Anda di halaman 1dari 34

OBSERVASI FEBRIS

DEMAM BERDARAH LEPTOSPIRA MALARIA THYPOID


DENGUE
ANAMNESIS DEMAM BIFASIK DEMAM SEPTIK DEMAM DEMAM REMITTEN
tinggi mendadak (2-7 hari) riwayat kontak dengan tikus dan INTERMITTEN/PERIODIK demam meningkat perlahan-
biasanya setelah bepergian daerah banjir Riwayat berpergian/ tinggal di lahan terutama pada sore dan
ke daerah endemis FASE LEPTOSPIRAEMIA daerah endemis malaria malam harilalu turun menjelang
DD : - Demam menggigil pagi
- Nyeri kepala - Nyeri kepala frontal TRIAS MALARIA(malaria SECARA UMUM (Minggu 1-2)
- Nyeri retro-orbital - Nyeri paha, betis dan proxym) secara berurutan: - Demam
- Mialgia pinggang - Nyeri kepala
- Periode dingin
- Atralgia - Mialgia - Pusing
Dimulai dengan menggigil, kulit
- Ruam kulit - Mual muntah - Nyeri otot
dingin, dan kering, penderita
- Mual-muntah - Diare sering membungkus dirinya - Anoreksia
- Nyeri perut - Fotofobia dengan selimut atau sarung pada - Mual muntah
- Tanda perdarahan FASE IMUN : saat menggigil, sering seluruh - Obstipasi/diare
(petekia) - Demam menggigil badan gemetar, pucat sampai - Sebah
DBD : - Kelemahan umum sianosis seperti orang - Batuk
- Tanda perdarahan - Manifestasi perdarahan kedinginan. Periode ini - Epitaksis
(peteki-ekimosis- (epistaksis, petekie, berlangsung antara 15 menit
purpura, perdarahan perdarahan gusi) sampai 1 jam diikuti dengan
mukosa, meningkatnya temperatur.
hematemesis/melena)
- Periode panas
Wajah penderita terlihat merah,
kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas tubuh tetap
tinggi, dapat sampai 40oC atau
lebih, penderita membuka
selimutnya, respirasi meningkat,
nyeri kepala, nyeri retroorbital,
muntah-muntah dan dapat terjadi
syok. Periode ini berlangsung
lebih lama dari fase dingin dapat
sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.

- Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari
temporal, diikuti seluruh tubuh,
penderita merasa capek dan
sering tertidur. Bila penderita
bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa
DAUR SIKLUS :
Falciparum : 24, 36, 48 jam
Vivax : 48 jam
Ovale : 48 jam
Malariae : 72 jam
PF Secara umum : FASE LEPTOSPIRAEMIA : SECARA UMUM : MINGGU 1 : Demam
- Demam - Demam - Demam MINGGU 2 :
- Hepatomegali - Konjungtiva suffusion - Konjungtiva pucat - Demam
- Tanda-tanda perdarahan - Rash berbentuk makular, - Ikterik - Bradikardia relatif
(rumpleleed + (> 10)) makulopapular atau urtikaria - Hepatomegali - Lidah tifoid
- Pada DBD dapat - Splenomegali - Splenomegali - Hepatomegali
dijumpai asites dan efusi - Hepatomegali - Splenomegali
pleura - Limfadenopati KHAS PADA MALARIA TTT - Meterorismus
- Pada DSS disertai FASE IMUN : : - Gangguan kesadaran
penurunan tekanan - Ikterik - Falciparum : gejala GIT, - Roseola (pada orang Indo
darah <20mmHg, nadi - Epistaksis tanda anemia, ikterus, gejala jarang ditemukan)
yang cepat dan lemah, - Petekie serebral, tanda edema paru,
kulit dingin dan gelisah tanda hipoglikemi
- Nyeri tekan otot betis
- Tanda meningitis - Vivax : tanda anemia, 5 tanda mayor
splenomegali - Lidah tpoid
- Ovale : sama dengan vivax - Bradikardi bradikardi
- Malariae : splenomegali, - Demam 7 hari
tanda sindroma nefrotik - Abdominal discamfort
- somnolen
TANDA MALARIA BERAT -
(Pernicious manifestation):
- Malaria cerebral (penurunan
kesadaran)
- Tanda asidosis
- Anemia berat
- Tanda gagal ginjal akut
(urine output turun, kreatinin
naik)
- Edema paru
- Tanda hipoglikemia
- Tanda syok
- Perdarahan spontan

PP Secara Umum : - Darah rutin (leukositosis/ - Darah tepi (darah tebal, Darah rutin :
Darah rutin : normal/ sedikit menurun hapusan darah tipis), - leukopenia/leukositosis/N
- Trombositopeni dengan neutrofilia, - Darah rutin - Anemia ringan
- Peningkatan hematokrit peningkatan LED), - Tes Serologi (IFA) - Trombositopenia
- Protombin time trombositopenia - Pemeriksaan cepat --> - Aneosinofilia
memanjang - Urinalisis : proteinuria, ICT(Imunocromatograpictes - Limfopenia
- NS1hari 1-3 leukosituria, cast ) - Peningkatan LED
- IgM dengue + IgG - LFT : bilirubin direk - Foto Thorax LFT :
dengue hari ke 4 meningkat tanpa peningkatan - Peningkatan SGOT/SGPT
DD : OT/PT
- Leukopenia (<5000) - Ginjal : ureum, kreatinin

- Trombositopenia - Kultur : darah, urin


(<150.000) - Uji Serologi : MAT
- Hematokrit naik 5-10% (Mikroskopik Agglutination
DBD : Test, MSAT (Makroskopik
- Trombositopenia Slide Agglutination Test)

(<100.000) - Leptotek dot

- Penurunan hematokrit
>20%
DX - Rumple leed Serologi : MAT (microscopic - Pemeriksaan sediaan darah - Uji Widal >o 1/320
- NS1 agglutination test), PCR, tebal dan tipis  untuk H 1/640 ATAU DIULANG
- IgM anti dengue mikroskop lapang pandang gelap menentukan ada tidaknya LAGI NANTI
- IgG anti dengue spesies, stadium dan - Uji Tubex
DEFINISI KASUS kepadatan - Uji Typhidot
1. Kasus Suspect - Diagnostik cepat (Rapid - Uji IgM Dispstick
Demam akut >38,5 dannyeri diagnostic test) yaitu HRP-2, - Kultur salmonella ( px.pasti)
kepala-malaise dan atau aldolase, p-LDH)
conjunctival suffusion dan ada - Malaria berat : kimia darah, DEFINISI KASUS
riwayat kontak dg lingkungan ekg, foto thorax, urinalisis, 1. Suspect : gejala klinis
yang terkontaminasi analisis cairan 2. Probable : Gejala klinis +
2. Kasus Probable serebrospinalis gambaran lab
Pada PPK 1
Kasus suspect dengan 2 gejala
di bawah ini :
- Nyeri betis
- Batuk dengan/tanpa darah
- Sesak nafas
- Ikterik
- Manifestasi perdarahan
- Iritasi meningeal
- Anuria-oliguria dan atau
proteinuria
- Aritmia jantung

Pada PPK 2/3 (dg fasilitas lab)


- Kasus suspect dg IgM (+)
pada RDT dan atau minimal 3
kriteria lab :
- Proteinuria, hematuria, piuria
- Leukositosis dg neutrofilia
(>80%), limfopenia
- Trombosit < 100.000
- Bilirubin >2mg%,
peningkatan OT/PT, amilase,
CPK

3. Kasus Confirmed
- Kasus suspect/probable
disertai dengan salah satu
hasil lab di bawah ini :
- Kultur (+) darah/urine
- PCR (+)
- Serokonversi MAT dari (-)
menjadi (+)/ titer naik 4x dari
awal
- Titer MAT >320
TERAPI Secara umum : - Suportif: atasi dehidrasi, ACT (Artemisinin Base - Tirah baring
- Tirah baring hipotermi, perdarahan, gagal Combination Therapy) - Diet lunak
- Pemberian cairan ginjal - Artesdiaquin (Artesunat 50 - Terapi suportif (antipiretik,
- Medikamentosa - Terapi antibiotik : mg, Amodiakuin 200 mg) antiemetik, cairan adekuat)
simtomatik a) Leptospirosis ringan selama 3 hari - Antibiotik :
- Antibiotik jika ada Doksisiklin 2x100 mg, - Artekin diberi 4 tablet. a) Kloramfenikol 4x500 mg
infeksi sekunder Ampisilin 4x500 mg, (Dihidroartemisinin 40 mg, hingga 7 hari bebas
Amoksisilin 4x500 mg piperakuin 320 mg) selama 3 demam
b) Leptospirosis hari b) Tiamfenikol 4x500mg
sedang/berat : Penisilin G - Coartem (Artemeter 20 mg, c) Kotrimoxazole 2x2 tablet
1,5 juta unit/ 6 jam IV, lumefantrine 120 mg) selama selama 2 minggu (1 tablet
(karena ada reaksi jaris 3 hari mengandung 400 mg
c) ampisilin 1 gram/6 jam Konvensional : klorqouin sulfametoksazol dan 80
IV, amoksisilin 1 gram/6 Kalau pasien tidak sadar : mg trimetoprim)
jam IV inj.artesunat sampai sadar. d) Ceftriaxon 3-4gr dalam
d) Kemoprofilaksis : PROFILAKSIS dextrose 100 cc diberikan
doksisiklin 200 - Malarone (Atovaquone- selama ½ ja per infus 1x1
mg/minggu proguanil) : diberikan 1-2 selama 3-5 hari
Penisilin : bisa memicu jarisch hari sebelum dan 1 minggu e) Ciprofloxacin 2x500 mg
herxheimer ( gejala detoksifikasi sesudah selama 6 hari
kuman mati mengeluarkan - Doksisiklin : setiap f) Azitromisin 2x500 mg
endotoksin-->gejala : demam, hari..Diberikan 1-2 hari
hipotensi, sakitkepala, takikardi) sebelum dan 4 minggu
sesudah
- Kloroquine :3x1 Diberikan 1
minggu sebelum dan 4
minggu sesudah
- Meflokuin : Diberikan 2-3
minggu sebelum dan 4
minggu sesudah
- Bila resisten dengan
klorokuin berikan
doksisiklin 100 mg/hari atau
mefloquin 250 mg/minggu
atau klorokuin 2
tablet/minggu ditambah
proguanil 200mg/hari
- Malaria ibu hamil > kina
Patofisiologi demam malaria Nyamuk Anopheles betina menggigit manusia
Melepaskan sporozoit dari air liurnya ke pembuluh darah

½ jam – 1 jam sebagian sporozoit msk ke hati dan sisanya mati karena proses fagositosis

Masuk ke sel parenkim hati ( perkembangan aseksual )

Terbentuk skizont hati


skizont pecah
Mengeluarkan merozoit ke sirkulasi darah

Merozoit menyerang eritrosit

Tropozoit (dlm)

Eritrosit berparasit ( EP )
Stadium I :
24 jam I  tropozoit berubah menjadi bentuk ring / stadium cincin
( P. Falciparum = bentuk stereo headphone )
Stadium II :
24 jam II  stadium matur Sitoadhe ren

EP matur Sekuestrasi
Rosetting
Sitokin
Membentuk skizont

eritrosit / skizont pecah


Mengeluarkan merozoit dan menginfeksi eritrosit lain

Sebagian merozoit tumbuh mjd bentuk seksual dlm darah


( mikrogametosit & makrogametosit )

Nyamuk lain menggigit penderita

Terjadi siklus seksual dlm tubuh nyamuk


Fertilisasi

Zigot
Ookinet ( lebih bergerak )
Menembus dinding lambung
Ookista

Mengeluarkan Sporozoit
Migrasi ke kelenjar ludah
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, 2006.Parasitologi Kedokteran
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria:

Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi & mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas &
berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan
immunitas penderita.
relaps Atau disebut rechute :
berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi primer
yaitu setelah periode yang lama dari masa latent (sampai 5thn), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh/oleh bentuk
diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax/ovale
Recrudescense berulangnya gejala klinik atau parasitemia dalam masa 8minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense
dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah oeriode laten dari serangan primer
rekurens berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer
laten periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan
paroksimal.

Terapi malaria
 PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat
dilanjutkan dengan ACT oral. Di samping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.

1. Malaria falsiparum dan Malaria vivaks


Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria
vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan malaria falsiparum
dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:

Dihidroart
emisinin-

Tabel 1.
Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin
Tabel 2.
Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin

Catatan :
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.

a. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.
b. Apabila pasien P.falciparum dengan BB >80 kg datang kembali dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan
Darah masih positif P.falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps


Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan
menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.

3. Pengobatan malaria ovale


Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian
obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.

4. Pengobatan malaria malariae


Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya
dan tidak diberikan primakuin

5. Pengobatan infeksi campur P. Falciparum + P. vivax/P.ovale


Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Tabel 3.
Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale
dengan DHP + Primakuin

Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
 PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya. Pada ibu hamil tidak diberikan
Primakuin.
Tabel 4.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks pada ibu hamil

 PENGOBATAN MALARIA BERAT


A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan

Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.
Sebelum dirujuk berikan artesunat intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)

B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah Sakit


Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan kina drip.

Kemasan dan cara pemberian artesunat


Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium
bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau
NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan. Artesunat
diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24
jam sehari sampai penderita mampu minum obat.

Contoh perhitungan dosis :


Penderita dengan BB = 50 kg.
Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin
(sesuai dengan jenis plasmodiumnya).
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat
intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.
 Pemberian kina pada dewasa :
1. loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4
jam pertama.
2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau
NaCl.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai penderita dapat minum kina per-oral.
6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam.
Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7
hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama.
 Pemberian kina pada anak :
Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9
% sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.

Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
C. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan memberikan artesunat injeksi atau kina HCl drip intravena.

Penilaian Demam Tifoid Prof Soeharyo

Gejala Skor
Demam febris ≥ 7 hari 2
Bradikardi relative 2
Kesadaran menurun 2
Splenomegali 2
Distensi abdomen 2
Roseola 1
Lidah tifoid 1
Hepatomegali 1
Nyeri abdomen 1
Gangg GIT lain 1
Gejala klinis ≥ 10  + tifoid

Penilaian Demam Tifoid menurut Nelwan

Gejala Skor
Demam < 1 minggu 1
Sakit kepala 1
Lemah 1
Mual 1
Nyeri perut 1
Anoreksia 1
Muntah 1
Gangguan motilitas 1
Insomnia 1
Hepatomegali 1
Splenomegali 1
Demam > 1 minggu 2
Bredikardi relative 2
Lidah tifoid 2
Melena 2
Gangguan kesadaran 2

Skor 1-20, semakin tinggi skor semakin mendukung demam tifoid. Penilaian klinis suspek demam tifoid skor ≥ 8.

REMATIK

OSTEOARTRITIS ARTRITIS RHEUMATOID ARTRITIS GOUT

ANAMNESIS  Nyeri sendi yang bertambah  Nyeri dan kekakuan sendi  Gejala inflamasi (Eritem,
saat beraktivitas dan berkurang berkurang dengan aktivitas nyerihebat, pembengkakan dan
dengan istirahat  Pembengkakan dan nyeri sendi peningkatan suhu padasendiyg
 Kekakuan sendi menetap dan pagi hari sekurang-kurang nya 1 terkena) -->sulitberjalan.
bertambah berat jam.  Riwayat konsumsi makanan
 Pada pasien usia tua/ >50  Terkadang hilang timbul tinggi purin
tahun.  Usia 20-45 th / wanita muda  Riwayat jarang minum air putih
 Nyeridan kekakuan sendi  Wanita>Laki-laki  Obesitas
setelahimobilisasi lama  Riwayat RA pada keluarga dekat  Penyakit gagal ginjal kronis
(Timbul saat bangun pagi  Nyeri tiba2
nyeri<20 menit)
PF - Gangguan ROM Manifestasi artikular  Stadium artritis gout akut
- Krepitasi pada persendian yang Reversible ditemukan :
terkena - Ditemukan tanda sinovitis Peradangan monoartikular
- Perubahan gaya berjalan, :kemerahan, Bengkak, Panas, unilateral
gangguan fungsi sendi maupunnyeri. Kesulitan dalam aktivitas

- Pembengkakan sendi asimetris - Berkurangnya lingkup gerak sendi Dapat timbul gejala sistemik 

- Deformitas sendi permanen - Predileksi :((diproximal demam, malaise

- Tanda inflamasi akut sendi : interphalang) PIP, simetris Lokalisasi : sendi MTP-1, bisa juga
Irreversible di sendi kecil ekstremitas yang
peningkatan suhu, nyeri tekan,
Tanda sesuai predileksi sendi lain
gangguan gerak, kemerahan
 Vertebra cervical : kekakuan  Monoartritis
- Predileksi: Terutama sendi b
leher, subluksasi, gangguan  Predileksipersendian
esar yang menumpu berat
stabilitas sendi metatarsophalangeal 1
badan ex: lutut, panggul,
 Gelang bahu : Berkurang lingkup  Stadium artritis gout kronik
- tangan: CMC,PIP,DIP,
gelang sendi, Frozen shoulder  Seperti artritis gout akut,
asimetris
syndrome namun jumlah sendi yang
- NODUL DI OA namana Nodul
 Siku : Parestesia digiti IV, V dan terkena dapat bertambah
bokat paralisis fleksor digiti V banyak
 Tangan : swan neck deformities,  Stadium gout kronis bertofus
boutunniere, CTS  Serangan poliartikular disertai
 Panggul : keterbatasan ROM tofus terutama pada sendi yang
 Nodul di RA : NODUL sering serangan
RHEMATOID
Manifestasi Ekstraartikular
 Kulit : nodul reumatoid, purpura
 Mata : keratokonjungtivitis sicca,
skleritis
 THT : xerostomia, Nyeri
tenggorokan
 Sist. Respirasi : nyeri
tenggorokan, nyeri telan
 Sist. Kardiovaskular : perikarditis,
penyakit jantung sistemik,
miokarditis
 Sistem GI : vaskulitis
 Sistem UG : nefropati
membranosa
 Sist. Saraf : mielopati, neuropati
PP - Radiologi : rontgen sendi,  Darah perifer : anemia,  Px.laborat : serum uratdarah,
artroskopi, artrografi (celah trombositosis, peningkatan LED & asamuraturin 24 jam
sendi menyempit, ditemukan CRP.  Px.analisiscairansendi
kista pada tulang, sklerosis  Analisis cairan sendi inflamasi:  Temuankristal monosodium urat
subkondral, osteofit di sekitar leukosit 5000-50000/µL, PMN  Kondisiinflamasi ( leuko 5 rb - 8
sendi) >50%, protein meningkat, glukosa rb/mm)
- Laboratorium darah : Tidak menurun, kristal (-), kultur bakteri (-)  Px.radiologi : tdk spesisfik pada
ditemukan abnormalitas pada  RF (+) kondis awal penyakit, soft tissue
px imunologi  Erosi sendi swelling pd sekitar sendi
 Predileksi : phalang metatarsal 1
DX 1. Kriteria OA sendilutut Menurut ARA (AmericanRheumatism Menurut American College Of
Berdasar gejala& lab : nyerilutut Association,1987), diagnosis RA dpt Reumatology (ACR) 1977:
+ min 5 dari 9 kriteria : ditegakkan apabila 4 dari 7 kriteria:  Ditemukan kristal monosodium urat
Usia> 50 th pada cairan sendi
Kekakuan< 30 menit  Morning Stiffness > 1 jam  Terdapat tofus berisi kristal
Krepitus  Artritis pada 3 sendi atau lebih. monosodium urat
Bony tenderness  Artritis pada sendi tangan atau  Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis,
Pembengkakantulang pergelangan tangan. laboratoris, dan radiologis sebagai
No palpable warmth  Pembengkakan sendi yg simetris. berikut :
LED < 40 mm/jam  Nodul subkutan a. Terdapat lebih dari satu kali serangan
Reumatoid factor < 1:40  Faktor serum rematoid (+) arthritis akut
SF OA  Perubahan gambaranRadiologi : b. Inflamasi maksimal terjadi dalam
 Berdasar gejala&radiologi : adanya erosi / dekalsifikasi tulang yg waktu 1 hari
nyerilutut + min 1 dari 3 kriteria berlokasi pada sendi atau daerah yg c. Arthritis monoartikuler
Usia> 50 th berdekatan dengan sendi d. Kemerahan pada sendi
Kekakuan< 30 menit  DX ditegakkan apabila ditemukan e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
Krepitus setidaknya kriteria 1-4 yang dialami f. Arthritis unilateral yang melibatkan
±osteofit minimal 6 minggu. MTP-1
 Berdasar gejala klinis : nyeri lutut g. Arthritis unilateral yang melibatkan
+ min 3 dari 6 kriteria sendi tarsal
Usia> 50 th h. Kecurigaan terhadap adanya tofus
Kekakuan< 30 menit i. Pembengkakan sendi yang asimetris
Krepitus (radiologis)
Bony tenderness j. Kista subkortikal tanpa erosi
Pembengkakan tulang (radiologis)
No palpable warmth k. Kultur mikroorganisme negative
2. Kriteria OA sendi tangan pada cairan sendi
Nyeri atau kekakuan di sendi
tangan + 3/4 dari GK berikut :
 Pembengkakan jar.lunak pd
2/lebihsendi DIP
 Pembengkakan<dari 3 sendi
MCP
 Pembengkakanjar.keras min 2
sendi DIP
 Deformitas min 1 dr 10
senditertentu
3. Kriteria OA sendi panggul
Nyeri pinggang & min 2 dr 3
gejalaberikut :
 LED > 20 mm/jam
 Px.radiografi femoral : osteofita
setabulum
 Penyempitan celah sendi pada
px.radiografi ( superior, aksila,
danatau medial )
TERAPI Medikamentosa Tujuan Terapi : Pengobatan gout arthritis akut bertujuan
SYSDOA= SymptomModifying o Menghilangkan Inflamasi  menghilangkan keluhan nyeri
Drugs for OA o Cegah deformitas sendi,
1.Analgetik o Mengembalikan fungsi  mencegah serangan berulang,
 Analgesik oral sendi  mencegah komplikasi akibat
OAINS non spesifik o Cegah destruksi jaringan  deposisi kristal monosodium
a. Kondro degeneratif : lebih lanjut. urat di sendi dan organ lain
ex: indometasin,aspirin,  Mengatasi kondisi terkait gout
ibuprofen dan naproksen. Tx.medikamentosa seperti obesitas,
b. Kondronetral :diklofenak.  OAINS hipertrigliseridemia, hipertensi
c. Kondroprotektif :  Diberi sejak awal munculnya  Terdiri atas 2 tahap :
piroksikam,as.tioprofenat gejala inflamasi  Tahap 1: Hilangkan keluhan nyeri
Analgetik yang dapat digunakan :  OAINS tidak melindungi sendi dan peradangan
parasetamol, ibuprofen, capsaisin, kerusakan rawan sendi dan  Kolkisin 0,5-0,6 mg setiap 2 jam
tramadol,propoxifen dan naproxenJgn tulang dari proses destruksi ( menghambat migrasi granulosist
lupa berikan gastroprotektor .  DMARDs ke daerah radang )
 Sulfasalazin 1x500 mg/hr  obat OAINS : Indometasin
 Analgetik topikal : Gel natrium  MTX7,5-10 mg/minggu (IV) 150-200 mg/hr slm 2-3 hr
diklofenak 1%  Klorokuin fosfat 250 mg/hr atau  Kortikosteroid : prednison 20-40
 OAINS Cox-2 Inhibitor: hidroksi klorokuin 400 mg/hr mg/hr, tapering off dalam 1-2
celecocib (celebrek)  Leflunomid 100 mg/hr minggu
 Agen biologik  Tahap 2 : Jaga kadar asam urat
3.Kondroprotektor Agent ( 4-6 bln )ex  Kortikosteroidsistemik darah agar selalu DBN
: Glukosamin Sulfat, Kondroitin  Urikosurik : Probenecid 0,5 g/
Sulfatdan Hyaluronic Acid Terapi bedah orthopedi hari (ESO pembentukan kristal urat
( rekonstitusi cairan sinovial) Terapi orthotic di urin dan deposisi as. Urat)
 Penghambat xantin oksidase :
B.DMOADs = Disease Modifying OA allopurinol. Dosis maksimal
Drugs.digunakan untuk mengurangi pemberian 800 mg/hari (ESO
progress penyakit. sindrom dispepsia, nyeri kepala,
diare, pruritic papular rash, dan
DMOADs msh dlm tahap penelitian, kemungkinan hipersensitivitas)
but ada bbrp yg potensial :
- Tetrasiklin Obat penurun asam urat penurun asam
- Glycosaminglycan urat seperti
- Pentosan Polisulfat.  alupurinol 800 mg/hr
Menurunkan kadar urat serum dan
Bedah urin dengan cara menghambat
a) Arthroscopic pembentukan asam urat (hambat
debridement xanthin oxidase)
b) Joint lavage  Urikosurik 0,5 g/hr
c) Osteotomy Meningkatkan ekskresi urat pada
d) Arthroplasty sendi total urin
Pada fase akut tdk boleh diberikan
Non medikamentosa alupurinol : karena akan merangsang
 Edukasi penurunan asam urat-->merangsang
 Fisioterapi dan Rehabilitasi mobilisasias.urat sehingga terjadi

 Penurunan berat badan peningkatan saturasi asam urat pada

 Mengurangi aktivitas yang sendi-->penumpukan as.urat--

merangsang sendi berlebihan >merangsang gejala .

 Koreksi mal alignment


Fase akut boleh diberikan urikosurik.
 Terapi akupuntur
KOMPLIKASI  Osteonekrosis spontan sendi  Nyeri sendi memberat dan  Kerusakan sendi
lutut keterbatasan  Nefrolithiasis
 Bursitis  Deformitas swan neck  Pembentukan tofus
 Artropati mikrokristal  Felty syndrome (neutropenia,  Arthritis degeneratif berat
splenomegali)  Infeksi sekunder
 Iskemik koroner  Nefropati asam urat
 Peningkatan risiko infeksi  Fraktur pada sendi dengan tofus

Anda mungkin juga menyukai