Anda di halaman 1dari 18

ABORTUS

Wanita G1P0A0, hamil 12 minggu, datang ke Puskesmas dengan keluhan perdarahan per
vaginam sejak 7 hari yang lalu. Hari I perdarahan bercak-bercak. Hari IV perdarahan
bertambah banyak disertai keluar jaringan seperti daging dan terasa kram perut bagian bawah.
Riwayat minum obat-obatan tidak ada. Tinggal di daerah terpencil yang membutuhkan waktu
5 hari untuk tiba di Puskesmas. Ibu datang dengan keadaan sadar tetapi ia harus digotong
karena kondisinya lemah.

Definisi : keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan ≤ 20 minggu atau berat lahir ≤ 500 gr

1) Langkah awal : menilai keadaan umum dan simpulkan apakah pasien dalam kondisi
gawat darurat atau tidak (syok sepsis atau syok hipovolemik), dengan menilai tanda-tanda
vital (TD, Nadi, RR, SB, SpO2) kemudian nilai Syok Indeksnya (Syok bila sistol/nadi =
>0,9), pasang kateter untuk menilai adakah oliguri, anamnesa apakah ada usaha untuk
mengeluarkan janin atau tidak
2) Stabilisasi :
1. Ibu diposisikan miring
2. Bebaskan jalan napas, oksigenasi
3. Resusitasi cairan dengan kristaloid (RL/NaCl 0.9%) 2000 cc guyur atau sampai keluar
urine dalam jumlah cukup
4. Antipiretik (Paracetamol drip 3x500 mg IV)
5. Antibiotik triple drugs (amoxilin 3x1 gr IV atau ampicilin 4x1 gr IV, gentamisin 2x80
mg IV, metronidazole 3x500 mg IV)
3) Tentukan kemungkinan diagnosa
4) Pemeriksaan khusus (Pemeriksaan Ginekologi) :
a. Status Lokalis (Inspeksi) : adakah tanda-tanda infeksi pada labium mayus dan minus?
adakah tanda-tanda infeksi pada kelenjar bartholin & skene? darah berbau?
b. Inspekulo : dinding vagina licin/tidak? portio licin/tidak? keluar darah dari OUE?
OUE terbuka/tertutup? terdapat sisa jaringan konsepsi pada OUE? jaringan berbau?
adakah benda asing dalam OUE?
c. Pemeriksaan Bimanual : OUE terbuka atau tertutup? jika terbuka berapa jari longgar?
teraba jaringan atau sisa konsepsi? uterus ante/retrofleksi? besar uterus sebesar apa?
nyeri goyang porsio? nyeri tekan adneksa?
5) Pemeriksaan Penunjang :

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 1


1. Hb, Leukosit
2. PP test
6) Diagnosa Kerja : Abortus Infeksiosa + Syok Sepsis / Abortus Inkomplit + Syok
Hipovolemik
7) Tatalaksana :
Rujuk ke RS untuk dilakukan kuretase atau AVM (Aspirasi Vakum Manual) (yang hanya
boleh dilakukan 12 jam setelah pemberian antibiotik)

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 2


MOLA HIDATIDOSA

Ibu G2P1A0 merasa hamil 10 minggu datang dengan perdarahan. Belum pernah periksa
kehamilan. TD 150/100. Lain-lain dalam batas normal.

1) Anamnesa
1. Perdarahan berapa banyak? apakah perdarahan bergumpal-gumpal? apakah
perdarahan tampak gelembung-gelembung cairan?
2. Apakah besar perut dirasakan tidak sesuai usia kehamilan?
3. Apakah ada keluhan berdebar-debar?
4. Adakah riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya?
5. Adakah riwayat sakit hipertiroid?

2) Pemeriksaan Fisik
1. KU, Kesadaran, TTV
2. Status Generalis (CA? adakah pembesaran kelenjar tiroid? adakah tremor? (dengan
cara luruskan tangan kemudian taruh kertas di atas tangan)
3. Pemeriksaan Obstetri luar :
 TFU
 Nyeri tekan perut
 LA bisa dinilai?
 Apakah ada DJJ?
4. Inspekulo : portio licin/tidak? OUE terbuka/tertutup? adakah tampak gelembung?
5. VT : pembukaan serviks? perdarahan?
6. Bimanual : portio, besar uterus? konsistensi uterus? nyeri tekan?

3) Pemeriksaan Penunjang :
1. PP Test (pada mola hasilnya negatif karena beta HCG yang terlalu tinggi = book
effect. Urine harus diencerkan )
2. Indeks tirotoksikosis pada mola oleh prof Sri Haryati

4) Diagnosa :
Mola Hidatidosa (dengan Preeklampsi + Tirotoksikosis, jika ada)

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 3


5) Tatalaksana
 Lugol 3x10 tetes dan PTU 3x200 mg diberikan 1 hari sebelum vakum kuretase (jika
ada tirotoksikosis)
 Rujuk ke RS untuk dilakukan vakum kuretase

6) Follow Up di Puskesmas Setelah Pasien Dikuret


1. Evaluasi beta HCG dengan PP test selama 1 tahun : 3 bulan pertama tiap 2 minggu, 3
bulan berikutnya tiap 1 bulan, 6 bulan berikutnya tiap 2 bulan
2. Edukasi pasien untuk tidak boleh hamil dengan menggunakan kontrasepsi kondom
dan pil KB kombinasi selama 1 tahun
3. Jika dalam 12 minggu awal PP test tetap positif (artinya beta HCG > 25) lakukan
pemantauan klinis HBES (H = having of concepcy/pernah mengeluarkan hasil
konsepsi baik abortus, janin prematur, janin cacat, janin lahir mati, janin aterm; B =
bleeding/perdarahan terus-menerus; E = enlargement/uterus besar dan mengalami
subinvolusi; S = softness/uterus lunak)

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 4


PELVIMETRI

• Pemeriksa harus terlebih dahulu mengetahui ukuran jari tangan (dlm cm)
• Informed consent pasien
• Pasien dibaringkan posisi litotomi
• Menggunakan handscoon steril
• Membersihkan vulva menggunakan kasa dan NaCl
• Tangan masuk secara obstetrik
PEMERIKSAAN PINTU ATAS PANGGUL
• Raba promontorium (seharusnya tidak teraba)
• Raba linea inominata kanan-kiri, (minimal bisa teraba 1/3)
Conjugata diagonalis- 1,5cm= Conjugata vera
PEMERIKSAAN BIDANG TENGAH PANGGUL
• Sudut sakrum (konkaf atau konveks)
PEMERIKSAAN PINTU BAWAH PANGGUL
• Spina ischiadica kanan & kiri (menonjol/tidak)
• Arcus pubis >90 derajat

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 5


DEMAM NIFAS/ ENDOMETRITIS

Wanita bersalin 3 hari yang lalu ditolong ibunya di rumah, anaknya meninggal setelah lahir,
plasenta lahir lengkap setelah 20 menit. Ia melahirkan selama 2 hari 1 malam dan mengalami
ketuban pecah 1 hari sebelum melahirkan. Selama 3 hari demam menggigil serta mengalami
perdarahan pervaginam. Anda sebagai dokter PKM memeriksa TTV, didapatkan suhu badan
39oC, nadi 120 x/m, TD 110/70 mmHg, uterus setinggi pusat, lokia purulen dan berbau.

Definisi : demam (suhu >380 C) selama dua hari berturut-turut dalam 10 hari pertama pasca
salin (kecuali dalam 24 jam pertama)

1) Anamnesis :
1. Riwayat partus seperti apa: riwayat ketuban pecah berapa hari sebelum proses
persalinan? (kemungkinan penyebabnya infeksi), bagaimana usaha mengeluarkan
plasenta? (jika ditarik-tarik kemungkinan penyebabnya sisa plasenta), apakah
pengeluaran ari-ari dengan cara penolong memasukkan tangan? apakah ada nyeri saat
berkemih? apakah frekuensi berkemih menurun? (untuk konfirmasi uterus masih tetap
tinggi), apakah ada usaha memasukkan benda-benda ke jalan lahir?
2. Gerak janin pertama dirasakan kapan? (untuk menentukan usia kehamilan)
3. Apakah ada nyeri pada kedua tungkai? (ditanyakan jika riwayat demam 2-3 hari untuk
menanyakan tromboflebitis pelvis/deep vein trombosis)
2) Pemeriksaan Fisik :
1. KU, Kesadaran, TTV (TD, Nadi, RR, SB (apakah ada tanda-tanda syok sepsis?)
2. Periksa kedua tungkai, apakah ada bengkak? terdapat nyeri tekan?
3. Pemeriksaan Abdomen
 Adakah nyeri tekan pada perut bawah? (nyeri uterus pada sisa plasenta)
4. Inspekulo : adakah laserasi pada vagina dan serviks? apakah lokia berasal dari OUE?
apakah lokia berbau busuk dan berwarna merah bercampur nanah? apakah tampak
sisa plasenta di OUE?
3) Stabilisasi/Resusitasi :
 Tirah baring miring, tungkai kaki ditinggikan
 Oksigenasi 6-8 lpm
 Pasang IV line (guyur 1000-2000 cc dalam 15-20 menit)
 Pasang DC (dowley catheter)

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 6


4) Pemeriksaan Penunjang : Hb, Leukosit
5) Tatalaksana :
 Antibiotik triple drugs : ampicilin 2 gr/6 jam + gentamisin 1,5-2,5 mg/kgBB/12 jam
+ metronidazole 500 mg/8 jam.
 Anti Tetanus Serum
 Antipiretik (paracetamol drip 3x500 mg IV)
 Dopamin 5-15 µg/kgBB/menit
 Atasi sumber infeksi. Jika penyebab sisa plasenta : keluarkan sisa plasenta semaksimal
mungkin dengan digital/jari. Jika penyebab karena infeksi/abses robekan perineum,
lakukan insisi abses.
 Observasi lokia 1-2 hari untuk menilai keberhasilan terapi
 Rujuk ke RS untuk dilakukan kuretase (karena dokter umum tidak boleh lakukan
kuretase pada kasus patologis/infeksi karena uterusnya sangat lunak)

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 7


ATONIA UTERI

Ny. B, P6A1 36 tahun melahirkan di PKM Sentani tempat anda bertugas sebagai dokter umum
penanggungjawab kamar bersalin. Bayi cukup bulan dengan BL : 4200 gr. Setelah bayi lahir,
ibu diberi oxy 10 IU IM & 15 menit kemudian plasenta lahir lengkap. 1 menit setelah plasenta
lahir, terjadi perdarahan pervaginam yang hebat hingga membasahi 1 underpad sehingga bidan
memberi oxy 10 IU IM, dan melaporkan ke anda yang lagi bertugas di kamar bersalin untuk
melakukan tindakan selanjutnya.

1. Informed Consent
2. Kosongkan kandung kemih
3. Cuci tangan, gunakan handscoon panjang steril
4. Lakukan masase fundus uteri selama 15 detik, pasang IV line
5. Jika kontraksi belum baik, lakukan kompresi bimanual interna max. 5 menit dengan cara :
1) Tangan kanan masuk secara obstetri
2) Seluruh tangan dimasukkan ke dalam vagina dan digenggamkan
3) Tangan kiri mengangkat fundus uteri dari luar, tangan kanan mendorong uterus dari
dalam agar fundus uteri didekatkan dengan serviks uteri
6. Jika kontraksi belum baik, minta asisten menyuntikkan ergometrin 0,2 IU IM & drip
Oxytosin 20 IU dalam RL 500 cc diguyur, keluarkan tangan secara hati-hati, minta asisten
lakukan KBE, minta asisten persiapkan kondom kateter
7. Jika kontraksi belum baik, persiapkan untuk dirujuk ke RS, pasang kondom kateter,
lanjutkan infus oxytocin 20 IU dalam RL 500 cc 40 tpm.
Alat dan Bahan :
 Cairan infus (RL/NaCl)
 Infus set
 Kateter two way No. 24
 Kondom Sutra
 Benang jahit
 Gunting
 Cairan antiseptik
 Spekulum sims atas dan bawah
 Korentang
 Ovum tang

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 8


 Tampon kassa
 Karet

Cara Pasang :

 Pasang infus set pada RL/NaCl, gantung pada tiang infus & sambungan pada kateter
(potong ujung kateter jika longgar)
 Minta asisten untuk membantu memasukkan kondom ke kateter, kondom jangan
terlalu rapat dengan ujung kateter, sisakan ± 2 cm
 Ambil benang jahit, potong jarumnya, kemudian ikat kondom ke kateter. Ikat pada
ujung kondom sisakan ± 1 cm
 Pasang spekulum sims atas & bawah, minta tolong asisten untuk menahan spekulum
 Jepit portio (tangan kanan) dengan ovum tang, kemudian tarik dengan tujuan uterus
yang tadinya antefleksi/retrofleksi menjadi lurus dan mudah memasukkan kateter
 Keteter dimasukkan dengan tangan kiri sampai ke dalam vagina. Guyur cairan NaCl
sampai kondom mengembang maksimal, tahan ujung kateter dengan korentang agar
saat terisi cairan, kateter tidak keluar dari vagina
 Setelah kondom sudah mengembang maksimal, lepasakan korentang, klem ujung
kateter dengan karet, kemudian masukkan tampon kassa sampai penuh.

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 9


PRE-EKLAMPSIA

Pre-eklamsia adalah hipertensi (sistolik ≥140 mmHg - diastolik ≥90 mmHg) tanpa
memperhitungkan proteinuria pada seorang perempuan hamil yang tadinya normotensi.

Anamnesa :

1. Hamil anak ke berapa?


2. Apakah ibu kandung pernah mengalami pre eklampsi?
3. Adakah sesak napas? sakit kepala hebat? nyeri ulu hati? pandangan kabur? mual muntah?
(gejala Impending Eklampsi)
4. Adakah riwayat pre eklampsi pada hamil sebelumnya? ada diabetes? anak keberapa dari
suami ke berapa? (pada multipara)

Pemeriksaan Fisik :

 KU, GCS, TTV (jika sudah ada di soal, tidak perlu tanyakan), IMT
 Status generalis : CA? Edema wajah? Edema tungkai? Refleks patella?
 Status obstetrik : TFU, LA, DJJ, HIS, TBBJ (harus berurutan)

Pemeriksaan Penunjang :

 Darah Lengkap (Hb, Hct, Eritrosit, Trombosit)


 Fungsi Hepar (SGOT, SGPT)
 Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin)
 Urinalisa (Proteinuria)

Diagnosa :

G_P_A_ Gravida __ minggu dengan Pre Eklampsia Berat Early/Late Onset

Tatalaksana :

1. Pasang oksigen
2. Pasang IV line (infus)
3. Pasang DC (kateter)
4. Berikan MgSO4
Syarat pemberian :

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 10


 Ca-Glukonas 10% 1 gr dalam spuit 10 cc
 RR ≥ 16 x/m
 Urine output ≥ 0,5 cc/kgBB/jam
 Refleks Patella (+/+)

Protap MgSO4 :

– Dosis awal – 4 g MgSO4 40 % (10 cc) dilarutkan ke dalam 100 cc cairan RL selama
15-20 menit IV (70 tpm)

– Dosis maintenance – 10 g MgSO4 40 % dalam larutan 500 cc RL dengan kecepatan


1-2 g/jam (17 tpm)

Hentikan MgSO4 jika terjadi intoksikasi MgSO4, dengan tanda :


 Distress napas
 Sianosis/hipoksia (bibir biru)
 Syok

MgSO4 tetap diberikan hingga 1x24 jam post partum (baik per vaginam ataupun SC)

5. Antihipertensi
 Nifedipin tablet, dosis awal 30 mg, 8 jam berikutnya 20 mg, 8 jam berikutnya 3x10
mg
 Dopamet 3x500 mg (3x2 tablet) PO

6. Jika usia kehamilan 24-34 minggu, berikan pematangan paru dengan Dexametason 2x6
mg IV selama 2 hari

7. Jika TD tidak turun, rujuk ke RS yang tersedia fasilitas kamar operasi, ICU, perinatologi
dengan ketersediaan dokter Sp.OG, Sp. A, dan Sp.An

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 11


PERSALINAN SUNGSANG

Soal : Pembukaan lengkap, letak sungsang, skor zatuchni dapat dilakukan persalinan per
vaginam.

Jawab : Baik dokter, saya akan memulai pertolongan letak sungsang dengan terlebih dahulu
saya lakukan :

1) Informed consent
2) Posisikan ibu di meja ginekologi atau tepi tempat tidur dalam posisi litotomi
3) Kosongkan kandung kemih
4) Pasang infus untuk drip oksitosin 5 IU dalam RL 500 cc 40 tpm
5) Cuci tangan, gunakan sarung tangan steril
6) Ijin dokter, apakah pasien perlu dilakukan episiotomi?
7) Prinsipnya, persalinan sungsang harus BERJALAN LANCAR
A. Jika setiap kali ibu mengedan terjadi kemajuan persalinan, maka kita lakukan
pertolongan persalinan dengan cara SPONTAN BRACHT. Apabila bokong sudah
tampak di vulva, (sambil jongkok) pegang bayi secara femuropelvik, yaitu 4 jari di
pangkal bokong dan 2 jari sejajar dengan femur. Kita ikuti proses turunnya bayi tanpa
menarik bayi. Pada saat kepala bayi sudah melakukan putaran paksi dalam dan sudah
tampak ujung rambut/hair line, kita lakukan hiperlordosis ke arah abdomen ibu,
sehingga lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung dan dahi.
B. Jika setiap kali ibu mengedan namun tidak terjadi kemajuan persalinan, kita masuk
dalam fase lambat.
1. Fase lambat = lahirnya bokong sampai dikendorkannya tali pusat
Pada fase ini, kita hanya menunggu lahirnya bokong tanpa menarik bayi (jika
ditarik kepala bayi akan defleksi. Bila terjadi, bayi tidak akan bisa lahir). Kita
dapat membantu melahirkan kaki bayi. Bila maleolus medialis sudah tampak,
pegang maleolus medialis & lateralis dengan tangan sepihak kemudian lahirkan
kaki. Bila kaki sudah lahir, kita lakukan peregangan tali pusat terkendali
semaksimal mungkin (supaya aliran darah baik), sehingga kita memiliki waktu
8 menit untuk melahirkan bayi secara keseluruhan.
2. Fase Cepat = dikendorkannya tali pusat sampai lahirnya biakromion

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 12


Jika dalam 2-3 kali ibu mengedan tidak ada kemajuan persalinan (badan bayi
tidak turun), maka kita lakukan MANUAL AID. Titik penentu pada fase ini
adalah Angulus Skapularis Inferior.
1) Bila angulus skapularis inferior masih tinggi (di atas PAP), maka kita
gunakan manuver LOVSET. Kita pegang secara femuropelvik kemudian
lakukan putaran 1800 (ke arah depan bayi) untuk mengubah bahu posterior
menjadi bahu anterior, sehingga lahir lah bahu posterior di bawah simfisis.
Kemudian kita bantu lahirkan lengan, dengan cara tangan yang sepihak
menelusuri skapula hingga menemukan fossa cubiti, lalu gunakan 2 jari
sebagai spalak dan lahirkan lengan. Setelah lengan lahir, jari telunjuk tangan
sepihak menahan lengan dan kedua tangan secara femuropelvik lakukan lagi
putaran 1800 untuk melahirkan bahu yang satunya. Putaran dapat diulang 2-
4 kali.
2) Bila angulus skapularis inferior sudah di bawah dan bahu anterior yang
tampak lebih dekat dengan vulva, maka kita lakukan manuver MULLER.
Pegang bayi secara femuropelvik kemudian tarik curam ke arah bawah untuk
melahirkan bahu anterior. Dengan tangan yang sepihak, telusuri skapula
hingga menemukan fossa cubiti, kemudian gunakan 2 jari sebagai spalak lalu
tarik keluar. Kemudian dengan tangan yang sama, pegang maleolus medialis
kemudian elevasikan bayi ke atas untuk melahirkan bahu posterior. Tangan
yang sepihak menelusuri skapula hingga menemukan fossa cubiti kemudian
gunakan 2 jari sebagai spalak lalu tarik keluar. Maka lahirlah kedua bahu.
3) Bila angulus skapularis inferior sudah di bawah dan bahu posterior yang
tampak lebih dekat dengan vulva, maka kita lakukan manuver DEVENTER
(KLASIK). Pegang maleolus medialis kemudian elevasikan bayi ke atas
untuk melahirkan bahu posterior. Tangan yang sepihak menelusuri skapula
hingga menemukan fossa cubiti, gunakan 2 jari sebagai spalak lalu tarik
keluar. Kemudian tarik curam bayi ke bawah untuk melahirkan bahu anterior.
Tangan sepihak menelusuri skapula hingga menemukan fossa cubiti,
gunakan 2 jari sebagai spalak kemudian lalu tarik keluar. Maka lahirlah
kedua bahu.
3. Fase Lambat = lahirnya biakromion – biparietal

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 13


Fungsi kita hanya membuka vulva. Kita lepaskan bayinya, biarkan bayi turun
menyesuaikan gaya gravitasi yang ditandai dengan kaki yang bergerak-gerak.
Kemudian evaluasi waktu lagi karena fase ini adalah fase yang penting untuk
menghasilkan apgar score yang baik.
Jika sudah tampak hair line, kita lakukan manuver MAURICEAU. Letakkan
tangan kiri di bawah badan bayi, 2 jari kiri memegang fossa canina, kemudian 2
jari kanan di suboksipital sehingga kepala bayi akan fleksi, kemudian kita lakukan
hiperlordosis bayi ke arah abdomen ibu sehingga lahirlah bayi dengan apgar score
yang baik.

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 14


BAKTERIAL VAGINOSIS

Ny. R, 20 tahun G1P0A0 hamil 24 minggu datang ke PKM Sentani dengan keluhan keputihan
sejak 10 hari yll, agak berbau. Hasil pemeriksaan fisik dan ginekologis : KU/Kes : CM,
konjungtiva normal, TD 100/60 mmHg, RR 28 x/m, N : 92 x/m, SB : 36.7 C. Pemeriksaan
abdomen : perut bawah datar, nyeri tekan di dinding abdomen, penekanan pada supra simfisis
menimbulkan sedikit nyeri. Pemeriksaan ginekologis : inspekulo : portio licin tidak hiperemis,
tampak warna putih keabuan yang menempel pada dinding vagina, tidak bergumpal, tidak
berbusa, tidak berwarna kehijauan. Tuliskan langkah-langkah anamnesa yang belum lengkap
berdasarkan data di atas dan jawablah pertanyaan berikut ini.
1. Pemeriksaan secara klinis yang dapat dilakukan di PKM Sentani
2. Diagnosis pasti pada kasus ini dilakukan pemeriksaan apa?
3. Pengobatan atau terapi yang diberikan?

Definisi : cairan bukan darah yang keluar dari vagina yang berlebihan. Sumber dapat berasal
dari vulva, vagina, serviks, uterus, tuba.

Etiologi :
1. Fisiologi
2. Benda asing
3. Infeksi, merupakan penyebab terbanyak. Penyebab bakteri gonore, klamidia, gardnerela
vaginosis (penyebab BV), mikoplasma (paling sering kandida), virus (herpes virus, herpes
simpleks, zoster, HPV/kondiloma), protozoa (paling sering trichomonas), cacing
(enterobius vermicularis).
4. Hormonal
5. Keganasan (paling sering Ca serviks)

Anamnesa :

1. Keluar cairan abnormal dari vagina? warnanya? disertai gatal? disertai bau?
2. Nyeri perut bagian bawah? (gejala ini bisa ada atau tidak, nyeri terjadi karena infeksi
sudah sampai portio, portio sudah mengalami servisitis)

Pemeriksaan Fisik :

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 15


Spekulum : tampak cairan abnormal? hiperemis pada vulva & vagina (biasa pada jamur)? apa
serviks mengalami infeksi/servisitis? nyeri goyang portio? nyeri tekan adnexa? nyeri dirasakan
sampai tulang belakang? ada benda asing? ada luka? ada ulkus? keganasan?

Kriteria Diagnostik Bakterial Vaginosis :

1. Sekret vagina warna putih keabuan menempel pada dinding vagina (rugae).
2. Whiff test. Ambil sekret pake kapas lidi, kemudian duh vagina ditetesi dengan KOH 10%.
Positif jika didapatkan bau amis (odor fish).
3. Pemeriksaan pH vagina dengan pH strip. Positif jika pH > 4,5 (kuning kehijauan muda).
4. Pemeriksan mikroskopik, ditemukan clue cell (pemeriksaan ini dilakukan di RS).

Kriteria klinis Amsel : jika ditemukan 3 dari 4 kriteria dikatakan BAKTERIAL VAGINOSIS

Diagnosis Pasti Bakterial Vaginosis : dengan Nuggen Score : pemeriksaan gram positif

 skor 0-3 : normal/negatif


 4-6 : intermediate (sudah harus diterapi seperti BV)
 >7 : bakterial vaginosis

Kriteria Diagnostik Trikomoniasis dengan pewarnaan Giemsa ditemukan sel tropozoid


berflagel

Diagnosa Banding :

 Fistel vesiko-vagina (ciri khas : berbau amis, pada ibu post partus)
 KPD (pada ibu hamil)

Diagnosa :

1. Bakterial vaginosis
2. Trikomoniasis
3. Kalau infeksi silang : bakterial vaginosis + infeksi silang dengan trikomoniasis

Penanganan :

1. Trikomoniasis : metronidazole 2x500 mg selama 7 hari. Pada ibu hamil trimester I :


klotrimazol 100 mg/hari intra vaginal selama 7 hari. Metronidazol tidak boleh diberikan
pada hamil trimester. Obati juga pasangan.

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 16


2. Bakterial vaginosis : klindamisin 2x300 mg selama 7 hari (semua usia kehamilan aman.
Efek samping mual) atau lactobacilus ramnosus (floragin) 1x1 tab PO selama 2 minggu,
lactobacilus plantaris (AB intimus) 1x1 selang sehari intra vagina selama 14 hari (untuk
menjaga keseimbangan asam basa).

Pada bakterial vaginosis sering terjadi infeksi silang dengan trikomonas. Jika terjadi infeksi
silang, obati keduanya.

Sifat Cairan Keputihan


Bakterial Vaginosis Trikomoniasis Kandidiasis GO
berbau amis, encer, berbau tidak enak, bergumpal seperti bernanah
putih keabuan kuning kehijauan, susu basi
berbusa, ada yang
menempel di dinding
vagina

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 17


MANUAL PLASENTA

Indikasi :

 30 menit setelah bayi lahir, plasenta tidak lahir


 Tali pusat putus

Langkah-langkah :

 Informed consent
 Siapkan APD : handscoen obstetri panjang, apron, sepatu boots
 Posisikan pasien di meja ginekologi dalam posisi litotomi, pasangkan alas bokong
 Cuci tangan, gunakan handscoen panjang steril
 Kosongkan kandung kemih
 Lakukan antiseptik pada daerah vulva dan sekitarnya
 Minta asisten untuk meregangkan tali pusat
 Secara obstetrik, tangan kanan masuk ke dalam vagina sambil menelusuri tali
pusat, tangan kiri menahan fundus uteri agar tidak bergerak ke kanan atau ke kiri, sambil
memberikan anestesi verbal ke pasien (Ibu, tangan saya sudah masuk, ibu tolong tarik
napas, lepas, tarik, lepas)
 Saat tangan mulai masuk ke dalam serviks, tangan kiri mengangkat fundus uteri ke
atas agar tangan kanan dapat masuk hingga mencapai fundus
 Temukan tepi plasenta yang sudah terlepas, kemudian lepaskan plasenta bagian demi
bagian dengan tepi ulnaris
 Jika semua sudah dilepaskan, lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan semua
bagian plasenta sudah terlepas
 Sebelum menarik keluar plasenta, tangan kiri diposisikan di supra simfisis secara
dorsokranial, kemudian tarik semua bagian plasenta sambil melakukan anestesi verbal
(Ibu, tangan saya sudah mau keluar, ibu tarik napas, lepas, tarik, lepas)
 Setelah plasenta keluar berikan :
1. Mesoprostol 3 tab per rektal
2. Drip oxytocin
3. Antibiotik profilaksis

CATATAN EKA, AFRIYANI, ANGGITA 18

Anda mungkin juga menyukai