- Sanitasi lingkungan baik Higien personal buruk (tidak rajin Ada tikus ditempat tinggal Riwayat menderita malaria
(timbunan sampah, genangan cuci tangan) Musim hujan sebelumnya
air tapi bersih) Higien makanan dan minuman Terpapar banjir Tinggal di daerah endemis
Faktor - Adanya jentik nyamuk di tempat buruk Kerja disawah, kolam ikan, Pernah berkunjung 1-4 minggu
tinggal Sanitasi lingkungan buruk tempat kotor tanpa alas kaki ke daerah endemis
risiko - Adanya penderita DBD di Adanya outbreak demam typhoid Riwayat mendapat tranfusi
lingkungan sekitar di sekitar tempat tinggal darah
Carier typhoid disekitar pasien
Kondisi imunodefisiensi
Suhu >37,5 ⁰C 1. keadaan umum 1. Keadaan umum Tampak sakit, Periode demam
perdarahan mukosa tampak sakit sedang, komposmentis Kulit merah
ptechiae, ekimosis, purpura kesadaran 2. TTV Teraba panas
Px fisik rumple leed + (>10 ptechiae) komposmentis/ada Febris Suhu tubuh meningkat
(Ditemukan pada Deman Dengue penurunan Bradikardia relative dapat sampai 40 ⁰C
dan DHF) demam >37,5 ⁰C Icterus Kulit kering
bradikardia relative 3. Px mata Pucat
Khusus pada DHF penurunan denyut nadi Konjungtiva subfussion Nadi cepat
splenomegaly, hepatomegaly sebanyk 8 dpm setiap 4. Px ektremitas Takipnea
kebocoran plasma (efusi pleura, kenaikan suhu 1⁰C Nyeri tekan pd otot Periode dingin dan berkeringat
asites) 2. Px. Mulut Ruam kulit Kulit dingin dan
hematemesis, melena Typhoid tongue 5. Px abdomen berkeringat
Tremor lidah Limfadenopati Nadi cepat dan lemah
Halitosis (bau mulut) Hepatomegaly, splenomegaly Bisa ditemukan penurunan
3. Px abdomen Bisa ada edema kesadaran
Nyeri abdomen Ggn perdarahan
Hepatosplenomegali 1. Kepala
Icterus klu stage berat Konjuntiva anemis
Sclera ikterik
2. Thorax
Nafas cepat
3. Abdomen
Hepatomegaly
Splenomegaly
Asites
4. Ekstremitas
Akral dingin (tanda syok)
Bibir sianosis
1. Px darah lengkap 1.Px. Darah lengkap 1. Darah rutin 1. Apusan darah ditemukan
Px Trombositopenia <150.000, Leukosit bervariasi Leukosit shift to the left parasit plasmodium
leukosit <5000, peningkatan Limfositosis relative, Trombositopenia ringan 2. Rapid diagnostic u/malaria
penunjang Ht 5-10% demam dengue monositosis, 2. Px. Urin 3. Px fungsi hati
Trombositopenia <100.000, trombositopenia, anemia Ada sedimen urin (leukosit,
leukosit <4000, peningkatan 2.Serologi (cek 5 hari pertama eritrosit, hialin, granular)
Ht >20% hipoalbuminemia, demam) Proteinuria ringan
hipoproteinemia DHF Ditemukan IgM anti 3. Serologi IgM anti leptospira
2. Px serologi IgM, IgG anti salmonella typhi 4. Px fungsi hati
dengue Tes Widal (Titer aglutinin O 5. Px fungsi ginjal
3. Foto thorax Ditemukan efusi min 1/320) atau terdapat
pleura untuk melihat apakah kenaikan titer hingga 4x lipat
ada kebocoran plasma dlm interval 5-7 hari
3.Kultur Salmonella tiphy +
4.Px SGOT SGPT kalau ada kelainan
hepar
5.Kadar lipase dan amylase
Diagnosis Demam typhoid, ideopatic DHF, malaria, leptospirosis, ISK, Demam dengue, malaria, hepatitis, Demam dengue, leptospirosis,
trombositopenia purpura (ITP), hepatitis A penyakit riketsia demam typhoid, demam karena
banding demam ec infeksi virus infeksi parasite lain
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X R/ Cefixime tab 100 mg No. XX R/ Doksisiklin tab 100 mg No. XIV R/ tab FDC (dihidroartemicin 40 mg
S 3 dd tab 1 p.c kalau anak 10- S 2 dd tab 1 p.c S 2 dd tab 1 + piperaquin 320 mg) No. IX (utk 3
15 mg per kg/bb per oral hari, klu yg 4 atblet berarti No. XII)
Terapi R/ Paracetamol tab 500 mg No. X R/ Paracetamol tab 500 mg No. X S 1 dd tab 3 p.c (BB <59 sekali 3
R/Infus RL 500 ml flab No. S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris tablet, BB >60 sekali minum 4
(disesuaikan keb cairan) Cum tablet)
infus set No. 1 abbocath No. 22 R/ domperidon tab 10 mg No. X R/ domperidon tab 10 mg No. X
S 1 dd tab 1 p.r.n nausea S 1 dd tab 1 p.r.n nausea R/ Primaquin tab 15 mg No. II
S 1 dd tab 2 p.c
(>60 kg diberikan 3 tab, <59
diberikan 2 tab)
Terapi suportif Terapi suportif dan observasi ketat
- Tirah baring untuk mendeteksi dehidrasi, R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
- Jaga asupan cairan hipotensi, perdarahan, gagal ginjal S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris
- Diet lunak rendah serat,
cukup kalori, cukup protein
- Control dan monitor ttv
Memberikan pengertian pada Memberikan pengertian pada - Apabila pasien risti maka Menghindari gigitan nyamuk
pasien dan keluarga ttg pasien dan keluarga ttg diberikan pakaian khusus yg bisa dengan memakai kelambu atau
penyakit, perjalanan penyakit, penyakit, perjalanan penyakit, melindungi dr kontak dengan lotion anti nyamuk
tatlak sehingga pasien tatlak bahan yang terkontaminasi Menghindari aktifitas diluar
mengerti bahwa tidak ada Edukasi Diet kencing tikus rumah di malam hari
obat untuk DHF sehingga Jumlah cairan - Keluarga melakukan Mengawasi pasien minum obat
pengobatan secara ilmiah Tahapan mobilisasi pencegahan dengan menyimpan sampai sembuh dengan PMO
- Asupan cairan terjaga Konsumsi obat makanan dan minuman dengan
- Awasi warning sign (demam Edukasi tanda kegawatan baik agar terhindar dari tikus
Edukasi
turun tapi keadaan anak supaya mengerti untuk - CTPS sebelum makan
memburuk, nyeri perut dan membawa ke RS - Cuci tangan, kaki, dan serta
nyeri tekan badomen, bagian tubuh denga sabun
letarghia, muntah persisten, setelah kerja dari lingkungan
gelisah, perdarahan mukosa, kerja yg tercemar
pembesaran hati, akumulasi
cairan, oliguria)
- Modifikasi gaya hidup (3M =
Menguras, Mengubur,
Menutup)
- Meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan2an
bergizi dan olahraga rutin klu
udah sembuh
MAMMAE
Anamnesis PF mammae
1. Riwayat penyakit sekarang (benjolan, rasa nyeri yg berhubungan dg menstruasi, discharge, perubahan putting, perubahan kulit, tanda
metastasis)
2. Riwayat reproduksi (usia menarche, kehamilan, riw. Menyusui, usia menopause, anamnesis keluarga lengkap)
3. Riwayat penyakit dahulu (penyakit serupa, peny. Sistemik yg relevan, riw biopsy, operasi mammae/yg lain, riw penggunaan obat berupa
hormone, kontrasepsi dan lama konsumsi obat)
4. Riwayat peny. Keluarga (peny yg diturunkan/ditularkan)
5. Riwayat sosek (pendidikan, pekerjaan, pernikahan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan)
IKTERIK
Nama Hepatitis A Hepatitis B Sirosis Hepatis
Penyakit
Mata kulit kuning Icterus yang didahului urin Ikterik
Anamnesis Demam gelap Mual muntah
Penurunan nafsu makan Pruritus ringan dan Gatal
Nyeri otot dan sendi sementara Jika kronis=perut membesar
Lemah, letih, lesu Gejala GI = malaise, anoreksi, (asites)
Mual muntah muntah Nyeri abdomen
Warna urin spt teh Gejala flu, batuk, fotopobia, Tdk nafsu makan
Tinja spt dempul sakit kepala, myalgia BAB hitam dan lembek
**highlight abu=muncul setelah Edem tungkai
terinfeksi 6 minggu **tanyakan riwayat alcohol dan
hepatitis
Faktor risiko Konsumsi makan dan minum Hubungan seks tdk aman Infeksi virus, parasite
yg tdk terjaga sanitasinya atau dg penderita hepatitis B obat2an, dan bahan kimia
Menggunakan alat makan dan Jarum suntik bergantian kelainan bawaan
minum dr penderita hepatitis Pekerja di tempat yang obstruksi bilier
terpapar darah manusia
Pernah mendapat transfuse
darah sblm dilakukan
pemilahan donor
Penderita gagal ginjal yang
menjalani hemodialysis
Anak yang lahir dr ibu
penderita hepatitis
Diagnosis Hepatitis B dan C, Ikterus Perlemakan hati, hepatitis Hepatitis B, CHF, gagal ginjal
obstruktif, sirosis hepatis autoimun, hepatitis alkoholik,
banding obstruksi akut traktus biliaris
Terapi R/ Ibuprofen tab 400 mg No.X R/ Ibuprofen tab 400 mg No.X R/ Spironolakton tab 100 mg No. X
S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1 S 1 dd tab 1
R/ domperidon tab 10 mg No.X
R/ domperidon tab 10 mg No.X S 3 dd tab 1
S 3 dd tab 1
R/ kurkuma tab 200 mg No.X
R/ kurkuma tab 200 mg No.X S 1 dd tab 1
S 1 dd tab 1
Auskultasi :
- Ronkhi basah halus kedua sisi paru
- Edem -> suara paru melemah
Katup jantung
- Aorta: SIC 2 LPS D
- Pulmonal: SIC 2 LPS S
- Trikuspidalis: SIC 4 LPS S
- Bikuspidalis: SIC 5 LMC S
- Murmur sistolik
- Gallop S3 positif suara ketika atrium
sedang berkontraksi (saat diastole)
Abdomen : Asites ?
Ekstremitas :
Edem tungkai pitting edem / lama kembali ketika
ditekan CHF kanan
Px penunjang - EKG (hipertrofi otot, atrial fibrilasi, perubahan Spirometri Foto thoraks : sudut kostofrenikus tumpul,
gelombang T, dll) (tidak dianjurkan ketika kondisi akut ) perselubungan homogen , posisi postero
- Foto thoraks : lihat ada kardiomegali atau tidak, Jika tdk ada spiro dx PPOK bisa ditegakkan klinis, anterior akan memperjelas kemungkinan
CTR (cardio thorax ratio) N <50%. Jika >50% tapi dianjurkan utk usia > 40 th adanya efusi pleura masif, pendorongan
kardiomegali. Hasil = VEP / KVP < 70 % jantung dan mediastinum ke sisi yang sehat.
- Edema pulmo, efusi: radio opak
Efusi: basal Pemeriksaan Lab Pungsi pleura melihat jenis cairan pleura
Edema: parenkim Darah rutin
- Darah lengkap AGD Efusi pleura
Hb (anemia) Radiologis
- Elektrolit Pemeriksaan Radiologi 75 ml cairan efusi : sinus kostofrenikus
- Marka jantung : peningkatan CK-MB, Troponin I Fototorak hiperlusen, diafragma mendatar, tumpul
-Px urin, SGPT, SGOT corakan bronkovaskular 300 ml : Gambaran efusi pleura (Garis Ellis
(komplikasi ) Domessau) pemeriksaan lateral dekubitus
Kultur sputum (karena batuk berdahak )
Diagnosis Gagal jantung (akut atau kronik) Asma eksaserbasi akut Diagnostik Fisis:
TB - Fremitus melemah
banding Gagal jantung NIHA …. Dengan komplikasi ….. CHF - suaranapas melemah/ menghilang
Bronkiektasis - Redup
Major Criteria:
o PND Diagnosis banding:
o JVD Tumor paru
o Rales Pneumonia
o Cardiomegaly Pneumothoraks
o Acute Pulmonary Edema Fibrosis paru
o S3 Gallop
o Positive hepatic Jugular reflex
o ↑ venous pressure > 16 cm H2O
Minor Criteria
LL edema,
Night cough
Dyspnea on exertion
Hepatomegaly
Pleural effusion
↓ vital capacity by 1/3 of normal
Tachycardia 120 bpm
Weight loss 4.5 kg over 5 days
management
NIHA
1. Tidak ada sesak masih bisa akt
2. Akt berat
3. Akt ringan
Istirahat
Diagnosis banding
Asma
PPOK
Emfisema pulmo
Cor pulmonal
Edukasi 1. Edukasi penyebab dan faktor risiko penyakit Edukasi tentang penyakit Edukasi penyebab dan faktor risiko
gagal jantung kronik. Hindari rokok / faktor pencetus efusi pleura.
2. Pasien dan keluarga diberitahu tanda-tanda Patuh dalam pengobatan yang telah
kegawatan kardiovaskular dan pentingnya (edukasi mirip CHF) direncanakan.
kontrol.
3. Patuh dalam pengobatan yang telah
direncanakan.
4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk
pasien beraktivitas dan berinteraksi.
5. Berhenti merokok dan minum alkohol
6. Beritahu komplikasi yg mungkin bisa terjadi
Syok kardiogenik
Gangguan keseimbangan elektrolit
Faktor risiko
Px fisik Status Generalis Status generalis :
- Keadaan Umum : Kesadaran : CM
- Kesadaran : Keadaan umum : sesak napas
- Antropometri : BB. TB Cek Antropometri ( utk faktor risiko)
- Tanda Vital : TD (hipertensi), Nadi, RR Cek tanda vtal wajib!
(meningkat), Suhu
- Status gizi Head to toe
Kepala
Head to toe - Nafas cuping hidung (jika berat)
Kepala - Sianosis perioral (jika berat)
- Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva Leher
tidak hiperemis - Retraksi suprasternal
- Hidung : pernafasan cuping hidung (+), Thorax
sekret (-) - Inspeksi: retraksi interkostal (jika
- Mulut : sianosis (+) berat)
Leher - Palpasi : simetris
- Inspeksi : deformitas (-), retraksi - Perkusi : sonor
suprasternal (+/-) - Auskultasi: wheezing, ekspirasi
- Palpasi : deviasi trachea (-), pembesaran memanjang dikedua lapang paru ,
limfonodi (-), JVP (meningkat) suara dasar vesikuler
Thoraks Cor: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
a. Jantung Abdomen: inspeksi, auskultasi, perkusi,
- Inspeksi : ictus cordis palpasi
- Palpasi : ictus cordis (letak, kuat Ekstremitas:
angkat/tidak), diameter, thrill - Akral
- Perkusi : batas jantung-paru Capillary refill
(pembesaran ruang jantung)
- Auskultasi :
Abdomen
- Inspeksi : bentuk perut, permukaan
perut, deformitas (-)
- Auskultasi : bising usus
- Palpasi : 9 regio abdomen (ada
pembesaran organ/tidak, nyeri tekan)
tidak teraba hepar dan lien
- Perkusi : 9 regio abdomen (ada
pembesaran organ/tidak, nyeri tekan)
Ekstremitas
Capillary Refill Time (CRT) < 2 detik
Px penunjang PP lab : Arus Puncak Ekspirasi (APE)
• Darah lengkap, hitung jenis leukosit
menggunakan Peak Flowmeter terdapat
• LED
• Gula darah kenaikan ≥15 % rasio APE sebelum dan
• Ureum, creatinin
sesudah pemberian inhalasi salbutamol.
• ALT, AST
• Analisis gas darah APE 80 % ada obstruksi
• Elektrolit
Spirometri
• Pemeriksaan bacteriologi
Pemeriksaan darah (eosinofil total dan
Lanjutan PP pneumonia dibawah Pneumonia
IgE )
Diagnosis :
• Foto toraks terdapat infiltrat baru atau Analisa gas darah
infiltrat progresif ditambah dengan 2
Skin prick test (utk alergi)
atau lebih gejala di bawah ini :
• Batuk-batuk bertambah Foto torak : corakan bronkovaskular
• Perubahan karakteristik dahak / purulen
opak dan padat
• Suhu tubuh > 38 C / riwayat demam
• Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-
tanda konsolidasi, suara napas bronkial
dan ronki
• Leukosit > 10.000 atau < 4500
Bronkitis kronis
Bronkiectasis
Emfisema
PPOK
CHF
TB
PP Pneumonia
- Rontgen Thorax anteroposterior (radiografi) : peningkatan corak vaskular pada zona atas paru (kranialisasi), ada grais Kerley B,
penebalan perivascular dan peribronkial, opasitas alveolar dengan batas tidak tegas, bisa disertai efusi pleura.
Ps : Penebalan septum (edema septumseptum interlobular)
terlihat sebagai garis tipis, lurus, sepanjang 2−6 cm. Pada
daerah perihiler disebut sebagai garis Kerley “A”. Garis-garis
yang mirip, tidak lebih dari 2 cm, ditemukan pada lapangan
paru perifer tegak lurus terhadap garis pleura, disebut sebagai
garis Kerley “B”. Garisgaris Kerley “C” lebih pendek dan
membentuk pola retikuler di bagian basiler sentral paru dan
biasanya paling baik terlihat pada foto lateral.
- EKG untuk melihat fungsi jantung
- Darah rutin = leukosit naik
- Periksa dahak SPS
BATUK
Nama TB PARU BRONKITIS BRONKIEKTASIS PNEUMONIA COVID
penyakit
Anamnesis Gejala umum Batuk 2-3 minggu Batuk berdahak hampir setiap
1. Demam Dahak bisa jernih putih kuning hari lebih dari satu bulan
2. Keringat malam hari atau hijau
3. Malaise Demam ringan
4. Turun BB Berat dan tidak nyaman di
Gejala respi dada
1. Batuk berdahak lbh dr 2 mgg Sesak napas
2. Batuk produktif sampai Sering di temukan mengi
berdarah setelah batuk
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
Px fisik Keadaan umum tampak sakit, Paru Suara napas wheezing Demam lebih dari 40 derajat
komposmentis 1. Inspeksi: pasien tampak Fremitus meningkat daerah
Thorax kurus dengan barrel chest yang sakit
- Ditemukan suara napas 2. Palpasi: fremitus normal Perkusi redup
bronkial 3. Perkusi: sonor, peranjakan Auskultasi ronkhi basah halus
- Ronki basah apex pulmo hati mengecil batas paru sampai kasar
- Suara napas amforik hati lebih rendah
4. Auskultasi: suara nafas
ronkhi basah kasar dan
whezzing
Px penunjang Mikroskopis BTA + Foto thoraks ditemukan Pemeriksaan sputum terdapat PCR +
Radiologi ditemukan adanya normal atau gambaran tiga lapis seperti karat warnanya Rontgen thorax : ada
kavitas/infiltrat corakan bronkovaskuler lapisan 1 (bawah)= pus/ purulent gambaran berawan, ground
Darah rutin limfosit meningkat di perihiler Lapisan 2 (tengah)= saliva glass appaereance
meningkat Lapisan 3 (atas)= foam/buih
Pada anak di tes tuberculin Pemeriksan ro thoraks honey
comb appearance
Diganosis TB Paru BTA (+) kasus (baru, DD: Pneumonia, asma, TB DD: asma, TB, bronkitis DD: pneumonia, bronchitis
kambuh, putus obat) status HIV
kerja dan (+/-/td diketahui)
Diagnosis
banding DD : pneumonia, bronchitis kronik,
bronkiektasis
Terapi Kalau batuk kering R/ ambroxol syr 15 mg/5 ml fls No.1 R/ vit C tab 500 mg No.LX
R/ Dextrometorpan hbr tab 15 S 3 dd cth 1 S 2 dd tab 1
mg No. X
S 3 dd tab 1 R/ amoxicillin syr125 mg/5 ml fls R/ vit D tab 1000 IU No.VII
No.1 S 1 dd tab 1
Batuk berdahak S 3 dd cth 1
R/ ambroxol tab 35 mg No. X R/ azitromicin tab 500 mg No.V
S 3 dd tab 1 S 1 dd tab 1
Edukasi Edukasi ttg penyakit Memberikan saran keluarga Memberikan saran keluarga untuk Istirahat yang cukup
Menggunakan masker untuk mendukung perbaikan mendukung perbaikan
Etika buang dahak kemampuan penderita dalam kemampuan penderita dalam
Etika batuk aktivitas sehari hari
aktivitas sehari hari
Menjaga higienitas Menghindari merokok atau
Menghindari merokok atau iritan
Istirahat cukup iritan lainnya
Untuk keluarga diminta untuk lainnya
ikut periksa
Awasi pasien minum obat (PMO)
KONSELING HIPERTENSI
Nama Hipertensi Tatalaksana
Penyakit
Anamnesis Sakit/nyeri kepala
Gelisah
Jantung berdebar2
Pusing
Leher kaku
Penglihatan kabur
Rasa sakit di dada
Diagnosis kerja
Diagnosis White coat hipertention, encephalitis, nyeri akibat
banding tekanan intraserebral
PENGLIHATAN KABUR
Nama Hipermetropi Miopi
penyakit
Anamnesis Penglihatan kurang jelas untuk objek yg dekat Penglihatan kabur jika melihat jauh
Sakit kepala terutama daerah frontal, dan makin kuat Mata cepat lelah
pada penggunaan mata yg lama dan baca dekat Pusing dan mengantuk
Penglihatan tdk enak (astenopia akomodatif) pd jarak Cenderung memicingkan mata jika melihat jauh
yg tetap dan jangka waktu yg lama Tidak terdapat riwayat kelainan sistemik (DM, hipertensi)
Mata sensitive terhadap sinar dan buta senja
Terapi Lensa sferis + terkuat yg menghasilkan tajam Lensa sferis – terlemah yg menghasilkan penglihatan tajam
penglihatan baik terbaik
Lensa kontak Lensa kontak
Bedah refraktif Bedah refraktif
Lasik Lasik
Edukasi Penyakit ini harus dikoreksi dg bantuan kacamata krn Membaca dlm cahaya cukup dan tdk membaca dlm jarak
jika tdk maka mata akan berakomodasi terus menerus yg terlalu dekat
dan menyebabkan komplikasi Control setidaknya 1 kali dlm setahun utk pemeriksaan
refraksi bila ada keluhan
1. Pemeriksaan Visus
No. Kegiatan
Pemeriksaan Tajam Pengelihatan Jauh
11. Tanyakan terlebih dahulu pada pasien, apakah pasien bisa membaca. Jika bisa, gunakan snellen chart. Jika tidak, gunakan E
chart.
12. Posisikan pasien duduk dengan jarak 6 m dari snellen chart
13. Tutup mata kiri dengan occluder (kalau ada trial frame) atau telapak tangan. Pastikan occluder atau telapak tangan tidak
menyentuh mata. Tunjukkan caranya.
“Mata kirinya ditutup seperti ini ya pak. Jangan ditekan. Nanti selama pemeriksaan lihat lurus ke depan. Nanti saya akan
menunjuk salah satu huruf yang ada di kartu ini, nanti bapak sebutkan hurufnya. Jelas ya pak, ada yang ingin ditanyakan
terlebih dahulu?”
14. Mintalah pasien membaca dari atas ke bawah
Pasien diminta untuk membaca huruf terbesar pada optotype (Jika tidak bisa membaca huruf terbesar lanjut ke no 19)
Pasien diminta untuk membaca semua huruf pada optotype baris demi baris hingga batas 6/6
Yang dimaksud dengan visus dasar:
Baris terakhir yang dapat dibaca oleh pasien
Minimal 50% dari total huruf dalam 1 baris
15. Lakukan pada mata kontralateral
Pin Hole Test
16. Mintalah penderita untuk membaca huruf pada baris terkecil yang dia bisa dengan menggunakan pin hole
Bila visus tetap berkurang (uji pinhole tidak maju) bukan kelainan refraksi
Bila visus membaik (uji pinhole maju) kelainan refraksi
17. Lakukan pada mata kontralateral (jika terdapat penurunan visus)
Tajam Pengelihatan Rendah
Finger Counting
18. Berdiri dengan jarak 1 m dari pasien. Tunjukkan jari-jari Anda dan tanyakan pada penderita berapakah jumlah jari yang
Anda tunjukkan. (bila pasien tidak bisa menyebutkan dengan benar, lanjut ke no 22)
19. Bila pasien benar, mundur 1 m lagi dan seterusnya hingga pasien salah menyebutkan jari Anda
20. Catat dari jarak berapa pasien masih dapat mengidentifikasi jumlah jari pemeriksa dengan benar. Visus pasien: jarak pasien-
pemeriksa/60.
21. Lakukan pada mata kontralateral
Hand Movement
22. Berdiri dengan jarak 1 m dari pasien
23. Gerakan tangan Anda ke atas dan ke bawah atau ke kiri – kanan
24. Mintalah pasien mengidentifikasi arah gerakan tangan Anda
25. Jika pasien bisa menyebutkan dengan benar, maka visus pasien adalah 1/300
Jika tidak bisa, lakukan tes dengan cahaya (no 26)
Light Perception
26. Berdiri dengan jarak 1 m dari pasien
27. Sinari cahaya penlight pada mata pasien
28. Minta pasien mengidentifikasi ada atau tidaknya sinar penlight
Jika pasien dapat melihat sinar, visusnya 1/. Lanjutkan dengan light projection (no 29)
Jika pasien tidak melihat sinar, visusnya 0.
Light Projection
29. Arahkan sinar penlight dari atas-bawah-kanan-kiri mata pasien dan minta pasien untuk mengidentifikasi arah datangnya
sinar. Jika benar ditulis sebagai +, dan salah ditulis sebagai -
N Kegiatan
o.
1. Letakkan lensa S + 0.50 pada trial frame di depan mata kanan
2. Tanyakan apakah huruf yang dilihat menjadi lebih jelas
3. Bila tidak, ganti lensa tersebut dengan lensa S – 0.25. Apabila menjadi lebih jelas, tambahkan secara bertahap sampai pasien dapat
melihat dengan jelas (sampai visus 6/6). Tentukan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus terbaik (MIOPI)
Jika menjadi lebih jelas, tambahkan secara bertahap sampai penderita dapat melihat dengan jelas (sampai visus 6/6). Tentukan lensa
sferis positif yang terkuat yang memberikan visus terbaik (HIPERMETROPI)
*misal diberi sferis positif semakin jelas, tetap dicoba juga diberi sferis negatif. Bandingkan lebih jelas yang mana
4. Lakukan pada mata kontralateral (bila terjadi penurunan visus)
5. Catat hasilnya
Mata merah
Nama Konjungtivitis
penyakit Bakteri Viral Alergi Gonorrhea
Anamnesis - Mata merah - mata merah (sedang) - mata merah (ringan) - mata merah
- Secret purulent - secret encer/serous - gatal ++++++ - secret purulent berat
- Pseudoptosis (sulit hingga mucus - secret serous-mukus - pembengkakan KGB
membuka mata) - bisa disertai demam - riwayat berulang preaurikular
- Lokasinya bilateral - mata berair - semakin dikucek semakin
- Memberat di pagi - unilateral/bilateral gatal
hari/bangun tidur
Faktor - Kebiasaan - Tertular dari penderita - Faktor pemicu - Pada bayi baru lahir dari ibu
banding skleritis
Edukasi - Konjungtivitis - Konjungtivitis mudah - Hindari faktor pemicu - Konjungtivitis mudah menular
mudah menular krn menular krn itu sblm dan krn itu sblm dan sesudah
itu sblm dan sesudah mengoleskan obat mengoleskan obat penderita
sesudah penderita harus mencuci harus mencuci tangan dengan
mengoleskan obat tangan dengan bersih bersih
penderita harus - Jangan menggunakan - Jangan menggunakan
mencuci tangan handuk/lap dg pengguna lain handuk/lap dg pengguna lain
dengan bersih - Menjaga lingkungan rumah - Menjaga lingkungan rumah dan
- Jangan dan sekitar sekitar
menggunakan
handuk/lap dg
pengguna lain
- Menjaga lingkungan
rumah dan sekitar
Nama EPISKLERITIS PERDARAHAN SUB HORDEOLUM
penyakit CONJUNGTIVA
Diagnosis konjungtivitis
banding skleritis
Edukasi Memberikan informasi Tidak perlu khawatir karna Kompres hangat 4-6 kali
tentang penyakitnya perdarahan akan terlihat sehari selama 15 menit
diantaranya tentang meluas dalam 24 jam dalam mata tertutup
natur penyakit yang pertama, namun setelah itu Jangan dipecah atau
ringan umuumnya self akan berkurang ditusuk
limited Perlu pengontrolan tekanan Jangan pake lensa
darah pada pasien dengan Jaga kebersihan kelopak
hipertensi mata pakai air dan sabun
Psikiatri
N
Aspek yang dinilai
o
1 Menunjukkan kontak mata, sikap menerima, memberi salam, mempersilahkan duduk dan mempersiapkan medical record
2 Memperkenalkan diri, meminta persetujuan untuk pemeriksaan, menjaga kerahasiaan (membina raport)
3 Berbicara dengan lafal yang jelas/bahasa mudah dimengerti, memahami dan menggunakan bahasa non verbal
4 Menanyakan identitas penderita yang meliputi :
- Nama
- Umur
- Alamat
- Pekerjaan/pendidikan
- Status perkawinan
5 Menanyakan Keluhan Utama
RPS kronologis, onset, situasi pasien ketika kambuh, kepribadian dalam keadaan normal,
RPD (Psikiatri, Medis : trauma kepala, kejang, gang keadaran , HIV, sifilis , Alkohol/zat lain)
RPK Kepribadian anggota keluarga dan peran anggota keluarga kepada pasien
Riwayat Pribadi (awitan, faktor pencetus)
a) Prenatal dan Perinatal lama kehamilan, proses kelahiran,trauma/cacat lahir, kehamilan yang dingginkan orang tua
atau bukan
b) Perkembangan masa kanak kanak – remaja makanan, sekolah, pubertas
c) Masa Dewasa
Pekerjaan jenis, konflik, sikaprekankeja
Perkawinan konflik
Pendidikan, agama
Hubungan social dengan masyarakat
Riwayat tindakan kekerasan/kejahatan
Riwayat sexual awal puber, riw pelecehan seks, orientasi sexual
Mimpi dan fantasi mimpi buruk, khayalan,
6 Melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien (dinarasikan)
Pemeriksaan Psikiatri
7 Kesan Umum
a. Penampilan
1) Tampak sehat
2) Tampak sakit jiwa
b. Tatapan mata
1) Kosong
2) Berbinar
3) Hidup
8 Sikap
a. Kooperatif
gampang di ajak komunikasi
b. Grandius
Percaya diri berlebih
c. Agresif
d. Wapada
Biasanya pada orang yang punya waham curiga
e. Kataton
Tetap pada kondisi tertentu (stuport / rigiditas)
9 Tingkah Laku
a. Hiperaktif
Banyak melakukan gerakan
b. Hipoaktif
Sedikit melakukan gerakan
c. Disaktif
Hampir tidak melakukan gerakan
10 Orientasi
a. Waktu (Baik / Buruk)
b. Tempat (Baik / Buruk)
c. Orang (Baik / Buruk)
d. Situasi (Baik / Buruk)
11 Kesadaran
a. Kompos mentis
b. Somnolen
12 Proses Pikiran
a. Bentuk fikir
1) Realistis
Sesuai kenyataan
2) Non-realistis
Tidak sesuai kenyataan (ada waham ato halusinasi)
3) Autisme
Menarik diri, diam, suka ketawa-ketawa
b. Isi fikir
1) Waham
Keyakinan yang salah, tapi terus di pertahanin
a. Waham logis
- Waham kebesaran
- Waham dikejar
- Waham bersalah
- Waham cemburu
- Waham curiga
b. Waham ngga logis / bizare
(khas skizofrenia)
- Thought of insertion
Ada bisikan yg diyakini, tapi tidak nampak wujud yg bisikin dan nggak bisa ndeskripsiin suaranya kaya apa
- Thought of withdrawal
Orang lain tau apa isi pikiranya (keliatan dari gerak-geriknya)
ex :
D : kamu lagi mikirin si x ya ?
P : kok dokter tau, aku lagi mikirin si x ?
- Tought of braodcasting
Pasien merasa orang lain tau apa isi pikirannya
ex : kamu tau isi pikiran saya ya ??
- Thought of echo
2) Obsesi
3) Fobi
Takut terhadap sesuatu hal
4) Preokupasi
c. Progresi fikir
1) Remming
Menjawab dengan suara yang pelan / bisik-bisik
Blocking
Saat ngomog tiba-tiba diem / berhenti
2) Mutisme
membisu
3) Logore
Banyak ngomong dan ngga bisa di interupsi
4) Talk aktiv
Banyak ngomong tapi bisa di interupsi
5) Inkoherensi
Jawabnya ngga masuk akal
6) Inrelevansi
Jawabnya ngga nyambung
7) Ekolalia
Kata-kata yang berulang
8) Ekopraksi
Meniru gerakan
9) Serotipi
Gerakan yang berulang
10) Sirkumtansial
Ngomongnya muter-muter tapi ngga ada tujuanya
11) Tangensial
Ngomongnya muter-muter tapi ada tujuanya
12) Flight of idea
Ngomongnya lompat-lompat
13 Roman Muka
a. Hipomimik
Ekspresinya dikit
b. Hipermimik
Ekpresinya ganti-ganti
c. Tegang
Disertai waham curiga
14 Afek
a. Tumpul
Ekpresinya dikit
b. Datar
Ngga ada ekspresi
c. Disforik
Mimik ngga jelas
d. Elasi
Bahagia berlebihan
e. Euforik
Bahagia sangat berlebihan
f. Irritable
Mudah marah
15 Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Persepsi tanpa adanya stimulus.
Banyak macamnya, tp paling sering halusinasi auditorik sama visual
b. Ilusi
Persepsi salah terhadap stimulus eksternal
16 Hubungan jiwa
a. Mudah
Dokter mampu memahami pasien
b. Sukar
Dokter sukar memahami pasien
17 Perhatian
a. Mudah di tarik mudah di cantum (MDMD)
kalo di tanya langsung jawab, selama di tanya-tanya memperhatikan dengan seksama apa yang di tanyakan
b. Mudah di tarik susah di cantum (MDSD)
kalo di tanya jawabnya agak miir-mikir
c. Susah di tarik susah di cantum (SDSD)
18 Gangguan memori
a. Amnesia retrograd
Lupa pengalaman sebelum sakit
b. Amnesia anterograg
Lupa pengalaman sesudah sakit
c. Paramesia
Memori palsu : de javu
19 Gangguan intelegensia
a. Baik
b. Kurang
c. Buruk
20 Insight/Tilikan
a. Baik
Tau kalo dia sakit (pada pasien sikotik)
b. Buruk
Ngga tau kalo dia sakit (pada pasien non-sikotik)
Alloanamnesis (dilakukan setelah pemeriksaan pasien, sebagai konfirmasi)
21 Menanyakan identitas sumber informasi (keluarga, saudara, teman dekat, dll)
22 Menanyakan Riwayat Penyakit sekarang :
a. Keluhan dan gejala yang bisa diamati oleh keluarganya
b. Faktor pencetus
c. pernah/tidak mengalami sembuh sempurna
d. pernah/tidak berusaha melukai diri sendiri/orang lain
23 Menayakan Riwayat penyakit sebelumnya :
a. psikiatrik
- keluhan yang pernah dialami oleh penderita
- pernah/tidak sembuh sempurna
- riwayat pengobatan
b. Medis
c. Riwayat alcohol dan zat lain
24 Menanyakan Riwayat Pribadi :
a. Prenatal dan perinatal
b. Masa anak-anak
c. Masa remaja
d. Masa dewasa
- Riwayat pendidikan
- Riwayat pekerjaan
- Keagamaan
- Aktivitas sosial
- Kebiasaan
- Lainnya
e. Riwayat psikoseksual
f. Riwayat keluarga
g. Silsilah Keluarga
h. Mimpi, khalayan, nilai hidup
25 Meringkas hasil dan mengemukakan sindrom yang didapatkan dari hasil anamnesis
26 Memberi kesempatan untuk bertanya dan menutup pembicaraan
27 Mengucapkan salam
TOTAL
TAMBAHAN PENJELASAN
A. SIKAP
Isi: aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif), psikomotor (jika ada)
Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:
1) Ekopraksia menirukan gegerakan seseorang
2) Streotipi fisik/berbiacra yang tetap dan berulang
3) Katalepsi posisi tidak bergerak yang dipertahankan secara konstan
4) Eksitasi katatonik gerak ga jelas tidak dipengaruhi stimulus ekternal
5) Stupor Katatonik AKtivitas motorik melambat , tampak tidak sadar akan lingkunagn sekitar
6) Postur katatonik Mempertahankan suatu postur aneh pada tempatnya (KAKU) dalam waktu lama
7) Fleksibilitas Serea Keadaan seseorang yang dapat dibentuk menjadi posisi yang dapat dipertahankan
8) Akinesia tidak ada pergerakan fisik
9) Mutisme: tak bersuara
10) Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek marah/benci.
B. KESADARAN
1. Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan menggunakannya secara efektif dalam
mempengaruhi hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
2. Somnolen: terkantuk-kantuk
3. Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.
4. Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap stimuli.
5. Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
6. Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan sikap
7. Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita menjadi tidak dapat diam.
8. Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya terjadi pada epilepsi
C. ORIENTASI
WAKTU TEMPAT ORANG SITUASI
o Mbak, kemarin datang ke sini hari apa/sudah berapa hari?(O-w) Datang sama siapa?(O-o) Kenapa dibawa ke
sini?(insight) Waktu dibawa ke sini, mbak baru apa, dimana?(o-t,s)
o Mbak tadi malam bisa tidur? Bangun jam berapa?(O-w) Yang nunggu mbak tadi malam siapa?(O-o) Tadi mbak sudah
jalan-jalan ke mana saja?(O-t) Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)
D. PROSES PIKIR
1) BENTUK PIKIR
a. Nonrealistik/derealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin, misal: “saya adalah seorang presiden”
atau seorang dokter berkata, “saya dapat menyembuhkan semua orang yang sakit”
b. Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal: “saya adalah seorang malaikat”
atau “saya dapat menyembuhkan segala macam penyakit”
c. Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pad aide yang idesentris. Orang autistic selalu hidup dalam
alam/dunianya sendiri, dan secara emosional terlepas dari orang lain.
d. Tidak logis (illogical thought), sering juga disebut magical thought: berorientasi pada hal-hal yang bersifat magis.
e. Pikiran konkrit (formal thought disorder): pikiran terbatas pada satu dimensi arti
3) PROGRESI PIKIR
a. Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia.
Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan kata yang diulang.
b. Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan
tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manic.
c. Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat dimengerti.
d. Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan kalimat dengan arti istilah yang aneh.
Secara khas terdapat pada skizofrenia.
e. Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topic ke topic lain tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah
(masih terkait, walau sangat kecil kaitannya).
f. Stereotypi kata/kalimat: pengulangan kata/kalimat karena adanya pengulangan buah pikiran. Bila terjadi pengulangan kata =
verbigerasi, pengulangan kalimat = perseverasi. Terdapat pada skizofrenia dan GMO.
g. Logore: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti.
h. Echolalia: menirukan kata-kata/kalimat orang lain, cenderung berulang-ulang dan persisten.
i. Remming: pasien berbicara dengan sangat lambat dan biasanya dengan nada yang rendah, karena pikirannya timbul perlahan
sehingga progresi piker menjadi lambat. Biasanya terdapat pada pasien dengan depresi.
j. Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada
skizofrenia.
k. Mutisme: pasien tidak member respon terhadap lingkungan, tidak mau berbicara sama sekali. Sering ditemukan pada skizofrenia
kataton, depresi berat, histerical aphonia, dan GMO.
l. Aphasia: gangguan berbicara/berbahasa karena kerusakan otak
Mood : emosi yang menetap dan meresep Afek : ekspresi emosi yang yang teramati
Eutimia : perasaan normal Luas : afek normal
Distrofia : suasana perasaan tidak menyenangkan (jenuh, Sempit : ekspresi terbatas
jengkel,bosan)
Hipertimia : semangat dan kegairahan yang berlebihan Tumpul : penurunan intensitas perasaan yang diungkapkan
Euforia : perasaan gembira yang berlebihan Datar : kehilangan kemampuan berekspresi (wajah datar, pandangan nata
kososng, sikap kaku, gerakan minimal )
Estasia : perasaan yang diwarnaidengan kegairan yang Appropiate : emosi selaras dengan pikiran dan gaya bicara
meluap luap
Anhedonia : kehilangan minat rsinggung Nonappropiate : emosi tidak selaras dengan pikiran dan gaya bicara
Irritable : mudah senitif Labil : perubahan perasaan yang cepat dan mendadak , tidak disebabkan
stimulus eksternal
Mania : elasi (perasaan gembiara,euphoria, optimism,
kesenengan)
Hipomani : mania namun tidak intens
F. PERSEPSI
Isi: agnosia, halusinasi, ilusi
1) Agnosia: ketidakmampuan mengenal dan menafsirkan rangsangan sensorik -- agnosia visual, taktil, sensorik.
2) Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
a) Halusinasi dengar (akustik, auditori)
b) Halusinasi visual à harus dalam keadaan mata penderita terbuka. Biasanya merupakan petunjuk adanya gangguan
mental organic.
c) Halusinasi bau/olfaktori
d) Halusinasi pengecapan/gustatory
e) Halusinasi seksual
f) Heautoscopie: halusinasi visual khusus, pasien melihat orang yang mirip dirinya berada di depannya atau
mendekatinya. Bila dapat dikoreksi, maka disebut pseudo halusinasi.
g) Halusinasi kinaestesi (phantom phenomenon): persepsi palsu pada pasien setelah mengalami operasi besar. Contoh:
pasien post amputasi kaki berkata bahwa kakinya masih utuh.
3) Ilusi: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimulus sensorik yang real. (ada objek nyata)
G. HUBUNGAN JIWA
a. Mudah: pasien mudah bercerita (member informasi) dan mengungkapkan perasaannya kepada pemeriksa. (mudah diajak
berkomunikasi)
b. Dapat: pasien dapat memberikan sedikit informasi kepada pemeriksa.
c. Sukar: pasien sukar diajak berbicara, tidak mau memberikan informasi/berkomunikasi dengan pemeriksa.
H. PERHATIAN
a. Mudah ditarik: pasien mudah untuk ditarik perhatiannya dan menjawab pertanyaan pemeriksa.
b. Mudah dicantum: pasien dapat memusatkan perhatian pada topic tertentu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan topic
pembicaraan pemeriksa.
AXIS I GANGGUAN KLINIS /SINDROM KLINIS (Skizo….., bipolar manic/depresi, demensia, GAD, ..)
macamnya :
Dementia (penurunan mental progresif berupa memory dan penilaian), Amnesia (hilang ingatan), dan Delirium
(mengigau)
Gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat kimia atau obat
Gangguan psikotik
Eating disorder (Anoreksia nervosa)
Sleeping disorder (Insomnia)
Gangguan penyesuaian diri
Diagnosis klinis
dan diagnosis
banding
Diagnosis banding :
asites/edema
massa otot yg tinggi spt pada olahragawan
Komplikasi DM tipe 2
Hipertensi
Serangan jantung
Kanker colon
Angina
Penyakit empedu
Ca ovarium
Osteoarthritis
Stroke
Faktor penurunan daya tahan tubuh obat2an yang menekan dan riwayat atopi riwayat kelainan osteomeatal
paparan debu/asapa yang menghambat kerja saraf lingkungan dengan kelembababan (seperti deviasi septum)
risiko bersifat iritatif simpatis tinggi rhinitis alergi dan nonalergi
paparan dengan penderita faktor iritasi oleh asap rokok, terpaparnya debu tungau di karpet polip hidung
infeksi sal. Napas udara dingin, klembabban udara atau sprei riwayat kelainan gigi dan gusi
tinggi, bau menyengat asma bronkial
faktor endokrin seperti riwayat ispa berulang
kehamilan, pubertas, kebiasaan merokok
kontrasepsi oral, dan hipotiroid pajanan pokutan
faktor psikis seperti cemas, imunodefisiensi
tegang, dan stress penggunaan kokain
Px fisik suhu dapat meningkat rhinoskopi anterior: konka adanya alergik salu, yaitu gerakan suhu meningkat
rhinoskopi anterior: tampak inferior membesar merah pasien menggosok hidung nyeri tekan di sinus paranasal
cavum nasi sempit, secret muda/tua/pucat, secret serous wajah alergik shiners (dark circle di pemeriksaan transiluminasi
serous/mukopurulen, dan jumlah tidak banyak mata) pemeriksaan rongga mulut
mukosa konka edem dan nasal krease (lipatan horizontal dapat ditemukan: karies
hiperemis yang melalui stgh bawah hidung) profunda pada gigi rahang atas
mulut sering terbuka dengan rhinoskopi anterior: edem di
lengkung langit2 yang tinggi shg meatus medius, secret
menyebbakan gangguan mukopurulen, kelainan
pertumbuhan gigi (facies adenoid) anatomis yang
dinding posterior faring tampak mempredisposisi
granuler dan edem
dinding lateral faring menebal
geographic tongue
rhinoskopi anterior: mukosa edem,
basah, warna pucat/kebiruan,
secret encer tipis dan banyak
Px klasifikasi: darah tepi: melihat kadar hitung eosinophil dalam darah tepi foto polos sinus paranasal
- rhinitis virus eosinophil dan secret hidung dengan water’s view (AP atau
penunjang - rhinitis bakteri skin prick test pemeriksaan IgE total lateral)
- rhinitis iritan (paparan kadar IgE spesifik untuk skin prick test darah lengkap
debu, asap, atau gas yang menyingkirkan rhinitis alergi
iritatif)
Diagnosis Rhinitis vasomotor, rhinitis Rhinitis alergi, rhinitis Rhinitis vasomotor, rhinitis akut Rhinitis akut, influenza, kluster
alergi medikamentosa, rhinitis akut headache
banding
Terapi Medikamentosa: Medikamentosa: Medikamentosa: Medikamentosa:
R/ paracetamol tab 500 mg No. R/ pseudoefedrin HCL 60 R/ cetirizine tab 10 mg No. X R/ pseudoefedrin hcl 120 mg +
X mg+tripolidin HCL 2,5 mg tab No. X S 1 dd tab 1 loratadin 5 gt tab No. X
S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1 S 2 dd tab 1
R/ pseudoefedrin HCL tab 60 mg No.
R/ pseudoefedrin HCL tab 60 mg X R/amoxicilin tab 500 mg No. XV
No. X S 3 dd tab 1
S 3 dd tab 1
S 3 dd tab 1
R/ metilprednisolon tab 4 mh No X
S 3 dd tab 1
Edukasi Menjaga tubuh supaya selalu Megidentifikasi & menghindari Menyingkirkan faktor allergen Hindari faktor pencetus
sehat faktor pencetus Menghindari suhu ekstrem panas
Lebih sering cuci tangan, Berhenti merokok atau dingin
terutama sebelum menyentuh Selalu jaga kesehatan/kebugaran
wajah jasmani
Memperkecil kontak dengan
orang yang terinfeksi
Etika batuk
Melakukan bilas hidung secara
rutin
b. Nyeri menelan
Px fisik Faringitis viral, pada Laringoskopi indirek (khusus untuk 1. Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥T2.
pemeriksaan tampak faring pasien dewasa): a.Hiperemis dan terdapat detritus di
dan tonsil hiperemis, 1. Pada pemeriksaan fisik akan dalam kripti yang memenuhi
eksudat tampak mukosa laring yang permukaan tonsil baik berbentuk
Faringitis bakterial, pada hiperemis dan membengkak folikel, lakuna, atau
pemeriksaan tampak tonsil terutama di bagian atas dan pseudomembran.
membesar, faring dan bawah pita suara. b.Bentuk tonsillitis akut dengan
tonsil hiperemis dan 2. Biasanya terdapat tanda radang detritus yang jelas disebut tonsilitis
terdapat eksudat akut dihidung atau sinus folikularis. Bila bercak-bercak
dipermukaannya. Beberapa paranasal detritus ini menjadi satu,
hari kemudian timbul 3. Pada laringitis kronik, dapat membentuk alur alur maka akan
bercak petechiae pada ditemukan nodul, ulkus dan terjadi tonsilitis lakunaris.
palatum dan faring. Kadang penebalan mukosa pita suara. c. Bercak detritus ini dapat melebar
ditemukan kelenjar limfa sehingga terbentuk membran semu
leher anterior membesar, (pseudomembran) yang menutupi
kenyal dan nyeri pada ruang antara kedua tonsil sehingga
penekanan. tampak menyempit. Temuan ini
mengarahkan pada diagnosis
banding tonsilitis difteri.
d.Palatum mole, arkus anterior dan
arkus posterior juga tampak udem
dan hiperemis.
e.Kelenjar limfe leher dapat
membesardan disertai nyeri tekan.
2. Tonsilitis kronik:
a. Tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang tidak rata, kriptus
melebar dan berisi detritus.
b. Pembesaran kelenjar limfe
submandibula dan tonsil yang
mengalami perlengketan.
c. Gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial
tonsil melewati pilar anterior
sampai ¼ jarak pilar anterior
uvula.
2. T2: 25-50% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaringatau batas medial
tonsil melewati ¼ jarak pilar
anterior- uvula sampai ½ jarak
pilar anterior-uvula.
3. T3: 50-75% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial
tonsil melewati ½ jarak pilar
anterior-uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior-uvula.
4. T4: > 75% volume tonsil
dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial
tonsil melewati ¾ jarak pilar
anterior-uvula sampai uvula
atau lebih.
Diagnosis Laringitis, tonsillitis Benda asing pada laring, Faringitis, Infiltrat tonsil, limfoma, tumor tonsil
Bronkiolitis, Bronkitis, Pneumonia,
banding Tumor pada
laring, Kelumpuhan pita suara
Edukasi Memberitahui pasien dan Memberitahu pasien dan keluarga Memberitahu individu dan keluarga
keluarga untuk: untuk: untuk:
1. Menjaga daya tahan 1. Menjaga daya tahan tubuh dengan 1. Menghindari pencetus, termasuk
tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan makanan dan minuman yang mengiritasi
mengkonsumsi makan olahraga teratur. 2. Melakukan pengobatan yang adekuat
bergizi dan olahraga 2. Menghentikan merokok. karena risiko kekambuhan cukup
teratur. 3. Mengistirahatkan pasien berbicara tinggi.
2. Berhenti merokok bagi dan bersuara atau tidak bersuara 3. Menjaga daya tahan tubuh dengan
anggota keluarga yang berlebihan. mengkonsumsi makan bergizi dan
merokok. 4. Menghindari makanan yg mengiritasi olahraga teratur.
3. Menghindari makan atau meningkatkan asam lambung. 4. Berhenti merokok.
makanan yang dapat 5. Selalu menjaga kebersihan mulut.
mengiritasi tenggorok. 6. Mencuci tangan secara teratur.
4. Selalu menjaga higiene 7. Rencana tindak Lanjut
mulut dan tangan
Gangguan pendengaran dan nyeri telinga
Nama Otitis eksterna OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
penyakit
Anamnesis Rasa sakit pada telinga (otalgia), yg bervariasi Keluhan (Sesuai Stadium) Keluar cairan dari liang telinga secara
dari ringan hingga hebat, terutama saat daun Stadium oklusi tuba: Telinga terasa penuh/ terus menerus atau hilang timbul lebih
telinga disentuh dan mengunyah nyeri, pendengaran dapat berkurang. dari 2 bulan
Rasa penuh pada telinga Stadium hiperemis: Nyeri telinga makin Riwayat pernah keluar cairan dari liang
Pendengaran dapat berkurang intens, demam, rewel dan gelisah (pada telinga sebelumnya.
Terdengar suara mendengung (tinnitus) bayi/anak), muntah, nafsu makan hilang, anak Cairan dpt berwarna kuning/kuning-
Keluhan biasanya dialami pada satu telinga biasanya sering memegang telinga yg nyeri. kehijauan/bercampur
dan sangat jarang mengenai kedua telinga Stadium supurasi: sm spt stadium hiperemis darah/jernih/berbau
dalam waktu bersamaa Stadium perforasi: Keluar sekret dr liang Gangguan pendengaran
Keluhan penyerta lain yang dapat timbul: telinga
demam atau meriang, telinga terasa basah Stadium resolusi: Setelah sekret keluar,
intensitas keluhan berkurang (suhu turun,
nyeri mereda, bayi/anak lebih tenang. Bila
perforasi permanen, pendengaran dpt tetap
berkurang.
Faktor Riwayat sering beraktifitas di air, misalnya: Bayi dan anak Higienitas kurang dan gizi buruk
berenang, berselancar, mendayung. Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi saluran nafas atas berulang
risiko Riwayat trauma yang mendahului keluhan, Menyusu dari botol dalam posisi berbaring Daya tahan tubuh yang rendah
misalnya: membersihkan liang telinga dengan telentang Penyelam.
alat tertentu, memasukkan cotton bud, Kelainan kongenital, misalnya: sumbing langit-
memasukkan air ke dalam telinga. langit, sindrom Down
Riwayat penyakit sistemik, seperti: diabetes Paparan asap rokok
mellitus, psoriasis, dermatitis atopik, SLE, HIV. Alergi
Tingkat sosio-ekonomi yang rendah
Px Tidak diperlukan Audiometri nada murni, bila fasilitas tersedia Tes garputala Rinne, Weber, Schwabach
menunjukkan jenis ketulian yang dialami
penunjang pasien
Audiometri nada murni
Foto mastoid (bila tersedia)
Diagnois Perikondritis yang berulang, Kondritis, Otitis media serosa akut, Otitis eksterna
Otomikosis
banding
Terapi Medikamentosa Medikamentosa Non-Medikamentos
R/ Polimixin B ear ointment tub No. I 1. STADIUM OKLUSI TUBA Membersihkan dan mengeringkan
S 3 dd ue AD/AS R/ efedrin HCL 0,5% (anak); 1% (dewasa) saluran telinga dg kapas lidi /cotton bud.
nasal spray fl No. II Obat cuci telinga dpt berupa NaCl 0,9%,
**jika otitis eksterna difusa (2/3 nyeri liang S 3 dd puf 2 Asam Asetat 2%/Hidrogen Peroksida 3%.
telinga dalam, nyeri tekan tragus, sekret bau) 2. STADIUM HIPEREMIS Medikamentosa
maka diberikan : R/ efedrin HCL 0,5% (anak); 1% (dewasa) - Antibiotic topical:
nasal spray fl No. II R/ Ofloxacin ed fls No. I
R/Polimixin B sulfat 1000 IU S 3 dd puf 2 S 2 dd gtt 4 AD/AS
Neomicin sulfat 5 mg 3. STADIUM SUPURATIF - Antibiotic oral:
Fludrocortison asetat 1 mg Pro Miringotomi R/amoxicilin tab 500 mg No. XV
Lidokain HCL 40 mg R/ Efedrin HCL 0,5 fls No. I S 3 dd tab 1
Ear drops Fl No. I S 3 dd gtt 1 AD/AS/ADS
S 3 dd gtt 4
R/Amoxiclav 625mg tab No.XXX
S 3dd tab 1 pc
4. STADIUM PERFORASI
R/ H2O2 3% eardrops flsNo. I
S 2 dd gtt 2 AD/AS/ADS
R/ Amoxiclav 625mg tab No. XXX
S 3 dd tab 1 pc
Edukasi Pasien dan keluarga perlu diberi penjelasan, di Konseling dan Edukasi Konseling dan Edukasi
antaranya: 1. Untuk bayi/anak, orang tua dianjurkan untuk 1. Menjaga kebersihan telinga dan tidak
Tidak mengorek telinga baik dengan cotton memberikan ASI mengorek-ngorek telinga dengan benda
bud atau alat lainnya 2. minimal 6 bulan sampai 2 tahun. tajam.
Selama pengobatan pasien tidak boleh 3. Menghindarkan bayi/anak dari paparan asap 2. Menjaga agar telinga tidak kemasukan
berenang rokok. air.
Penyakit dapat berulang shg hrs menjaga 3. Menjelaskan bahwa penyakit ini
liang telinga agar dalam kondisi kering dan merupakan
tidak lembab penyakit infeksi sehingga dengan
penanganan yang tepat dapat disembuhkan
tetapi bila dibiarkan dapat mengakibatkan
hilangnya pendengaran serta komplikasi
lainnya.
Nama BENDA ASING DI TELINGA SERUMEN PROP
penyakit
Anamnesis Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan
Keluhan 1. Rasa penuh pada telinga
1. Riwayat jelas benda asing masuk ke telinga 2. Pendengaran berkurang
secara sengaja maupun tidak 3. Rasa nyeri pada telinga
2. Telinga terasa tersumbat atau penuh 4. Keluhan semakin memberat bila telinga
3. Telinga berdengung kemasukan air (sewaktu mandi/berenang)
4. Nyeri pada telinga 5. Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya
5. Keluar cairan telinga yang dapat berbau vertigo atau tinitus
6. Gangguan pendengaran
Px fisik Pemeriksaan MAE dengan senter/lampu kepala/ 1. Otoskopi: obstruksi liang telinga luar oleh
otoskop menunjukkan adanya benda asing, material berwarna kuning
edema dan hiperemia liang telinga luar, serta kecoklatan/kehitaman. Konsistensi dari
dapat disertai sekret. serumen dapat bervariasi.
2. Tes penala: normal atau tuli konduktif
DIARE
Nama Gastroenteritis
penyakit Kolera Disentri Gastroenteritis Viral
Shigellosis Amebiasis
Diare encer tanpa rasa sakit, BAB encer & sedikit sedikit 1. Amebiasis Intestinal Ringan demam ringan dan muntah, diikuti
sangat profuse (sering & banyak), disertai lendir & darah Perut kembung, kadang oleh 1-4 hari diare berair dan
feses seperti cucian beras, tidak Kram perut & nyeri saat akan nyeri perut ringan yg tidak berdarah.
berbau busuk maupun amis, tapi BAB bersifat kejang Diare cair, ampas sedikit seperti
‘manis’ menusuk Muntah-muntah Diare ringan 4-5 kali sehari, biji Lombok, feses asam
Muntah-muntah hebat tanpa Sakit kepala tinja bau busuk, kadang + Anoreksia
Anamnesis didahului mual Demam (occasional) darah & lendir Malaise
Kejang otot (betis, biseps, triseps, Demam subfebril
pektoralis, dinding perut) 2. Amebiasis Intestinal Sedang
Sering disertai dehidrasi (rata2 Gejala lebih berat dari yg
berat) ringan
Lunglai, tak berdaya karena Tinja +darah & lendir
dehidrasi & asidosis metabolik Kram perut
Demam
Lemah badan
3. Amebiasis Intestinal Berat
Diare dg banyak darah >15
kali sehari
Demam tinggi (40-45◦C)
Mual
Anemia
- Higiene pribadi dan sanitasi Higien personal buruk (tidak Higien personal buruk (tidak rajin Anak – anak usia 4 -23 bulan
lingkungan yg kurang rajin cuci tangan) cuci tangan) (puncak kejadian)
- Riwayat intoleransi laktosa , Higien makanan dan minuman Higien makanan dan minuman Usia muda pada negara
Faktor riwayat alergi obat buruk buruk berkembang
- Infeksi HIV atau infeksi menular Sanitasi lingkungan buruk Sanitasi lingkungan buruk
risiko seksual
Tanda dehidrasi: kesadaran, rasa Nyeri perut bagian bawah 5. Kepala Suhu sedikit meningkat
haus, turgor kulit abdomen, ubun- Bising usus normal atau Konjungtiva anemis demam tinggi infeksi bakteri
ubun besar (ckung/tidak), mata meningkat (disentri ameba berat) Takikardi, denyut nadi tipis,
Px fisik (cekung/tidak), ada tidaknya air Febris 6. Abdomen hipotensi dehidrasi berat
mata, bibir, mukosa mulut & lidah Terdapat tanda-tanda Hepatomegali (bisa nyeri Mulut kering, tidak ada air mata,
(kering/basah) dehidrasi tekan atau tidak) CRT > 2 detik dehidrasi
Pernapasan cepat tanda Nyeri tekan daerah Px abdomen nyeri tekan
asidosis metabolik sigmoid atau kuadran ringan
Bising usus lemah atau tidak ada bawah
hipokalemia
Capillary refill time
(Ditemukan pada Deman Dengue
dan DHF)
Px 4. Px feses lengkap 6.Px. Feses lengkap 6. Darah rutin Px lab tidak diindikasikan pada
Feses seperti cucian beras Leukosit banyak di Tidak ada peningkatan gastroenteritis viral; seringkali
penunjang Px gram basil melengkung feses (>50 netrofil per leukosit merupakan pengecualian pada
gram negative (V. cholera) lapang pandang) 7. Px. Feses lengkap praktek klinis tapi tetep coba aja
5. Px darah lengkap Feses bau busuk disertai px darah rutin sm feses lengkap yaa
Leukositosis 7.Px darah rutin lendir & darah
Peningkatan hematokrit, berat Leukositosis Tidak banyak mengandung
jenis serum, & protein serum leukosit
(dehidrasi) Ditemukan amoeba
Diagnosis Infeksi Eschericiae coli Amoebiasis, Infeksi E. coli Shigellosis / disentri basiler, Amoebiasis, Shigellosis,
Enteroinvasive (EIEC), infeksi E. salmonellosis, colitis ulseraosa, Gastroenteritis bakteri, Salmonellosis
banding coli Enterohemoragik (EHEC), skistosomiasis (terutama daerah
Crohn’s disease, colitis ulseratif endemis)
R/ Tetrasiklin tab 500 mg No. XII R/ Siproflaxocin tab 500 mg No. R/ Metronidazol tab 500 mg No. XV R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S 4 dd tab 1 p.c kalau anak 12,5 VI S 3 dd tab 1 S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris
mg per kg/bb per oral S 2 dd tab 1 p.c Penggantian cairan & elektrolit
Terapi Tangani dehidrasi R/ Paracetamol tab 500 mg No. X R/ Paracetamol tab 500 mg No. X sesuai derajat dehidrasi
S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris S 3 dd tab 1 p.c p.r.n febris Pemberian antiemetik dan agen
antidiare pada anak kecil tidak
R/ domperidon tab 10 mg No. X R/ domperidon tab 10 mg No. X dianjurkan
S 1 dd tab 1 p.r.n nausea S 1 dd tab 1 p.r.n nausea
Terapi suportif
Terapi suportif - Tirah baring
- Tirah baring - Jaga asupan cairan bila
- Jaga asupan cairan bila rehidrasi oral tidak
rehidrasi oral tidak mencukupi diberikan
mencukupi diberikan cairan melalui infus
cairan melalui infus Diet makanan lunak sampai
- Diet makanan lunak frekuensi BAB kurang dari 5
sampai frekuensi BAB kali/hari
kurang dari 5 kali/hari
- Memberikan pengertian pada Memberikan pengertian Memberikan pengertian pada Perbaikan kualitas air dan sarana
pasien dan keluarga ttg pada pasien dan keluarga ttg pasien dan keluarga ttg sanitasi
penyakit, perjalanan penyakit, penyakit, perjalanan penyakit, perjalanan penyakit, Vaksinasi pada anak
tatlak penyakit, tatlak tatlak
- Menjaga asupan cairan Keluarga ikut menjaga diet Keluarga ikut menjaga diet
- Menjaga hygiene makanan pasien diberikan makanan pasien diberikan makanan
lunak sampai frekuensi BAB lunak sampai frekuensi BAB
kurang dari 5 kali sehari kurang dari 5 kali sehari
kemudian diberi makanan kemudian diberi makanan
Edukasi ringan setelah ke ringan biasa bila ada kemajuan
Menjaga kebersihan CTPS, Menjaga kebersihan CTPS,
menjaga kebersihan jamban menjaga kebersihan jamban
NYERI SENDI
Tahap pemeriksaan sendi Look, Feel, Move
Edukasi Modifikasi gaya hidup dg cara Pasien diberi edukasi utk proteksi sendi terutama Modifikasi gaya hidup dgn minum cukup
menurunkan BB pada stad akut dg menggunakan deker 8-10 gelas perhari
Melatih pasien utk tetap menggunakan Mengelola obesitas
sendi dan melindungi sendi yg sakit Menjaga BB ideal
Hindari alkohol
Pola diet sehat rendah purin
Faktor Trauma Atlet dan org yg berolahraga (sepak bola, basket, ski)
risiko
Px fisik Adanya instabilitas sendi (ditunjukkan dlm Instabilitas sendi lutut
pemeriksaan fisik khusus) yg mengalami trauma Hasil + pada pemeriksaan tes McMurray, tes
**Pf khusus : kompresi apley, tes distraksi apley
- Sendi bahu (tes scarf)
- Sendi siku (tes valgus dan varus)
- Sendi lutut (tes drawer lachman, drawer
posterior, tes distraksi apley)
- Sendi ankle (tes anterior drawer)
Px Radiologi Radiologi
- X-ray untuk melihat fraktur disekitar sendi - X-ray utk melihat adanya fraktur disekitar
penunjang - MRI untuk melihat cedera ligament sendi
USG musculoskeletal - MRI utk melihat cedera pada bantalan
sendi/meniscus
Diagnosis Sprain, strain, fraktur Trauma sendi, fraktur
banding
Terapi Medikamentosa Medikamentosa
R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X R/Natrium diclofenac tab 50 mg No. X
S 2 dd tab 1 pc prn S 2 dd tab 1 pc prn
Non medikamentosa (PRICE) Non medikamentosa (PRICE)
Protection. Penghentian aktivitas sesaat setelah Protection. Penghentian aktivitas sesaat setelah
cedera harus dilakukan untuk mencegah cedera cedera harus dilakukan untuk mencegah cedera
lanjutan, perlambatan penyembuhan, peningkatan lanjutan, perlambatan penyembuhan, peningkatan
nyeri, dan stimulasi pendarahan. nyeri, dan stimulasi pendarahan.
Rest. Istirahat meliputi meredakan weight bearing. Rest. Istirahat meliputi meredakan weight bearing. Jika
Jika kaki cedera, penggunaan tongkat untuk kaki cedera, penggunaan tongkat untuk meminimalisir
meminimalisir stress pada tubuh yang cedera. stress pada tubuh yang cedera.
Ice. Ice pack diberikan sesegera mungkin setelah Ice. Ice pack diberikan sesegera mungkin setelah
cedera, 5-10 menit diikuti istirahat 5-10 menit dan cedera, 5-10 menit diikuti istirahat 5-10 menit dan
dilakukan pengulangan beberapa kali. Lakukan dilakukan pengulangan beberapa kali. Lakukan
treatment ini 3 x sehari untuk 2-3 hari pertama. treatment ini 3 x sehari untuk 2-3 hari pertama. Lapisi
Lapisi kulit dengan handuk tipis untuk mencegah kulit dengan handuk tipis untuk mencegah hipotermia
hipotermia jaringan. jaringan.
Compression. Kompresi pada area cedera untuk Compression. Kompresi pada area cedera untuk
membantu meredakan pembengkakan. Aplikasi membantu meredakan pembengkakan. Aplikasi
kompresi juga bisa dilakukan saat aplikasi es. kompresi juga bisa dilakukan saat aplikasi es.
Elevation. Bagian tubuh yang cedera ditinggikan di Elevation. Bagian tubuh yang cedera ditinggikan di
atas level jantung utk meredakan pembengkakan atas level jantung utk meredakan pembengkakan
dengan menggunakan prinsip gravitasi. dengan menggunakan prinsip gravitasi.
KONSELING DM
Nama Diabetes Mellitus tipe 2 Tatalaksana dan konseling edukasi
penyakit
Anamnesis Keluhan khas DM :
3P
a. Polifagia
b. Poliuri
c. Polidipsi
d. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya