

Penulis menyadari keterbatasan baik pengetahuan, serta teori dalam

penulisan laporan penelitian ini, untuk itu penulis tidak menutup diri dan

mengharap adanya saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun

dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan semua rahmat dan hidayah-

Nya, penulis berharap laporan skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semuanya

dan khususnya untuk penulis.

Jakarta, Januari 2021

viii
Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN............................................................iv
LEMBAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................8
1.3 Pertanyaan Penelitian...........................................................................9
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................9
1.4.1 Tujuan Umum.....................................................................................9
1.4.2 Tujuan Khusus..................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................10
1.5.1 Manfaat Teoritis................................................................................10
1.5.2 Manfaat Metodologi.........................................................................10
1.5.3 Manfaat Praktisi................................................................................11
1.6 Ruang Lingkup....................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................13
2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah.....................................13
2.1.1 Pengertian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)....................................13
2.1.2 Tujuan Imunisasi TT.........................................................................15
2.1.3 Manfaat Imunisasi Tetanus Toxoid..................................................15
2.1.4 Jadwal Suntik Imunisasi Tetanus Toksoid.......................................16
2.1.5 Indikator Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah.......16
x
2.1.6 Cara Ukur Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah.....17
2.1.7 Sintesa Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah..........17
2.2 Aksesibilitas..........................................................................................17
2.2.1 Pengertian Aksesibilitas....................................................................17
2.2.2 Jarak dalam Hubungannya dengan Kesehatan..................................18
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan 19
2.2.4 Indikator Variabel Aksesibilitas.......................................................20
2.2.5 Cara Ukur Variabel Aksesibilitas.....................................................20
2.2.6 Sintesa Variabel Aksesibilitas..........................................................21
2.3 Dukungan Tenaga Kesehatan............................................................21
2.3.1 Pengertian Dukungan Tenaga Kesehatan.........................................21
2.3.2 Jenis Petugas Kesehatan...................................................................23
2.3.3 Fungsi Tenaga Kesehatan.................................................................24
2.3.4 Manfaat Dukungan Tenaga Kesehatan.............................................25
2.3.5 Sumber Dukungan Tenaga Kesehatan..............................................25
2.3.6 Jenis dan Dukungan Tenaga Kesehatan...........................................26
2.3.7 Macam-Macam Dukungan Tenaga Kesehatan.................................27
2.3.8 Indikator Dukungan Petugas Kesehatan...........................................31
2.3.9 Cara Ukur Variabel Dukungan Petugas Kesehatan..........................31
2.3.10 Sintesa Dukungan Petugas Kesehatan..............................................31
2.4 Persepsi.................................................................................................31
2.4.1 Pengertian Persepsi...........................................................................31
2.4.2 Fungsi Persepsi Orang Tua...............................................................33
2.4.3 Jenis Persepsi....................................................................................33
2.4.4 Syarat Terjadinya Persepsi...............................................................34
2.4.5 Proses Terjadinya Persepsi...............................................................34
2.4.6 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi.............................35
2.4.7 Cara Ukur Variabel Persepsi............................................................37
2.4.8 Indikator Variabel Persepsi...............................................................37
2.4.9 Cara Ukur Variabel Persepsi............................................................37
2.4.10 Sintesa Variabel Persepsi..................................................................38

xi
2.5 Landasan Teori Menuju Konsep.......................................................38
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN KERANGKA
ANALISIS............................................................................................40
3.1 Kerangka Teori....................................................................................40
3.1 Kerangka Konsep................................................................................41
3.2 Kerangka Analisis...............................................................................41
3.3 Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran..................42
3.4 Hipotesis Penelitian.............................................................................45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................46
4.1 Desain dan Jenis Penelitian................................................................46
4.2 Pengembangan Instrumen..................................................................47
4.3 Pengumpulan Data..............................................................................48
4.3.1 Gambaran Daerah Penelitian............................................................48
4.3.2 Populasi dan Sampel.........................................................................48
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel............................................................49
4.3.4 Cara Pengambilan Sampel................................................................50
4.3.5 Syarat Sampel atau Syarat Informasi................................................50
4.4 Manajemen Data.................................................................................51
4.4.1 Uji Coba Instrument.........................................................................51
4.4.2 Pengolahan Uji Coba........................................................................51
4.4.3 Hasil Uji Coba..................................................................................52
4.4.4 Pengumpulan Data............................................................................55
4.4.5 Pengolahan Data...............................................................................58
4.4.6 Analisa Data......................................................................................59
4.4.7 Penyajian Data..................................................................................59
4.4.8 Interpretasi........................................................................................60
BAB V AREA PENELITIAN.........................................................................61
5.1 Deskripsi Umum..................................................................................61
BAB VI HASIL PENELITIAN.........................................................................62
6.1 Analisis Univariat................................................................................62

xii
6.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten
Sukabumi tahun 2021.......................................................................62
6.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Aksesibilitas di Puskesmas
Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.....................................63
6.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021...................63
6.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Persepsi di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021.....................................................64
6.2 Analisis Bivariat...................................................................................64
6.2.1 Hubungan Aksesibilitas terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten
Sukabumi tahun 2021.......................................................................65
6.2.2 Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021.....................................................66
6.2.3 Hubungan Persepsi terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun
2021..................................................................................................67
BAB VII PEMBAHASAN..................................................................................69
7.1 Keterbatasan Penelitian......................................................................69
7.2 Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................70
7.2.1 Pembahasan Hasil Univariat.............................................................70
7.2.2 Pembahasan Hasil Bivariat...............................................................73
BAB VIII PENUTUP...........................................................................................80
8.1 Kesimpulan..........................................................................................80
8.2 Saran.....................................................................................................81
8.2.1 Bagi Responden................................................................................81
8.2.2 Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi......................................81
8.2.3 Bagi peneliti selanjutnya...................................................................81
8.2.4 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)....82

xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran..................55


Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner...........................................................66
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner.......................................................67
Tabel 6.4 Profil Puskesmas Cibolang...............................................................74
Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten
Sukabumi tahun 2021.......................................................................75
Tabel 6.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aksesibilitas di
Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021...................76
Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Dukungan Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021
..........................................................................................................76
Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021.....................................................77
Tabel 6.9 Hubungan Aksesibilitas terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten
Sukabumi tahun 2021.......................................................................78
Tabel 6.10 Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021.....................................................79
Tabel 6.11 Hubungan Persepsi terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun
2021..................................................................................................80

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori...................................................................................53

Gambar 3.2 Kerangka Konsep...............................................................................54

Gambar 3.3 Kerangka Analisis..............................................................................54

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pengajuan Judul Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas

Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 6 Hasil Univariat

Lampiran 7 Hasil Bivariat

Lampiran 8 Master Data Univariat dan Bivariat

Lampiran 9 Lembar Konsultasi

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program imunisasi merupakan salah satu program penting di sektor

kesehatan. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Salah satu program imunisasi penting yang di anjurkan pemerintah

adalah imunisasi TT (Tetanus Toksoid) yang merupakan proses untuk

membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.1

Vaksin TT adalah merupakan vaksin yang mengandung atau berisi kuman

toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang terabsorbsi atau terserap ke dalam 3

mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml yang dipergunakan sebagai

pengawet. Suatu dosis sebesar 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40

IU kuman Tetanus Toksoid. Vaksin TT dalam perkembangan selanjutnya

dipergunakan untuk pencegahan pada neonatus atau pada bayi yang baru lahir dan

dengan mengimunisasi wanita usia subur untuk pencegahan tetanus. Pemeriksaan

kesehatan pranikah atau yang lebih spesifik dalam hal ini yaitu pemberian

imunisasi toksoid pada kebanyakan calon pengantin perempuan masih dianggap

belum begitu penting bagi CATIN (calon pengantin). Beragam alasan yang

disampaikan calon pengantin manakala ditawari untuk melaksanakan imunisasi

tetanus toksoid (TT) yang pada dasarnya memang sangat bermanfaat bagi

keselamatan kehamilan calon pengantin perempuan kelak. Bahkan ada yang

1
Rinaldi S. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
di Puskesmas Bungus Tahun 2016. Padang: Universitas Andalas; 2016
1
2

menganggap bahwa imunisasi tetanus toksoid pra nikah ini sama dengan

pemberian KB (keluarga berencana) suntik yang dengan sangat jelas sekali

berbeda.2

Pada tahun 2015 dengan data dari WHO menghitung insidensi secara global

kejadian tetanus di dunia secara kasar berkisar antara 0,5-1 juta kasus dan tetanus

neonatorum terhitung sekitar 50 % dari kematian akibat tetanus. Perkiraan insiden

tetanus secara global adalah 18 per 100.000 populasi per tahun.3

Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2015 yang

disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan

Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan penyebab

utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di

negara berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju.4

Target nasional dari semua program imunisasi lengkap adalah 80%. 5

Meskipun program imunisasi TT pada WUS telah dilaksanakan tetapi jangkauan

imunisasi TT bagi WUS khususnya TT 5 masih jauh dari harapan. Profil data

kesehatan Indonesia tahun 2015 menunjukan cakupan imunisasi TT 5 pada WUS

di Indonesia yakni sebanyak 4,45%. Rendahnya cakupan imunisasi TT ini

menunjukkan bahwa pemanfaatan imunisasi TT pada WUS masih belum optimal.6

2
Raidanti D. Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi terhadap
Pelaksaan Imunisasi TT Pra Nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab.
Tangerang tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol 1, No. 1, Januari 2019.
3
Wijayanti I. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian
Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang:
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo; 2013.
4
Suryati E. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus
Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2015. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2015.
5
Ranuh, dkk. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI; 2011.
6
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.
3

Hasil yang diperoleh dari data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2013,

dilaporkan bahwa Indonesia memiliki 78 kasus kematian Tetanus Neonatorum

yang diakibatkan oleh infeksi tetanus, jumlah tersebut meningkat dibandingkan

dengan data kematian akibat Tetanus Neonatorum di Indonesia pada tahun 2012

yang berjumlah 42 kasus.7

Distribusi kasus tetanus neonatorum 2012 di Jawa Barat terdapat di 8

kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten

Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kab.Kuningan, Kabupaten

Bandung dan Kabupaten Karawang. Kasus tetanus neonatorum terbanyak

dilaporkan oleh Kabupaten Sukabumi. Meskipun berdasarkan surveilans, kasus

tetanus neonatorum relatif menurun, namun tetanus neonatorum masih banyak

dilaporkan sebagai penyebab kematian neonatus. Tetanus neonatorum sebagai

penyebab kematian neonatus relatif lebih banyak dari tetanus neonatorum yang

dilaporkan surveilans. Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa masih

banyak kasus tetanus neonatorum yang tidak terlaporkan.8

Pelaksanaan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi calon pengantin

sebenarnya telah diatur pemerintah yaitu dalam ketetapan Departemen Agama :

No.2 Tahun 1989 No.162-1/PD.0304.EI tanggal 6 maret 1989 tentang pemberian

imunisasi tetanus toksoid bagi calon pengantin, yang secara subtansi peraturan ini

mengatur bahwa setiap calon pengantin harus sudah di imunisasi tetanus toksoid

sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut mendaftarkan diri untuk

7
Zulkifli A. Faktor Risiko Kematian Neonatal Dini di Rumah Sakit Bersalin. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 6, No 6; 2012.
8
Dinkes Prov. Jabar. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Bandung: Dinas
Kesehatan Jawa Barat; 2013.
4

menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan surat keterangan imunisasi yang

tertera dalam kartu imunisasi calon pengantin (CATIN) dan merupakan

persyaratan administratif yang sebenarnya harus dipernuhi oleh setiap calon

pengantin.9

Berdasarakan permasalahan kesehatan diatas, Pemerintah mengeluarkan

peraturan untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT. Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu

kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan

adalah kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang

diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur termasuk

ibu hamil.10

Faktor yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya target cakupan

imunisasi tetanus pra nikah adalah minimnya aksesibilitas, dukungan tenaga

kesehatan dan persepsi calon pengantin wanita terhadap pentingnya imunisasi TT

pra nikah bagi dirinya.11

Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari

lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Ukuran keterjangkauan atau

aksesibilitas meliputi kemudahan waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan

perpindahan antar tempat. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raidanti D,

Wahidin, menunjukkan hubungan antara aksesibilitas dengan pelaksanaan

9
Ibid
10
Ibid
11
Raidanti D, Wahidin. Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi
terhadap Pelaksaan Imunisasi TT Pra Nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya
Kab. Tangerang tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol 1, No. 1, Januari 2019
5

imunisasi TT pra nikah 19 (86,4%) responden menyatakan bahwa aksesibilitas

tidak mendukung dan tidak melakukan imunisasi TT pra nikah. Sedangkan 7

(38,9%) responden menyatakan bahwa aksesibilitas mendukung dan melakukan

imunisasi TT pra nikah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 dengan p

value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara aksesibilitas dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah di Puskesmas

Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tangerang Tahun 2017. Hasil uji analisis

menunjukan nilai Odss Ratio (OR) = 4,030, artinya aksesibilitas yang tidak

mendukung berpeluang 4,030 kali untuk tidak melakukan imunisasi TT pra nikah

dibandingkan dengan pasien yang memiliki aksesibilitas yang mendukung.12

Dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan. Dukungan terutama berguna saat pasien menghadapi

bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka

terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus menerus memberikan

penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu berorienrasi dengan

program pengobatannya.13 Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raidanti D,

Wahidin, menunjukkan hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan

pelaksanaan imunisasi TT pra nikah 18 (85,7%) responden menyatakan bahwa

dukungan tenaga kesehatan kurang dan tidak melakukan imunisasi TT pra nikah.

Sedangkan 7 (36,8%) responden menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan

baik dan melakukan imunisasi TT pra nikah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p

12
Ibid
13
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Jakarta; 2013
6

value = 0,001 dengan p value< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga kesehatan dengan pelaksanaan

imunisasi TT pra nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab.

Tangerang Tahun 2017. Hasil uji analisis menunjukan nilai Odss Ratio (OR) =

3,500, artinya dukungan tenaga kesehatan kurang berpeluang 3,500 kali untuk

tidak melakukan imunisasi TT pra nikah dibandingkan dengan pasien yang

memiliki dukungan tenaga kesehatan baik.14

Persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya pesan atau

informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus

mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat

inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. 15

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raidanti D, Wahidin, menunjukkan

hubungan antara persepsi dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah 18 (81,8%)

responden menyatakan bahwa persepsi kurang dan tidak melakukan imunisasi TT

pra nikah. Sedangkan 6 responden (33,3%) menyatakan bahwa persepsi baik dan

melakukan imunisasi TT pra nikah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =

0,000 dengan p value< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara persepsi dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah di

Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tangerang Tahun 2017. Hasil

uji analisis menunjukan nilai Odss Ratio (OR) = 2,250, artinya persepsi yang

kurang berpeluang 2,250 kali untuk tidak melakukan imunisasi TT pra nikah

dibandingkan dengan yang memiliki persepsi baik.16


14
Raidanti D, Wahidin.. 2019. Op. Cit
15
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
16
Raidanti D, Wahidin.. 2019. Op. Cit
7

Cakupan imunisasi TT pra nikah di Puskesmas Cibolang cenderung

menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2016, cakupan imunisasi TT pra nikah

mencapai 77,5%, tetapi pada tahun 2017 cakupan imunisasi TT pra nikah

menurun menjadi 70,6% dan pada tahun 2018 cakupan imunisasi TT pra nikah

menurun lagi menjadi 66,4%.17

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal

15 Januari 2020 dengan melihat data rekam medik diperoleh bahwa dari 15 wanita

yang menikah pada pada bulan Desember 2019 terdapat 13 wanita yang tidak

melakukan imunisasi TT pra nikah dan setelah dilakukan wawancara kepada 13

wanita tersebut, didapatkan hasil bahwa 8 diantaranya mengatakan memiliki

aksesibilitas rendah yaitu jarak ke fasilitas kesehatan jauh, akses susah dan juga

biaya yang mahal, sedangkan 5 wanita lainnya mengatakan memiliki aksesibilitas

yang tinggi. Dari 13 wanita yang tidak melakukan imunisasi TT pra nikah 7

diantaranya mengatakan memiliki dukungan tenaga kesehatan yang tidak baik

karena tenaga kesehatan tidak pernah memberikan konseling mengenai imunisasi

TT pra nikah, 6 lainnya mengatakan memiliki dukungan tenaga kesehatan baik

karena sering diberi konseling mengenai imunisasi TT pra nikah. Serta dari 13

wanita yang tidak melakukan imunisasi TT pra nikah 9 diantaranya mengatakan

memiliki persepsi tidak baik karena menganggap bahwa imunisasi TT pra nikah

belum terlalu dibutuhkan karena masih bias imunisasi di waktu hamil dan juga

beranggapan bahwa dirinya sehat dan tidak memerlukan imunisasi TT pra nikah,

4 lainnya memiliki persepsi baik terhadap imunisasi TT pra nikah.

17
Rekam Medik Puskesmas Cibolang 2019.
8

Berdasarkan hasil tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Cakupan imunisasi TT pra nikah di Puskesmas Cibolang cenderung

menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2016, cakupan imunisasi TT pra nikah

mencapai 77,5%, tetapi pada tahun 2017 cakupan imunisasi TT pra nikah

menurun menjadi 70,6% dan pada tahun 2018 cakupan imunisasi TT pra nikah

menurun lagi menjadi 66,4%.18

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal

15 Januari 2020 dengan melihat data rekam medik diperoleh bahwa dari 15 wanita

yang menikah pada pada bulan Desember 2019 terdapat 13 wanita yang tidak

melakukan imunisasi TT pra nikah dan setelah dilakukan wawancara kepada 13

wanita tersebut, didapatkan hasil bahwa 8 diantaranya mengatakan memiliki

aksesibilitas rendah yaitu jarak ke fasilitas kesehatan jauh, akses susah dan juga

biaya yang mahal, sedangkan 5 wanita lainnya mengatakan memiliki aksesibilitas

yang tinggi. Dari 13 wanita yang tidak melakukan imunisasi TT pra nikah 7

diantaranya mengatakan memiliki dukungan tenaga kesehatan yang tidak baik

karena tenaga kesehatan tidak pernah memberikan konseling mengenai imunisasi

TT pra nikah, 6 lainnya mengatakan memiliki dukungan tenaga kesehatan baik

karena sering diberi konseling mengenai imunisasi TT pra nikah. Serta dari 13
18
Rekam Medik Puskesmas Cibolang 2019.
9

wanita yang tidak melakukan imunisasi TT pra nikah 9 diantaranya mengatakan

memiliki persepsi tidak baik karena menganggap bahwa imunisasi TT pra nikah

belum terlalu dibutuhkan karena masih bias imunisasi di waktu hamil dan juga

beranggapan bahwa dirinya sehat dan tidak memerlukan imunisasi TT pra nikah,

4 lainnya memiliki persepsi baik terhadap imunisasi TT pra nikah.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis ingin menggali lebih dalam

dan melakukan penelitian tentang hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan

dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan

persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan

persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus


10

1. Diketahui gambaran aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan, persepsi dan

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas

Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

2. Diketahui hubungan aksesibilitas terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun

2021.

3. Diketahui hubungan dukungan tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

4. Diketahui hubungan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun

2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini tidak menghasilkan teori baru hanya menggunakan

teori yang sudah ada.

1.5.2 Manfaat Metodologi

Dalam aspek pengembangan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk kegiatan penelitian selanjutnya, tidak ada manfaat metodologi

yang baru hanya saja menggunakan metodologi yang sudah ada.

1.5.3 Manfaat Praktisi


11

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan

responden mengenai imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah.

2. Bagi Puskesmas Cibolang

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mungkin berhubungan

dengan pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

Puskesmas Cibolang dan penatalaksanaanya.

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya tentang

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah dan dapat

menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi bahan referensi untuk

pengembangan ilmu kebidanan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah referensi bahan bacaan perpustakaan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga

Kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra

nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021, penilitian ini

dilakukan pada bulan Februari 2021 di Puskesmas Cibolang Kabupaten

Sukabumi, karena dari studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada

tanggal 15 Januari 2020 dengan melihat data rekam medik diperoleh bahwa dari
12

15 wanita yang menikah pada pada bulan Desember 2019 terdapat 13 wanita yang

tidak melakukan imunisasi TT pra nikah.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang akan menikah di

wilayah kerja Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 60

responden dan teknik sampling yaitu total sampling. Jenis penelitian ini

kuantitatif, menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan desain

penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan adalah

data primer dengan instrumen penelitian adalah kuesioner. Variabel yang diteliti

dependennya yaitu pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah.

Sedangkan independennya yaitu aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan

persepsi, untuk mengetahui hasil penelitian ini menggunakan uji chi square untuk

melihat hubungan antara kedua variabel tersebut, yang diolah menggunakan

program SPSS.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah

2.1.1 Pengertian Pra Nikah

Pranikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan

perempuan, tujuannya untuk bersuami istri dengan resmi berdasarkan undang-

undang perkawinan, agama maupun pemerintah.19

Pra nikah adalah sebelum perkawinan yang dilakukan sesuai dengan

ketentuan hukum dan ajaran agama.20

Pra nikah adalah proses awal memasuki jenjang pernikahan dimana pada

masa ini seseorang mulai memantapkan hati untuk menikah, menentukan visi,

misi dan orientasi, hukum pernikahan baik hukum sosial negara dan agama, dan

aturan-aturan dalam rumah tangga atau keluarga kemudian baru menjatuhkan

pilihan kepada siapa cinta akan dilabuhkan. Sedangkan kata pra itu yang

bermakna “sebelum” dan nikah itu perjanjian antara laki-laki dan perempuan

untuk bersuami-isteri (dengan resmi).21

2.1.2 Pengertian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi

adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif

19
Endriani R. Bimbingan Pernikahan Bagi Calon Pengantin Dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah (Studi Tentang BP-4 Kantor Urusan Agama Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten
Kuantan Singingi. UIN Suska Riau: Bimbingan Penyuluhan Islam; 2014.
20
Jamal I M. Program Kursus Pra Nikah Ditijau Menurut Teori Maslahah. Legitimasi, Vol. 8
No.2; 2019.
21
Nadeak S. “Efek tifitas Bimbingan Pra Nikah di kantor Urusan Agama Medan Petisah” Skripsi.
Medan: Perpustkaan UINSU; 2017.
13
14

terhadap penyakit menular. Imunisaasi adalah suatu cara untuk meningkatkan

kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit.22

Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten

terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Tujuan

imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau

bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentudari dunia.23

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh eksotoksin produksi

kuman Clostridium Tetani. Gejala awal tetanus yang khas yaitu kejang dan kaku

secara menyeluruh, otot dinding perut akan teraba keras dan tegang, mulut kaku

dan sulit dibuka, kesulitan untuk menelan, berkeringat bahkan demam. Gejala

berikutnya ialah kejang yang hebat dan tubuh akan menjadi kaku. Komplikasi

dari tetanus ialah patah tulang karena kejang, pneumonia serta infeksi lainnya

yang akan menimbulkan kematian.24

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus

yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.25

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah

dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai
22
Lilis L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Kedua. Jakarta: TIM; 2013
23
Wulandari L. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi TT di BPS Anik Suroso
Mojosongo Surakarta. Surakarta: Stikes Kusuma Husada; 2014.
24
Rika F P C. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Tentang
Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Samarinda Balikpapan. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur:
Kalimantan; 2018.
25
Ibid
15

usaha memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus. Imunisasi tetanus

toksoid ini juga diberikan pada ibu hamil dan wanita yang akan menikah (calon

pengantin). Tujuan imunisasi Tetanus Toksoid ini untuk melindungi ibu dan bayi

dari penyakit tetanus karena antibodi dihasilkan dan diturunkan pada bayi

melalui plasenta dan mengurangi resiko tetanus pada neonatal.26

Imunisasi Tetanus Toxoid memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tetanus ATS (Anti Tetanus Serum). Vaksinasi Tetanus Toxoid juga salah satu

syarat yang harus di penuhi saat mengurus surat-surat menikah di KUA (Kantor

Urusan Agama). Kepada calon pengantin wanita Imunisasi Tetanus Toxoid

diberikan sebanyak 2x dengan interval 4 minggu. Imunisasi Tetanus Toxoid

diberikan kepada calon pengantin wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi

yang akan dilahirkan dari penyakit Tetanus Neonetorum. Vaksin ini disuntik

pada otot paha atau lengan dengan dosis 0,5 mL. Efek samping pada Imunisasi

Tetanus Toxoid adalah reaksi lokak pada tempat penyuntikan, yaitu berupa

kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri.27

2.1.3 Tujuan Imunisasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur adalah untuk

mengeliminasi penyakit tetanus pda bayi baru lahir (Tetanus Neonaturum).

Pemberian imunisasi TT ini dalam beberapajenjang yang dapat dicapai seperti

murid perempuan kelas 6 SD, saat akan menikah dan pada saat hamil. Vaksin

26
Rinaldi S. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
di Puskesmas Bungus tahun 2016. Universitas Andalas; 2016.
27
Maharani N. Tinjauan Hukum Islam terhadap Suntik Imunisasi Tetanus Toxoid Bagi Calon
Pengantin (Studi Kasus Kecamatan Ilir Timur I Palembang). Palembang: Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Fatah; 2018.
16

TT juga dapat diberikan pada laki-laki dewasa. Karena hal ini dapat

melindunginya dari bahaya penyakit tetanus.28

2.1.4 Manfaat Imunisasi Tetanus Toxoid

1. Imunisasi tetanus toxoid dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi

tetanus neonatorum. Vaksin tetanus pada pemeriksaan antenatal dapat

menurunkan kemungkinan kematian bayi dan mencegah kematian ibu

akibat tetanus.

2. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus

neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi

berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu

kuman yang mengeluarkan toksin(racun) dan menyerang sistem saraf pusat.

3. Melindungi ibu dari terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.

4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang mungkin

terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini

mungkin.

5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.

6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali

pusat.29

2.1.5 Jadwal Suntik Imunisasi Tetanus Toksoid

Berikut jadwal suntik Imunisasi Tetanus Toxoid berdasarkan kemenkes RI:30

1. TT 1 - tidak harus sebulan, namun usahakan 2 minggu sebelum menikah

agar ada waktu bagi tubuh untuk membentuk antibodi.


28
Rika F P C. 2018. Op. Cit
29
Lilis L. 2013. Op. Cit
30
Maharani N. 2018. Op. Cit
17

2. TT 2 - sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi hingga 3 tahun ke depan).

3. TT 3 - 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungi sampai 5 tahun

berikutnya).

4. TT 4 - 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10 tahun).

5. TT 5 - 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tahun).

2.1.6 Indikator Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah

Indikator yang digunakan untuk menilai variabel imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) adalah dengan menggunakan pernyataan atau menanyakan melakukan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah atau tidak.

2.1.7 Cara Ukur Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah

Untuk mengukur variabel imunisasi Tetanus Toksoid (TT) peneliti

memberikan pernyataan menggunakan skala guttman mengenai imunisasi

Tetanus Toksoid (TT), dengan ketentuan:

0. Melakukan, bila sebelum menikah ibu melakukan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT)

1. Tidak Melakukan, bila sebelum menikah ibu tidak melakukan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT)

2.1.8 Sintesa Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah adalah proses untuk

membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus yang

dilakukan sebelum wanita menikah.

2.2 Aksesibilitas

2.2.1 Pengertian Aksesibilitas


18

Akses adalah kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya tanpa adanya

perasaan dan sikap menghalangi atau terhalangi satu sama lain, sesuai dengan

kepentingan bersama yang disepakati.31

Aksesibilitas adalah ukuran dari kemudahan (waktu, biaya, atau usaha)

dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dalam sebuah

sistem.32

Aksesibilitas adalah kemampuan atau keadaan suatu tempat untuk dapat

diakses oleh pihak luar baik secara langsung atau tidak langsung. Aksesibilitas

tersebut terdiri dari prasarana (sistem jaringan jalan) yang ada beserta

ketersediaan sarana untuk melakukan pergerakannya. Salah satu variabel yang

dapat menyatakan tinggi atau rendahnya suatu aksesibilitas dalam suatu tempat

adalah dengan melihat banyaknya sistem jaringan jalan yang tersedia pada

daerah tersebut.33

Jarak adalah ruang sela (panjang atau Jauh) antara dua tempat yaitu jarak

antara rumah tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan yang ada disekitar kita .

untuk memudahkan akses kita ke salah satu sarana pelayanan kesehatan dapat

berkaitan dengan beberapa faktor penentu, antara lain: jarak dari tempat tinggal

dan waktu tempuh ke sarana kesehatan termasuk Puskesmas. Jarak yang

dimaksud disini adalah akses menuju ke tempat pelayanan kesehatan tersebut

31
Pujianti. Aksesibilitas Ruang Publik Bagi Difabeldi Kota Pangkalpinang. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga; 2018.
32
Magribi L O M. Aksesibilitas dan Pengaruhnya terhadap Pembangunan di Perdesaan: Konsep
Model Sustainable Accessibility pada Kawasan Perdesaan di Propinsi Sulawesi Tenggara.
Jurnal Transportasi Vol. 4 No. 2 Desember 2014.
33
Nurhidayani A F. Hubungan Aksesibilitas Terhadap Tingkat Perkembangan Wilayah Desa di
Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Jurnal Infrastruktur, 4(2); 2018.
19

dihitung dengan jauh dekatnya jarak dari rumah tempat tinggal ke tempat

pelayanan kesehatan tersebut.34

2.2.2 Jarak dalam Hubungannya dengan Kesehatan

Konsep mengenai jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor

penting yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu

kegiatan. Dengan Semakin jauh jarak antara tempat tinggal ke tempat kegiatan

akan semakin menurunkan motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas.

Begitupun Sebaliknya semakin dekat jarak tempat tinggal dengan tempat

kegiatan dapat meningkatkan usaha untuk bisa dating ketempat kegiatan

pelayanan. Pengaruh jarak tempat tinggal dengan tempat kegiatan tak terlepas

dari adanya besaran biaya yang digunakan dan waktu yang ditempuh.

hubungannya dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih

sangat rendah, sehingga jarak antara rumah tempat tinggal dan tempat pelayanan

kesehatan mempengaruhi perilaku mereka. Pelayanan kesehatan yang lokasinya

terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah dicapai, sehingga

membutuhkan alat transportasi Untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan

tersebut. Apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan

pasien, maka disebut suatu pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan

tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.35

34
Yuliani. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Jarak Fasilitas Kesehatan, Motivasi Petugas PPSU
dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku Petugas PPSU pada Pemberian Suntik
Imunisasi TT di Wilayah Kantor Kelurahan Pancoran Tahun 2017. Jakarta: STIKIM; 2017
35
Nursiah I P. Hubungan Keaktifan Kader, Media Informasi dan Keterjangkauan Fasilitas
Kesehatan terhadap Motivasi Kunjungan ANC. Skripsi. Jakarta: Stikim; 2018.
20

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Keterjangkauan tidak selalu berhubungan dengan jarak. Keterjangkauan

lebih berhubungan dengan kondisi Medan yang berkaitan dengan sarana

angkutan dan transportasi yang digunakan. Keterjangkauan atau aksesibilitas

suatu daerah yang masih rendah lama-kelamaan akan berubah menjadi lebih

baik seiring dengan perkembangan kemajuan perekonomian dan teknologi.

Berdasarkan segi jarak maka keterjangkauan dapat diklasifikasikan menjadi:

dekat (<1 km), jauh (1-5 km), sangat jauh (> 5 km). Sedangkan waktu tempuh

ke fasilitas pelayanan kesehatan diklasifikasikan menjadi : sangat cepat (<15

menit), cepat (16-30 menit), lama (31-60 menit) dan sangat lama (> 60 menit).36

2.2.4 Indikator Variabel Aksesibilitas

Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak.

Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas

antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas

antara keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa

indikator aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang

pendek maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang

tinggi. Biaya juga dapat menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat

merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai

ukuran untuk hubungan transportasi.

2.2.5 Cara Ukur Variabel Aksesibilitas


36
Prassana. Masalah Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
21

Cara ukur dari variabel aksesibilitas yaitu dengan menggunakan kuesioner.

Responden diminta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan,

kemudian diukur dengan menggunakan skala Guttman. Dimana dalam skala ini

jawaban yang diperoleh hanya “ya” dan “tidak”, “setuju” dan “tidak setuju”,

“benar” dan “salah” ataupun “pernah” dan “tidak pernah” serta skala ini hanya

dipakai untuk mengukur variabel yang mempunyai nilai 1 point. Penelitian

memakai skala Guttman dilakukan apabila berkeinginan untuk mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap suatu masalah yang ditanyakan.

2.2.6 Sintesa Variabel Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari

lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Ukuran keterjangkauan atau

aksesibilitas meliputi kemudahan waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan

perpindahan antar tempat.

2.3 Dukungan Tenaga Kesehatan

2.3.1 Pengertian Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan adalah suatu tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang

diharakan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang

kedudukan. Jadi dukungan menggambarkan perilaku yang seharusnya

diperlihatkan oleh individu pemegang dukungan tersebut dalam situasi yang

umum.37

Tenaga kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat.


37
Sarwono. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo; 2013
22

Petugas kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis dan tenaga

paramedis seperti tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang

medis dan lain sebagainya. Ada 2 aspek mutu pelayanan kesehatan yang perlu

dilakukan di Puskesmas yaitu quality of Care dan quality of service. Quality of

Care antara lain menyangkut keterampilan teknis petugas kesehatan (dokter,

bidan, perawat atau paramedis lain) dalam menegakkan diagnosis dan

memberikan perawatan kepada pasien.38

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, didikan dapat berupa

pendidikan dengan gelar D3, S1, S2 dan S3 juga pendidikan non gelar, sampai

dengan pelatihan khusus kejujuran khusus seperti juru imunisasi, malaria dan

sebagainya, dan keahlian. Hal ini yang membedakan jenis tenaga ini dengan

tenaga lainnya. Mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus yang

boleh melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan jenis-jenis tenaga

kesehatan.39

Tenaga kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi

kepatuhan. Dukungan terutama berguna saat pasien hadapi bahwa perilaku sehat

yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga dapat mempengaruhi

perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan

tertentu dari pasien dan secara terus-menerus memberikan penghargaan yang

38
Muninjaya. A. A. G. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC; 2014
39
Kemenkes RI. Peran Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta; 2011
23

positif bagi pasien yang telah mampu berorientasi dengan program

pengobatannya.40

Dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan. Dukungan terutama berguna saat pasien menghadapi

bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga

dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias

mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus menerus

memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu

berorienrasi dengan program pengobatannya.41

Dukungan petugas kesehatan suatu upaya baik moril maupun material

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mampu mempengaruhi perilaku

masyarakat dan menggerakkan perilaku yang positif terhadap kesehatan.

Perilaku kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh tenaga kesehatan.

Seseorang yang sudah mengetahui manfaat dari sebuah perilaku yang sehat

dapat terhalang karena sikap dan tindakan tenaga kesehatan yang tidak

mendukung dan memotivasi individu untuk melakukan sebuah perilaku

kesehatan.42

2.3.2 Jenis Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan, baik berupa pendidikan gelar D3, S1, S2 dan

S3. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya

mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus yang boleh


40
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengantar Ilmu perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Jakarta; 2013
41
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Jakarta; 2013
42
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2011
24

melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia,

serta lingkungannya. Jenis tenaga kesehatan yaitu:43

1. Dokter

Bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan.

2. Perawat

Seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di

luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Bidan

Wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian

sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2.3.3 Fungsi Tenaga Kesehatan

Fungsi tenaga kesehatan biasanya didefinisikan sebagai hasil atau

konsekuensi dari struktur organisasi (rumah sakit atau puskesmas). Adapun

fungsi tenaga kesehatan tersebut adalah:44

1. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian), untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta

saling menerima dan mendukung.

2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial: proses perkembangan dan

perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial

dan pelajar berperan di lingkungan.

43
Retnani, Ajeng Dwi. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Motivasi Ibu Dalam
Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Wonorejo Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Jember:
Universitas Jember; 2016
44
Kuncoro. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Jakarta: Trans Info Media; 2012
25

3. Fungsi reproduktif: untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomis: untuk memenuhi kebutuhan keluarga

5. Fungsi perawatan kesehatan: untuk merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan.

2.3.4 Manfaat Dukungan Tenaga Kesehatan

Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang kuat terbukti

berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan

di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Serason dalam

Kuncoro berpendapat bahwa dukungan tenaga kesehatan mencakup dua hal,

yakni:45

a. Sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap

sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan.

b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi

individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan

kualitas).

2.3.5 Sumber Dukungan Tenaga Kesehatan

Ada dua sumber dukungan tenaga kesehatan yaitu natural dan artificial.

Dukungan tenaga kesehatan yang natural diterima seseorang melalui interaksi

sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang berbeda di

sekitarnya. Beberapa perbedaan antara sumber dukungan kesehatan bersifat

45
Ibid
natural dengan dukungan tenaga kesehatan artifisial. Perbedaan itu terletak

pada:46

1. Sumber dukungan kesehatan natural berakar dari hubungan yang telah lama.

2. Sumber dukungan tenaga kesehatan natural terbebas dari beban dan label

psikologi.

3. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian

dukungan.

4. Dukungan tenaga kesehatan natural bersifat apa adanya.

2.3.6 Jenis dan Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan tenaga kesehatan memiliki 4 jenis dukungan, yaitu:47

1. Dukungan informasional

Berfungsi sebagai informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat

menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, sasaran, petunjuk dan pemberian

informasi.

2. Dukungan Penilaian

Bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

mencari solusi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota

keluarga, diantaranya: memberikan support, pengakuan, penghargaan dan

perhatian.
46
Melisa, Ayu. Hubungan Sosial Budaya, Persepsi dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap
Ketepatan Pemberian Imunisasi pada Anak Balita. Jakarta: STIKIM; 2017
47
Kuncoro. 2012. Op. Cit
26
3. Dukungan Instrumental

Sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: bantuan

langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.

Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan

semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada

perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang

mengalami kesusahan atau penderitaan.

4. Dukungan Emosional

Sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah

secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita)

akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam

bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta

didengarkan.

2.3.7 Macam-Macam Dukungan Tenaga Kesehatan

Macam-macam dukungan tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa, yaitu :48

1. Sebagai komunikator

Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang

yang menerimanya. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang

menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan

diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tersebut

48
Putri M. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Teehadap Kepatuhan Ibu Hamil Dalam
Mengkonsumsi Tablet Fe. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah; 2016
27
memberikan respons terhadap pesan yang diberikan. Proses dari interaksi

antara komunikator ke komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama

proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir

secara utuh, karna tidak cukup hanya dengan mengetahui teknik komunikasi

dan isi komunikasi saja tetapi juga sangat penting untuk mengetahui sikap,

perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.

Sebagai seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya

memberikan informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi

sangat diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki

kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat yang salah terhadap

kesehatan dan penyakit. Komunikasi dikatakan efektif jika dari tenaga

kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas kepada pasien,

sehingga dalam penanganan anemia selama kehamilan diharapkan tenaga

kesehatan bersikap ramah dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil.

Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi pemahaman klien tentang

informasi yang diberikan, dan juga memberikan pesan kepada klien apabila

terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulangi sendiri segera datang

kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan.

2. Sebagai motivator

Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.

Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar

mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan

dalam bentuk perilaku yang dilakukan. Motivasi adalah kemampuan

28
seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan,

keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan

sebagai motivator tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga

kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan

dalam meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke arah

pencapaian tujuan yang diinginkan. Tenaga kesehatan dalam melakukan

tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu

melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk

mengenali masalah yang dihadapi, dan dapat mengembangkan potensinya

untuk memecahkan masalah tersebut. Tenaga kesehatan juga harus

mendengarkan keluhan yang disampaikan klien dengan penuh minat, dan

yang perlu diingat adalah semua klien memerlukan dukungan moril

sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan

tumbuhnya motivasi.

3. Sebagai fasilitator

Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan

dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga

kesehatan juga harus membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimal agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tenaga kesehatan

harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan

memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan

yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu

pertemuan atau proses penyuluhan saja, tetapi seorang tenaga kesehatan

29
juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, seperti

menyediakan waktu dan tempat ketika pasien ingin bertanya secara lebih

mendalam dan tertutup.

4. Sebagai konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain

dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui

pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan

klien. Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling.

Tujuan umum dari pelaksanaan konseling adalah membantu klien agar

mencapai perkembangan yang optimal dalam menentukan batas-batas

potensi yang dimiliki, sedangkan secara khusus konseling bertujuan untuk

mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat,

membimbing klien belajar membuat keputusan. Seorang konselor yang baik

harus memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman,

mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis,

terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda, tidak menghakimi,

dapat menyimpan rahasia, mendorong pengambilan keputusan, memberi

dukungan, membentuk dukungan atas dasar kepercayaan, mampu

berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti

keterbatasan yang dimiliki oleh klien. Proses dari konseling terdiri dari

empat unsur kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik antara tenaga

kesehatan dengan klien, penggalian informasi (identifikasi masalah,

kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan pemberian

30
informasi sesuai kebutuhan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah

yang mungkin nantinya akan dialami, serta perencanaan dalam menindak

lanjuti pertemuan yang telah dilakukan sebelumnya.

2.3.8 Indikator Dukungan Petugas Kesehatan

1. Konselor

2. Fasilitator

3. Motivator

2.3.9 Cara Ukur Variabel Dukungan Petugas Kesehatan

Cara ukur dari variabel dukungan petugas kesehatan yaitu dengan

menggunakan kuesioner. Responden diminta memberikan jawaban atas

pernyataan yang diberikan, kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert,

dalam penelitian skala Likert, variabel yang bisa diukur dijabarkan menjadi

indikator jawaban seperti item instrument yang menggunakan skala Likert. Skala

Likert yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan

pengukuran Sangat Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak

Setuju, setiap jawaban diberi bobot berkisar antara 5-1, yang disesuaikan dengan

sifat pernyataan.

2.3.10 Sintesa Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan adalah segala bentuk informasi verbal

ataupun non verbal yang diberikan oleh petugas kesehatan yang dapat

memberikan pengaruh terhadap kepatuhan ataupun tingkah laku seseorang.

31
2.4 Persepsi

2.4.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya pesan atau

informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus

mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat

inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.49

Sugihartono, dkk mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak

dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang

masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut

pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau

persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi

tindakan manusia yang tampak atau nyata.50

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia

dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi

mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.

Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,

walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari

sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.51

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

49
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
50
Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 2017
51
Widayatun T R. Ilmu Prilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto. 2011
32
pesan.52 Sedangkan menurut Walgito, mengemukakan persepsi adalah proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan

merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.53

Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan

perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau

mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang.54

2.4.2 Fungsi Persepsi Orang Tua

Persepsi memiliki fungsi untuk menentukan objek yang ada di tempat itu

(pengenalan) dan dimana objek itu berada (lokalisasi). Penglihatan untuk

menentukan suatu objek dinamakan sebagai proses pengenalan pola

(recognition). Hal ini penting bagi kelangsungan hidup.55

Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau

proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk kedalam alat indera manusia.

Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam pengindraan. Ada

yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun

persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau

nyata.56

52
Rakhmat J. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2015
53
Walgito B. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. 2014
54
Maramis W F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. 2015
55
Hardiyanti, Novia N P. Persepsi. Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar; 2018
56
Ibid
33
2.4.3 Jenis Persepsi

Setelah individu melakukan interaksi dengan objek-objek yang

dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua:57

1. Persepsi positif, menggambarkan sehala pengetahuan (tahu tidaknya atau

kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan dengan upaya pemanfaatan

2. Persepsi negatif, menggambarkan sehala pengetahuan (tahu tidaknya atau

kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang

dipersepsi.

2.4.4 Syarat Terjadinya Persepsi

Syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:58

1. Adanya objek yang dipersepsi

2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam mengadakan persepsi.

3. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang

kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.4.5 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:59

1. Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu

stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

57
Ibid
58
Ibid
59
Ibid
34
2. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik

yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat

indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat

informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi

yang terkirim kepadanya tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat

penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya.

Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan

kepribadian seseorang.

2.4.6 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai

berikut:

1. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,

gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu

objek.

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa

faktor, yaitu:

35
1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di

samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai

pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris

yang dapat membentuk persepsi seseorang.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam

rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau

konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu

sekumpulan objek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain

dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus,

meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok

dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun

situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-

perbedaan individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam

36
sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya

persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh

pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.60

2.4.7 Cara Ukur Variabel Persepsi

Cara ukur dari variabel persepsi yaitu dengan menggunakan kuesioner.

Responden diminta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan,

kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert, dalam penelitian skala

Likert, variabel yang bisa diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban seperti

item instrument yang menggunakan skala Likert. Skala Likert yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan pengukuran

Sangat Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju, setiap

jawaban diberi bobot berkisar antara 5-1, yang disesuaikan dengan sifat

pernyataan.

2.4.8 Indikator Variabel Persepsi

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan tiga indikator untuk mengukur

variabel persepsi yaitu:

1. Konsep diri : yaitu kepribadian responden dalam mempersepsikan tentang

Imunisasi TT.

2. Pengalaman : yaitu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami sendiri atau

oleh orang lain, sehingga menimbulkan sebuah persepsi atau penilaian

tentang suatu hal.

2.4.9 Cara Ukur Variabel Persepsi


60
Ibid
37
Cara ukur dari variabel persepsi yaitu dengan menggunakan kuesioner.

Responden diminta memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan,

kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert, dalam penelitian skala

Likert, variabel yang bisa diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban seperti

item instrument yang menggunakan skala Likert. Skala Likert yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan pengukuran selalu,

sering, kadang-kadang, hampir tidak pernah dan tidak pernah, setiap jawaban

diberi bobot berkisar antara 5-1, yang disesuaikan dengan sifat pernyataan.

2.4.10 Sintesa Variabel Persepsi

Persepsi merupakan cara pola pikir seseorang setelah individu tersebut

melakukan sesuatu kegiatan yang dilakukan dengan paca indranya.

2.5 Landasan Teori Menuju Konsep

Landasan teori yang mencakup dalam kerangka penelitian ini adalah

aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra

nikah adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus yang dilakukan sebelum wanita menikah. Faktor yang

dapat mempengaruhi tidak tercapainya target cakupan imunisasi tetanus pra nikah

adalah minimnya aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi calon

pengantin wanita terhadap pentingnya imunisasi TT pra nikah bagi dirinya. 61

61
Raidanti D, Wahidin. Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Persepsi
terhadap Pelaksaan Imunisasi TT Pra Nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya
Kab. Tangerang tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol 1, No. 1, Januari 2019
38
Dengan ini peneliti hanya mengambil 3 variabel yaitu aksesibilitas, dukungan

tenaga kesehatan dan persepsi.

Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari

lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Ukuran keterjangkauan atau

aksesibilitas meliputi kemudahan waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan

perpindahan antar tempat. Aksesibilitas memiliki hubungan dengan pelaksanaan

imunisasi TT pra nikah, jaringan jalan merupakan salah satu factor yang

berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan umum, tersedianya prasarana jalan

baik sangat menentukan mudah dan tidaknya suatu daerah dijangkau (tingkat

aksesibilitas).

Dukungan tenaga kesehatan adalah faktor lain yang dapat mempengaruhi

perilaku pelaksanaan imunisasi TT pra nikah. Dukungan nakes berguna pada saat

pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal

penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara

menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara

terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah

mampu berorientasi dengan program kesehatannya. Imunisasi TT pra nikah akan

terjadi jika faktor pendukung yang memungkinkan, salah satunya yaitu dukungan

dari tenaga kesehatan setempat. Responden yang mendapatkan dukungan tenaga

kesehatan yang baik akan cenderung melakukan imunisasi TT pra nikah

dibanding responden yang tidak mendapatkan dukungan tenaga kesehatan. Hal ini

dikarenakan sebagian besar responden di tempat penelitian menganggap tenaga

kesehatan lebih banyak tahu tentang masalah kesehatan dirinya sehingga dalam

39
pengambilan keputusan mengenai hal yang harus dilakukan tentang kesehatan

lebih banyak dilibatkan.

40
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN KERANGKA

ANALISIS

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka peneliti membuat kerangka teori

didalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Aksesibilitas
Pelaksanaan imunisasi
2. Dukungan Tenaga Tetanus Toksoid (TT)
Kesehatan pra nikah
3. Persepsi

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Sumber : Raidanti D, Wahidin. Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga


Kesehatan dan Persepsi terhadap Pelaksaan Imunisasi TT Pra Nikah di
Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tangerang tahun
2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol 1, No. 1, Januari 2019

41
42

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Aksesibilitas

Pelaksanaan imunisasi
Dukungan Tenaga Tetanus Toksoid (TT)
Kesehatan pra nikah

Persepsi

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

3.2 Kerangka Analisis

Kerangka analisis dalam penelitian ini yaitu:

X1

X3 Y
X2

Gambar 3.3 Kerangka Analisis

Keterangan:

X1= Variabel Aksesibilitas

X2= Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan

X3 = Variabel Persepsi

Y = Variabel Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah


43

3.3 Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran

Tabel 3.1 Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran

Alat Cara Skala


No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur Ukur
1. Imunisasi Imunisasi Tetanus Toksoid Imunisasi Tetanus Toksoid Kuesioner Responden 0. Melakukan, Ordinal
Tetanus (TT) adalah toksin kuman (TT) pra nikah adalah proses mengisi bila sebelum
Toksoid (TT) tetanus yang telah untuk membangun kekebalan kuesioner. menikah ibu
dilemahkan dan sebagai upaya pencegahan melakukan
dimurnikan yang diberikan terhadap infeksi tetanus yang imunisasi
pada bayi, anak dan ibu dilakukan sebelum wanita Tetanus
sebagai usaha memberikan menikah. Toksoid (TT)
perlindungan terhadap Indikator yang digunakan 1. Tidak
penyakit tetanus. untuk menilai variabel Melakukan,
imunisasi Tetanus Toksoid bila sebelum
(TT) adalah dengan menikah ibu
menggunakan pernyataan tidak
atau menanyakan melakukan melakukan
imunisasi Tetanus Toksoid imunisasi
(TT) pra nikah atau tidak. Tetanus
Toksoid (TT)

2. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah Aksesibilitas merupakan Kuesioner Responden 0. Tinggi, jika Nominal
ukuran dari kemudahan ukuran kemudahan lokasi mengisi nilai mean <
(waktu, biaya, atau usaha) untuk dijangkau dari lokasi kuesioner. 4.97
dalam melakukan lainnya melalui sistem 1. Rendah, jika
perpindahan antara transportasi. Ukuran nilai mean ≥
44

tempat-tempat atau keterjangkauan atau 4.97


kawasan dalam sebuah aksesibilitas meliputi
sistem. kemudahan waktu, biaya, dan
usaha dalam melakukan
perpindahan antar tempat.
Indikator:
1. Jarak dan waktu
2. Biaya
3. Dukungan Dukungan petugas Dukungan petugas kesehatan Kuesioner Responden 0. Mendukung, Nominal
Tenaga kesehatan suatu upaya baik adalah segala bentuk mengisi jika nilai mean
Kesehatan moril maupun material informasi verbal ataupun non kuesioner < 32.58
yang dilakukan oleh verbal yang diberikan oleh 1. Tidak
tenaga kesehatan yang petugas kesehatan yang dapat mendukung,
mampu mempengaruhi memberikan pengaruh jika nilai mean
perilaku masyarakat dan terhadap kepatuhan ataupun ≥ 32.58
menggerakkan perilaku tingkah laku seseorang.
yang positif terhadap Indikator:
kesehatan. 1. Konselor
2. Fasilitator
3. Motivator
4. Persepsi Persepsi adalah proses Persepsi merupakan cara pola Kuesioner Responden 0. Baik, jika nilai Ordinal
pengorganisasian, pikir seseorang setelah mengisi mean < 30.97
penginterpretasian individu tersebut melakukan kuesioner 1. Tidak baik, jika
terhadap rangsang yang sesuatu kegiatan yang nilai mean ≥
diterima oleh organisme dilakukan dengan paca 30.97
atau individu sehingga indranya.
merupakan sesuatu yang Indikator:
berarti dan merupakan 1. Konsep diri
45

aktivitas yang integrated 2. Pengalaman


dalam diri individu.
46

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu nilai P-value < α (0,05), jika Ho ditolak

dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga

kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra

nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode

penelitian deskriptif analitik. Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode

penelitian yang memberlakukan kuantifikasi pada variabel-variabelnya,

menguraikan distribusi variabel secara numerik (menggunakan angka mutlak

berupa frekuensi dan nilai relatif berupa persentase) kemudian menguji hubungan

antar variabel dengan memakai formula statistik.62 Penelitian jenis kuantitatif

dipakai karena peneliti mengambil sampel dari satu populasi dengan memakai

kuesioner sebagai alat ukur pengumpulan data.63

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional atau potong lintang.

Jenis penelitian potong lintang atau cross sectional, merupakan penelitian

deskriptif dimana subjek penelitian diamati atau diukur atau diminta jawabannya

satu kali saja. Pada penelitian cross sectional atau potong lintang variabel-variabel

yang diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah subjek yang menjadi sampel

penelitian dan kemudian dilihat hubungan antar variabelnya hanya berdasar satu

kali pengamatan sesaat saja.64 Jenis desain penelitian cross sectional ini di

gunakan untuk mengetahui hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan

dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

62
Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada; 2014
63
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
64
Wibowo A. Loc. Cit
47
48

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini ialah kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang

dikerjakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

pada responden untuk dijawabnya.65

4.2 Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang diaplikasikan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

bagus, dalam arti lebih akurat, komplit dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Variasi jenis instrumen penelitian ialah angket atau kuesioner, ceklis atau

daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Dalam instrumen

penelitian terdapat variabel, subvariabel dan indikatornya. 66 Didalam penelitian ini

penulis memakai alat untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner.

Dalam penelitian ini format kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan-

pertanyaan tertutup yang kemungkinan jawabanya sudah ditentukan terlebih

dahulu oleh peneliti dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan

jawaban yang lain.

Dalam penelitian ini jawaban yang diberikan oleh responden kemudian

diberi skor dengan mengacu pada sekala Likert dan skala Guttman. Menurut

Sugiyono, skala Likert dipakai untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert yang

yang dipergunakan dengan skala pengukuran adalah sangat setuju, setuju, ragu-

65
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2016.
66
Sujarweni W. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress; 2014.
49

ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, atau selalu, sering, kadang-kadang,

hampir tidak pernah dan tidak pernah. Setiap jawaban akan diberikan bobot nilai

berkisar 5-1, yang akan disesuaikan dengan sifat pernyataan.67

Skala pengukuran dengan tipe Guttman ialah, bentuk skala pengukuran

yang akan mendapatkan jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-

tidak pernah, positif-negatif, dan lain sebagainya. Sehingga penelitian yang

mengaplikasikan skala ini hanya dilakukan apabila peneliti ingin mendapatkan

jawaban yang tegas dari responden terhadap suatu masalah yang akan diteliti.68

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Gambaran Daerah Penelitian

Data yang dikumpulkan ialah dengan memakai data primer, data yang

didapatkan dari pengambilan kuesioner kepada seluruh wanita yang akan

menikah di wilayah kerja Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi. Sebelum

melakukan penelitian peneliti mengumpulkan data dengan cara menggunakan

data sekunder yang di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi.

4.3.2 Populasi dan Sampel

4.3.2.1 Populasi

Populasi penelitian ialah keseluruhan obyek penelitian, atau disebut

juga universe. Populasi ialah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,

benda-benda, binatang, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang

terjadi sebagai sumber.69


67
Sugiyono. 2016. Op. Cit
68
Sugiyono. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2011.
69
Taniredja T. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta; 2012.
50

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang akan menikah di

wilayah kerja Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 60

responden.

4.3.2.2 Sampel

Sampel dapat diistilahkan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sampel penelitian ialah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil

dengan memakai teknik tertentu.70

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang akan menikah

di wilayah kerja Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak

60 responden.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling ialah teknik pengambilan sampel. Untuk menetapkan

sampel yang akan dipakai dalam penelitian, terdapat bermacam-macam teknik

sampling yang bisa digunakan.71 Sampel menggunakan seluruh anggota populasi

yaitu seluruh wanita yang akan menikah di wilayah kerja Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 60 responden.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

teknik Nonprobability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Dengan Sampling Jenuh atau total sampling,

70
Ibid. Hlm. 34
71
Sugiyono. 2016. Op. Cit.
51

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel.72

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni menggunakan

kuesioner. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti terlebih dahulu menjelaskan

tata cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti menunggu responden

selesai mengisi pertanyaan yang diberikan.

4.3.5 Syarat Sampel atau Syarat Informasi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang mesti dipenuhi oleh

setiap anggota populasi sehingga bisa diambil sebagai sampel dalam sebuah

penelitian.73

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Wanita yang akan menikah di wilayah kerja Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi.

2) Wanita yang bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi

kuesioner dengan lengkap dan jelas

3) Wanita yang dapat menulis, berbicara dan berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria Non Inklusi

Kriteria non inklusi yaitu kriteria yang tidak termasuk dalam

penelitian atau responden yang tidak memiliki ciri-ciri atau kriteria yang

terdapat didalam kriteria inklusi sehingga responden tersebut tidak dapat

72
Ibid. Hlm. 82
73
Nurvenia K. Op. Cit.
52

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.74 Kriteria non inklusi dalam

penelitian ini adalah wanita yang telah menikah.

3. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi yaitu merupakan bagian dari kriteria inklusi namun

dikeluarkan karena faktor tertentu.75 Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

1) Wanita yang tidak dapat menulis, berbicara dan berkomunikasi dengan

baik.

2) Wanita yang tidak bersedia menjadi responden.

3) Wanita yang berhalangan hadir saat penelitian berlangsung.

4.4 Manajemen Data

4.4.1 Uji Coba Instrument

Sebelum instrumen atau alat ukur mengukur data penelitian maka perlu

dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari validitas dan reliabilitas alat ukur

tersebut.

4.4.2 Pengolahan Uji Coba

Dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen dan reliabilitas

instrumen mengguakan alat bantu pengolahan SPSS Versi 18. Uji coba validitas

menggunakan rumus kolerasi Produc Moment. Sedangkan dalam pengujian

reliabilitas memakai uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus

Cronbach Alpha.

74
Ibid. Hlm. 79
75
Ibid. Hlm. 80
53

4.4.3 Hasil Uji Coba

1. Uji Validitas

Validitas ialah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Suatu instrumen atau alat pengukur

dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat

itu. Suatu instrumen yang valid atau masih memiliki validitas tinggi

sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti validitasnya rendah.76

Untuk mengukur validitas dari kuesioner bisa dilakukan dengan

menghitung korelasi antara skor masing-masing item dari pernyataan

dengan total skor yang terdapat pada konstruknya sehingga hal tersebut

disebut analisis butir atau item. Jika nilai r hitung (dalam output SPSS

dinotasikan sebagai corrected item total correlation) hasil positif dan r

hitung > r tabel, maka akan dikatakan bahwa item pernyataan tersebut

adalah valid. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka dapat dikatakan bahwa

item dari pernyataan tersebut tidak valid. Item pernyataan yang tidak valid

akan dikeluarkan dan tidak dimasukkan dalam proses analisis berikutnya,

sedangkan untuk pernyataan yang valid akan diteruskan sampai ke tahap

pengujian reliabilitas.77

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner

No
r hitung r tabel Keterangan
Pertanyaan
76
Sugiyono. Metodologi Penelitian Statistika. Jakarta: Rineka Cipta; 2011
77
Ibid
54

Variabel Aksesibilitas
A1 0.506 Valid
A2 0.725 Valid
A3 0.506 Valid
A4 0.575 0,444 Valid
A5 0.647 Valid
A6 0.596 Valid
A7 0.463 Valid
Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan
DTK1 0.802 Valid
DTK2 0.698 Valid
DTK3 0.711 Valid
DTK4 0.634 Valid
DTK5 0.528 Valid
0,444
DTK6 0.750 Valid
DTK7 0.555 Valid
DTK8 0.721 Valid
DTK9 0.753 Valid
DTK10 0.639 Valid
Variabel Persepsi
P1 0.811 Valid
P2 0.808 Valid
P3 0.694 Valid
P4 0.720 Valid
P5 0.714 Valid
0,444
P6 0.635 Valid
P7 0.705 Valid
P8 0.608 Valid
P9 0.700 Valid
P10 0.703 Valid
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021

Berdasarkan dari tabel tersebut maka terlihat bahwa dari jumlah 27

pernyataan yang mendapatkan nilai r hitung > r tabel (0,444) yaitu 27

pernyataan artinya semua pernyataan valid dan dapat digunakan untuk

penelitian.

2. Uji Reliabilitas
55

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur bisa dipercaya atau bisa diandalkan. Instrumen yang reliabel berarti

hasil pengukurannya tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran

berulangkali terhadap gejala yang sama dan memakai alat ukur yang sama.

Kuesioner telah memiliki reliabilitas, berarti semua item yang ada di dalam

kuesioner tersebut hasil pengukurannya tetap konsisten, apabila dilakukan

pengukuran berulangkali terhadap gejala yang sama dan menggunakan alat

ukur yang sama.78

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu

dengan teknik Cronbach Alpha. Untuk menghitung reliabel atau tidak yaitu

dapat membandingkan nilai r hasil (Cronbach Alpha) dengan nilai r tabel

(0,444). Apabila nilai r hasil > r tabel, maka instrumen penelitian tersebut

dikatakan reliabel. Pengujian reliabilitas dimulai dengan melakukan

pengujian validitas terlebih dahulu. Pernyataan-pernyataan yang sudah valid

kemudian dilakukan pengukuran reliabilitasnya secara bersamaan, dan

setelah dilakukan pengukuran didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Nilai Cronbach’s
Variabel r tabel Keterangan
Alpha
Aksesibilitas 0,826 Reliabel
Dukungan Tenaga
0,911 0,444 Reliabel
Kesehatan
Persepsi 0,922 Reliabel
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari hasil uji

reliabilitas didapatkan nilai koefisien untuk variabel aksesibilitas (0,826),


78
Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alpabeta; 2015
56

variabel dukungan tenaga kesehatan (0,911) dan variabel persepsi (0,922).

Maka dari hasil perhitungan tersebut didapatkan r hitung > r tabel, sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen dalam penelitian ini memiliki

reliabilitas yang cukup tinggi.

3. Analisis dengan perbaikan instrument

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas

Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021, dalam penelitian ini tidak

dilakukan perbaikan instrument karena semua pernyataan sudah valid dan

dapat digunakan untuk penelitian.

4.4.4 Pengumpulan Data

1. Pengorganisasian pengumpulan data

Langkah pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1) Membuat surat permohonan izin pengambilan data dan izin penelitian

kepada kepala Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi yang di

keluarkan oleh BAAK Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(STIKIM).

2) Mengajukan izin penelitian kepada kepala Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi untuk mengadakan penelitian.

3) Mengadakan pengkajian data yang relevan yang dapat mendukung

penelitian ini di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.


57

4) Memberikan penjelasan secara singkat perihal rencana kegiatan serta

tujuan penelitian kepada responden yang setuju berpartisipasi dalam

penelitian ini.

5) Responden diberikan pertanyaan dari kuesioner untuk dijawab sesuai

dengan petunjuk yang sudah diberi dalam format kuesioner.

6) Responden dibimbing untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan

yang sudah disiapkan oleh peneliti dan jika pernyataan tersebut kurang

dimengerti ibu tersebut dapat menanyakan kepada peneliti dan

kemudian akan dijelaskan oleh peneliti.

7) Langkah terakhir setelah kuesioner dikumpulkan ialah dilakukan

pengolahan data dan analisis data.

2. Input data ke dalam instrumen

Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi

pernyataan yang diberikan dan di isi oleh responden untuk mengetahui

hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas

Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

3. Data entry atau input

1) Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pengisian kuesioner

di mana harus lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

2) Coding
58

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah semua kuesioner diedit

atau disunting, langkah selanjutnya yaitu dilakukan pengkodean atau

coding, yaitu mengubah data yang semula berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan (data entry).

3) Checking

Checking merupakan kegiatan pengecekan kuesioner apakah jawaban

dalam kuesioner sudah lengkap dan diisi dengan jelas oleh responden.

4) Memasukan data (data entry) atau processing

Prosessing atau data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer membuat

distribusi frekuensi sederhana atau deangan membuat tabel kontingensi.

5) Pembersihan data (cleaning)

Jika semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, maka perlu dilakukan pengecekan seluruh data untuk

melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan koreksi.

6) Data bersih

Setelah di cleaning tidak ada (kuesioner) yang belum terisi, kemudian

dengan menggunakan coding atau pengkodean agar data bisa

dimasukkan ke dalam SPSS untuk pengolahan data.

4.4.5 Pengolahan Data


59

Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SPSS versi 18.

Yang hasilnya melputi:

1. Deskriptif data (univariat)

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel.79 Di

dalam penelitian ini dilaksanakan untuk menerangkan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti menggunakan

komputerisasi.

2. Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilaksanakan untuk menerangkan

dan menganalisa adanya hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen dengan menggunakna uji Chi Square.80

Melalui uji satatistik Chi Square akan di peroleh nilai P-value dimana

didalam penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Untuk

melihat ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen serta apakah hubungan ynag dihasilkan tersebut bermakna atau

tidak, jika kedua variabel tersebut mempunyai nilai P-value < 0,05 artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut maka Ho

ditolak dan Ha diterima, namun jika nilai P-value > 0,05 maka tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel tersebut yang artinya Ho diterima

dan Ha ditolak dan untuk mengetahui besarnya peluang yaitu dapat dilihat

79
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
80
Notoatmodjo S. Ibid
60

dari nilai Odds Ratio (OR), namun jika kedua variabel tersebut tidak

berhubungan maka didalam penyejian data nilai OR tidak perlu di sertakan.

4.4.6 Analisa Data

Agar hasil didalam penelitian ini dapat dipercaya, maka data yang telah

diperoleh harus dianalisis dengan tepat. Analisis data ialah suatu proses

penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami, dibaca dan

diinterprestasikan oleh peneliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah melalui statistik Chi Square yang diolah dan dianalisis sampai dengan

penarikan suatu kesimpulan.

4.4.7 Penyajian Data

Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa media lembar pertanyaan

(kuesioner). Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cara

memberikan tanda cek list pada jawaban yang dipilih. Metode dalam

menganalisa data menggunakan program komputerisasi. Program SPSS

digunakan untuk melakukan analisa univariat dan bivariat. Setelah diperoleh

hasil, maka data tersebut disajikan secara tabular dan terstruktur supaya

informasi data lebih lengkap.

1. Naratif

Naratif adalah suatu penyajian data dalam bentuk narasi (kalimat) atau

memberikan keterangan secara tulisan. Penyajian data dalam bentuk tertulis

digunakan didalam penelitian ini dimulai dari pengambilan sampel,

pelaksanaan pengumpulan data, sampai hasil yang berupa informasi dari

pengumpulan data tersebut.


61

2. Tabel

Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan berbentuk

angka. Jenis yang dipakai dalam penelitian ini adalah master tabel atau tabel

distribusi frekuensi. Dimana data disusun dalam baris dan kolom dengan

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran dan informasi yang

mudah untuk dimengerti dan dipahami.

4.4.8 Interpretasi

Interpretasi data disajikan dalam bentuk narasi sehingga memudahkan

pemahaman terhadap hasil penelitian, penelitian ini diungkapkan berdasarkan

teori yang ada dan dapat dilihat hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga

kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.


BAB V

AREA PENELITIAN

5.1 Deskripsi Umum

Tabel 6.4 Profil Puskesmas Cibolang

Nama lokasi Puskesmas Cibolang


Alamat Jl. Veteran, Cibolang, Kec. Gn. Guruh, Sukabumi, Jawa
Barat
-6.9344846, 106.8755722
Luas 260 m2
Kepala Puskesmas Teti Suryati, S. KM., M.M
Visi Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat
Misi Meningkatkan Kualitas Dan Produktifitas Sumberdaya
Manusia Jawa Barat, Mengembangkan Struktur
Perekonomian Regional Yang Tangguh, Memantapkan
Kinerja Pemerintah Daerah, Meningkatkan
Implementasi Pembangunan Yang Berkelanjutan Serta
Meningkatkan Kualitas Kehidupan Sosial Yang
Berlandaskan Agama Dan Budaya Daerah
Jumlah Staff Puskesmas yang juga memiliki jumlah staf sebanyak 27
personil ini harus mejalankan 6 program wajib dan 9
program pengembangan
Fungsi Puskesmas Puskesmas yang memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Pusat Pembangunan Wilayah Berwawasan
Kesehatan,
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat,
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer,
4. Pusat Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer
Waktu Operasi Minggu : Tutup
Senin : 07.20 - 14.00 Wib
Selasa : 07.20 - 14.00 Wib
Rabu : 07.20 - 14.00 Wib
Kamis : 07.20 - 14.00 Wib
Jumat : 07.20 - 14.00 Wib
Sabtu : 07.20 - 14.00 Wib
Sumber : Profil Puskesmas Cibolang. 2021

62
63

BAB VI

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang disajikan didalam BAB VI ini merupakan data

kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil jawaban responden yang terdapat

dalam kuesioner. Data kuantitatif ini akan peneliti sajikan dalam 2 tahap, tahap

pertama yaitu analisis univariat dan tahap kedua yaitu analisis bivariat.

6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis untuk mengetahui gambaran dari tiap

variabel independen (aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi) dan

variabel dependen (imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah). Jumlah sampel

responden sebesar 60 responden, data disajikan yaitu dalam bentuk tabel dan teks.

6.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi

tahun 2021

Tabel 6.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten
Sukabumi tahun 2021
Pelaksanaan Imunisasi Tetanus
No Frekuensi Presentase (%)
Toksoid (TT) Pra Nikah
1 Melakukan 25 41,7
2 Tidak Melakukan 35 58,3
Jumlah 60 100 %
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021
64

Berdasarkan tabel 6.5 dapat diambil kesimpulan dari 60 responden dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden tidak melakukan Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 35 responden (58,3%), sedangkan

responden yang melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu

sebanyak 25 responden (41,7%).

6.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Aksesibilitas di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Tabel 6.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aksesibilitas di Puskesmas
Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021
No Aksesibilitas Frekuensi Presentase (%)
1 Tinggi 22 36,7
2 Rendah 38 63,3
Jumlah 60 100 %
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021

Berdasarkan tabel 6.6 dapat diambil kesimpulan bahwa dari 60 responden

terdapat sebagian besar responden memiliki aksesibilitas rendah yaitu sebanyak

38 responden (63,3%), sedangkan responden yang memiliki aksesibilitas tinggi

yaitu sebanyak 22 responden (36,7%).

6.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Tabel 6.7
Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan
di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021
No Dukungan Tenaga Kesehatan Frekuensi Presentase (%)
1 Mendukung 29 48,3
2 Tidak Mendukung 31 51,7
Jumlah 60 100 %
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021
65

Berdasarkan tabel 6.7 dapat diketahui bahwa dari 60 responden sebagian

besar responden dengan dukungan tenaga kesehatan tidak mendukung yaitu

sebanyak 31 responden (51,7%), sedangkan responden dengan dukungan tenaga

kesehatan mendukung yaitu sebanyak 29 responden (48,3%).

6.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Persepsi di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Tabel 6.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi di Puskesmas Cibolang
Kabupaten Sukabumi tahun 2021
No Persepsi Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 28 46,7
2 Tidak Baik 32 53,3
Jumlah 60 100 %
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021

Berdasarkan tabel 6.8 dapat diketahui bahwa dari 60 responden sebagian

besar responden memiliki persepsi tidak baik yaitu sebanyak 32 responden

(53,3%), sedangkan responden yang memiliki persepsi baik yaitu sebanyak 28

responden (46,7%).

6.2 Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

variabel independent dengan variabel dependent yaitu ada tidaknya hubungan

aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten

Sukabumi tahun 2021.


66

6.2.1 Hubungan Aksesibilitas terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Tabel 6.9
Hubungan Aksesibilitas terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pra Nikah P
Total OR
Aksesibilitas Tidak value
Melakukan
Melakukan
N % N % N %
6.000
Tinggi 15 68,2 % 7 31,8 % 22 100 %
0,004 (1.897-
Rendah 10 26,3 % 28 73,7 % 38 100 %
18.980)
Total 25 41,7 % 35 58,3 % 60 100 %
Berdasarkan tabel 6.9 dapat dilihat bahwa dari 38 responden yang

memiliki aksesibilitas rendah yang tidak melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 28 responden (73,7%). Sedangkan dari 22

responden yang memiliki aksesibilitas tinggi yang melakukan Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 15 responden (68,2%).

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P-value = 0,004 dimana nilai

P-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara aksesibilitas terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

Nilai P-value didapatkan dari Continuity Correction karena berdasarkan

hasil pengolahan program SPSS didapatkan keterangan dari tabel 2x2 tidak

terdapat nilai expected count kurang dari 5, dan memiliki nilai Odds Ratio

sebesar 6.000 artinya responden dengan aksesibilitas rendah memiliki peluang 6

kali untuk tidak melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah

dibandingkan dengan responden dengan aksesibilitas tinggi.


67

6.2.2 Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan Imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten

Sukabumi tahun 2021

Tabel 6.10
Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan Imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten
Sukabumi tahun 2021
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra
Dukungan Nikah P
Total OR
Tenaga Tidak value
Melakukan
Kesehatan Melakukan
N % N % N %
Mendukung 18 62,1 % 11 37,9 % 29 100% 5.610
Tidak 0,005 (1.817-
7 22,6 % 24 77,4 % 31 100%
Mendukung 17.326)
Total 25 41,7 % 35 58,3 % 60 100%
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021

Berdasarkan tabel 6.10 dapat dilihat bahwa dari 31 responden dengan

dukungan tenaga kesehatan tidak mendukung yang tidak melakukan Imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 24 responden (77,4%).

Sedangkan dari 29 responden dengan dukungan tenaga kesehatan mendukung

yang melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 18

responden (62,1%).

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P-value = 0,005 dimana nilai

P-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi

tahun 2021.
68

Nilai P-value didapatkan dari Continuity Correction karena berdasarkan

hasil pengolahan program SPSS didapatkan keterangan dari tabel 2x2 tidak

terdapat nilai expected count kurang dari 5, dan memiliki nilai Odds Ratio

sebesar 5.610 artinya responden dengan dukungan tenaga kesehatan tidak

mendukung memiliki peluang 6 kali untuk tidak melakukan Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pra Nikah dibandingkan dengan responden dengan dukungan

tenaga Kesehatan yang mendukung.

6.2.3 Hubungan Persepsi terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Tabel 6.11
Hubungan Persepsi terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pra Nikah P
Total OR
Persepsi Tidak value
Melakukan
Melakukan
N % N % N %
9.148
Baik 19 67,9 % 9 32,1 % 28 100%
0,000 (2.782-
Tidak Baik 6 18,8 % 26 81,3 % 32 100%
30.082)
Total 25 41,7 % 35 58,3 % 60 100%
Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2021

Berdasarkan tabel 6.11 dapat dilihat bahwa dari 32 responden dengan

persepsi tidak baik yang tidak melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra

Nikah yaitu sebanyak 26 responden (81,3%). Sedangkan dari 28 responden

dengan persepsi baik yang melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra

Nikah yaitu sebanyak 19 responden (67,9%).

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P-value = 0,000 dimana nilai

P-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
69

bermakna antara persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

Nilai P-value didapatkan dari Continuity Correction karena berdasarkan

hasil pengolahan program SPSS didapatkan keterangan dari tabel 2x2 tidak

terdapat nilai expected count kurang dari 5, dan memiliki nilai Odds Ratio

sebesar 9.148 artinya responden dengan persepsi tidak baik memiliki peluang 9

kali untuk tidak melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah

dibandingkan dengan responden dengan persepsi baik.


BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan rancangan penelitian

cross sectional. Dimana pengukuran variabel bebas dan terikat dilakukan

bersama-sama pada saat penelitian. Peneliti menggunakan data primer yang

diperoleh langsung dari penyebaran kuesioner. Penelitian ini tidak lepas dari

keterbatasan diantaranya keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Adapun

beberapa keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dengan kuesioner bersifat subjektif sehingga kebenaran

data sangat bergantung pada kejujuran responden.

2. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan

tertutup. Dimana kelemahan dari pertanyaan tertutup adalah tidak bisa

menggali informasi secara mendalam.

3. Keterbatasan waktu dan sibuknya responden sehingga memungkinkan

untuk pengisian kuesioner menjadi tidak efisien.

4. Keterbatasan waktu dan dana juga merupakan keterbatasan dalam

melakukan penelitian penelitian ini.


7.2 Pembahasan Hasil Penelitian

7.2.1 Pembahasan Hasil Univariat

7.2.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi

tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 reponden,

sebagian besar responden tidak melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Pra Nikah yaitu sebanyak 35 responden (58,3%), sedangkan responden yang

melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 25

responden (41,7%).

Sejalan dengan hasil penelitian Raidanti D, Wahidin, diketahui bahwa

dari 40 responden menunjukan bahwa 30 (75.0%) responden menyatakan

bahwa pelaksanaan imunisasi TT pra nikah tidak imunisasi, sedangkan 10

(25,0%) responden menyatakan bahwa pelaksanaan imunisasi TT pra nikah

imunisasi.81

7.2.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Aksesibilitas di Puskesmas

Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 responden

terdapat sebagian besar responden memiliki aksesibilitas rendah yaitu

sebanyak 38 responden (63,3%), sedangkan responden yang memiliki

aksesibilitas tinggi yaitu sebanyak 22 responden (36,7%).

81
Raidanti D, Wahidin. Hubungan Aksesibilitas, Dukungan Tenaga Kesehatandan Persepsi
terhadap Pelaksaan Imunisasi TT Pra Nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya
Kab.Tangerang tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol.3 No.1; 2019.
Sejalan dengan hasil penelitian Raidanti D, Wahidin, diketahui bahwa

dari 40 responden menunjukan bahwa 22 (55.0%) responden menyatakan

bahwa aksesibilitas tidak mendukung, sedangkan 18 (45,0%) responden

menyatakan bahwa aksesibilitas mendukung.82

Menurut asumsi peneliti, responden yang memiliki aksesibilitas

mengenai imunisasi TT pra nikah akan cenderung memiliki kesadaran yang

besar untuk meningkatkan status kesehatannya sehingga lebih besar

kemungkinan untuk melakukan imunisasi TT pra nikah.

7.2.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 responden

sebagian besar responden dengan dukungan tenaga kesehatan tidak

mendukung yaitu sebanyak 31 responden (51,7%), sedangkan responden

dengan dukungan tenaga kesehatan mendukung yaitu sebanyak 29

responden (48,3%).

Sejalan dengan hasil penelitian Raidanti D, Wahidin, diketahui bahwa

dari 40 responden menunjukan bahwa 21 (52,5%) responden menyatakan

bahwa dukungan tenaga kesehatan kurang, sedangkan 19 (47,5%)

responden menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan baik.83

Menurut asumsi peneliti, dukungan tenaga kesehatan adalah faktor

lain yang dapat mempengaruhi perilaku pelaksanaan imunisasi TT.

Dukungan mereka berguna pada saat pasien menghadapi bahwa perilaku

82
Raidanti D, Wahidin. 2019. Op. Cit
83
Raidanti D, Wahidin. 2019. Op. Cit
sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka

terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus menerus memberikan

penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu berorientasi dengan

program kesehatannya.

7.2.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Persepsi di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 responden

sebagian besar responden memiliki persepsi tidak baik yaitu sebanyak 32

responden (53,3%), sedangkan responden yang memiliki persepsi baik yaitu

sebanyak 28 responden (46,7%).

Sejalan dengan hasil penelitian Raidanti D, Wahidin, diketahui bahwa

dari 40 responden menunjukan bahwa 22 (55.0%) responden menyatakan

bahwa persepsi kurang, sedangkan 18 (45,0%) responden menyatakan

bahwa persepsi baik.84

Menurut asumsi peneliti, persepsi merupakan aktivitas yang

terintergrasi, maka seluruh yang ada dalam individu seperti perasaan,

pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek yang

ada di dalam individu tersebut ikut berperan dalam persepsi tersebut. Dalam

persepsi sekalipun stimulus sama, tetapi karena pengalaman tidak sama,

adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu

yang lain sama. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa setiap persepsi itu

sangat bersifat individual. Proses yang digunakan individu mengelola dan


84
Raidanti D, Wahidin. 2019. Op. Cit
menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada

lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang

dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.

7.2.2 Pembahasan Hasil Bivariat

7.2.2.1 Hubungan Aksesibilitas terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi

tahun 2021

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara aksesibilitas

terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021, diperoleh nilai hasil

dari uji statistik Chi-square yang mana P-Value 0,004 dimana niali P-value

< α (0,05) yang berarti Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara aksesibilitas terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun

2021.

Hasil peneliian sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

aksesibilitas adalah keadaan suatu tempat untuk dapat dijangkau oleh pihak

luar baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Aksesibilitas tersebut

terdiri dari prasarana (sistem jaringan jalan) yang ada beserta ketersediaan

sarana untuk melakukan pergerakannya. Salah satu variabel yang dapat

menyatakan tinggi atau rendahnya suatu aksesibilitas dalam suatu tempat


adalah dengan melihat banyaknya sistem jaringan jalan yang tersedia pada

daerah tersebut.85

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Raidanti D, Wahidin, menunjukkan hubungan antara asesibilitas

dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah 19 (86,4%) responden

menyatakan bahwa aksesibilitas tidak mendukung dan tidak melakukan

imunisasi TT pra nikah. Sedangkan 7 (38,9%) responden menyatakan

bahwa aksesibilitas memdukung dan melakukan imunisasi TT pra nikah.

Hasil uji statistik diproleh nilai p value = 0,000 dengan p value < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

aksesibilitas dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah di Puskesmas

Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tanggerang Tahun 2017. Hasil uji

analisis menunjukan nilai Odss Ratio (OR) = 4,030, artinya aksesibilitas

yang tidak mendukung berpeluang 4,030 kali untuk tidak melakukan

imunisasi TT pra nikah dibandingkan dengan pasien yang memiliki

aksesibilitas yang mendukung.86

Menurut asumsi peneliti aksesibilitas merupakan salah satu faktor

penting yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah. Untuk itu perlu peningkatan

aksesibilitas seperti ketersediaan kendaraan, kualitas jalan yang baik, dan

fasilitas umum.

85
Nurhidayani A F. Hubungan Aksesibilitas Terhadap Tingkat Perkembangan Wilayah Desa di
Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Jurnal Infrastruktur, 4(2); 2018.
86
Ibid
7.2.2.2 Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara dukungan tenaga

kesehatan terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah

di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021, diperoleh nilai

hasil dari uji statistik Chi-square yang mana P-Value 0,005 dimana niali P-

value < α (0,05) yang berarti Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara dukungan tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang

Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

Dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

memengaruhi kepatuhan. Dukungan terutama berguna saat pasien

menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal

penting. Begitu juga dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara

menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan

secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien

yang telah mampu berorienrasi dengan program pengobatannya. 87

Dukungan petugas kesehatan suatu upaya baik moril maupun material yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mampu mempengaruhi perilaku

masyarakat dan menggerakkan perilaku yang positif terhadap kesehatan.

Perilaku kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh tenaga kesehatan.

Seseorang yang sudah mengetahui manfaat dari sebuah perilaku yang sehat
87
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Jakarta; 2013
dapat terhalang karena sikap dan tindakan tenaga kesehatan yang tidak

mendukung dan memotivasi individu untuk melakukan sebuah perilaku

kesehatan.88

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Raidanti D, Wahidin, menunjukkan hubungan antara dukungan tenaga

kesehatan dengan pelaksanaan imunisasi TT pra nikah 18 (85,7%)

responden menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan kurang dan tidak

melakukan imunisasi TT pra nikah. Sedangkan 7 (36,8%) responden

menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan baik dan melakukan

imunisasi TT pra nikah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,001

dengan p value< 0,05 sehinga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara dukungan tenaga kesehatan dengan pelaksanaan imunisasi

TT pra nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab.

Tangerang Tahun 2017.Hasil uji analisis menunjukan nilai Odss Ratio (OR)

= 3,500, artinya dukungan tenaga kesehatan kurang berpeluang 3,500 kali

untuk tidak melakukan imunisasi TT pra nikah dibandingkan dengan pasien

yang memiliki dukungan tenaga kesehatan baik.89

Menurut asumsi peneliti dukungan tenaga Kesehatan adalah salah satu

hal yang dibutuhkan karena petugas kesehatan memiliki tugas untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat, termasuk juga petugas kesehatan

imunisasi Tetanus Toksoid yang memiliki tugas untuk mengajak masyarakat

untuk melakukan imunisasi agar terhindar dari penyakit infeksi tetanus yang

88
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2011
89
Raidanti D, Wahidin.. 2019. Op. Cit
dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bayi yang tidak melakukan

imunisasi Tetanus Difteri selama kehamilan. Imunisasi TT pra nikah akan

terjadi jika faktor pendukung yang memungkinkan, salah satunya yaitu

dukungan dari tenaga kesehatan setempat. Responden yang mendapatkan

dukungan tenaga kesehatan yang baik akan cenderung melakukan imunisasi

TT pra nikah dibanding responden yang tidak mendapatkan dukungan

tenaga Kesehatan.

7.2.2.3 Hubungan Persepsi terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Pra Nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun

2021

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara persepsi terhadap

pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas

Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021, diperoleh nilai hasil dari uji

statistik Chi-square yang mana P-Value 0,000 dimana niali P-value < α

(0,05) yang berarti Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021.

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi

manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.

Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan

ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang

persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan


(penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa

hal melalui panca inderanya.90 Persepsi adalah daya menyenal barang,

kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui peroses

mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca inderanya

mendapat rangsang.91

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Raidanti D, Wahidin, menunjukkan hubungan antara persepsi dengan

pelaksanaan imunisasi TT pra nikah 18 (81,8%) responden menyatakan

bahwa persepsi kurang dan tidak melakukan imunisasi TT pra nikah.

Sedangkan 6 responden (33,3%) menyatakan bahwa persepsi baik dan

melakukan imunisasi TT pra nikah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value

= 0,000 dengan p value< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara persepsi dengan pelaksanaan imunisasi TT

pra nikah di Puskesmas Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kab. Tangerang

Tahun 2017. Hasil uji analisis menunjukan nilai Odss Ratio (OR) = 2,250,

artinya persepsi yang kurang berpeluang 2,250 kali untuk tidak melakukan

imunisasi TT pra nikah dibandingkan dengan yang memiliki persepsi baik.92

Menurut asumsi peneliti persepsi calon pegantin wanita yang salah

tentang program imunisasi TT dapat menyebabkan kerugian pada diri

sendiri dan orang lain. Kerugian bagi diri sendiri yaitu perilaku calon

pengantin yang tidak mau melakukan imunisasi TT, sedangkan kerugian

bagi orang lain yaitu calon pengantin yang salah mempersepsikan tentang
90
Widayatun T R. Ilmu Prilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto. 2011
91
Maramis W F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. 2015
92
Raidanti D, Wahidin.. 2019. Op. Cit
imunisasi TT dapat berperilaku mempengaruhi orang lain untuk percaya

pada persepsinya tentang program tersebut. Untuk meminimalkan atau

memperbaiki persepsi yang salah dapat dilakukan pendidikan kesehatan

yang lebih tepat dan mendalam atau pihak puskesmas dan pihak KUA dapat

menyediakan sarana konseling tentang program imunisasi TT agar calon

pengantin dapat lebih leluasa dan lebih mudah medapatkan tempat untuk

bertanya.
BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil:

1. Berdasarkan hasil univariat bahwa distribusi frekuensi pelaksanaan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) pra nikah, aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan

dan persepsi di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021, dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden tidak melakukan Imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah yaitu sebanyak 35 responden (58,3%).

Sebagian besar responden memiliki aksesibilitas rendah yaitu sebanyak 38

responden (63,3%). Sebagian besar responden dengan dukungan tenaga

kesehatan tidak mendukung yaitu sebanyak 31 responden (51,7%). Sebagian

besar responden memiliki persepsi tidak baik yaitu sebanyak 32 responden

(53,3%).

2. Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara aksesibilitas terhadap pelaksanaan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten

Sukabumi tahun 2021 dengan nilai P-value 0,004.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga kesehatan

terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di

Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021 dengan nilai P-value

0,005.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap pelaksanaan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten

Sukabumi tahun 2021 dengan nilai P-value 0,000.

8.2 Saran

8.2.1 Bagi Responden

Diharapkan agar tetap senantiasa memperdulikan status imunisasi TT

ataupun imunisasi lainnya untuk diri maupun anak yang nantinya akan

dilahirkan, sehingga akan menciptakan kesehatan.

8.2.2 Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi

Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan lagi akses

angkutan umum untuk menuju pelayanan kesehatan, tersedianya vaksin TT di

KUA sehingga tidak perlu lagi calon pengantin wanita pergi ke Puskesmas,

pengawasan, sosialisasi, evaluasi secara berkesinambungan sebagai bahan

masukan untuk pembuatan kebijakan agar dapat meningkatkan kualitas

pelaksanaan imunisasi TT pra nikah yang maksimal dan cara penyampaian

informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat tentang pelaksanaan imunisasi

TT pra nikah. Mengadakan promosi kesehatan/ penyuluhan serta melibatan

peran kader dalam mensosialisasikan pentingnya imunisasi TT paa calon

pengantin.

8.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk pengembangan

penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel penelitian yang berbeda untuk


mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) pra nikah.

8.2.4 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga

pendidikan, agar dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan penelitian yang

lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Calon Responden Penelitian Di tempat

Dengan Hormat
Saya mahasiswa STIKIM Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Kebidanan yang sedang melakukan penelitian, yaitu :
Nama : Lydia Octavia Sinaga
NPM : 07190100027
Akan melakukan penelitian dengan judul “hubungan aksesibilitas, dukungan
tenaga kesehatan dan persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) pra nikah di Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021”.
Peneliti menjamin penelitian ini tidak akan berdampak buruk bagi responden yang
bersangkutan, identitas responden dan informasi yang didapat akan dirahasiakan
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Saudara berhak menentukan apakah bersedia atau tidak ikut dalam
penelitian ini, tanpa dikenakan sanksi apapun. Jika pada saat penelitian
berlangsung terdapat pernyataan yang menggangu emosi anda, maka anda berhak
untuk mengundurkan diri. Apabila saudara setuju untuk menjadi responden, maka
saya mohon saudara menandatangani lembar persetujuan yang saya sertakan
bersama surat ini.
Atas Perhatian dan kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Lydia Octavia Sinaga


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Lydia Octavia Sinaga/ 07190100027 adalah mahasiswa


STIKIM Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta. Saat ini sedang melakukan
penilitian tentang ”Hubungan aksesibilitas, dukungan tenaga kesehatan dan
persepsi terhadap pelaksanaan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah di
Puskesmas Cibolang Kabupaten Sukabumi tahun 2021”. Penelitian ini merupakan
salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Kebidanan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju Jakarta.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi
responden kuesioner dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon mengisi
kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani
lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, bebas
mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi saudara dan
semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian ini.
Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.
Jabar, 2020

Peneliti, Responden,

(Lydia Octavia Sinaga) (..............................)


KUESIONER

HUBUNGAN AKSESIBILITAS, DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DAN

PERSEPSI TERHADAP PELAKSANAAN IMUNISASI TETANUS

TOKSOID (TT) PRA NIKAH DI PUSKESMAS CIBOLANG

KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021

Nama :

Umur :

Petunjuk pengisian

1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan cermat dan seksama.

2. Jawaban pertanyaan di bawah ini dengan sebaik-baiknya tentang yang anda

alami selama ini.

3. Berikan tanda ceklish (√) pada salah satu option tersebut.

1. Variabel Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pra Nikah


Melakukan, bila sebelum menikah ibu melakukan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT)

Tidak Melakukan, bila sebelum menikah ibu tidak melakukan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


2. Variabel Aksesibilitas
Pilihan
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
Jarak dan waktu
1 Apakah lokasi puskesmas dekat dengan rumah anda?
2 Apakah Anda Membutuhkan Waktu > 30 menit untuk sampai ke
puskesmas terdekat?
3 Apakah jarak tempuh rumah anda ke puskesmas terdekat ≥
5km?
4 Apakah puskesmas didaerah anda letaknya strategis?
5 Apakah ditempat anda puskesmas dapat dijangkau
menggunakan transportasi umum?
Biaya
6 Menurut anda apakah biaya transportasi menuju kefasilitas
kesehatan relatif mahal?
7 Apakah biaya pelayanan kesehatan di puskesmas cukup
mahal?
3. Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan

Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RR TS STS
Konselor
1. Petugas kesehatan dipuskesmas memberikan
konseling tentang imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pra nikah
2. Saya mendapatkan informasi dari petugas kesehatan
mengenai manfaat dari imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) pra nikah
3. Saya mendapatkan informasi mengenai waktu
untuk melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pra nikah
Fasilitator
4. Petugas kesehatan membantu saya dalam
melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra
nikah
5. Petugas kesehatan memberikan layanan konsultasi
mengenai imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra
nikah
6. Saya selalu diberi kesempatan untuk bertanya
apabila ada yang kurang dimengerti mengenai
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah
Motivator
7. Petugas kesehatan memberikan motivasi untuk
melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra
nikah
8. Petugas kesehatan membangkitkan keinginan saya
dalam melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pra nikah
9. Petugas kesehatan melakukan pendampingan, dan
mendorong saya untuk melakukan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) pra nikah
10. Petugas kesehatan mengingatkan untuk melakukan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah
4. Variabel Persepsi

Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RR TS STS
Konsep diri
1. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
tetanus neonatorum
2. Pengetahuan tentang Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) tidak penting untuk dimiliki oleh seorang
wanita
3. Infeksi tetanus neonatorum dapat diatasi dengan
melakukan imunisasi saat hamil
4. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah
merupakan jalan keluar dari masalah infeksi tetanus
neonatorum
5. Menurut saya infeksi tetanus neonatorum adalah hal
yang tidak perlu untuk dikhawatirkan
6. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra nikah dapat
menurunkan kemungkinan kematian bayi dan
mencegah kematian ibu akibat tetanus
Pengalaman
7. Efek samping dari suntik membuat saya tidak ingin
melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pra
nikah
8. Rasa takut melihat jarum suntik membuat saya
takut untuk melakukan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) pra nikah
9. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) perlu dilakukan
untuk membangun kekebalan
10. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) perlu dilakukan
karena merupakan salah satu syarat yang harus di
penuhi saat mengurus surat-surat menikah di KUA

Anda mungkin juga menyukai