Anda di halaman 1dari 94

DEMAM

Nama DHF (Dengue Demam Typhoid Leptospirosis Malaria


penyakit Haemorraghic Fever)
 Demam tinggi (37,5 ⁰C)  Demam turun naik terutama sore  Demam menggigil  Demam hilang timbul, saat
mendadak, berlangsung 2-7 dan malam hari dengan pola  Sakit kepala demamnya hilang menjadi
hari, terus menerus, intermitten dan kenaikan suhu  Anoreksia menggigil
 Manifestasi perdarahan step ladder (makin hari makin  Mialgia hebat pada betis, paha,  Berkeringat
(bintik2 merah, mimisan, tinggi) dan pinggang disertai nyeri  Sakit kepala
muntaha darag, gusi berdarah)  Demam tinggi dapat terjadi terus tekan  Nyeri otot dan persendian
Anamnesis  Nyeri kepala (cephalgia), Nyeri menerus hingga minggu ke-2  Mual muntah, diare, nyeri  Nafsu makan turun
sendi (atralgia), Nyeri otot  Sakit kepala, pusing yang sering abdomen  Sakit perut
(myalgia) dirasakan di area frontal  Fotofobia  Mual muntah
 Gejala GI = mual, muntah, nyeri  Gangguan GI = Konstipasi,  Penurunan kesadaran  Diare
perut meteorismus (kembung), diare,
mual, muntah, nyeri abdomen
 Gejala penyerta = nyeri otot,
pegal2, batuk, anoreksia,
insomnia

- Sanitasi lingkungan baik  Higien personal buruk (tidak rajin  Ada tikus ditempat tinggal  Riwayat menderita malaria
(timbunan sampah, genangan cuci tangan)  Musim hujan sebelumnya
air tapi bersih)  Higien makanan dan minuman  Terpapar banjir  Tinggal di daerah endemis
Faktor - Adanya jentik nyamuk di tempat buruk  Kerja disawah, kolam ikan,  Pernah berkunjung 1-4 minggu
tinggal  Sanitasi lingkungan buruk tempat kotor tanpa alas kaki ke daerah endemis
risiko - Adanya penderita DBD di  Adanya outbreak demam typhoid  Riwayat mendapat tranfusi
lingkungan sekitar di sekitar tempat tinggal darah
 Carier typhoid disekitar pasien
 Kondisi imunodefisiensi

 Suhu >37,5 ⁰C 1. keadaan umum 1. Keadaan umum  Tampak sakit,  Periode demam
 perdarahan mukosa  tampak sakit sedang, komposmentis  Kulit merah
 ptechiae, ekimosis, purpura kesadaran 2. TTV  Teraba panas
Px fisik  rumple leed + (>10 ptechiae) komposmentis/ada  Febris  Suhu tubuh meningkat
(Ditemukan pada Deman Dengue penurunan  Bradikardia relative dapat sampai 40 ⁰C
dan DHF)  demam >37,5 ⁰C  Icterus  Kulit kering
 bradikardia relative  3. Px mata  Pucat
Khusus pada DHF penurunan denyut nadi  Konjungtiva subfussion  Nadi cepat
 splenomegaly, hepatomegaly sebanyk 8 dpm setiap 4. Px ektremitas  Takipnea
 kebocoran plasma (efusi pleura, kenaikan suhu 1⁰C  Nyeri tekan pd otot  Periode dingin dan berkeringat
asites) 2. Px. Mulut  Ruam kulit  Kulit dingin dan
 hematemesis, melena  Typhoid tongue 5. Px abdomen berkeringat
 Tremor lidah  Limfadenopati  Nadi cepat dan lemah
 Halitosis (bau mulut)  Hepatomegaly, splenomegaly  Bisa ditemukan penurunan
3. Px abdomen  Bisa ada edema kesadaran
 Nyeri abdomen  Ggn perdarahan
 Hepatosplenomegali 1. Kepala
 Icterus klu stage berat  Konjuntiva anemis
 Sclera ikterik
2. Thorax
 Nafas cepat
3. Abdomen
 Hepatomegaly
 Splenomegaly
 Asites
4. Ekstremitas
 Akral dingin (tanda syok)
 Bibir sianosis
1. Px darah lengkap 1.Px. Darah lengkap 1. Darah rutin 1. Apusan darah  ditemukan
Px  Trombositopenia <150.000,  Leukosit bervariasi  Leukosit shift to the left parasit plasmodium
leukosit <5000, peningkatan  Limfositosis relative,  Trombositopenia ringan 2. Rapid diagnostic u/malaria
penunjang Ht 5-10%  demam dengue monositosis, 2. Px. Urin 3. Px fungsi hati
 Trombositopenia <100.000, trombositopenia, anemia  Ada sedimen urin (leukosit,
leukosit <4000, peningkatan 2.Serologi (cek 5 hari pertama eritrosit, hialin, granular)
Ht >20% hipoalbuminemia, demam)  Proteinuria ringan
hipoproteinemia  DHF  Ditemukan IgM anti 3. Serologi  IgM anti leptospira
2. Px serologi  IgM, IgG anti salmonella typhi 4. Px fungsi hati
dengue  Tes Widal (Titer aglutinin O 5. Px fungsi ginjal
3. Foto thorax  Ditemukan efusi min 1/320) atau terdapat
pleura untuk melihat apakah kenaikan titer hingga 4x lipat
ada kebocoran plasma dlm interval 5-7 hari
3.Kultur Salmonella tiphy +
4.Px SGOT SGPT kalau ada kelainan
hepar
5.Kadar lipase dan amylase

Diagnosis Demam typhoid, ideopatic DHF, malaria, leptospirosis, ISK, Demam dengue, malaria, hepatitis, Demam dengue, leptospirosis,
trombositopenia purpura (ITP), hepatitis A penyakit riketsia demam typhoid, demam karena
banding demam ec infeksi virus infeksi parasite lain

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X R/ Cefixime tab 100 mg No. XX R/ Doksisiklin tab 100 mg No. XIV R/ tab FDC (dihidroartemicin 40 mg
S 3 dd tab 1 p.c  kalau anak 10- S 2 dd tab 1 p.c S 2 dd tab 1 + piperaquin 320 mg) No. IX (utk 3
15 mg per kg/bb per oral hari, klu yg 4 atblet berarti No. XII)
Terapi R/ Paracetamol tab 500 mg No. X R/ Paracetamol tab 500 mg No. X S 1 dd tab 3 p.c (BB <59 sekali 3
R/Infus RL 500 ml flab No. S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris tablet, BB >60 sekali minum 4
(disesuaikan keb cairan) Cum tablet)
infus set No. 1 abbocath No. 22 R/ domperidon tab 10 mg No. X R/ domperidon tab 10 mg No. X
S 1 dd tab 1 p.r.n nausea S 1 dd tab 1 p.r.n nausea R/ Primaquin tab 15 mg No. II
S 1 dd tab 2 p.c
(>60 kg diberikan 3 tab, <59
diberikan 2 tab)
Terapi suportif Terapi suportif dan observasi ketat
- Tirah baring untuk mendeteksi dehidrasi, R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
- Jaga asupan cairan hipotensi, perdarahan, gagal ginjal S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris
- Diet lunak rendah serat,
cukup kalori, cukup protein
- Control dan monitor ttv

 Memberikan pengertian pada  Memberikan pengertian pada - Apabila pasien risti maka  Menghindari gigitan nyamuk
pasien dan keluarga ttg pasien dan keluarga ttg diberikan pakaian khusus yg bisa dengan memakai kelambu atau
penyakit, perjalanan penyakit, penyakit, perjalanan penyakit, melindungi dr kontak dengan lotion anti nyamuk
tatlak sehingga pasien tatlak bahan yang terkontaminasi  Menghindari aktifitas diluar
mengerti bahwa tidak ada  Edukasi Diet kencing tikus rumah di malam hari
obat untuk DHF sehingga  Jumlah cairan - Keluarga melakukan  Mengawasi pasien minum obat
pengobatan secara ilmiah  Tahapan mobilisasi pencegahan dengan menyimpan sampai sembuh dengan PMO
- Asupan cairan terjaga  Konsumsi obat makanan dan minuman dengan
- Awasi warning sign (demam  Edukasi tanda kegawatan baik agar terhindar dari tikus
Edukasi
turun tapi keadaan anak supaya mengerti untuk - CTPS sebelum makan
memburuk, nyeri perut dan membawa ke RS - Cuci tangan, kaki, dan serta
nyeri tekan badomen, bagian tubuh denga sabun
letarghia, muntah persisten, setelah kerja dari lingkungan
gelisah, perdarahan mukosa, kerja yg tercemar
pembesaran hati, akumulasi
cairan, oliguria)
- Modifikasi gaya hidup (3M =
Menguras, Mengubur,
Menutup)
- Meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan2an
bergizi dan olahraga rutin klu
udah sembuh

MAMMAE
Anamnesis PF mammae

1. Riwayat penyakit sekarang (benjolan, rasa nyeri yg berhubungan dg menstruasi, discharge, perubahan putting, perubahan kulit, tanda
metastasis)
2. Riwayat reproduksi (usia menarche, kehamilan, riw. Menyusui, usia menopause, anamnesis keluarga lengkap)
3. Riwayat penyakit dahulu (penyakit serupa, peny. Sistemik yg relevan, riw biopsy, operasi mammae/yg lain, riw penggunaan obat berupa
hormone, kontrasepsi dan lama konsumsi obat)
4. Riwayat peny. Keluarga (peny yg diturunkan/ditularkan)
5. Riwayat sosek (pendidikan, pekerjaan, pernikahan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan)

Nama Mastitis Mastalgia Tumor payudara


Penyakit Siklik Non siklik
Anamnesis  Nyeri dan bengkak pada  Lokasi  Lokasi  Benjolan di payudara
daerah payudara, biasanya Bilateral, difus (menyebar di Unilateral, fokal dan dapat  Dpt ditemukan benjolan di
salah satu seluruh mammae) terlokalisasi (seingkali sub ketiak
 Demam >38 ⁰C  Onset alveolar/medial)  Non siklik
 Paling sering tjd pada minggu - Terkait dengan siklus  Onset
3-4 post partum menstruasi - Kontinu dan intermitten  Px penunjang
 Demam disertai menggigil - berpola 1-2 minggu sblm - Tidak tergantung pd siklus - Biopsy
 Myalgia perdarahan mens - USG mammae
- berkurang setelah onset  Etiologi - Mammography
perdarahan - Kista  Tatalaksana
 Etiologi - Mastitis periduktal  Jika ada nyeri/demam
Proliferasi glandular - Peregangan lig cooper berikan paracetamol
berkaitan dengan perubahan - Mondor’s disesase
hormone dlm siklus mens - Mastopasti diabetic  TNM  klasifikasi Tumor Nodul
- Neoplasia Metastasis (TNM) menurut
“The American Joint Committee
on Cancer Staging & End Result
Reporting”:
1. Tumor primer (T)
 TX Tumor primer tidak dapat
ditentukan
 Tis Karsinoma in situ dan
penyakit paget pada papila
tanpa teraba tumor
 T0 Tidak ada bukti tumor
primer
 T1 Tumor <2 cm
 T2 Tumor 2–5 cm
 T3 Tumor >5 cm
 T4 Tumor dengan
penyebaran langsung ke
dinding thoraks atau ke kulit
dengan tanda edema, tukak
atau peau d’ orange 24
2. Nodule atau keterlibatan
kelenjar getah bening (N)
 NX Kelenjar regional tdk
dapat ditentukan
 N0 tdk teraba kelenjar axilla
 N1 Teraba kelenjar axilla
homolateral yg tdk melekat
 N2 Teraba kelenjar axilla
homolateral yg melekat satu
sama lain/melekat pada
jaringan sekitarnya
 N3 Terdapat kelenjar
mamaria internal
homolateral termasuk
kelenjar supraklavicula
3. Metastase jauh (M)
 MX Tidak dapat ditentukan
metastase jauh
 M0 Tidak ada metastasis jauh
 M1 Terdapat metastasis jauh
Berdasar kriteria TNM, tahapan
stadium kanker mammae dibagi
menjadi:
a. Stadium 0 (Tis, N0, M0). DCIS
yang termasuk penyakit paget
pada puting mammae dan
LCIS.
b. Stadium I (T1, N0, M0)
Karsinoma invasif dengan
ukuran 2 cm atau kurang serta
kelenjar getah bening negatif.
c. Stadium IIA (T0, N1, M0), (T1,
N1, M0), (T2, N0, M0).
Karsinoma invasif dengan
ukuran 2 cm atau kurang
disertai dengan metastasis ke
kelenjar getah bening atau
karsinoma invasif lebih dari 2
cm tetapi kurang dari 5
cm dengan kelenjar getah
bening negatif. 25
d. Stadium IIB (T2, N1, M0), (T3,
N0, M0). Karsinoma invasif
berukuran garis tengah lebih
dari 2 cm tetapi kurang dari 5
cm dengan kelenjar getah
bening positif atau karsinoma
invasif berukuran lebih dari 5
cm tanpa keterlibatan
kelenjar getah bening.
e. Stadium IIIA (T0, N2, M0), (T1
atau T2, N2, M0), (T3, N1 atau
N2, M0). Karsinoma invasif
ukuran berapa pun dengan
kelenjar getah bening
terfiksasi dengan invasi
ekstranodus yang meluas
diantara kelenjar getah
bening/karsinoma
berdiameter lebih dr 5 cm dg
metastasis kelenjar getah
bening nonfiksasi.
f. Stadium IIIB (T4, N1 atau N2
dan N3, M0). Karsinoma
inflamasi yg menginvasi
dinding dlm, karsinoma yg
mengivasi kulit, karsinoma
dengan nodus kulit satelit,
atau setiap karsinoma dengan
metastasis ke kelenjar getah
bening mamaria interna
ipsilateral.
g. Stadium IV (T1–T4, N1–N4,
M1). Metastatis ke tempat
jauh.

Faktor risiko  Primipara


 Stress
 Teknik menyusui yg tidak
benar
 Penghisapan bayi kurang kuat
 Pemakaian bra terlalu ketat
 Bentuk mulut bayi abnormal
 Luka payudara
 Riwayat mastitis sebelumnya
Px Fisik  TTV : suhu meningkat, nadi  Nyeri tekan –
meningkat  Benjolan –
 Pf payudara  Cairan yg keluar –
1. Payudara membengkak  Perubahan warna kulit –
2. Lebih teraba hangat  Edema –
3. Kemerahan dg batas tegas  Px aksila dan leher (Massa -)
4. Nyeri
5. Unilateral
6. Dapat disertai luka

Px penunjang  Kultur asi Note :


 Uji sesnsitivitas asi - Px penunjang USG
 Pemeriksaan darah untuk direkomendasikan apabila
melihat adanya infeksi atau ditemukan massa ataupun
tidak tidak ada massa pada
Note dr wahyu : payudara wanita dibawah 35
(leukosit tinggi thn
menandakan adanya infeksi - Wanita >35 th risiko tidak
maka tatlak med dikasi direkomendasikan
antibiotic, jika leukosit pemeriksaan USG dan
normal brrti non infeksi mammografi
maka tatlak tidak diberi
antibiotik)

Diagnosis Galaktokel, abses mammae


banding
Terapi R/ Kloksasilin tab 500 mg No. L R/ Asam mefenamat tab 500 mg
S o 6 H tab 1 No. X
S 3 dd tab 1
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S 3 dd tab 1 p.c

R/ Asam mefenamat tab 500 mg


No. X
S 3 dd tab 1

Edukasi  Non medikamentosa  Edukasi terkait penyakit dan


1. Ibu sebaiknya tirah baring penggunaan bra yang sesuai
dan mendapat asupan ukuran
cairan yg banyak  Relaksasi manajemen stres
2. Sample asi dikultur dan
diuji sensitivitas
3. Sanggah payudara ibu
dengan bebat atau bra
yang pas
 Konseling dan edukasi
1. Edukasi ttg pentingnya
asi dan menyusui
2. Menyusui dimulai dr
payudara yg tdk sakit
3. Pompa payudara dpt
dilakukan pada yg sakit
jika blm kosong setelah
bayi menyusui
4. Kompres dingin
5. Jaga kebersihan diri dan
lingkungan

IKTERIK
Nama Hepatitis A Hepatitis B Sirosis Hepatis
Penyakit
 Mata kulit kuning  Icterus yang didahului urin  Ikterik
Anamnesis  Demam gelap  Mual muntah
 Penurunan nafsu makan  Pruritus ringan dan  Gatal
 Nyeri otot dan sendi sementara  Jika kronis=perut membesar
 Lemah, letih, lesu  Gejala GI = malaise, anoreksi, (asites)
 Mual muntah muntah  Nyeri abdomen
 Warna urin spt teh  Gejala flu, batuk, fotopobia,  Tdk nafsu makan
 Tinja spt dempul sakit kepala, myalgia  BAB hitam dan lembek
**highlight abu=muncul setelah  Edem tungkai
terinfeksi 6 minggu **tanyakan riwayat alcohol dan
hepatitis

Faktor risiko  Konsumsi makan dan minum  Hubungan seks tdk aman  Infeksi virus, parasite
yg tdk terjaga sanitasinya atau dg penderita hepatitis B  obat2an, dan bahan kimia
 Menggunakan alat makan dan  Jarum suntik bergantian  kelainan bawaan
minum dr penderita hepatitis  Pekerja di tempat yang  obstruksi bilier
terpapar darah manusia
 Pernah mendapat transfuse
darah sblm dilakukan
pemilahan donor
 Penderita gagal ginjal yang
menjalani hemodialysis
 Anak yang lahir dr ibu
penderita hepatitis

Px fisik  Febris  Sklera ikterik  Sclera ikterik


 Sclera ikterik  Pembesaran dan sedikit nyeri  Perut asites
 Hepatomegaly tekan pada hepar  Spider navy +
 Warna urin spt teh  Splenomegaly dan  Venektasi caput medusa
limfadenopati  Splenomegaly
 Hepatomegaly=berdongkol2,
tumpul, dan keras
 Edem tungkai
Px penunjang  PX urin  bilirubin meningkat  PX urin  bilirubin  Darah bilirubin meningkat,
 Px Darah  bilirubin meningkat SGOT SGPT meningkat lebih dari
meningkat, SGOT SGPT  Px Darah  bilirubin 2x lipat nilai normal
meningkat lebih dari 2x nilai  Serologi IgM anti HAV +, IgM
meningkat, SGOT SGPT
normal tertinggi anti HAC, IgM anti HBV
meningkat 2x nilai normal
 Px serologi  IgM anti HAV +
tertinggi
 Px serologi  HBsAg +

Diagnosis Hepatitis B dan C, Ikterus Perlemakan hati, hepatitis Hepatitis B, CHF, gagal ginjal
obstruktif, sirosis hepatis autoimun, hepatitis alkoholik,
banding obstruksi akut traktus biliaris

Terapi R/ Ibuprofen tab 400 mg No.X R/ Ibuprofen tab 400 mg No.X R/ Spironolakton tab 100 mg No. X
S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1 S 1 dd tab 1
R/ domperidon tab 10 mg No.X
R/ domperidon tab 10 mg No.X S 3 dd tab 1
S 3 dd tab 1
R/ kurkuma tab 200 mg No.X
R/ kurkuma tab 200 mg No.X S 1 dd tab 1
S 1 dd tab 1

Edukasi  Non medikamentosa  Non medikamentosa  Non medikamentosa


1. Tirah baring 1. Tirah baring 1. Tirah baring
2. Asupan cairan dan kalori 2. Asupan cairan dan kalori 2. Asupan diet rendah garam
yg adekuat yg adekuat 3. Menghilangkan sumber
 Edukasi dan konseling  Edukasi dan konseling racun (missal, alcohol)
1. Vaksinasi Hepatitis A 1. Edukasi keluarga agar 4. Asupan makanan tepat
pada orang risti mendukung pasien
2. Sanitasi higine teratur minum obat
3. Keluarga ikut menjaga 2. Pada fase akut keluarga
asupan kalori dan cairan ikut menjaga asupan
4. Batasi aktivitas fisik kalori dan cairan
dengan pasien selama 3. Batasi aktivitas fisik
fase akut dengan pasien selama
fase akut
4. Modifikasi pola hidup
untuk mencegah
penularan

SESAK NAPAS DAN NAFAS BERBUNYI


Nama Gagal Jantung Kongestif (CHF) Penyakit Paru Obstrukstif Kronis Effusi Pleura
penyakit (PPOK)
Anamnesis RPS RPS RPS
 KU : sesak napas KU: sesak napas KU: sesak napas
 Lokasi : sekitar dada Kronik dan progresif (semakin parah dan  Lokasi : sekitar dada
 Onset : memberat)  Onset : tergantung keluhan
 Gagal jantung akut : timbul sesak <24 jam  Lokasi : sekitar dada  Kuantitas : menetap
 Kuantitas : hilang timbul, sesak saat malam hari  Onset : Sejak kapan?  Kualitas : mengganggu aktivitas
(paroxysmal nocturnal dyspneu), Ortopneu  Kuantitas : Tiba-tiba / berangsur-angsur?  Memperberat : jika beraktivitas fisik
(Kalau berbaring atau perpindahan posisi makin Terus-menerus / hilang-timbul?  Memperingan : jika beristirahat
sesak)  Kualitas : mengganggu aktivitas?  Gejala penyerta : tergantung etiologi
 Kualitas : mengganggu aktivitas  Memperberat : Bertambah parah ketika
 Memperberat : jika beraktivitas fisik sedang apa? Gejala klinis efusi pleura :
 Memperingan : jika beristirahat Olahraga, aktivitas  Rasa berat pada dada
 Gejala penyerta : edem tungkai, batuk saat  Memperingan : Lebih baik jika sedang apa ?  Nyeri dada karena ada pleuritis
malam, mual, muntah, pusing, hepatomegali,  Gejala penyerta :  Batuk pada umumnya non produktif
edem pulmo Disertai batuk berdahak? dan ringan
Dahak seperti apa?  Batuk berdarah ( kalau karsinoma
RPD : Batuk berdahak sudah berapa lama? bronkus atau metastasis)
- Hipertensi  Demam subfebris (pada TBC), demam
- Anemia kronis Gejala klinis PPOK menggigil (pada empiema)
- Penyakit katup jantung  Ekspiratory wheezing  Edema ekstremitas bawah, ortopnea
- Infeksi virus  Batuk >3 bulan setahun/ minimal 2 & dispnea paroksismal nokturnal
- Dislipidemia tahun (setiap hari + dahak) (kalau gagal jantung kongestif )
- Obesitas  Dyspnue stlh aktivitas  Episode akut yang disertai demam,
 Barrel Chest (Enfisema) produksi dahak purulen, dan nyeri
RPK : -  Mudah lelah dada pleuritik (kalau pneumonia )
 Keringat malam, demam, hemoptisis,
Rpsosek : RPD : dan penurunan berat badan (kalau TB)
Konsumsi makanan tinggi garam, kopi,  Riwayat infeksi paru?
penggunaan obat-obatan, merokok  Apakah ada batuk pilek demam sebelumnya?  Keluhan utama penderita adalah nyeri
 Apakah sudah minum obat sebelumnya? dada sehingga penderita membatasi
(nama, dosis, cara pemberian, frekuensi) pergerakan rongga dada dengan
 Riwayat penyakit yang sama dengan sekarang bernapas pendek atau tidur miring ke
dan kapan dideritanya? sisi yang sakit.
 Riwayat penyakit ginjal/jantung?  Selain itu sesak napas terutama bila
 Riwayat alergi obat, asma, debu? berbaring ke sisi yang sehat disertai
batukbatuk dengan atau tanpa dahak.
RPK:  Berat ringannya sesak napas ini
 Riwayat keluhan yang sama pada keluarga ditentukan oleh jumlah cairan efusi.
Keluhan yang lain adalah sesuai dengan
penyakit yang mendasarinya.
Rpsosek :
 Riwayat merokok? Sejak kapan?
 Riwayat terpapar asap / polusi / debu / bahan
kimia?

Faktor risiko Faktor risiko PPOK


 Perokok aktif/pasif
 Kerjaan (sering kena debu)
 Riwayat asthma
 Infeksi Pernapasan
Px fisik Status generalis : Status generalis : Status generalis :
 Kesadaran : CM  Keadaan umum : : sesak napas  Keadaan umum : : sesak napas
 Keadaan umum : sesak napas  Kesadaran : CM  Kesadaran : CM
 Cek Antropometri ( utk faktor risiko)  Tanda vital  Tanda vital
 Cek tanda vtal wajib!  Status gizi / antropometri  Status gizi / antropometri
 HR > 100x/menit (pokoknya HR, nadi dan tensi
meningkat) Head to toe : Head to toe :
 Kepala  Kepala
Head to toe :  Mata: konjungtiva  Mata: konjungtiva
 Kepala : dbn  Hidung  Hidung
 Mata konjungtiva dan sklera dbn  Mulut  Mulut
 Hidung : napas cuping hidung ?  Leher: KGB  Leher: KGB
 Bibir : sianosis ?
 Leher : KGB ? Thorax (Pulmo): Thorax :
 Thorak : inspeksi  barrel chest , retraksi intercostal Inspeksi  pergerakan dada tidak simetris ,
(Lakukan pemeriksaan jantung dan paru paru yg terkena cembung kurang bergerak
bersamaan dan bagian anterior saja ) palpasi  vocal fremitus meemah
Inspeksi = Palpasi  vocal fremitus menurun,
- Distensi vena leher  CHF kanan perkusi  hipersonor
- Peningkatan JVP Perkusi  redup di basal, bisa sampai pekak ,
Normalnya 5 +- 2 auskultasi  vesikuler / melemah , ekspiratori Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi
- Pucat wheezing , yang sehat (batas jantung bergeser)
- Keringat dingin
- Ictus cordis tdk tampak, teraba SIC 5 LMC Jantung: batas? Suara jantung? Auskultasi : suara nafas melemah/menghilang,
sin Abdomen:
- Ketertinggalan gerak paru kanan dan kiri inspeksi,
- Retraksi dinding dada
Palpasi : auskultasi,
- Ictus cordis bergeser ke lateral (kalau
kardiomegali) perkusi,
Normalnya : SIC 5 line midclavicula sinistra
- Fremitus vocal menurun ( kalau palpasi
edem/efusi pleura)
Ekstremitas
Perkusi :
Langsung ke batas jantung saja
- Batas kanan : N : SIC II LPS D
Perkusi dari SIC II LMC D sampai
ketemu pekak  naek dua jari ke medial

N : dextra
- Batas kiri :
N: SIC V LMC S
Perkusi dari SIC II linea axilaris anterior
sinistra  turun sampai ketemu timpani
 naik 2 jari  ke medial
- Batas atas
N : SIC II-III LPS S
Dari supraclavicla ke inferior
- Kalau kardiomegali  batas jantung
melebar
- Cek batas paru hepar  jadi 1 jari ( kalau
hepatomegali)
- Perkusi paru redup (kalau ada edem )

Auskultasi :
- Ronkhi basah halus kedua sisi paru
- Edem -> suara paru melemah
Katup jantung
- Aorta: SIC 2 LPS D
- Pulmonal: SIC 2 LPS S
- Trikuspidalis: SIC 4 LPS S
- Bikuspidalis: SIC 5 LMC S
- Murmur sistolik
- Gallop S3 positif  suara ketika atrium
sedang berkontraksi (saat diastole)

 Abdomen : Asites ?
 Ekstremitas :
Edem tungkai pitting edem / lama kembali ketika
ditekan  CHF kanan
Px penunjang - EKG (hipertrofi otot, atrial fibrilasi, perubahan Spirometri Foto thoraks : sudut kostofrenikus tumpul,
gelombang T, dll) (tidak dianjurkan ketika kondisi akut ) perselubungan homogen , posisi postero
- Foto thoraks : lihat ada kardiomegali atau tidak, Jika tdk ada spiro dx PPOK bisa ditegakkan klinis, anterior akan memperjelas kemungkinan
CTR (cardio thorax ratio) N <50%. Jika >50% tapi dianjurkan utk usia > 40 th adanya efusi pleura masif, pendorongan
kardiomegali. Hasil = VEP / KVP < 70 % jantung dan mediastinum ke sisi yang sehat.
- Edema pulmo, efusi: radio opak
Efusi: basal Pemeriksaan Lab Pungsi pleura  melihat jenis cairan pleura
Edema: parenkim Darah rutin
- Darah lengkap AGD Efusi pleura
Hb (anemia) Radiologis
- Elektrolit Pemeriksaan Radiologi  75 ml cairan efusi : sinus kostofrenikus
- Marka jantung : peningkatan CK-MB, Troponin I Fototorak hiperlusen, diafragma mendatar, tumpul
-Px urin, SGPT, SGOT corakan bronkovaskular  300 ml : Gambaran efusi pleura (Garis Ellis
(komplikasi ) Domessau)  pemeriksaan lateral dekubitus
Kultur sputum (karena batuk berdahak )

Diagnosis Gagal jantung (akut atau kronik)  Asma eksaserbasi akut Diagnostik Fisis:
 TB - Fremitus melemah
banding Gagal jantung NIHA …. Dengan komplikasi …..  CHF - suaranapas melemah/ menghilang
 Bronkiektasis - Redup
 Major Criteria:
o PND Diagnosis banding:
o JVD  Tumor paru
o Rales  Pneumonia
o Cardiomegaly  Pneumothoraks
o Acute Pulmonary Edema  Fibrosis paru
o S3 Gallop
o Positive hepatic Jugular reflex
o ↑ venous pressure > 16 cm H2O

 Minor Criteria
 LL edema,
 Night cough
 Dyspnea on exertion
 Hepatomegaly
 Pleural effusion
 ↓ vital capacity by 1/3 of normal
 Tachycardia 120 bpm
 Weight loss 4.5 kg over 5 days
management

NIHA
1. Tidak ada sesak  masih bisa akt
2. Akt berat
3. Akt ringan
Istirahat

Diagnosis banding
 Asma
 PPOK
 Emfisema pulmo
 Cor pulmonal

Terapi Terapi causativ :  Tindakan awal : Penatalaksanaan berdasarkan penyakit


Gagal jantung akut : Tirah baring dasarnya
a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit Oksigen 3L/menit (>> gagal jantung, TB  terapi OAT )
b. Pemasangan iv line (RL) untuk akses 
pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus, Talak Khusus PPOK eksaserbasi akut Tindakan selain terapi penyakit dasar :
diulang tiap jam sampai dosis maks 600 mg/hari.  Inhalasi short acting B2 agonist
c. Segera rujuk ke Sp.JP (Salbutamol) + short acting  Pasang WSD (jika efusi masif)
anticholinergic (ipratropium bromide)  Sitostatika intrapleura (bila sel ganas
Gagal jantung kronik:  sediaan vial positif)
a. Digoksin 0,25 mg oral (jika ada takikardi) 2x1  Prednisolone 30-40 mg IV (vial) / peroral
Sediaan 0,125 mg selama 10 hari
b. Diuretik : Furosemid (40-240 mg/hari) dapat  Antibiotik (bila ada infeksi) : oral
dikombinasikan Thiazid, bila dalam 24 jam Levofloxacin 500 mg 1x/hr selama 7-14
tidak ada respon  rujuk hari
Furosemid 40 mg/hari (jika ada edema), 2x
sehari jika 60, 3x sehari 40 mg Talak PPOK stabil
c. ACE-I atau ARB : Captopril 50 mgx3 / hari  SABA oral (Salbutamol 4 mg tablet,
(sediaan 12,5 , 25, 50) 3x/hr)
 Methylxantin (Theophylline tablet 100
Terapi simtomatik : mg, 2x/hr)
Batuk ambroxol 30 mg 3x1  Inhaled glucocorticoid (Budesonide
2x/hr) + Methylxantin
Inhaled glucocorticoid + Inhaled LABA
(Salmeterol 2x/hr)

Indikasi rawat inap :


 Peningkatan intensitas gejala  timbul saat
tidak istirahat
 Timbul sianosis, edem
 Tidak ada perbaikan dari terapi
 Usia lanjut
Tdk sanggup utk perawatan dirumah

Edukasi 1. Edukasi penyebab dan faktor risiko penyakit Edukasi tentang penyakit  Edukasi penyebab dan faktor risiko
gagal jantung kronik. Hindari rokok / faktor pencetus efusi pleura.
2. Pasien dan keluarga diberitahu tanda-tanda  Patuh dalam pengobatan yang telah
kegawatan kardiovaskular dan pentingnya (edukasi mirip CHF) direncanakan.
kontrol.
3. Patuh dalam pengobatan yang telah
direncanakan.
4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk
pasien beraktivitas dan berinteraksi.
5. Berhenti merokok dan minum alkohol
6. Beritahu komplikasi yg mungkin bisa terjadi 
Syok kardiogenik
Gangguan keseimbangan elektrolit

Nama Pneumonia Asma


penyakit
Anamnesis RPS RPS
 Onset KU : sesak napas dgn napas berbunyi
Kapan sesak nafas? Kenapa bisa (rasa berat didada seperti di ikat terutama di
sesak/kronologis? malam hari)
Kenapa baru dibawa sekarang? - Sejak kapan?
 Progresivitas (Kuantitas) - Sesak tiba-tiba? Saat sedang apa?
Apakah sesak nafas bertambah sesak atau - Terus menerus atau hilang timbul?
hilang timbul? - Progresivitas? “Apa sesak makin lama
(sesak nafas bertambah hebat dalam waktu makin memberat?”
hebat) - Disertai suara mengi?
 Kualitas - Pernah sesak seperti ini sebelumnya?
Apakah sesak nafas ini mengganggu aktivitas - Faktor pemicu? (debu, udara dingin,
sehari-hari atau tidak? batuk pilek)
 Faktor yang memperingan dan - Faktor memperberat dan
memperberat memperingan?
Biasanya sesak nafas muncul kapan? - Keluhan penyerta dan pertanyaan ke
Muncul biasanya pada arah DD: demam? Batuk berdahak?
pagi/siang/sore/malam? Muntah? Tersedak? (sesak karena
Kalau habis membersihkan pakaian/terkena pneumonia atau aspirasi)
debu, habis mengelus binatang? RPD
Biasanya menjadi lebih enak ketika Riwayat kekambuhan asma dan pengobatan
bagaimana? terdahulu
Biasanya tidur menggunakan berapa bantal? - Sejak kapan sering sesak?
(sangat sesak ketika berbaring/ortopnea, - Seberapa sering kambuh: siang?
jadi perlu bantal banyak untuk tidur) Malam?
 Keluhan penyerta - Pengobatan apa yang sudah
Apakah disetai batuk? (kadang disertai diberikan? Dosis? Frekuensi
batuk dengan sputum berbusa kemerahan) pemberian? Respon terhadap terapi?
Disertai susah menelan suara berubah - Pengobatan yang telah diberikan pada
serangan saat ini?
RPD
- Apakah pernah mengalami keluhan yang RPK
sama dengan sekarang dan kapan riwayat atopi pada penderita atau
dideritanya? keluarganya, hipersensitif saluran napas
- Apakah ada riwayat alergi obat? Rpsosek :
Faktor resiko alergi/ atopi
- Apa pasien sering bersin? Hidung
berair? Apa pencetusnya? (rinitis
RPK: alergi)
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga ? - Ada riwayat bentol gatal2 kemerahan
pada kulit? Atau kulit gatal kering
Rpsosek :
bersisik? Pencetus? (urtikaria atau
Daerah tempat tinggal ada yg mengalami
dermatitis atopi)
serupa ? Ya
- Apa ada riwayat mata gatal
Dirumah ada yg minum obat TB/ obat paket 6 kemerahan yang sering berulang?
bulan ? Pencetus? (konjungtivitis alergi)
- Ada riwayat asma atau alergi pada
keluarga?
- Lingkungan rumah: sanitasi, ventilasi,
kepadatan rumah, hewan peliharaan?

Faktor risiko
Px fisik Status Generalis Status generalis :
- Keadaan Umum :  Kesadaran : CM
- Kesadaran :  Keadaan umum : sesak napas
- Antropometri : BB. TB  Cek Antropometri ( utk faktor risiko)
- Tanda Vital : TD (hipertensi), Nadi, RR  Cek tanda vtal wajib!
(meningkat), Suhu
- Status gizi Head to toe
 Kepala
Head to toe - Nafas cuping hidung (jika berat)
Kepala - Sianosis perioral (jika berat)
- Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva  Leher
tidak hiperemis - Retraksi suprasternal
- Hidung : pernafasan cuping hidung (+),  Thorax
sekret (-) - Inspeksi: retraksi interkostal (jika
- Mulut : sianosis (+) berat)
Leher - Palpasi : simetris
- Inspeksi : deformitas (-), retraksi - Perkusi : sonor
suprasternal (+/-) - Auskultasi: wheezing, ekspirasi
- Palpasi : deviasi trachea (-), pembesaran memanjang dikedua lapang paru ,
limfonodi (-), JVP (meningkat) suara dasar vesikuler
Thoraks  Cor: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
a. Jantung  Abdomen: inspeksi, auskultasi, perkusi,
- Inspeksi : ictus cordis palpasi
- Palpasi : ictus cordis (letak, kuat  Ekstremitas:
angkat/tidak), diameter, thrill - Akral
- Perkusi : batas jantung-paru Capillary refill
(pembesaran ruang jantung)
- Auskultasi :

b. Paru (Status lokalis)


- Inspeksi : retraksi intercostal
- Palpasi :
- Perkusi
- Auskultasi : ronkhi basah halus

Abdomen
- Inspeksi : bentuk perut, permukaan
perut, deformitas (-)
- Auskultasi : bising usus
- Palpasi : 9 regio abdomen (ada
pembesaran organ/tidak, nyeri tekan)
 tidak teraba hepar dan lien
- Perkusi : 9 regio abdomen (ada
pembesaran organ/tidak, nyeri tekan)

Ekstremitas
Capillary Refill Time (CRT) < 2 detik
Px penunjang PP lab :  Arus Puncak Ekspirasi (APE)
• Darah lengkap, hitung jenis leukosit
menggunakan Peak Flowmeter terdapat
• LED
• Gula darah kenaikan ≥15 % rasio APE sebelum dan
• Ureum, creatinin
sesudah pemberian inhalasi salbutamol.
• ALT, AST
• Analisis gas darah APE 80 %  ada obstruksi
• Elektrolit
 Spirometri
• Pemeriksaan bacteriologi
 Pemeriksaan darah (eosinofil total dan
Lanjutan PP pneumonia dibawah Pneumonia
IgE )
Diagnosis :
• Foto toraks terdapat infiltrat baru atau  Analisa gas darah
infiltrat progresif ditambah dengan 2
 Skin prick test (utk alergi)
atau lebih gejala di bawah ini :
• Batuk-batuk bertambah  Foto torak : corakan bronkovaskular 
• Perubahan karakteristik dahak / purulen
opak dan padat
• Suhu tubuh > 38 C / riwayat demam
• Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-
tanda konsolidasi, suara napas bronkial
dan ronki
• Leukosit > 10.000 atau < 4500

Diagnosis  Dsypneu ec CAP


 Dsypneu ec TB
kerja dan  Bronkiektasis
diagnosis
banding
Tanda Patognomonis :
1) Sesak napas
2) Mengi pada auskultasi
3) Pada serangan berat digunakan otot bantu
napas (retraksi
supraklavikula, interkostal, dan epigastrium)
Trias : hipersekresi mucus, edema, dan
bronkokontriksi

1. Diagnosis kerja: Asma


2. Diagnosis klasifikasi kekerapan:
intermitten/persisten
3. Diagnosis derajat kendali: terkontrol/ tidak
terkontrol
Evaluasi: 4 minggu
Contoh:
Asma bronchial persisten ringan terkontrol

 Bronkitis kronis
 Bronkiectasis
 Emfisema
 PPOK
 CHF
 TB

Terapi Antipiretik dan Antibiotik Talak dibawah


Dosis nya dicari sendiri ya

Edukasi  Memberikan informasi kepada individu


dan keluarga mengenai seluk beluk
penyakit, sifat penyakit, perubahan
penyakit (apakah membaik atau
memburuk), jenis dan mekanisme kerja
obat-obatan dan mengetahui kapan
harus meminta pertolongan dokter.
 Kontrol secara teratur 1 bulan sekali
antara lain untuk menilai dan monitor
berat asma secara berkala (asthma
control test/ ACT).
 Pola hidup sehat.
 Menjelaskan pentingnya melakukan
pencegahan dengan menghindari setiap
pencetus, menggunakan
bronkodilator/steroid inhalasi sebelum
melakukan exercise untuk mencegah
exercise induced asthma.
 Edukasi rumah sehat

PP Pneumonia

- Rontgen Thorax anteroposterior (radiografi) : peningkatan corak vaskular pada zona atas paru (kranialisasi), ada grais Kerley B,
penebalan perivascular dan peribronkial, opasitas alveolar dengan batas tidak tegas, bisa disertai efusi pleura.
Ps : Penebalan septum (edema septumseptum interlobular)
terlihat sebagai garis tipis, lurus, sepanjang 2−6 cm. Pada
daerah perihiler disebut sebagai garis Kerley “A”. Garis-garis
yang mirip, tidak lebih dari 2 cm, ditemukan pada lapangan
paru perifer tegak lurus terhadap garis pleura, disebut sebagai
garis Kerley “B”. Garisgaris Kerley “C” lebih pendek dan
membentuk pola retikuler di bagian basiler sentral paru dan
biasanya paling baik terlihat pada foto lateral.
- EKG  untuk melihat fungsi jantung
- Darah rutin = leukosit naik
- Periksa dahak SPS

BATUK
Nama TB PARU BRONKITIS BRONKIEKTASIS PNEUMONIA COVID
penyakit
Anamnesis  Gejala umum  Batuk 2-3 minggu  Batuk berdahak hampir setiap
1. Demam  Dahak bisa jernih putih kuning hari lebih dari satu bulan
2. Keringat malam hari atau hijau
3. Malaise  Demam ringan
4. Turun BB  Berat dan tidak nyaman di
 Gejala respi dada
1. Batuk berdahak lbh dr 2 mgg  Sesak napas
2. Batuk produktif sampai  Sering di temukan mengi
berdarah setelah batuk
3. Sesak napas
4. Nyeri dada

Faktor risiko  Kepadatan hunian  Terpapar asap rokok


 Status gizi
 Keadaan ekonomi rendah
 Rumah tidak sehat
 Riwayat terpapar TB

Px fisik  Keadaan umum  tampak sakit,  Paru  Suara napas wheezing  Demam lebih dari 40 derajat
komposmentis 1. Inspeksi: pasien tampak  Fremitus meningkat daerah
 Thorax kurus dengan barrel chest yang sakit
- Ditemukan suara napas 2. Palpasi: fremitus normal  Perkusi redup
bronkial 3. Perkusi: sonor, peranjakan  Auskultasi ronkhi basah halus
- Ronki basah apex pulmo hati mengecil batas paru sampai kasar
- Suara napas amforik hati lebih rendah
4. Auskultasi: suara nafas
ronkhi basah kasar dan
whezzing
Px penunjang  Mikroskopis  BTA +  Foto thoraks ditemukan  Pemeriksaan sputum terdapat  PCR +
 Radiologi  ditemukan adanya normal atau gambaran tiga lapis seperti karat warnanya  Rontgen thorax : ada
kavitas/infiltrat corakan bronkovaskuler lapisan 1 (bawah)= pus/ purulent gambaran berawan, ground
 Darah rutin  limfosit meningkat di perihiler Lapisan 2 (tengah)= saliva glass appaereance
meningkat Lapisan 3 (atas)= foam/buih
 Pada anak di tes tuberculin  Pemeriksan ro thoraks honey
comb appearance

Diganosis TB Paru BTA (+) kasus (baru, DD: Pneumonia, asma, TB DD: asma, TB, bronkitis DD: pneumonia, bronchitis
kambuh, putus obat) status HIV
kerja dan (+/-/td diketahui)
Diagnosis
banding DD : pneumonia, bronchitis kronik,
bronkiektasis

Terapi  Kalau batuk kering R/ ambroxol syr 15 mg/5 ml fls No.1 R/ vit C tab 500 mg No.LX
R/ Dextrometorpan hbr tab 15 S 3 dd cth 1 S 2 dd tab 1
mg No. X
S 3 dd tab 1 R/ amoxicillin syr125 mg/5 ml fls R/ vit D tab 1000 IU No.VII
No.1 S 1 dd tab 1
 Batuk berdahak S 3 dd cth 1
R/ ambroxol tab 35 mg No. X R/ azitromicin tab 500 mg No.V
S 3 dd tab 1 S 1 dd tab 1

 Demam R/ oseltamivir tab 75 mg No.X


R/ Paracetamol tab 500 mg No. X S 2 dd tab 1
S 3 dd tab 1 p.c

Edukasi  Edukasi ttg penyakit  Memberikan saran keluarga  Memberikan saran keluarga untuk  Istirahat yang cukup
 Menggunakan masker untuk mendukung perbaikan mendukung perbaikan 
 Etika buang dahak kemampuan penderita dalam kemampuan penderita dalam
 Etika batuk aktivitas sehari hari
aktivitas sehari hari
 Menjaga higienitas  Menghindari merokok atau
 Menghindari merokok atau iritan
 Istirahat cukup iritan lainnya
 Untuk keluarga diminta untuk lainnya
ikut periksa
 Awasi pasien minum obat (PMO)

KONSELING HIPERTENSI
Nama Hipertensi Tatalaksana
Penyakit
Anamnesis  Sakit/nyeri kepala
 Gelisah
 Jantung berdebar2
 Pusing
 Leher kaku
 Penglihatan kabur
 Rasa sakit di dada

Faktor risiko  Tidak dpt dimodifikasi


1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat hipertensi
4. Penyakit karvas dlm keluarga
 Dapat dimodifikasi
1. Riwayat pola makan
2. Konsumsi alcohol berlebihan
3. Aktivitas fisik kurang
4. Kebiasaan merokok
5. Obesitas
6. Dislipidemi
7. DM
8. Psikososial dan stress

 Hipertensi tanpa komplikasi


1. Hipertensi stage 1
- Modifikasi gaya hidup
- R/ amlodipine tab 5 mg No. XIV
S 1 dd tab 1 pc
2. Hipertensi stage 2
- Modifikasi gaya hidup
- R/ captopril tab 12,5 mg No. XLII
S 3 dd tab 1 ac
 Konseling dan edukasi
1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan
yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol
tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala
(misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan
pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.
4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran
kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur.
Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1
tahun sekali.
5. Penting utk melakukan pencegahan/pengobatan dg pola hidup sehat yg
terdiri dari pembatasan konsumsi garam yang tidak >2 gram atau setara dg 1
sdt garam dapur perhari.
6. Batasi alcohol, peningkatan konsumsi sayur dan buah, susu rendah lemak
7. Batasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh
8. Olahraga teratur setidakya 30 menit perhari 5-7 hari perminggu
9. Penurunan BB dan menjaga BB ideal
10. Berhenti merokok

Px fisik  Pasien tampak sehat, dpt terlihat sakit ringan


berat bila tjd komplikasi
 TD meningkat sesuai kriteria JNC VIII
 Wajib diperiksa status neurologis dan pf jantung
(JVP, batas jantung, dan ronkhi)

Px penunjang  Laboratorium : urinalisis, tes gula darah, profil


lipid, ureum, kretinin
 X-ray thorax : EKG, funduscopy

Diagnosis kerja
Diagnosis White coat hipertention, encephalitis, nyeri akibat
banding tekanan intraserebral

PENGLIHATAN KABUR
Nama Hipermetropi Miopi
penyakit
Anamnesis  Penglihatan kurang jelas untuk objek yg dekat  Penglihatan kabur jika melihat jauh
 Sakit kepala terutama daerah frontal, dan makin kuat  Mata cepat lelah
pada penggunaan mata yg lama dan baca dekat  Pusing dan mengantuk
 Penglihatan tdk enak (astenopia akomodatif) pd jarak  Cenderung memicingkan mata jika melihat jauh
yg tetap dan jangka waktu yg lama  Tidak terdapat riwayat kelainan sistemik (DM, hipertensi)
 Mata sensitive terhadap sinar dan buta senja

Faktor risiko  Usia  Genetic


 Genetic  Faktor lingkungan (kebiasaan melihat/membaca dekat dan
gelap, kurang aktivitas diluar rumah, tingkat pendidikan yg
lbh tinggi)
Px fisik  Px. Visus menggunakan snellen chart  Px. Visus menggunakan snellen chart
 Px refraksi dengan trial lens dan trial frame  Px refraksi dengan trial lens dan trial frame

Terapi  Lensa sferis + terkuat yg menghasilkan tajam  Lensa sferis – terlemah yg menghasilkan penglihatan tajam
penglihatan baik terbaik
 Lensa kontak  Lensa kontak
 Bedah refraktif  Bedah refraktif
 Lasik  Lasik

Edukasi  Penyakit ini harus dikoreksi dg bantuan kacamata krn  Membaca dlm cahaya cukup dan tdk membaca dlm jarak
jika tdk maka mata akan berakomodasi terus menerus yg terlalu dekat
dan menyebabkan komplikasi  Control setidaknya 1 kali dlm setahun utk pemeriksaan
refraksi bila ada keluhan

Komplikasi  Ambliopia  Ablasio retina


 Esotropia  Strabismus
 Ambliopia

Prognosis  Quo ad vitam: ad bonam  Quo ad vitam: ad bonam


 Quo ad Functionam: dubia ad bonam  Quo ad Functionam: dubia ad bonam
 Quo Ad sanationam: ad bonam  Quo Ad sanationam: ad bonam

1. Pemeriksaan Visus

No. Kegiatan
Pemeriksaan Tajam Pengelihatan Jauh
11. Tanyakan terlebih dahulu pada pasien, apakah pasien bisa membaca. Jika bisa, gunakan snellen chart. Jika tidak, gunakan E
chart.
12. Posisikan pasien duduk dengan jarak 6 m dari snellen chart
13. Tutup mata kiri dengan occluder (kalau ada trial frame) atau telapak tangan. Pastikan occluder atau telapak tangan tidak
menyentuh mata. Tunjukkan caranya.
“Mata kirinya ditutup seperti ini ya pak. Jangan ditekan. Nanti selama pemeriksaan lihat lurus ke depan. Nanti saya akan
menunjuk salah satu huruf yang ada di kartu ini, nanti bapak sebutkan hurufnya. Jelas ya pak, ada yang ingin ditanyakan
terlebih dahulu?”
14. Mintalah pasien membaca dari atas ke bawah
 Pasien diminta untuk membaca huruf terbesar pada optotype (Jika tidak bisa membaca huruf terbesar lanjut ke no 19)
 Pasien diminta untuk membaca semua huruf pada optotype baris demi baris hingga batas 6/6
Yang dimaksud dengan visus dasar:
 Baris terakhir yang dapat dibaca oleh pasien
 Minimal 50% dari total huruf dalam 1 baris
15. Lakukan pada mata kontralateral
Pin Hole Test
16. Mintalah penderita untuk membaca huruf pada baris terkecil yang dia bisa dengan menggunakan pin hole
 Bila visus tetap berkurang (uji pinhole tidak maju)  bukan kelainan refraksi
 Bila visus membaik (uji pinhole maju)  kelainan refraksi
17. Lakukan pada mata kontralateral (jika terdapat penurunan visus)
Tajam Pengelihatan Rendah
Finger Counting
18. Berdiri dengan jarak 1 m dari pasien. Tunjukkan jari-jari Anda dan tanyakan pada penderita berapakah jumlah jari yang
Anda tunjukkan. (bila pasien tidak bisa menyebutkan dengan benar, lanjut ke no 22)
19. Bila pasien benar, mundur 1 m lagi dan seterusnya hingga pasien salah menyebutkan jari Anda
20. Catat dari jarak berapa pasien masih dapat mengidentifikasi jumlah jari pemeriksa dengan benar. Visus pasien: jarak pasien-
pemeriksa/60.
21. Lakukan pada mata kontralateral
Hand Movement
22. Berdiri dengan jarak 1 m dari pasien
23. Gerakan tangan Anda ke atas dan ke bawah atau ke kiri – kanan
24. Mintalah pasien mengidentifikasi arah gerakan tangan Anda
25. Jika pasien bisa menyebutkan dengan benar, maka visus pasien adalah 1/300
Jika tidak bisa, lakukan tes dengan cahaya (no 26)
Light Perception
26. Berdiri dengan jarak 1 m dari pasien
27. Sinari cahaya penlight pada mata pasien
28. Minta pasien mengidentifikasi ada atau tidaknya sinar penlight
 Jika pasien dapat melihat sinar, visusnya 1/. Lanjutkan dengan light projection (no 29)
 Jika pasien tidak melihat sinar, visusnya 0.
Light Projection
29. Arahkan sinar penlight dari atas-bawah-kanan-kiri mata pasien dan minta pasien untuk mengidentifikasi arah datangnya
sinar. Jika benar ditulis sebagai +, dan salah ditulis sebagai -

2. Koreksi Visus (dilakukan setelah uji pinhole)

N Kegiatan
o.
1. Letakkan lensa S + 0.50 pada trial frame di depan mata kanan
2. Tanyakan apakah huruf yang dilihat menjadi lebih jelas
3. Bila tidak, ganti lensa tersebut dengan lensa S – 0.25. Apabila menjadi lebih jelas, tambahkan secara bertahap sampai pasien dapat
melihat dengan jelas (sampai visus 6/6). Tentukan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus terbaik (MIOPI)
Jika menjadi lebih jelas, tambahkan secara bertahap sampai penderita dapat melihat dengan jelas (sampai visus 6/6). Tentukan lensa
sferis positif yang terkuat yang memberikan visus terbaik (HIPERMETROPI)
*misal diberi sferis positif semakin jelas, tetap dicoba juga diberi sferis negatif. Bandingkan lebih jelas yang mana
4. Lakukan pada mata kontralateral (bila terjadi penurunan visus)
5. Catat hasilnya

Mata merah
Nama Konjungtivitis
penyakit Bakteri Viral Alergi Gonorrhea
Anamnesis - Mata merah - mata merah (sedang) - mata merah (ringan) - mata merah
- Secret purulent - secret encer/serous - gatal ++++++ - secret purulent berat
- Pseudoptosis (sulit hingga mucus - secret serous-mukus - pembengkakan KGB
membuka mata) - bisa disertai demam - riwayat berulang preaurikular
- Lokasinya bilateral - mata berair - semakin dikucek semakin
- Memberat di pagi - unilateral/bilateral gatal
hari/bangun tidur

Faktor - Kebiasaan - Tertular dari penderita - Faktor pemicu - Pada bayi baru lahir dari ibu

risiko mengucek mata lain - Riwayat alergi yg terkena gonorrhea


dalam keadaan - Riwayat flu/infeksi virus - Menyentuh setelah
tangan tidak bersih pada hidung menyentuh alat kelamin

Px fisik - Visus normal - Visus normal - Visus normal - Visus normal


- Konjungtiva merah - Konjungtiva merah - Konjungtiva merah - Konjungtiva merah
- Ada secret purulent - Ada secret serous - Ada secret - Ada secret purulent +++++
- Limfadenopati serous/mukoid
preaurikular - Tipe palpabrae :
cobblestone
- Tipe bulbar : tranta’s
spot
- Alergi sederhana : reaksi
papiler

Px - Sediaan langsung - Disarankan tes alergi - Px secret dg pewarnaan

penunjang swab konjungtiva dg methylen blue


pewarnaan
gram/giemsa
Diagnosis Konjuntivitis jenis lain, Konjuntivitis jenis lain, skleritis Konjuntivitis jenis lain, skleritis Konjuntivitis jenis lain, skleritis

banding skleritis

Terapi R/ kloramfenicol 1% ED Fl R/ asiklovir 3% Eye Ointment Fl R/ Sodium kromoglikat 2% ED Fl R/ kloramfenicol 1% ED Fl No. I


No. I No. I No. 1 S o 1 h gtt 1 OD/OS
S 6 dd gtt 1 OD/OS (5 hari) S 5 dd ue OD/OS S o 1 h gtt 2

Edukasi - Konjungtivitis - Konjungtivitis mudah - Hindari faktor pemicu - Konjungtivitis mudah menular
mudah menular krn menular krn itu sblm dan krn itu sblm dan sesudah
itu sblm dan sesudah mengoleskan obat mengoleskan obat penderita
sesudah penderita harus mencuci harus mencuci tangan dengan
mengoleskan obat tangan dengan bersih bersih
penderita harus - Jangan menggunakan - Jangan menggunakan
mencuci tangan handuk/lap dg pengguna lain handuk/lap dg pengguna lain
dengan bersih - Menjaga lingkungan rumah - Menjaga lingkungan rumah dan
- Jangan dan sekitar sekitar
menggunakan
handuk/lap dg
pengguna lain
- Menjaga lingkungan
rumah dan sekitar
Nama EPISKLERITIS PERDARAHAN SUB HORDEOLUM

penyakit CONJUNGTIVA

Anamnesis  Mata merah  Mata merah terang/ merah  Mata merah


 Tidak ada gangguan visus tebal  Hangat
 Biasanya akut dan  Tidak ada gejala  Edem
unilateral simptomatis  Nyeri
 Keluhan lain: kering,  Terlihat darah pada bagian  Hordeolum interna:
nyeri, mengganjal atau sclera pembesaran kelenjar
berair  Perdarahan akan meluas meibom
dalam 24 jam pertama alu  Eksterna: pembessaran
berkurang kelenjar zeis dan mole

Faktor risiko  Hipertensi


 Trauma tumpul atau tajam
 Penggunaan obat terutama
pengencer darah
 Maneuver valsava (batuk
atau muntah)
 Benda asing
 Anemia
 konjungtivitis
 Kemerahan hanya pada  perdarahan di sclera
Px. Fisik satu bagian dari episklera  warna merah terang atau
 saat disenter tampak merah tua
warna pink seperti  pemeriksaan visus
daging salmon umumnya 6/6
 tes dengan efedrin 2,5%  pemeriksaan funduskopi
akan mengecilkan wajib pada penderita akibat
kongesti dan mengurangi trauma
kemerahan
 nyeri saat ditekan
 visus normal
 mata berair dengan
secret jernih dan encer

Px. Penunjang  tes dengan efedrin 2,5%


akan mengecilkan
kongesti dan mengurangi
kemerahan

Diagnosis  konjungtivitis

banding  skleritis

Terapi  R/ artificial tears eye  Perdarahan sub konjungtiva  Interna:


drops Fl No. I akan hilang atau di absorbs R/kloramfenikol 1% eye
 S 3 dd gtt 2 OD/OS dalam 1-2 minggu tanpa drops fl no I
 R/ natrium diclofenat diobati S 6 dd gtt 1 OD/OS
eyedrops Fl No. I  Eksterna:
S 6 dd gtt 1 OD/OS R/ kloramfenikol 2% eye
ointment tube no I
S 3 dd ue OD/OS

Edukasi  Memberikan informasi  Tidak perlu khawatir karna  Kompres hangat 4-6 kali
tentang penyakitnya perdarahan akan terlihat sehari selama 15 menit
diantaranya tentang meluas dalam 24 jam dalam mata tertutup
natur penyakit yang pertama, namun setelah itu  Jangan dipecah atau
ringan umuumnya self akan berkurang ditusuk
limited  Perlu pengontrolan tekanan  Jangan pake lensa
darah pada pasien dengan  Jaga kebersihan kelopak
hipertensi mata pakai air dan sabun
Psikiatri
N
Aspek yang dinilai
o
1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam, mempersilahkan duduk dan mempersiapkan medical record
2 Memperkenalkan diri, meminta persetujuan untuk pemeriksaan, menjaga kerahasiaan (membina raport)
3 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti, memahami dan menggunakan bahasa non verbal
4 Menanyakan identitas penderita yang meliputi :
- Nama
- Umur
- Alamat
- Pekerjaan/pendidikan
- Status perkawinan
5 Menanyakan Keluhan Utama
 RPS  kronologis, onset, situasi pasien ketika kambuh, kepribadian dalam keadaan normal,
 RPD (Psikiatri, Medis : trauma kepala, kejang, gang keadaran , HIV, sifilis , Alkohol/zat lain)
 RPK Kepribadian anggota keluarga dan peran anggota keluarga kepada pasien
 Riwayat Pribadi (awitan, faktor pencetus)
a) Prenatal dan Perinatal  lama kehamilan, proses kelahiran,trauma/cacat lahir, kehamilan yang dingginkan orang tua
atau bukan
b) Perkembangan masa kanak kanak – remaja  makanan, sekolah, pubertas
c) Masa Dewasa
 Pekerjaan  jenis, konflik, sikaprekankeja
 Perkawinan  konflik
 Pendidikan, agama
 Hubungan social dengan masyarakat
 Riwayat tindakan kekerasan/kejahatan
 Riwayat sexual  awal puber, riw pelecehan seks, orientasi sexual
 Mimpi dan fantasi  mimpi buruk, khayalan,
6 Melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien (dinarasikan)
Pemeriksaan Psikiatri
7 Kesan Umum
a. Penampilan
1) Tampak sehat
2) Tampak sakit jiwa
b. Tatapan mata
1) Kosong
2) Berbinar
3) Hidup
8 Sikap
a. Kooperatif
gampang di ajak komunikasi
b. Grandius
Percaya diri berlebih
c. Agresif
d. Wapada
Biasanya pada orang yang punya waham curiga
e. Kataton
Tetap pada kondisi tertentu (stuport / rigiditas)
9 Tingkah Laku
a. Hiperaktif
Banyak melakukan gerakan
b. Hipoaktif
Sedikit melakukan gerakan
c. Disaktif
Hampir tidak melakukan gerakan
10 Orientasi
a. Waktu (Baik / Buruk)
b. Tempat (Baik / Buruk)
c. Orang (Baik / Buruk)
d. Situasi (Baik / Buruk)
11 Kesadaran
a. Kompos mentis
b. Somnolen
12 Proses Pikiran
a. Bentuk fikir
1) Realistis
Sesuai kenyataan
2) Non-realistis
Tidak sesuai kenyataan (ada waham ato halusinasi)
3) Autisme
Menarik diri, diam, suka ketawa-ketawa
b. Isi fikir
1) Waham
Keyakinan yang salah, tapi terus di pertahanin
a. Waham logis
- Waham kebesaran
- Waham dikejar
- Waham bersalah
- Waham cemburu
- Waham curiga
b. Waham ngga logis / bizare
(khas skizofrenia)
- Thought of insertion
Ada bisikan yg diyakini, tapi tidak nampak wujud yg bisikin dan nggak bisa ndeskripsiin suaranya kaya apa
- Thought of withdrawal
Orang lain tau apa isi pikiranya (keliatan dari gerak-geriknya)
ex :
D : kamu lagi mikirin si x ya ?
P : kok dokter tau, aku lagi mikirin si x ?
- Tought of braodcasting
Pasien merasa orang lain tau apa isi pikirannya
ex : kamu tau isi pikiran saya ya ??
- Thought of echo
2) Obsesi
3) Fobi
Takut terhadap sesuatu hal
4) Preokupasi
c. Progresi fikir
1) Remming
Menjawab dengan suara yang pelan / bisik-bisik
Blocking
Saat ngomog tiba-tiba diem / berhenti
2) Mutisme
membisu
3) Logore
Banyak ngomong dan ngga bisa di interupsi
4) Talk aktiv
Banyak ngomong tapi bisa di interupsi
5) Inkoherensi
Jawabnya ngga masuk akal
6) Inrelevansi
Jawabnya ngga nyambung
7) Ekolalia
Kata-kata yang berulang
8) Ekopraksi
Meniru gerakan
9) Serotipi
Gerakan yang berulang
10) Sirkumtansial
Ngomongnya muter-muter tapi ngga ada tujuanya
11) Tangensial
Ngomongnya muter-muter tapi ada tujuanya
12) Flight of idea
Ngomongnya lompat-lompat
13 Roman Muka
a. Hipomimik
Ekspresinya dikit
b. Hipermimik
Ekpresinya ganti-ganti
c. Tegang
Disertai waham curiga
14 Afek
a. Tumpul
Ekpresinya dikit
b. Datar
Ngga ada ekspresi
c. Disforik
Mimik ngga jelas
d. Elasi
Bahagia berlebihan
e. Euforik
Bahagia sangat berlebihan
f. Irritable
Mudah marah
15 Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Persepsi tanpa adanya stimulus.
Banyak macamnya, tp paling sering halusinasi auditorik sama visual
b. Ilusi
Persepsi salah terhadap stimulus eksternal
16 Hubungan jiwa
a. Mudah
Dokter mampu memahami pasien
b. Sukar
Dokter sukar memahami pasien
17 Perhatian
a. Mudah di tarik mudah di cantum (MDMD)
kalo di tanya langsung jawab, selama di tanya-tanya memperhatikan dengan seksama apa yang di tanyakan
b. Mudah di tarik susah di cantum (MDSD)
kalo di tanya jawabnya agak miir-mikir
c. Susah di tarik susah di cantum (SDSD)
18 Gangguan memori
a. Amnesia retrograd
Lupa pengalaman sebelum sakit
b. Amnesia anterograg
Lupa pengalaman sesudah sakit
c. Paramesia
Memori palsu : de javu
19 Gangguan intelegensia
a. Baik
b. Kurang
c. Buruk
20 Insight/Tilikan
a. Baik
Tau kalo dia sakit (pada pasien sikotik)
b. Buruk
Ngga tau kalo dia sakit (pada pasien non-sikotik)
Alloanamnesis (dilakukan setelah pemeriksaan pasien, sebagai konfirmasi)
21 Menanyakan identitas sumber informasi (keluarga, saudara, teman dekat, dll)
22 Menanyakan Riwayat Penyakit sekarang :
a. Keluhan dan gejala yang bisa diamati oleh keluarganya
b. Faktor pencetus
c. pernah/tidak mengalami sembuh sempurna
d. pernah/tidak berusaha melukai diri sendiri/orang lain
23 Menayakan Riwayat penyakit sebelumnya :
a. psikiatrik
- keluhan yang pernah dialami oleh penderita
- pernah/tidak sembuh sempurna
- riwayat pengobatan
b. Medis
c. Riwayat alcohol dan zat lain
24 Menanyakan Riwayat Pribadi :
a. Prenatal dan perinatal
b. Masa anak-anak
c. Masa remaja
d. Masa dewasa
- Riwayat pendidikan
- Riwayat pekerjaan
- Keagamaan
- Aktivitas sosial
- Kebiasaan
- Lainnya
e. Riwayat psikoseksual
f. Riwayat keluarga
g. Silsilah Keluarga
h. Mimpi, khalayan, nilai hidup
25 Meringkas hasil dan mengemukakan sindrom yang didapatkan dari hasil anamnesis
26 Memberi kesempatan untuk bertanya dan menutup pembicaraan
27 Mengucapkan salam
TOTAL

TAMBAHAN PENJELASAN
A. SIKAP
Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif), psikomotor (jika ada)
Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:
1) Ekopraksia  menirukan gegerakan seseorang
2) Streotipi  fisik/berbiacra yang tetap dan berulang
3) Katalepsi  posisi tidak bergerak yang dipertahankan secara konstan
4) Eksitasi katatonik  gerak ga jelas tidak dipengaruhi stimulus ekternal
5) Stupor Katatonik  AKtivitas motorik melambat , tampak tidak sadar akan lingkunagn sekitar
6) Postur katatonik  Mempertahankan suatu postur aneh pada tempatnya (KAKU) dalam waktu lama
7) Fleksibilitas Serea  Keadaan seseorang yang dapat dibentuk menjadi posisi yang dapat dipertahankan
8) Akinesia  tidak ada pergerakan fisik
9) Mutisme: tak bersuara
10) Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.
B. KESADARAN
1. Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan menggunakannya secara efektif dalam
mempengaruhi hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
2. Somnolen: terkantuk-kantuk
3. Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.
4. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap stimuli.
5. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
6. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan sikap
7. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita menjadi tidak dapat diam.
8. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya terjadi pada epilepsi
C. ORIENTASI
 WAKTU TEMPAT ORANG SITUASI
o Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke
sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa, dimana?(o-t,s)
o Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi malam siapa?(O-o) Tadi mbak sudah
jalan-jalan ke mana saja?(O-t)  Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)

D. PROSES PIKIR
1) BENTUK PIKIR
a. Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin, misal: “saya adalah seorang presiden”
atau seorang dokter berkata, “saya dapat menyembuhkan semua orang yang sakit”
b. Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal: “saya adalah seorang malaikat”
atau “saya dapat menyembuhkan segala macam penyakit”
c. Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris. Orang autistic selalu hidup dalam
alam/dunianya sendiri, dan secara emosional terlepas dari orang lain.
d. Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis.
e. Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti

2) ISI PIKIR  Miskin isi pikir, Waham , obsesi Fobia

No Isi Pikir Keterangan


1 Waham Bizzare Keyakinan yang keliru, mustahil, dan aneh
Contoh : ada makhluk angkasa
2 Waham NIhilistik Merasa dirinya dan dunia tidak ada
3 Waham Paranoid a. Waham Kejar  selalu diikuti /ingin dibunuh
b. Waham kebesaran  keyakinan psikotik merasa dirinya yang paling berkuasa
c. Waham rujukan (delusion of reference)  menyakini bahwa orang lain akan
menjahatinya atau memfitnah
d. Waham dikendalikan
1) Thought withdrawal merasa pikirannya ditarik keluar oleh orang lain
2) Thought insertion  merasa dirasuki
3) Thought broadcasting  pikirannya diketahui oleh orang lain
4) Thought of control  merasa dikendalikan oleh orang lain
4 Waham Cemburu Keyakinan keliru tentang pasangannya
5 Obsesi ide yang menetap dan tidak rasional , tidak dapat dihilangkan dengan usaha yang logis
6. Kompulsi Tindakan patolis yang jika ditahan akan menimbulkan kecemasan, eprilaku berulang akibat
obsesi
7. Fobia Ketakutan patologis yang persisten berlebihan dan irasional
8. Anosognosis pasien menolak kenyataan bahwa ia mengalami gangguan fisik, hal ini terjadi pada pasien
yang meng

3) PROGRESI PIKIR
a. Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia.
Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.
b. Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan
tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
c. Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat dimengerti.
d. Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh.
Secara khas terdapat pada skizofrenia.
e. Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah
(masih terkait, walau sangat kecil kaitannya).
f. Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata =
verbigerasi, pengulangan kalimat = perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.
g. Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.
h. Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan persisten.
i. Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang rendah, karena pikirannya timbul perlahan
sehingga progresi piker menjadi lambat. Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
j. Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada
skizofrenia.
k. Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia
kataton, depresi berat, histerical aphonia, dan GMO.
l. Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakan otak

E. MOOD DAN AFEK

Mood : emosi yang menetap dan meresep Afek : ekspresi emosi yang yang teramati
Eutimia : perasaan normal Luas : afek normal
Distrofia : suasana perasaan tidak menyenangkan (jenuh, Sempit : ekspresi terbatas
jengkel,bosan)
Hipertimia : semangat dan kegairahan yang berlebihan Tumpul : penurunan intensitas perasaan yang diungkapkan
Euforia : perasaan gembira yang berlebihan Datar : kehilangan kemampuan berekspresi (wajah datar, pandangan nata
kososng, sikap kaku, gerakan minimal )
Estasia : perasaan yang diwarnaidengan kegairan yang Appropiate : emosi selaras dengan pikiran dan gaya bicara
meluap luap
Anhedonia : kehilangan minat rsinggung Nonappropiate : emosi tidak selaras dengan pikiran dan gaya bicara
Irritable : mudah senitif Labil : perubahan perasaan yang cepat dan mendadak , tidak disebabkan
stimulus eksternal
Mania : elasi (perasaan gembiara,euphoria, optimism,
kesenengan)
Hipomani : mania namun tidak intens

F. PERSEPSI
Isi: agnosia, halusinasi, ilusi
1) Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik -- agnosia visual, taktil, sensorik.
2) Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
a) Halusinasi dengar (akustik, auditori)
b) Halusinasi visual à harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya merupakan petunjuk adanya gangguan
mental organic.
c) Halusinasi bau/olfaktori
d) Halusinasi pengecapan/gustatory
e) Halusinasi seksual
f) Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya berada di depannya atau
mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo halusinasi.
g) Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah mengalami operasi besar. Contoh:
pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya masih utuh.
3) Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)

G. HUBUNGAN JIWA
a. Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya kepada pemeriksa. (mudah diajak
berkomunikasi)
b. Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.
c. Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi dengan pemeriksa.

H. PERHATIAN
a. Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan pemeriksa.
b. Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan topic
pembicaraan pemeriksa.

1. DIAGNOSIS MULTIAXIAL (LENGAKAPNYA ADA DI PDGJ YA )

 AXIS I  GANGGUAN KLINIS /SINDROM KLINIS (Skizo….., bipolar manic/depresi, demensia, GAD, ..)
macamnya :
 Dementia (penurunan mental progresif berupa memory dan penilaian), Amnesia (hilang ingatan), dan Delirium
(mengigau)
 Gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat kimia atau obat
 Gangguan psikotik
 Eating disorder (Anoreksia nervosa)
 Sleeping disorder (Insomnia)
 Gangguan penyesuaian diri

 AXIS II  KEPRIBADIAN ( Paranoid, Skizoid, Dssoial, emossional takStabil, Histirionik, Anankastik,Cemas,


Dependen Narsistik)
 AXIS III  KONDISI MEDIK/FISIK (Sesuai penyakit Jika ada)
 AXIS IV  PSIKOSISIAL (masalah keluarga, pekerjaam , pendidikan , ekonomi, kakses layanan kesehatan, hukum ,
lingkungan)
 AXIS V  TARAF FUNGSI (GAF)
 100-91 : gejala tidak ada, fungsi maksimal dan tidak ada masalah yang terganggu.
 90-81 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, cuma masalah harian yang biasa.
 80-71 : gejala sementara, dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dan lainnya.
 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan secara fungsi tapi secara umum baik.
 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang.
 50-41 : gejala berat, disabilitas berat.
 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir di semua bidang.
 20-11 : bahaya mencidera diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
 10-1 : seperti di atas dan lebih serius.

BORANG PENILAIAN OSCE PSIKIATRI

No Aspek yang dinilai


1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam, mempersilahkan duduk dan mempersiapkan medical record
2 Memperkenalkan diri, meminta persetujuan untuk pemeriksaan, menjaga kerahasiaan
3 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti, memahami dan menggunakan bahasa non verbal
4 Menanyakanidentitaspenderita yang meliputi : Nama, Umur,Alamat,Pekerjaan , Pendidikan
5 Menanyakan Keluhan Utama (Onset , Kronologi)
6 Melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien (dinarasikan) YANG 14 POINT YA
Alloanamnesis (dilakukan setelah pemeriksaan pasien, sebagai konfirmasi)
7 Menanyakan identitas sumber informasi (keluarga, saudara, teman dekat, dll)
8 Menanyakan RPS
e. Keluhan dan gejala yang bisa diamati oleh keluarganya
f. Faktor pencetus
g. pernah/tidak mengalami sembuh sempurna
h. pernah/tidak berusaha melukai diri sendiri/orang lain
9 Menayakan RPD
d. psikiatrik
1) keluhan yang pernahdialamiolehpenderita
2) Pernah/tidaksembuhsempurna
3) riwayatpengobatan
e. Medis
f. Riwayat alcohol danzat lain
10 Menanyakan Riwayat Pribadi :
i. Prenatal dan perinatal
j. Masa anak-anak
k. Masa remaja
l. Masa dewasa
1) Riwayat pendidikan
2) Riwayat pekerjaan
3) Keagamaan
4) Aktivitas sosial
5) Kebiasaan
6) Lainnya
m. Riwayat psiko seksual
n. Riwayat keluarga
o. Silsilah Keluarga
p. Mimpi, khalayan, nilai hidup
11 Meringkas hasil dan mengemukakan sindrom yang didapatkan dari hasil anamnesis TENTUIN DIAGNOSIS
MULTIAKSIAL
12 Memberi kesempatan untuk bertanya dan menutup pembicaraan
13 Mengucapkan salam

KEGEMUKAN DAN OBESITASIS


Nama Kegemukan dan obesitas Tatalaksana konseling dan edukasi
penyakit
Anamnesis  Kegemukan  Tatalaksana
 Cepat lelah dalam beraktivitas a. Penatalaksanaan dimulai dengan kesadaran pasien bahwa
kondisi sekarang adalah obesitas, dengan berbagai risikonya
dan berniat untuk menjalankan program penurunan berat
badan
b. Diskusikan dan sepakati target pencapaian dan cara yang
akan dipilih (target rasional adalah penurunan 10% dari BB
sekarang)
c. Usulkan cara yang sesuai dengan faktor risiko yang dimiliki
pasien, dan jadwalkan pengukuran berkala untuk menilai
keberhasilan program
d. Penatalaksanaan ini meliputi perubahan pola makan (makan
dalam porsi kecil namun sering) dengan mengurangi
konsumsi lemak dan kalori, meningkatkan latihan fisik dan
bergabung dengan kelompok yang bertujuan sama dalam
mendukung satu sama lain dan diskusi hal-hal yang dapat
membantu dalam pencapaian target penurunan berat badan
ideal.
e. Pengaturan pola makan dimulai dengan mengurangi asupan
kalori sebesar 300-500 kkal/hari dengan tujuan untuk
menurunkan berat badan sebesar ½-1 kg per minggu.
f. Latihan fisik dimulai secara perlahan dan ditingkatkan secara
bertahap intensitasnya. Pasien dapat memulai dengan
berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45
menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu.
Faktor risiko  Ketidakseimbangan asupan energy dengan  Konseling dan Edukasi
aktivitas fisik a. Perlu diingat bahwa penanganan obesitas dan kemungkinan
 Genetic besar seumur hidup. Adanya motivasi dari pasien dan
 Kebiasaan makan berlebih keluarga untuk menurunkan berat badan hingga
 Kurang aktivitas fisik normoweight sangat membantu keberhasilan terapi.
 Faktor psikologis dan stress b. Menjaga agar berat badan tetap normal dan mengevaluasi
 Obat2an (sterois, kb hormonal, antidepresan adanya penyakit penyerta.
yg memiliki efek samping penambahan BB  Kriteria Rujukan
dan retensi natrium) a. Konsultasi pada dokter spesialis penyakit dalam bila pasien
 Usia merupakan obesitas dengan penyakit risiko tinggi dan risiko
absolut.
b. Jika sudah dipercaya melakukan modifikasi gaya hidup (diet
yang telah diperbaiki, aktifitas fisik yang meningkat dan
perubahan perilaku) selama 3 bulan, dan tidak memberikan
respon terhadap penurunan berat badan, maka pasien
dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk memperoleh obat-
obatan penurun berat badan.

**obat yang diberikan adalah antiobesitas:


R/ orlistat 120 mg tab No. XXX
S 1 dd tab 1
Px fisik  Antropometri (BB, TB, LP)
 IMT
 Pengukuran TD untuk menentukan risiko dan
komplikasi
 Px fisik lain sesuai keluhan
Px penunjang Untuk menentukan risiko dan komplikasi yaitu:
 Px kadar gula darah
 Profil lipid
 Asam urat

Diagnosis klinis
dan diagnosis
banding

Diagnosis banding :
 asites/edema
 massa otot yg tinggi spt pada olahragawan
Komplikasi  DM tipe 2
 Hipertensi
 Serangan jantung
 Kanker colon
 Angina
 Penyakit empedu
 Ca ovarium
 Osteoarthritis
 Stroke

Pilek dan nyeri menelan


a. Pilek
Nama Rhinitis Akut Rhinitis vasomotor Rhinitis Alergi Rhinosinusitis
penyakit
Anamnesis  keluhan kurang dari 12  hidung tersumbat bergantian  rhinorea  hidung tersumbat
minggu kiri kanan  bersin  keluar secret purulent dari
 rhinnorea  tergantung posisi tidur  hidung tersumbat dan gatal pada hidung
 hidung tersumbat disertai  memburuk pada pagi hari dan hidung  nyeri pada wajah
panas atau gatal pada hidung jika terpajan lingkungan  bersin berulang pada pagi hari  hiposmia/anosmia
 bersin-bersin dapat disertai nonspesifik (suhu dan  bersin langsung >5 kali sdh  dapat disertai sakit kepala,
batuk kelembaban) dianggap patologis demam, halitosis, lemah, sakit
 asap rokok  gejala lain: mata gatal dan banyak gigi, sakit telinga, batuk
 bau menyengat air mata
 rhinorea sifatnya serous atau
mucus
 bersin2

Faktor  penurunan daya tahan tubuh  obat2an yang menekan dan  riwayat atopi  riwayat kelainan osteomeatal
 paparan debu/asapa yang menghambat kerja saraf  lingkungan dengan kelembababan (seperti deviasi septum)
risiko bersifat iritatif simpatis tinggi  rhinitis alergi dan nonalergi
 paparan dengan penderita  faktor iritasi oleh asap rokok,  terpaparnya debu tungau di karpet  polip hidung
infeksi sal. Napas udara dingin, klembabban udara atau sprei  riwayat kelainan gigi dan gusi
tinggi, bau menyengat  asma bronkial
 faktor endokrin seperti  riwayat ispa berulang
kehamilan, pubertas,  kebiasaan merokok
kontrasepsi oral, dan hipotiroid  pajanan pokutan
 faktor psikis seperti cemas,  imunodefisiensi
tegang, dan stress  penggunaan kokain

Px fisik  suhu dapat meningkat  rhinoskopi anterior: konka  adanya alergik salu, yaitu gerakan  suhu meningkat
 rhinoskopi anterior: tampak inferior membesar merah pasien menggosok hidung  nyeri tekan di sinus paranasal
cavum nasi sempit, secret muda/tua/pucat, secret serous  wajah alergik shiners (dark circle di  pemeriksaan transiluminasi
serous/mukopurulen, dan jumlah tidak banyak mata)  pemeriksaan rongga mulut
mukosa konka edem dan  nasal krease (lipatan horizontal dapat ditemukan: karies
hiperemis yang melalui stgh bawah hidung) profunda pada gigi rahang atas
 mulut sering terbuka dengan  rhinoskopi anterior: edem di
lengkung langit2 yang tinggi shg meatus medius, secret
menyebbakan gangguan mukopurulen, kelainan
pertumbuhan gigi (facies adenoid) anatomis yang
 dinding posterior faring tampak mempredisposisi
granuler dan edem
 dinding lateral faring menebal
 geographic tongue
 rhinoskopi anterior: mukosa edem,
basah, warna pucat/kebiruan,
secret encer tipis dan banyak

Px  klasifikasi:  darah tepi: melihat kadar  hitung eosinophil dalam darah tepi  foto polos sinus paranasal
- rhinitis virus eosinophil dan secret hidung dengan water’s view (AP atau
penunjang - rhinitis bakteri  skin prick test  pemeriksaan IgE total lateral)
- rhinitis iritan (paparan  kadar IgE spesifik untuk  skin prick test  darah lengkap
debu, asap, atau gas yang menyingkirkan rhinitis alergi
iritatif)

Diagnosis Rhinitis vasomotor, rhinitis Rhinitis alergi, rhinitis Rhinitis vasomotor, rhinitis akut Rhinitis akut, influenza, kluster
alergi medikamentosa, rhinitis akut headache
banding
Terapi  Medikamentosa:  Medikamentosa:  Medikamentosa:  Medikamentosa:
R/ paracetamol tab 500 mg No. R/ pseudoefedrin HCL 60 R/ cetirizine tab 10 mg No. X R/ pseudoefedrin hcl 120 mg +
X mg+tripolidin HCL 2,5 mg tab No. X S 1 dd tab 1 loratadin 5 gt tab No. X
S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1 S 2 dd tab 1
R/ pseudoefedrin HCL tab 60 mg No.
R/ pseudoefedrin HCL tab 60 mg X R/amoxicilin tab 500 mg No. XV
No. X S 3 dd tab 1
S 3 dd tab 1
S 3 dd tab 1
R/ metilprednisolon tab 4 mh No X
S 3 dd tab 1

Edukasi  Menjaga tubuh supaya selalu  Megidentifikasi & menghindari  Menyingkirkan faktor allergen  Hindari faktor pencetus
sehat faktor pencetus  Menghindari suhu ekstrem panas
 Lebih sering cuci tangan,  Berhenti merokok atau dingin
terutama sebelum menyentuh  Selalu jaga kesehatan/kebugaran
wajah jasmani
 Memperkecil kontak dengan
orang yang terinfeksi
 Etika batuk
 Melakukan bilas hidung secara
rutin

b. Nyeri menelan

Nama Faringitis akut Laringitis Akut Tonsillitis akut


penyakit
Anamnesis  Nyeri tenggorokan, **keluhan <3 minggu  Rasa kering di tenggorokan sebagai
terutama saat menelan  Pasien datang dengan keluhan suara gejala awal.
 Demam serak atau hilang suara (afonia).  Nyeri pada tenggorok, terutama saat
 Sekret dari hidung  Gejala lokal seperti suara parau, menelan. Rasa nyeri semakin lama
 Dapat disertai atau tanpa seperti suara yang kasar atau suara semakin bertambah sehingga anak
batuk yang susah keluar atau suara dengan menjadi tidak mau makan.
 Nyeri kepala nada lebih rendah dari suara yang  Nyeri dapat menyebar sebagai
 Mual biasa/normal bahkan sampai tidak referred pain ke telinga.
 Muntah bersuara sama sekali (afoni). Hal ini  Demam yang dapat sangat tinggi
 Rasa lemah pada seluruh terjadi karena gangguan getaran sampai menimbulkan kejang pada
tubuh serta ketegangan dalam pendekatan bayi dan anak-anak.
 Nafsu makan berkurang kedua pita suara kiri dan kanan.  Sakit kepala, badan lesu, dan nafsu
 Sesak nafas dan stridor. makan berkurang.
 Nyeri tenggorokan, terutama nyeri  Plummy voice / hot potato voice:
ketika menelan atau berbicara. suara pasien terdengar seperti orang
 Gejala radang umum, seperti demam, yang mulutnya penuh terisi
malaise. makanan panas.
 Batuk kering yang lama kelamaan  Mulut berbau (foetor ex ore) dan
disertai dengan dahak kental. ludah menumpuk dalam kavum oris
 Gejala common cold, seperti bersin- akibat nyeri telan yang hebat
bersin, nyeri tenggorok hingga sulit (ptialismus).
menelan, sumbatan hidung (nasal  Pada tonsilitis kronik, pasien
congestion), nyeri mengeluh ada
penghalang/mengganjal di
tenggorok, tenggorok terasa kering
dan pernafasan berbau (halitosis).
 Pada Angina Plaut Vincent
(Stomatitis ulseromembranosa)
gejala yang timbul adalah demam
tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan
kepala, sakit tenggorokan, badan
lemah, gusi mudah berdarah dan
hipersalivasi.
Faktor  Usia 3 – 14 tahun.  Penggunaan suara yang berlebihan.  Faktor usia, terutama pada anak.
 Menurunnya daya tahan  Pajanan terhadap zat iritatif seperti  Penurunan daya tahan tubuh.
risiko tubuh. asap rokok dan minum- minuman  Rangsangan menahun (misalnya
 Konsumsi makanan dapat alkohol. rokok, makanan tertentu).
mengiritasi faring  Adanya refluks laringofaringeal,  Higiene rongga mulut yang kurang
 Gizi kurang bronkitis, dan pneumonia. baik.
 Iritasi kronik oleh rokok,  Rhinitis alergi.  Riwayat alergi
minum alkohol,  Perubahan suhu yang tiba-tiba.
 makanan, refluks asam  Malnutrisi.
lambung, inhalasi  Keadaan menurunnya sistem imun
 uap yang merangsang atau
mukosa faring.  daya tahan tubuh.
 Paparan udara yang dingin

Px fisik  Faringitis viral, pada  Laringoskopi indirek (khusus untuk 1. Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥T2.
pemeriksaan tampak faring pasien dewasa): a.Hiperemis dan terdapat detritus di
dan tonsil hiperemis, 1. Pada pemeriksaan fisik akan dalam kripti yang memenuhi
eksudat tampak mukosa laring yang permukaan tonsil baik berbentuk
 Faringitis bakterial, pada hiperemis dan membengkak folikel, lakuna, atau
pemeriksaan tampak tonsil terutama di bagian atas dan pseudomembran.
membesar, faring dan bawah pita suara. b.Bentuk tonsillitis akut dengan
tonsil hiperemis dan 2. Biasanya terdapat tanda radang detritus yang jelas disebut tonsilitis
terdapat eksudat akut dihidung atau sinus folikularis. Bila bercak-bercak
dipermukaannya. Beberapa paranasal detritus ini menjadi satu,
hari kemudian timbul 3. Pada laringitis kronik, dapat membentuk alur alur maka akan
bercak petechiae pada ditemukan nodul, ulkus dan terjadi tonsilitis lakunaris.
palatum dan faring. Kadang penebalan mukosa pita suara. c. Bercak detritus ini dapat melebar
ditemukan kelenjar limfa sehingga terbentuk membran semu
leher anterior membesar, (pseudomembran) yang menutupi
kenyal dan nyeri pada ruang antara kedua tonsil sehingga
penekanan. tampak menyempit. Temuan ini
mengarahkan pada diagnosis
banding tonsilitis difteri.
d.Palatum mole, arkus anterior dan
arkus posterior juga tampak udem
dan hiperemis.
e.Kelenjar limfe leher dapat
membesardan disertai nyeri tekan.
2. Tonsilitis kronik:
a. Tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang tidak rata, kriptus
melebar dan berisi detritus.
b. Pembesaran kelenjar limfe
submandibula dan tonsil yang
mengalami perlengketan.
c. Gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial
tonsil melewati pilar anterior
sampai ¼ jarak pilar anterior
uvula.
2. T2: 25-50% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaringatau batas medial
tonsil melewati ¼ jarak pilar
anterior- uvula sampai ½ jarak
pilar anterior-uvula.
3. T3: 50-75% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial
tonsil melewati ½ jarak pilar
anterior-uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior-uvula.
4. T4: > 75% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial
tonsil melewati ¾ jarak pilar
anterior-uvula sampai uvula
atau lebih.

Px 1. Pemeriksaan darah 1. Foto rontgen soft tissue leher AP 1. Darah lengkap


lengkap. lateral: bisa tampak pembengkakan 2. Swab tonsil untuk pemeriksaan
penunjang 2. Pemeriksaan mikroskopik jaringan subglotis (Steeple sign). mikroskop dengan pewarnaan
dengan Tanda ini ditemukan pada 50% Gram
2. pewarnaan Gram. kasus.
3. Pada dugaan adanya 2. Foto toraks AP.
infeksi jamur, dapat 3. Pemeriksaan laboratorium darah
4. dilakukan dengan lengkap.
pemeriksaan mikroskopik
5. swab mukosa faring
dengan pewarnaan KOH.

Diagnosis Laringitis, tonsillitis Benda asing pada laring, Faringitis, Infiltrat tonsil, limfoma, tumor tonsil
Bronkiolitis, Bronkitis, Pneumonia,
banding Tumor pada
laring, Kelumpuhan pita suara

Terapi  minum air yang cukup  Medikamentosa  Medikamentosa


 apabila ada demam R/ paracetamol tab 500 mg No. X R/ paracetamol tab 500 mg No. X
R/ paracetamol tab 500 S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1
mg No. X R/66amoxicillin tab 500 mg No. XV
S 3 dd tab 1 R/66amoxicillin tab 500 mg No. XV S 3 dd tab 1
 berkumur dengan air S 3 dd tab 1  Nonmedikamentosa
hangat  Non-medikamentosa a. Istirahat cukup
 66antibiotic a. Istirahat suara (vocal rest). b. Makan makanan lunak dan
**untuk virus b. Rehabilitasi suara (voice menghindari makan makanan yang
Isoprinosine dosis 60-100 therapy), bila diperlukan. mengiritasi
mg/kgBB dibagi dlm 4-6 kali c. Meningkatkan asupan cairan. c. Menjaga kebersihan mulut
perhari d. Bila terdapat sumbatan laring d. Pemberian obat topikal dapat berupa
Contoh : dilakukan pemasangan pipa obat kumur antiseptik
BB 50 endotrakea/trakeostomi.
R/ Isoprinosine tab 500 mg
No. XXX
S 6 dd tab 1
**untuk bakteri
R/66amoxicillin tab 500 mg
No. XV
S 3 dd tab 1
 obat lain untuk menekan
reaksi inflamasi
R/dexamethasone tab 0,5 mg
No. X
S 3 dd tab 1

Edukasi Memberitahui pasien dan Memberitahu pasien dan keluarga Memberitahu individu dan keluarga
keluarga untuk: untuk: untuk:
1. Menjaga daya tahan 1. Menjaga daya tahan tubuh dengan 1. Menghindari pencetus, termasuk
tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan makanan dan minuman yang mengiritasi
mengkonsumsi makan olahraga teratur. 2. Melakukan pengobatan yang adekuat
bergizi dan olahraga 2. Menghentikan merokok. karena risiko kekambuhan cukup
teratur. 3. Mengistirahatkan pasien berbicara tinggi.
2. Berhenti merokok bagi dan bersuara atau tidak bersuara 3. Menjaga daya tahan tubuh dengan
anggota keluarga yang berlebihan. mengkonsumsi makan bergizi dan
merokok. 4. Menghindari makanan yg mengiritasi olahraga teratur.
3. Menghindari makan atau meningkatkan asam lambung. 4. Berhenti merokok.
makanan yang dapat 5. Selalu menjaga kebersihan mulut.
mengiritasi tenggorok. 6. Mencuci tangan secara teratur.
4. Selalu menjaga higiene 7. Rencana tindak Lanjut
mulut dan tangan
Gangguan pendengaran dan nyeri telinga
Nama Otitis eksterna OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
penyakit
Anamnesis  Rasa sakit pada telinga (otalgia), yg bervariasi Keluhan (Sesuai Stadium)  Keluar cairan dari liang telinga secara
dari ringan hingga hebat, terutama saat daun  Stadium oklusi tuba: Telinga terasa penuh/ terus menerus atau hilang timbul lebih
telinga disentuh dan mengunyah  nyeri, pendengaran dapat berkurang. dari 2 bulan
 Rasa penuh pada telinga  Stadium hiperemis: Nyeri telinga makin  Riwayat pernah keluar cairan dari liang
 Pendengaran dapat berkurang intens, demam, rewel dan gelisah (pada telinga sebelumnya.
 Terdengar suara mendengung (tinnitus) bayi/anak), muntah, nafsu makan hilang, anak  Cairan dpt berwarna kuning/kuning-
 Keluhan biasanya dialami pada satu telinga biasanya sering memegang telinga yg nyeri. kehijauan/bercampur
dan sangat jarang mengenai kedua telinga  Stadium supurasi: sm spt stadium hiperemis darah/jernih/berbau
dalam waktu bersamaa  Stadium perforasi: Keluar sekret dr liang  Gangguan pendengaran
 Keluhan penyerta lain yang dapat timbul: telinga
demam atau meriang, telinga terasa basah  Stadium resolusi: Setelah sekret keluar,
intensitas keluhan berkurang (suhu turun,
nyeri mereda, bayi/anak lebih tenang. Bila
perforasi permanen, pendengaran dpt tetap
berkurang.

Faktor  Riwayat sering beraktifitas di air, misalnya:  Bayi dan anak  Higienitas kurang dan gizi buruk
berenang, berselancar, mendayung.  Infeksi saluran napas atas berulang  Infeksi saluran nafas atas berulang
risiko  Riwayat trauma yang mendahului keluhan,  Menyusu dari botol dalam posisi berbaring  Daya tahan tubuh yang rendah
misalnya: membersihkan liang telinga dengan telentang  Penyelam.
alat tertentu, memasukkan cotton bud,  Kelainan kongenital, misalnya: sumbing langit-
memasukkan air ke dalam telinga. langit, sindrom Down
 Riwayat penyakit sistemik, seperti: diabetes  Paparan asap rokok
mellitus, psoriasis, dermatitis atopik, SLE, HIV.  Alergi
 Tingkat sosio-ekonomi yang rendah

Px fisik  Nyeri tekan pada tragus 1. Suhu dapat meningkat Otoskopi:


 Nyeri tarik daun telinga 2. Otoskopi 1. OMSK tipe aman (tubotimpani)
 Otoskopi: a. Perforasi pada sentral atau pars tensa
a. OE akut difus: liang telinga luar sempit, berbentuk ginjal atau bundar
kulit liang telinga luar hiperemis dan b. Sekret biasanya mukoid dan tidak
edem dengan batas yang tidak jelas, dan terlalu berbau
dapat ditemukan sekret minimal. c. Mukosa kavum timpani tampak edema,
b. OE akut sirkumskripta: furunkel pada hipertrofi, granulasi/timpanosklerosis
liang telinga luar 2. OMSK tipe bahaya
 Tes garputala: Normal atau tuli konduktif a. Perforasi atik, marginal, atau sental
besar (total)
b. Sekret sangat berbau, berwarna kuning
abu-abu, purulen, dan dapat terlihat
kepingan berwarna putih mengkilat
c. Kolesteatoma
3. Tes penala
Dapat ditemukan tuli konduktif, yaitu: tes Rinne
(-) dan tes Schwabach memendek pada telinga
yang sakit, tes Weber terjadi lateralisasi ke
telinga yang sakit.

Px Tidak diperlukan Audiometri nada murni, bila fasilitas tersedia  Tes garputala Rinne, Weber, Schwabach
menunjukkan jenis ketulian yang dialami
penunjang pasien
 Audiometri nada murni
 Foto mastoid (bila tersedia)

Diagnois Perikondritis yang berulang, Kondritis, Otitis media serosa akut, Otitis eksterna
Otomikosis
banding
Terapi  Medikamentosa  Medikamentosa  Non-Medikamentos
R/ Polimixin B ear ointment tub No. I 1. STADIUM OKLUSI TUBA Membersihkan dan mengeringkan
S 3 dd ue AD/AS R/ efedrin HCL 0,5% (anak); 1% (dewasa) saluran telinga dg kapas lidi /cotton bud.
nasal spray fl No. II Obat cuci telinga dpt berupa NaCl 0,9%,
**jika otitis eksterna difusa (2/3 nyeri liang S 3 dd puf 2 Asam Asetat 2%/Hidrogen Peroksida 3%.
telinga dalam, nyeri tekan tragus, sekret bau) 2. STADIUM HIPEREMIS  Medikamentosa
maka diberikan : R/ efedrin HCL 0,5% (anak); 1% (dewasa) - Antibiotic topical:
nasal spray fl No. II R/ Ofloxacin ed fls No. I
R/Polimixin B sulfat 1000 IU S 3 dd puf 2 S 2 dd gtt 4 AD/AS
Neomicin sulfat 5 mg 3. STADIUM SUPURATIF - Antibiotic oral:
Fludrocortison asetat 1 mg Pro Miringotomi R/amoxicilin tab 500 mg No. XV
Lidokain HCL 40 mg R/ Efedrin HCL 0,5 fls No. I S 3 dd tab 1
Ear drops Fl No. I S 3 dd gtt 1 AD/AS/ADS
S 3 dd gtt 4
R/Amoxiclav 625mg tab No.XXX
S 3dd tab 1 pc
4. STADIUM PERFORASI
R/ H2O2 3% eardrops flsNo. I
S 2 dd gtt 2 AD/AS/ADS
R/ Amoxiclav 625mg tab No. XXX
S 3 dd tab 1 pc

Edukasi Pasien dan keluarga perlu diberi penjelasan, di Konseling dan Edukasi Konseling dan Edukasi
antaranya: 1. Untuk bayi/anak, orang tua dianjurkan untuk 1. Menjaga kebersihan telinga dan tidak
 Tidak mengorek telinga baik dengan cotton memberikan ASI mengorek-ngorek telinga dengan benda
bud atau alat lainnya 2. minimal 6 bulan sampai 2 tahun. tajam.
 Selama pengobatan pasien tidak boleh 3. Menghindarkan bayi/anak dari paparan asap 2. Menjaga agar telinga tidak kemasukan
berenang rokok. air.
 Penyakit dapat berulang shg hrs menjaga 3. Menjelaskan bahwa penyakit ini
liang telinga agar dalam kondisi kering dan merupakan
tidak lembab penyakit infeksi sehingga dengan
penanganan yang tepat dapat disembuhkan
tetapi bila dibiarkan dapat mengakibatkan
hilangnya pendengaran serta komplikasi
lainnya.
Nama BENDA ASING DI TELINGA SERUMEN PROP
penyakit
Anamnesis Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan
Keluhan 1. Rasa penuh pada telinga
1. Riwayat jelas benda asing masuk ke telinga 2. Pendengaran berkurang
secara sengaja maupun tidak 3. Rasa nyeri pada telinga
2. Telinga terasa tersumbat atau penuh 4. Keluhan semakin memberat bila telinga
3. Telinga berdengung kemasukan air (sewaktu mandi/berenang)
4. Nyeri pada telinga 5. Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya
5. Keluar cairan telinga yang dapat berbau vertigo atau tinitus
6. Gangguan pendengaran

Faktor 1. Anak-anak 1. Dermatitis kronik liang telinga luar


2. Retardasi mental 2. Liang telinga sempit
risiko 3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Kebiasaan mengorek telinga

Px fisik Pemeriksaan MAE dengan senter/lampu kepala/ 1. Otoskopi: obstruksi liang telinga luar oleh
otoskop menunjukkan adanya benda asing, material berwarna kuning
edema dan hiperemia liang telinga luar, serta kecoklatan/kehitaman. Konsistensi dari
dapat disertai sekret. serumen dapat bervariasi.
2. Tes penala: normal atau tuli konduktif

Px Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang


penunjang

Diagnosis Benda asing di liang telinga.


banding
Terapi 1. Non-medikamentosa: Ekstraksi benda asing 1. Non-medikamentosa: Evakuasi serumen
a. Pada kasus benda asing yang baru, a. Bila serumen lunak, dibersihkan dg kapas yang
ekstraksi dilakukan dalam anestesi lokal. dililitkan pada pelilit kapas.
b. Pada kasus benda asing reaktif, pemberian b. Bila serumen keras, dikeluarkan dg
cairan dihindari karena dapat pengait/kuret. Apabila dengan cara ini
mengakibatkan korosi. serumen tidak dapat dikeluarkan, maka
c. Pada kasus benda asing berupa serangga: serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi tetes Karbogliserin 10% /H2O2 3% selama 3
lokal (Lidokain spray atau tetes), atau minyak hari.
mineral selama ± 10 menit untuk membuat c. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong
serangga tidak bergerak dan melubrikasi kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
dinding MAE. Setelah serangga mati, serangga menimbulkan trauma pada membran timpani
dipegang dan dikeluarkan dengan forceps sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dg
aligator atau irigasi menggunakan air sesuai mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
suhu tubuh. disesuaikan dengan suhu tubuh.
2. Medikamentosa
2. Medikamentosa R/ H2O2 3% ed fls No. I
R/ ibuprofen tab 400 mg No. X S 3 dd gtt 4 AD/AS
S 3 dd tab 1 prn nyeri

Edukasi Konseling dan Edukasi Konseling dan Edukasi


Orang tua disarankan untuk menjaga lingkungan 1. Menganjurkan pasien utk membersihkan
anak dari benda- benda yang berpotensi telinga secara berlebihan, baik dg cotton
dimasukkan ke telinga atau hidung. bud atau alat lainnya.
2. Menganjurkan pasien untuk menghindari
memasukkan air atau apapun ke dlm telinga

DIARE
Nama Gastroenteritis
penyakit Kolera Disentri Gastroenteritis Viral
Shigellosis Amebiasis
 Diare encer tanpa rasa sakit,  BAB encer & sedikit sedikit 1. Amebiasis Intestinal Ringan  demam ringan dan muntah, diikuti
sangat profuse (sering & banyak), disertai lendir & darah  Perut kembung, kadang oleh 1-4 hari diare berair dan
feses seperti cucian beras, tidak Kram perut & nyeri saat akan nyeri perut ringan yg tidak berdarah.
berbau busuk maupun amis, tapi BAB bersifat kejang  Diare cair, ampas sedikit seperti
‘manis’ menusuk  Muntah-muntah  Diare ringan 4-5 kali sehari, biji Lombok, feses asam
 Muntah-muntah hebat tanpa  Sakit kepala tinja bau busuk, kadang +  Anoreksia
Anamnesis didahului mual  Demam (occasional) darah & lendir  Malaise
 Kejang otot (betis, biseps, triseps,  Demam subfebril
pektoralis, dinding perut) 2. Amebiasis Intestinal Sedang
 Sering disertai dehidrasi (rata2  Gejala lebih berat dari yg
berat) ringan
 Lunglai, tak berdaya  karena  Tinja +darah & lendir
dehidrasi & asidosis metabolik  Kram perut
 Demam
 Lemah badan
3. Amebiasis Intestinal Berat
 Diare dg banyak darah >15
kali sehari
 Demam tinggi (40-45◦C)
 Mual
 Anemia
- Higiene pribadi dan sanitasi  Higien personal buruk (tidak  Higien personal buruk (tidak rajin  Anak – anak usia 4 -23 bulan
lingkungan yg kurang rajin cuci tangan) cuci tangan) (puncak kejadian)
- Riwayat intoleransi laktosa ,  Higien makanan dan minuman  Higien makanan dan minuman  Usia muda pada negara
Faktor riwayat alergi obat buruk buruk berkembang
- Infeksi HIV atau infeksi menular  Sanitasi lingkungan buruk  Sanitasi lingkungan buruk
risiko seksual

 Tanda dehidrasi: kesadaran, rasa  Nyeri perut bagian bawah 5. Kepala  Suhu sedikit meningkat 
haus, turgor kulit abdomen, ubun-  Bising usus normal atau  Konjungtiva anemis demam tinggi infeksi bakteri
ubun besar (ckung/tidak), mata meningkat (disentri ameba berat)  Takikardi, denyut nadi tipis,
Px fisik (cekung/tidak), ada tidaknya air  Febris 6. Abdomen hipotensi  dehidrasi berat
mata, bibir, mukosa mulut & lidah  Terdapat tanda-tanda  Hepatomegali (bisa nyeri  Mulut kering, tidak ada air mata,
(kering/basah) dehidrasi tekan atau tidak) CRT > 2 detik  dehidrasi
 Pernapasan cepat  tanda  Nyeri tekan daerah  Px abdomen  nyeri tekan
asidosis metabolik sigmoid atau kuadran ringan
 Bising usus lemah atau tidak ada bawah
 hipokalemia
 Capillary refill time
(Ditemukan pada Deman Dengue
dan DHF)

Px 4. Px feses lengkap 6.Px. Feses lengkap 6. Darah rutin Px lab tidak diindikasikan pada
 Feses seperti cucian beras  Leukosit banyak di  Tidak ada peningkatan gastroenteritis viral; seringkali
penunjang  Px gram  basil melengkung feses (>50 netrofil per leukosit merupakan pengecualian pada
gram negative (V. cholera) lapang pandang) 7. Px. Feses lengkap praktek klinis  tapi tetep coba aja
5. Px darah lengkap  Feses bau busuk disertai px darah rutin sm feses lengkap yaa
 Leukositosis 7.Px darah rutin lendir & darah
 Peningkatan hematokrit, berat  Leukositosis  Tidak banyak mengandung
jenis serum, & protein serum leukosit
(dehidrasi)  Ditemukan amoeba

Diagnosis Infeksi Eschericiae coli Amoebiasis, Infeksi E. coli Shigellosis / disentri basiler, Amoebiasis, Shigellosis,
Enteroinvasive (EIEC), infeksi E. salmonellosis, colitis ulseraosa, Gastroenteritis bakteri, Salmonellosis
banding coli Enterohemoragik (EHEC), skistosomiasis (terutama daerah
Crohn’s disease, colitis ulseratif endemis)

R/ Tetrasiklin tab 500 mg No. XII R/ Siproflaxocin tab 500 mg No. R/ Metronidazol tab 500 mg No. XV R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S 4 dd tab 1 p.c  kalau anak 12,5 VI S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris
mg per kg/bb per oral S 2 dd tab 1 p.c  Penggantian cairan & elektrolit
Terapi Tangani dehidrasi R/ Paracetamol tab 500 mg No. X R/ Paracetamol tab 500 mg No. X sesuai derajat dehidrasi
S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris  Pemberian antiemetik dan agen
antidiare pada anak kecil tidak
R/ domperidon tab 10 mg No. X R/ domperidon tab 10 mg No. X dianjurkan
S 1 dd tab 1 p.r.n nausea S 1 dd tab 1 p.r.n nausea

Terapi suportif
Terapi suportif - Tirah baring
- Tirah baring - Jaga asupan cairan bila
- Jaga asupan cairan bila rehidrasi oral tidak
rehidrasi oral tidak mencukupi diberikan
mencukupi diberikan cairan melalui infus
cairan melalui infus Diet makanan lunak sampai
- Diet makanan lunak frekuensi BAB kurang dari 5
sampai frekuensi BAB kali/hari
kurang dari 5 kali/hari

- Memberikan pengertian pada  Memberikan pengertian  Memberikan pengertian pada  Perbaikan kualitas air dan sarana
pasien dan keluarga ttg pada pasien dan keluarga ttg pasien dan keluarga ttg sanitasi
penyakit, perjalanan penyakit, penyakit, perjalanan penyakit, perjalanan penyakit,  Vaksinasi pada anak
tatlak penyakit, tatlak tatlak
- Menjaga asupan cairan  Keluarga ikut menjaga diet  Keluarga ikut menjaga diet
- Menjaga hygiene makanan pasien diberikan makanan pasien diberikan makanan
lunak sampai frekuensi BAB lunak sampai frekuensi BAB
kurang dari 5 kali sehari kurang dari 5 kali sehari
kemudian diberi makanan kemudian diberi makanan
Edukasi ringan setelah ke ringan biasa bila ada kemajuan
 Menjaga kebersihan  CTPS,  Menjaga kebersihan  CTPS,
menjaga kebersihan jamban menjaga kebersihan jamban

NYERI SENDI
Tahap pemeriksaan sendi  Look, Feel, Move

Nama Osteoarthritis Rheumatoid arthritis Gout arthritis


penyakit
Anamnesis  Nyeri sendi  Nyeri sendi dpt hilang timbul  Bengkak pada sendi
 Asimetris  Gejala sistemik : mudah capek, lemah lesu,  Nyeri sendi mendadak biasa timbul malam
 Hambatan gerakan sendi takikardi, BB turun, anemia hari
 Kaku pagi <30 mnt  Sendi teraba hangat, bengkak  Bengkak disertai rasa panas dan
 Krepitasi  Kaku pagi hari >30 mnt kemerahan
 Pembesaran sendi  Pola karateristik persendian mulai dr sendi kecil di  Demam menggigil dan nyeri badan
 Perubahan gaya berjalan tangan, pergelangan tangan dan kaki, progresif  Apabila serangan pertama 90% kejadian
mengenai persendian besar, simetris (kanan kiri) hanya pd 1 sendi dan keluhan dpt
 Keterbatasan fungsi sendi menghilang dlm 3-10 walau tanpa
pengobatan

Faktor  Usia > 60 tahun  Wanita  Usia dan jenis kelamin


 Wanita, usia >50 tahun atau menopouse  Genetic  Obesitas
risiko  Kegemukan/ obesitas  Hormone seks  Alkohol
 Pekerja berat dengen penggunaan satu  Infeksi  Hipertensi
sendi terus menerus  Merokok  Gangguan fungsi ginjal
 Penyakit-penyakit metabolik
 Pola diet
 Obat: aspirin dosis rendah, diuretik, obat-
obat TBC

Px fisik Tanda Patognomonis  Articular Pemeriksaan fisik berupa arthritis


 Hambatan gerak - Bengkak/efusi sendi monoartikuler dapat ditemukan, biasanya
 Krepitasi - nyeri tekan sendi melibatkan sendi metatarsophalang 1 atau
 Pembengkakan sendi yang seringkali - sendi teraba hangat sendi tarsal lainnya. Sendi yang mengalami
asimetris - deformitas (swan neck, boutonniere, deviasi inflamasi tampak kemerahan dan bengkak.
 Tanda-tanda peradangan sendi ulnar).
 Deformitas sendi yang permanen  Ekstra articular
 Perubahan gaya berjalan - Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah
yang banyak menerima penekanan, vaskulitis.
- Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel
syndrome atau frozen shoulder.
- Mata dapat ditemukan kerato- konjungtivitis
sicca yg mrpkn manifestasi sindrom Sjorgen,
episkleritis/ skleritis. Konjungtiva tampak
anemia akibat penyakit kronik.
- Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya
radang sendi krikoaritenoid, pneumonitis
interstitial, efusi pleura, atau fibrosis paru luas.
- Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan
perikarditis konstriktif, disfungsi katup,
fenomena embolisasi, gangguan konduksi,
aortritis, kardiomiopati.

Px Radiografi  ditemukan adanya  Pemeriksaan laju endap darah (LED)  Radiologi :


penyempitan celah sendi dan osteofit  Pemeriksaan di pelayanan kesehatan sekunder atau Tampak pembengkakan asimetris pada
penunjang rujukan horizontal: sendi dan kista tanpa erosi.
1. Faktor reumatoid (RF) serum  Laboratorium Darah :
2. Radiologi tangan dan kaki  Gambaran dini Kadar asam urat dalam darah > 7 mg/dl.
berupa pembengkakan jaringan lunak, diikuti
oleh osteoporosis juxta-articular dan erosi pada
bare area tulang. Keadaan lanjut terlihat
penyempitan celah sendi, osteoporosis difus,
erosi meluas sampai daerah subkondral.
3. ACPA (anti-cyclic citrullinated peptide antibody)
/ anti-CCP
4. CRP
5. Analisis cairan sendi
6. Biopsi sinovium/ nodul rheumatoid
Diagnosis Gout arthritis, rheumatoid arthritis Arthritis lain, SLE Arthritis lain
banding
Terapi  Medikamentosa  Medikamentosa  Medikamentosa
R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X
S 2 dd tab 1 pc prn S 2 dd tab 1 pc prn S 2 dd tab 1 pc prn
**diberikan saat serangan
 Non medikamentosa  Non medikamentosa  Fisioterapi, tatalaksana
 Rehabilitasi medis/fisioterapi okupasi, bila perlu diberikan ortosis R/Alluperinol tab 100 mg No. X
S 1 dd tab 1 pc
**diberikan setelah tidak lagi serangan

Edukasi  Modifikasi gaya hidup dg cara  Pasien diberi edukasi utk proteksi sendi terutama  Modifikasi gaya hidup dgn minum cukup
menurunkan BB pada stad akut dg menggunakan deker 8-10 gelas perhari
 Melatih pasien utk tetap menggunakan  Mengelola obesitas
sendi dan melindungi sendi yg sakit  Menjaga BB ideal
 Hindari alkohol
 Pola diet sehat rendah purin

Nama Trauma sendi Lesi meniskus


penyakit
Anamnesis  Ada riwayat trauma  Nyeri pada lutut diikuti proses peradangan spt
 Tidak dpt melanjutkan aktivitas krn nyeri bengkak, kemerahan, ketidak stabilan sendi
 Nyeri diikuti proses peradangan spt bengkak,
teraba panas, kemerahan, dan
deformitas/penurunan fungsi

Faktor Trauma Atlet dan org yg berolahraga (sepak bola, basket, ski)
risiko
Px fisik  Adanya instabilitas sendi (ditunjukkan dlm  Instabilitas sendi lutut
pemeriksaan fisik khusus) yg mengalami trauma  Hasil + pada pemeriksaan tes McMurray, tes
**Pf khusus : kompresi apley, tes distraksi apley
- Sendi bahu (tes scarf)
- Sendi siku (tes valgus dan varus)
- Sendi lutut (tes drawer lachman, drawer
posterior, tes distraksi apley)
- Sendi ankle (tes anterior drawer)

Px  Radiologi  Radiologi
- X-ray untuk melihat fraktur disekitar sendi - X-ray utk melihat adanya fraktur disekitar
penunjang - MRI untuk melihat cedera ligament sendi
 USG musculoskeletal - MRI utk melihat cedera pada bantalan
sendi/meniscus
Diagnosis Sprain, strain, fraktur Trauma sendi, fraktur
banding
Terapi  Medikamentosa  Medikamentosa
R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X
S 2 dd tab 1 pc prn S 2 dd tab 1 pc prn
 Non medikamentosa (PRICE)  Non medikamentosa (PRICE)
Protection. Penghentian aktivitas sesaat setelah Protection. Penghentian aktivitas sesaat setelah
cedera harus dilakukan untuk mencegah cedera cedera harus dilakukan untuk mencegah cedera
lanjutan, perlambatan penyembuhan, peningkatan lanjutan, perlambatan penyembuhan, peningkatan
nyeri, dan stimulasi pendarahan. nyeri, dan stimulasi pendarahan.
Rest. Istirahat meliputi meredakan weight bearing. Rest. Istirahat meliputi meredakan weight bearing. Jika
Jika kaki cedera, penggunaan tongkat untuk kaki cedera, penggunaan tongkat untuk meminimalisir
meminimalisir stress pada tubuh yang cedera. stress pada tubuh yang cedera.
Ice. Ice pack diberikan sesegera mungkin setelah Ice. Ice pack diberikan sesegera mungkin setelah
cedera, 5-10 menit diikuti istirahat 5-10 menit dan cedera, 5-10 menit diikuti istirahat 5-10 menit dan
dilakukan pengulangan beberapa kali. Lakukan dilakukan pengulangan beberapa kali. Lakukan
treatment ini 3 x sehari untuk 2-3 hari pertama. treatment ini 3 x sehari untuk 2-3 hari pertama. Lapisi
Lapisi kulit dengan handuk tipis untuk mencegah kulit dengan handuk tipis untuk mencegah hipotermia
hipotermia jaringan. jaringan.
Compression. Kompresi pada area cedera untuk Compression. Kompresi pada area cedera untuk
membantu meredakan pembengkakan. Aplikasi membantu meredakan pembengkakan. Aplikasi
kompresi juga bisa dilakukan saat aplikasi es. kompresi juga bisa dilakukan saat aplikasi es.
Elevation. Bagian tubuh yang cedera ditinggikan di Elevation. Bagian tubuh yang cedera ditinggikan di
atas level jantung utk meredakan pembengkakan atas level jantung utk meredakan pembengkakan
dengan menggunakan prinsip gravitasi. dengan menggunakan prinsip gravitasi.

**bila terjadi rupture total meniscus maka dilakukan


pembedahan

Edukasi  Batasi aktivitas  Batasi aktivitas

KONSELING DM
Nama Diabetes Mellitus tipe 2 Tatalaksana dan konseling edukasi
penyakit
Anamnesis Keluhan khas DM :
3P
a. Polifagia
b. Poliuri
c. Polidipsi
d. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya

Keluhan tidak khas DM :


o Lemah
o Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
o Gatal
o Mata kabur
o Disfungsi ereksi pada pria
o Pruritus vulvae pada wanita
o Luka yang sulit sembuh
Faktor o Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
o Riwayat penyakit DM di keluarga
risiko o Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau
sedang dalam terapi hipertensi)
o Pernah didiagnosis penyakit jantung atau stroke
(kardiovaskular)
o Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan / atau Trigliserida > 250
mg /dL atau sedang dalam pengobatan dyslipidemia
o Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram
atau pernah didiagnosis DM Gestasional
o Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary
syndrome)
o Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa tergangu) / TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu)
o Aktifitas jasmani yang kurang

Px fisik Pemeriksaan Fisik Patognomonis Penurunan berat badan


yang tidak jelas penyebabnya
 Faktor Predisposisi
o Usia > 45 tahun
o Diet tinggi kalori dan lemak
o Aktifitas fisik yang kurang
o Hipertensi ( TD ≥ 140/90 mmHg )
o Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
o Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis,
hipertiroidisme
o Dislipidemia
Penatalaksanaan
 Non Medikamentosa
- Tatalaksana awal yang diperlukan untuk penderita baru terdiagnosis DM tipe 2
adalah modifikasi gaya hidup.
- Mengikuti pola makan sehat:
a. Karbohidrat  karbohidrat dianjurkan 45-60% total asupan energi dan
terutama karbohidrat berserat tinggi
 Tidak dianjurkan pembatasan Kh total <130 gr/hari
 Glukosa dalam bumbu diperbolehkan
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total energi
 Dianjurkan makan 3x sehari dan selingan seperti buah dan sayur
b. Lemak  Lemak dianjurkan 20-25% total asupan energi dan tidak boleh
>30% total energy
Komposisi yang dianjurkan adalah:
 Lemak jenuh (SAFA) < 7% total kalori
 Lemak tidak jenuh ganda (PUFA) < 10% total kalori
 Lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) 12-15% total kalori
 Perbandingan SAFA: PUFA: MUFA = 0,8 : 1,2 : 1
 Dibatasi lemak jenuh dan lemak trans (daging berlemak dan susu
fullcream)
 Kolesterol dianjurkan <200 mg/hr
c. Protein
 Pasien dengan nefropati diabetik, asupan protein yang dianjurkan 0,8
gr/kgBB/hr atau 10% total energy dengan 65% bernilai biologik tinggi.
 Pasien dengan yang menjalani HD, asupan protein yang dianjurkan 1 -
1,2 gr/kgBB/hr
d. Natrium  Asupan Na yang dianjurkan <1500mg/hr
e. Serat  Asupan serat yang dianjurkan 14gram/1000 kalori atau 20 – 35
gr/hr
f. Pemanis alternative
 Glukoasa alcohol ( xylitol, isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol)
 Pemanis tak berkalori (aspartame, sakarin, sucrose, neotame, acesulfam
potassium
 Fruktosa tidak dianjurkan
g. Kalori
 Dianjurkan 25-30 kal/kgBB Ideal
 BB Ideal : 90% x (TB-100)x 1 kg
 Wanita 1000-1200 kal/hr, laki-laki 1200-1600 kal/hr
h. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur (olahraga
minimal 30 – 45 menit, 3 – 5x seminggu dan mengikuti senam DM di prolanis
dll). Yang dianjurkan adalah latihan fisik aerobic dengan intensitas sedang
(50 – 70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda, jogging
dan berenang.
i. Berhenti merokok
j. Tidak ngemil gorengan dan roti tetapi perbanyak makan buah dan sayur
k. Tidak minum manis dan perbanyak minum air putih.

Px Pemeriksaan Penunjang  Medikamentosa


a. Gula Darah Puasa Gaya hidup sehat dipantau 2-3 bulan, bila tdk mencapai target terapi HBA1C <7%
penunjang b. Gula Darah 2 jam Post Prandial maka lanjut ke terapi berikutnya yaitu pemberian obat :
c. HbA1C
R/Metformin tab 500 mg No. XXX
S 2 dd tab 1

Diagnosis  Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:


a. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) +
klinis glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L).
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
b. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126
mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa
terganggu (TTGO) > 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO
dilakukan dengan standard WHO, menggunakan
beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan
dalam air. ATAU
d. HbA1C ≥ 6.5 %*
*Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥ 6.5 %
belum dapat digunakan secara nasional di Indonesia,
mengingat standarisasi pemeriksaan laboratorium
yang belum semua laboratorium sesuai dengan
National Glycohaemoglobin Standarization Programme
(NGSP). Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi
kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil
yang diperoleh.

 Kriteria gangguan toleransi glukosa:


a. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa
plasma puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl
(5.6–6.9 mmol/l)
b. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO
kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram (7.8 -11.1 mmol/L)
c. HbA1C 5.7-6.4%**
**Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥
6.5 % belum dapat digunakan secara nasional di
Indonesia, mengingat standarisasi pemeriksaan
laboratorium yang belum semua laboratorium
sesuai dengan National Glycohaemoglobin
Standarization Programme (NGSP).

Kembung mual muntah


Nama Gastritis GERD Intoleransi makanan Keracunan makanan Hepatitis
penyakit Virus
Anamnesis
RPS 1. Keluhan utama: mual 1. Keluhan utama: mual 1. Keluhan utama: mual 1. keluhan utama: mual muntah Lihat review
muntah muntah muntah 2. onset: 1-3 hari setelah konsumsi ikterik
2. Lokasi: epigastik/difus 2. Lokasi: epigastik/difus 2. Lokasi:- makanan ttt
3. Onset: Akut 3. Onset: Akut 3. Onset: kronis 3. Kuantitas: gejala menetap
4. Kuantitas: kadang- 4. Kuantitas: kadang-kadang 4. Kuantitas: muncul saat 4. Kualitas: mengganggu aktivitas
kadang muncul muncul (terutama pada konsumsi makanan (lemak, 5. Faktor memperberat:-
(terutama pada keadaan blm makan, atau glukosa, susu, protein, 6. Faktor memperingan: istirahat
keadaan blm makan, konsumsi OAINS, makan asam folat, vit B12, ) 7. Gejala penyerta: diare, lemas,
atau konsumsi OAINS) terlalu kenyang) 5. Kualitas: mengganggu kram pada abdomen, penglihatan
5. Kualitas: bisa 5. Kualitas: mengganggu 6. Memperberat:- berkunang-kunang/kabur, pusing,
mengganggu, atau aktivitas 7. Memperingan:- hilang selera makan, begah,
tidak mengganggu 6. Memperberat: apabila 8. Gejala penyerta: diare, urin<<
aktivitas makan tidak teratur, stratore, hipotensi
6. Memperberat: apabila konsumsi OAINS, tidur ortostatik, <<bb, distensi
makan tidak teratur, dengan posisi terlentang abdomen, lemas, edema
konsumsi OAINS 7. Memperingan: istirahat (pd intoleransi protein),
7. Memperingan: dengan posisi tidur leher anemia(pd intoleransi vit
istirahat, minum obat lebih tinggi, minum obat B12 dan as. folat),
<<as. Lambung <<as (obat yang gangguan perdarahan (pd
8. Gejala penyerta: bisa dikunyah). Lambung malabsorbsi vit K),
disertai dengan nyeri 8. Gejala penyerta: disertai gangguan neurologi (pada
bagian epigastrik, atau dengan nyeri bagian & malabsorbsi vit.
nyeri difus (sulit perasaan terbakar di regio neurotropik)
ditentukanlokasi dada dan epigastrik,
cenderung ke terkadang mulut terasa
hipokondriaka sinistra) pahit, terkadang rasa nyeri
mirip dengan gejala nyeri
pada ischemic heart
disease tp tanpa adanya
penjalaran nyeri ke
pundak kiri
Bisa terdapat
odinofagia(nyeri saat
menelan), suara menjadi
serak, laringitis, dan batuk
RPD Terdapat riwayat sakit Terdapat riwayat sakit yang Kemungkinan besar pernah Tidak ada keterangan
yang sama, atau tanpa sama, atau tanpa riwayat mengalami hal serupa
riwayat penyakit penyakit sebelumnya.
sebelumnya. Pada kasus tertentu Biasanya terjadi setelah reseksi
Pada kasus tertentu dtemukan riwayat konsumsi (pemotongan) pada sebagian
dtemukan riwayat OAINS pada pasien yang intestinum
konsumsi OAINS pada sering pegal/nyeri otot
pasien yang sering Bisa terdapat pankreatitis
pegal/nyeri otot kronis (nice to know aja
kayaknya)
RPK Bisa ada dan tidak ada Bisa ada dan tidak ada Bisa ada dan tidak ada Tidak ada keterangan
mengalami penyakit yang mengalami penyakit yang mengalami penyakit yang sama
sama sama
RPSE 1. Makan tidak teratur 1. Makan tidak teratur Tidak ada info khusus 1. Minat terhadap kuliner, terutama
(terutama makan pagi) (terutama makan pagi) raw food
2. Terlalu sering 2. Makan sampai terlalu 2. Suka makan makanan kalengan
konsumsi kopi (>2 kenyang tanpa dipanaskan terlebih dahulu
gelas perhari) 3. Tidur setelah makan (<1 3. bisa terjadi serentak pada
3. Pekerja atau jam) kumpulan orang yang
mahasiswa  sering 4. Terlalu sering konsumsi mengkonsumsi katering makan
begadang kopi (>2 gelas perhari) yang tidak bersih/terkontaminasi
4. Kuli bangunan atau 5. Pekerja atau mahasiswa 4. makan makanan di tempat dengan
pekerjaan yang  sering begadang kadar kimia tinggi (>>kemungkinan
memungkinkan 6. Kuli bangunan atau paparan)
>>asam laktat pekerjaan yang
5. Biasanya rekan kerja memungkinkan >>asam
tidak mengalami hal laktat
yang serupa 7. Biasanya rekan kerja tidak
6. Merokok, terutama mengalami hal yang
perokok berat serupa
7. Konsumsi alkohol 8. Merokok, terutama
8. Konsumsi makanan perokok berat
yang tidak bersih i.e. 9. Konsumsi alkohol
makan di warung
pinggir jalan
Px Fisik 1. KU: Tampak sakit 1. KU: Tampak sakit 1. KU: tampak sakit 1. KU: tampak sakit
2. Kesadaran: 2. Kesadaran: Komposmentis 2. Kesadaran: bisa 2. Kesadaran : biasanya sudah
Komposmentis 3. VS: secara umum DBN, komposmentis atau bisa << somnolen (penurunan kesadaran)
3. VS: secara umum DBN, bisa terdapat takikardi 3. VS: hipotensi, takikardi, 3. VS: suhu >>, RR >>
bisa terdapat takikardi akibat nyeri pada takipneu, <<suhu 4. pemeriksaan wajah dan
akibat nyeri pada abdomen, dan dada 4. Wajah dan ekstremitas: ekstremitas tampak gejala
abdomen 4. Pemeriksaan abdomen tanda anemia dehidrasi (mukosa kering, haus,
4. Pemeriksaan abdomen ditemukan adanya nyeri 5. Pemeriksaan abdomen: turgor kulit >>)
ditemukan adanya tekan pada regio distensi abdomen, 5. pemeriksaan status lokalis bagian
nyeri tekan pada regio epigastrik mungkin asites(mal. abdomen terasa nyeri pada saat
epigastrik protein) palpasi, bisa ditemukan
6. Pemeriksaan neurologis: >>peristaltik akibat diare
kelemahan (plegia),
neuropati perifer
Px 1. Pemeriksaan darah 1. Pemeriksaan darah rutin: 1. Pemeriksaan darah rutin: 5. Darah lengkap: eritosit, Hb, Ht,
rutin: eritrosit, Hb, Ht eritrosit, Hb, Ht dll, Hitung eritrosit, Hb, Ht dll, Hitung hitung jenis Leukosit
Penunjang
dll, Hitung Jumlah Jumlah Leukosit Jumlah Leukosit 6. Kimia darah: pemeriksaan
Leukosit 2. Pemeriksaan Endoskopi 2. Kimia darah: pemeriksaan elektolit darah
2. Pemeriksaan (bukan kompetensi) elektolit darah 7. LED
Endoskopi (bukan 3. Pemeriksaan Histo-PA 3. Foto polos abdomen: 8. Feses perubahan konsistensi
kompetensi) (bukan kompetensi) kalsifikasi pada pankreas lembek atau cair dengan atau
3. Pemeriksaan Histo-PA 4. pemeriksaan koagulasi: PT tanpa perubahan warna feses.
(bukan kompetensi) (Protrhombin time) Pada pemeriksaan mikroskopis
memanjang mungkin dapat ditemukan
eritrosit (bila terdapat iritasi
pencernaan), bisa ditemukan
parasit, pemeriksaan gram
Penegakan Berdasarkan anamnesis Berdasarkan anamnesis dan Berdasarkan anamnesis dan PF, 1. keracunan makanan, akibat bakteri:
dan PF, jarang ditemukan PF, dan pemeriksaan penunjang sesuaikan dg anamnesis,
Diagnosis tanda khusus penyakit Pemeriksaan gram ditemukan
bakteri gram (+/-)
2. keracunan makanan akibat parasit:
sesuaikan dengan anamnesis,
pemeriksaan mikroskopis feses
ditemukan parasit dengan atau
tanpa eritrosit
Diagnosis Gastritis GERD Malabsorbsi jangan lupa biasanya ada
dehidrasinya
Kerja keracunan makanan ..(bisa tambahin
penyebabnya) dengan dehidrasi
(ringan, sedang, berat)
Diagnosis GERD, ulkus gaster, ulkus Gastritis, Ulkus Gaster, Ulkus Whiplle disease, zollinger- Malabsorbsi , gastroenteritis
duodenum Duodenum ellison syndrome
Banding
Terapi 1. anti emetik: 1. Anti emetik: ondansetron 1. hindari konsumsi berlebih 1. rehidrasi sesuai tk dehidasi (oralit
ondansetron 2. Anti mual: domperidone pemicu malabsorbsi (i.e. atau dengan infus RL)
2. anti mual: R/Metronidazol tab 500 mg malabsorbsi glutenganti 2. oralit untuk atasi <<elektrolit
domperidone No. XV konsumsi susu kedelai) 3. antidiare: atapulgit, kalo ada
3. terapi khusus infeksi S 3 dd tab 1 2. terapi pemberian enzim (i.e. disentri kasihnya bismuth
H.pylori R/ omeprazole caps 20 mg malabsorbsi karna def. subsalisilat
R/amoxicilin tab 500 mg No. XIV enzim)?? 4. infeksi bakteri: antibiotik, kasih
No. XV S 2 dd tab 1 spektrum luas i.e. ciprofloxacin
S 3 dd tab 1 R/ domperidon tab 10 mg No.
R/ Metronidazol tab 500 X
mg No. XV S 1 dd tab 1
S 3 dd tab 1
R/ omeprazole caps 20
mg No. XIV
S 2 dd tab 1
ante coanam 30 mnt
(dikunyah)

Nama penyakit Kolesistitis akut Appendicitis akut Peritonitis


Anamnesis 1. Demam Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah Keluhan
2. Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney. 1. Nyeri hebat pada abdomen yang dirasakan
epigastrium dan teralihkan ke bawah Apa bila telah terjadi inflamasi (>6 jam) terus-menerus selama beberapa jam, dapat
angulus scapula dexter, bahu kanan atau penderita dapat menunjukkan letak nyeri hanya di satu tempat ataupun tersebar di
yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri karena bersifat somatik. seluruh abdomen. Intensitas nyeri semakin
angina Gejala Klinis kuat saat penderita bergerak seperti jalan,
pektoris, berlangsung 30-60 menit tanpa 1. Muntah bernafas, batuk, atau mengejan.
peredaan, berbeda dengan spasme yang 2. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul 2. Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu
cuma berlangsung singkat pada kolik beberapa jam sesudah nyeri . badan penderita akan naik dan terjadi
bilier. 3 Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri takikardia, hipotensi dan penderita tampak
3. Serangan muncul setelah konsumsi 5. demam 37,50C - 38,50C bila suhu lebih letargik dan syok.
makanan besar atau makanan berlemak tinggi, diduga telah 3. Mual dan muntah timbul akibat adanya
di terjadi perforasi. kelainan patologis organ visera atau akibat
malam hari. iritasi peritoneum.
4. Flatulens dan mual 4. Kesulitan bernafas disebabkan oleh
Kolesistitis kronik adanya cairan dalam abdomen, yang dapat
1. Gangguan pencernaan menahun mendorong diafragma.
2. Serangan berulang namun tidak Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
mencolok. Sederhana (Objective)
3. Mual, muntah dan tidak tahan
makanan
berlemak
4. Nyeri perut yang tidak jelas disertai
dengan
sendawa.
Faktor risiko 1. Wanita
2. Usia >40 tahun
3. Sering mengkonsumsi makanan
berlemak
4. Adanya riwayat kolesistitis akut
sebelumnya.
Px Fisik 1. Ikterik bila penyebab adanya batu di Inspeksi 1. Pasien tampak letargik dan kesakitan
saluran empedu ekstrahepatik 1. Penderita berjalan membungkuk sambil 2. Dapat ditemukan demam
2. Teraba massa kandung empedu memegangi perutnya yang sakit 3. Distensi abdomen disertai nyeri tekan dan
3. Nyeri tekan disertai tanda-tanda 2. Kembung bila terjadi perforasi nyeri lepas abdomen
peritonitis 3. Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada 4. Defans muskular
lokal, tanda Murphy positif appendikuler abses. 5. Hipertimpani pada perkusi abdomen
Palpasi Pekak hati dapat menghilang akibat udara
Terdapat nyeri tekan McBurney bebas di bawah diafragma
1. Adanya rebound tenderness ( 7. Bising usus menurun atau menghilang
2. Adanya defans muscular 8. Rigiditas abdomen atau sering disebut perut
3. Rovsing sign positif papan
4. Psoas signpositif 9. Pada colok dubur akan terasa nyeri di semua
5. Obturator Signpositif arah, dengan tonus muskulus sfingter ani
Perkusi : Nyeri ketok (+) menurun dan ampula rekti berisi udara.
Auskultasi :Peristaltik normal, peristaltik tidak
ada pada
illeus paralitik karena peritonitis generalisata
akibat appendisitis perforata.
Colok dubur :Nyeri tekan pada jam 9-12
Apendiks yang mengalami gangren atau
perforasi lebih sering terjadi dengan gejala-
gejala sebagai berikut:
1. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36
jam
2. Demam tinggi lebih dari 38,5oC
3. Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
4. Dehidrasi dan asidosis
5. Distensi
6. Menghilangnya bising usus
7. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
8. Rebound tenderness sign
9. Rovsing sign
10. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal
Px penunjang Laboratorium darah menunjukkan Laboratorium darah perifer lengkap Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan di
adanya Leukositosis a.leukosit dan neutrofil layanan tingkat pertama untuk menghindari
akan meningkat. keterlambatan dalam melakukan rujukan.
c. Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3
maka umumnya sudah terjadi perforasi dan
peritonitis.
d. Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan
sebagai konfirmasi dan menyingkirkan kelainan
urologi yang menyebabkan nyeri abdomen.
e. Pengukuran kadar HCG bila dicurigai
kehamilan ektopik pada wanita usia
subur.
2. Foto polos abdomen
a. Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto
polos abdomen tidak banyak membantu..
f. Bila sudah terjadi perforasi, maka pada foto
abdomen tegak akan tampak udara bebas di
bawah diafragma.
Diagnosis Angina pektoris, Apendisitis akut, Ulkus 1. Kolesistitis akut
peptikum perforasi, Pankreatitis akut 2. Divertikel Mackelli
banding 3. Enteritis regional
4. Pankreatitis
5. Batu ureter
6. Cystitis
7. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
8. Salpingitis akut
Terapi 1. Tirah baring dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan Pasien segera dirujuk
2. Puasa operasi cito. penatalaksanaan awal seperti
3. Pemasangan infus 1. Bed rest total posisi fowler (anti berikut:
4. Pemberian anti nyeri dan anti mual Trandelenburg) 1. Memperbaiki keadaan umum pasien
5. Pemberian antibiotik: 2. Puasa 2. Pasien puasa
R/ceftriaxone 1 gr vial No. II 3. Cairan untuk mengoreksi jika ada dehidrasi. 3. NGT
S pro imm 4. NGT 4. cairan IV
R/ metronidazole 500 mg vial No. III Medikamentosa: 5. Pemberian antibiotik spektrum luas
S pro imm R/ceftriaxone 1 gr vial No. II medikamentosa:
R/ cetorolac 30 mg vial No. III S pro imm R/ceftriaxone 1 gr vial No. II
S pro imm R/ metronidazole 500 mg vial No. III S pro imm
R/ ondansentron 8 mg/4 ml amp No. I S pro imm
S pro imm R/ cetorolac 30 mg vial No. III
S pro imm

Edukasi Konseling dan Edukasi


Keluarga diminta untuk mendukung
pasien untuk
menjalani diet rendah lemak dan
menurunkan
berat badan.

Anda mungkin juga menyukai