Anda di halaman 1dari 6

SOP PENANGANAN PRE-EKLAMSIA

BERAT
Terbitan : SOP/004
No Revisi :4
KLINIK
Tgl Mulai berlaku : 17 September 2017
BIDAN
Halaman :1
KUSWINARTI, S. ST
Ditetapkan Penanggung Jawab Klinik

Kuswinarti, S. ST

PENGERTIAN Preeklamsi berat adalah timbulnya hipertensi disertai ptoteinuria untuk


kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan > TD 160/110 mmHg, Proteinuria +2.
Pada preeklampsia berat terdapat tanda-tanda preeklampsia ringan serta
beberapa indikasi masalah tambahan baik pada ibu maupun janin. Jika
salah satu gejala berikut menyertai, maka bisa disebut preeklampsia berat:
1. Munculnya tanda-tanda masalah sistem saraf pusat, seperti sakit
kepala parah, penglihatan kabur, dan perubahan status mental
2. Munculnya tanda-tanda masalah hati, seperti sakit perut, mual, dan
muntah
3. Munculnya tanda-tanda masalah pernapasan, seperti edema paru
dan warna kebiruan pada kulit
4. Setidaknya dalam dua kali tes fungsi hati didapat peningkatan
kadar enzim
5. Tekanan darah sangat tinggi, yaitu lebih dari 160/110 mmHg
6. Jumlah trombosit rendah (trombositopenia)
7. Terdapat lebih dari 5 gram protein dalam sampel urine 24 jam atau
tes urin dipstik ≥ positif 2
8. Urine yang keluar sangatlah rendah kira-kira kurang dari 500 ml
dalam 24 jam
9. Pembatasan pertumbuhan janin
10. Stroke (jarang terjadi)
TUJUAN SOP ini disusun sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penanganan preeklamsi berat
KEBIJAKAN Berdasarkan Penetapan Tentang Pengelolaan dan Pelaksanaan UKM
REFERENSI 1. Permenkes Nomor 5 Tahun 2011 tentang Panduan Praktek Klinik
Dokter
ALAT DAN 1. Obat oral : metildopa, nifedipine
BAHAN 2. Infus set, abocat, cairan infus(RL), MgSO4 20%-40%, supit 10cc,
poly catheter, yrine bag, sarung tangan, kapas alcohol
TATALAKSANA Tatalaksana Preeklampsia Berat

Preeklampsia Berat
1. Evaluasi gejala, DJJ dan cek laboratorium ≥ 34 minggu
2. Stabilisasi, pemberian MgSO4 profilaksis
3. Anti hipertensi jika TD ≥ 160/110

< 34 minggu

Jika didapatkan:
1. Eklampsia
1. Terminasi kehamilan setelah
2. Edema paru
stabilisasi
3. DIC Iya 2. Bila diindikasi dapat diberikan
4. HT berat, tidak terkontrol
kortikosteroid (pematang pari) 1
5. Janin tidak viable
dosis tanpa menunda terminasi
6. Gawat janin
(jika < 34 minggu)
7. Solusio plasenta
8. IUFD

Tidak

Jika didapatkan:
1. Gejala persisten
2. Sindrom HELLP
Iya Pematangan paru
3. Pertumbuhan janin terhambat
(kortikosteroid)
4. Severe olygohydramnion
2x24 jam
5. Reversed end diastolic flow
6. KP atau inpartu
7. Gangguan renal berat

Tidak

Perawat konservatif:
1. Evaluasi di kamar bersalin selama 24-
48 jam 1. Usia kehamilan ≥ 34
2. Rawat inap hingga terminasi minggu
3. Stop MgSO4 profilaksis (1x24 jam) 2. KPP atau inpartu
4. Pemberian anti HT jika TD ≥ 160/110 3. Pemburukan maternal-
5. Pematangan paru 2x24 jam fetal
6. Evaluasi maternal-fetal secara berkala

PROSEDUR 1. Beri penjelasan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
(Informed Consent).
2. Persiapan pasien
a. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
b. Mempersiapkan bumil mengosongkan kandung kemih
c. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan dengan air mengalir dan
keringkan
3. Anamnesa:
a. Identitas lengkap pasien dan suami
b. Keluhan
c. Riwayat perkawinan
d. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
e. Status riwayat Haid, HPHT
f. Riwayat imunisasi Ibu saat ini
g. Kebiasaan ibu
h. Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat
taksiran persalinan.
4. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum bumil
b. Ukur TB, BB, Lila.
c. Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
d. Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai ekstremitas).
5. Pemeriksaan khusus
a. Umur Kehamilan <20 mgg :
1) Inspeksi
a) Tinggi fundus
b) Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
c) Striae
2) Palpasi
a) Tinggi fundus uteri
b) Keadaan perut
3) Auskultasi
b. Umur Kehamilan > 20 mgg:
1) Inspeksi
a) Tinggi fundus uteri
b) Hypergigmentasi dan striae
c) Keadaan dinding perut
2) Palpasi
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya sbb :
Pemeriksa berada disisi kanan bumil, menghadap bagian
lateral kanan.
Leopold 1
a) Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus
uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar
jari tersebut tidak mendorong uterus kebawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus basah dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan
kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
b) Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi
uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga
menghadap kebagian kepala ibu.
c) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada
bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
Leopold 2
a) Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut
lateral kiri ibu sejajar dan pada ketinggian yang sama.
b) Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser
kearah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memenjang (punggung) atau bagaian yang kecil
(ekstremitas).
Leopold 3
a) Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap
kebagian kaki ibu.
b) Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral
kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian bawah bayi
(bagian keras, bulat dan hampir homogen adalah kepala,
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris
adalah bokong).
Leopold 4
a) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
dinding lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung
jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
b) Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan kanan yang meraba dinding bawah
uterus.
c) Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan
kanan (konvergen/divergen)
d) Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan
memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang
bayi).
e) Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul,
kemudian letakkan jari0jari tangan kanan diantara tangan
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
3) Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.
6. Pemeriksaan Tambahan (cek Hb, protein urine dan glukosa urin)
7. Penatalaksanaan:
a. Tata laksana per-eklamsi ringan.
1) Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan
darah, berat badan, tinggi badan, indek masa tubuh, ukuran
uterus, dan gerakan janin
2) Rawat jalan (ambulatoir)
a) Ibu hamil banyak istirahat(berbaring/ tidur miring)
b) Konsumsi susu dan air buah
c) Obat anti hipertensi: indikasi utama pemberian anti
hipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu
dalam mencegah penyakit cereborvaskular. Meskipun
demikian, penurunan tekanan darah dilakukansecara
bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam 1 jam.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran
darah utero plasenter. Obat anti hipertensi yang dapat
diberikan:
(1) Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500mg
per oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimal
3 gram perhari, atau
(2) Nifedipine 10 mg kapsul peroral di ulang tiap 15-30
menit, dengan dosis maksimal 30mg
b. Tata laksana per-eklamsi berat. Pemberian MgSO4 dosis awal
dengan cara: ambil 4 mb MgSO4 (10ml larutkan MgSO4 40%) dan
larutkan dalam 10 ml aquaades. Berikan secara perlahan IV selam
20 menit. Jika akses IV sulit berikan masing-masing 5mb MgSO4
(12,5 ml larutkan MgSo4 40%) IM dibokong kiri dan kanan.
c. Memberikan anti hipertensi Nifedipin 10 mg 3 kali sehari. Bila
sistole > = 180 mmHg atau diastole > = 110 mm Hg digunakan
injeksi 1 ampul Klonidin yang mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1
ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan aquadest (untuk suntikan).
Disuntikan : mula-mula 5 cc IV perlahan-lahan selama 5 menit.
d. Kriteria rujukan
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda per-eklamsia
berat ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis obstetric dan ginekologi setelah dilakukan tata
laksana pada per-eklamsia berat.
e. Persiapkan proses rujukan dengan seksama, antara lain :
1) Surat rujukan
2) Transportasi
3) Obat-obatan emergency
4) Menghubungi faskes rujukan melalui telepon
5) Petugas kesehatan mendampingi rujukan
6) Melakukan observasi dan pencatatan selama proses rujukan
HAL-HAL YANG Keadaan umum ibu (TTV)
PERLU
DIPERHATIKAN
UNIT TERKAIT 1. KIA
2. Poned
DOKUMEN Rekam Medis
TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai