Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS GINEKOLOGI

P5A0 78 Tahun Abnormal Uterine & Vaginal Bleeding dengan


Suspek e.c. Ca Cervix Uteri

Oleh:
Yochananta Wira Satya P G1A019105
Adelia Khairunnisa G1A019106
Insan Nurrohim G1A019107
Fathya Puspa Riani G1A019108
Adibah Thifal Pratama G1A019109

Pembimbing
dr. Edy Priyanto, Sp. OG-KFER

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul:


“P5A0 78 Tahun Abnormal Uterine & Vaginal Bleeding dengan
Suspek e.c. Ca Cervix Uteri”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Program Profesi Dokter di RSUD Prof. Margono Soekarjo, Purwokerto

Disusun oleh :
Yochananta Wira Satya P G1A019105
Adelia Khairunnisa G1A019106
Insan Nurrohim G1A019107
Fathya Puspa Riani G1A019108
Adibah Thifal Pratama G1A019109

Banyumas, November 2022


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Edy Priyanto, Sp. OG-KFER


I. LEMBAR STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SW
Usia : 78 tahun
Alamat : Dukuhwringin 005/005 Slawi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :-
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM : xxxxxx
Tanggal Masuk : 5 November 2022
Ruang Rawat : Wijaya Kusuma
B. Anamnesis
1. Teknik Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis
2. Tanggal Anamnesis : 8 November 2022
3. Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan lahir
4. Keluhan Tambahan : Perut membesar dan terasa nyeri
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien baru dari IGD datang ke ruang rawat Wijaya Kusuma pada tanggal
5 November 2022 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir berwarna
merah kehitaman sejak 4 bulan yang lalu dan semakin banyak sejak 4 hari
sebelum masuk RSMS. Pasien juga mengeluhkan perut membesar dan
nyeri seperti tertusuk-tusuk sejak 4 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul dan skala nyeri 6.
6. Riwayat Menstruasi
Sudah menoupouse
7. Riwayat Pernikahan
Satu kali sudah 50 tahun
8. Riwayat Obstetri
Para 5 Abortus 0
- Anak 1 : pervaginam
- Anak 2 : pervaginam
- Anak 3 : pervaginam
- Anak 4 : pervaginam
- Anak 5 : pervaginam
9. Riwayat Penyakit Dahulu
- Keluhan serupa (-)
- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat penyakit hati (-)
- Riwayat infeksi saluran kemih (-)
10. Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluhan serupa (-)
- Riwayat keganasan (+)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat penyakit hati (-)
11. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga tinggal bersama anaknya. Pasien
menggunakan BPJS Non PBI.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum/kesadaran : baik/compos mentis
2. Antropometri
- BB : 47 kg
- TB : 165 cm
- BMI : 17,26 (underweight)
3. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,5
- Tekanan darah : 155/78
- Nadi : 80
- RR : 20
4. Status generalis
- Kepala : Mesochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor 3mm/ 3mm, refleks cahaya (+/+)
- Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), discharge
(-/-)
- Telinga : Simetris, sekret (-/-)
- Mulut : Sianosis(-), mukosa mulut basah (+),
- Leher : Pembesaran tiroid (-), nyeri tekan (-), pembesaran
KGB (-), deviasi trakea (-)
- Thorax-Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak simetris (+),
retraksi (-)
- Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, vokal
fremitus simetris (+)
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
- Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra, kuat angkat (-)
- Perkusi : Batas kanan atas SIC II linea parasternal dextra
Batas kiri atas SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri bawah SIC V linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : cembung, linea nigra (-)
- Palpasi : lembut, nyeri tekan (+), teraba massa keras
dan imobile dengan ukuran 13 cm x 5 cm
- Perkusi : redup pada quadran bawah
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Ekstremitas
CRT <2 detik, akral hangat (+/+/+/+), edema (-/-//-/-)
5. Pemeriksaan Genitalia Eksterna
Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Spekulum
Perdarahan aktif pervaginam (+)
Vulva tidak ada kelainan
Vagina tidak ada kelainan
Portio teraba massa
7. Pemeriksaan Bimanual
Parametrium kaku
Corpus uteri teraba membesar
Adneksa kanan dan kiri tidak teraba massa
D. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan X-Foto Polos Abdomen AP/LLD
Suspek massa disertai kalsifikasi pada cavum pelvis
Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum
- Darah lengkap
- Eritrosit : 6,7 x 10^6/uL
- Granulosit : 33900 /uL
- Hb : 15,4 g/dL
- Ht : 48%
- MCH : 25 pg/cell
- MCHC : 31,9 g/dL
- MCV : 78,3 fl
- GDS : 120 mg/dL
- Kalium : 4,2 mEq/L
- Klorida : 99 mEq/L
- Kreatinin Darah : 0,99 mg/dL
- Natrium : 140 mEq/L
- SGOT : 19 U/L
- SGPT : 20 U/L
- Ureum Darah : 52,9 mg/dL
- Hitung Jenis Leukosit
- Basofil : 0,3 %
- Batang : 2 %
- Eosinofil : 0 %
- Limfosit : 1,6 %
- Monosit : 2,5 %
- Neutrofil : 95,6 %
- Segmen : 93,6 %
- PT : 11,8
- APTT : 24,5
E. Diagnosis
Diagnosis Kerja
Wanita usia 78 tahun dengan P5A0 dengan Abnormal Vaginal Bleeding et causa
Suspect CA Cervix

Diagnosis Banding
● Kanker Endometrium
● Mioma Uteri
● Kanker Ovarium
F. Planning
Konsultasi dengan spesialis obsgyn bagian onkologi
Pemeriksaan biopsi PA
G. Tatalaksana
Inj Ketorolac 3x1 Amp
Inj Ranitidin 2x1 Amp
Amlodipin 1x5 mg
H. Prognosis

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah suatu keganasan yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dan vagina.
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel – sel tidak normal pada rahim. Sel –sel yang
tidak normal ini berubah menjadi kanker. Kanker serviks disebabkan oleh adanya
pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2013).
Menurut Setiawati (2014) kanker serviks 99,7% disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang rahim.

B. Epidemiologi

Kanker leher rahim atau kanker cervix merupakan salah satu kasus utama
penyebab kematian akibat kanker pada wanita (Mattiuzi, 2020). Terdapat
peningkatan proporsi wanita muda yang terkena kanker serviks dengan persentase
berkisar diantara 10% hingga 40% (Song, 2017). WHO dan Internation Agency
for Research on Cancer (IARC) mengestimasi bahwa pada tahun 2008 lalu
terdapat 529.000 kasus baru kanker serviks secara global. Pada negara
berkembang, angka kasus baru dari kanker cervix sebanyak 452.000 dan berada di
posisi kedua diantara kondisi malignansi lainnya pada pasien wanita (Ferlay,
2010).
Gambar 2.1 Peta Ranking Kasus Kanker Cervix di Seluruh Dunia pada Tahun
2020

Gambar 2.2 Estimasi Kasus Kanker Cervix pada Seluruh Kelompok Usia di Asia
Tenggara

Pada tahun 2013 silam, terdata bahwa penyakit kanker cervix memiliki
prevalensi tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 0,8% (98.692 kasus) (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). IARC pada tahun 2020 mempublikasikan data Globocan
(New Global Cancer Data) yang terbaru. Pada data tersebut dapat ditinjau bahwa
terdapat 36.633 kasus baru pada 5 tahun terakhir (terhitung hingga tahun 2020) di
Indonesia dengan peringkat pertama yang kemudian diikuti oleh Thailand dan
Filipina. Berdasarkan analisis data terdapat 50 kejadian kanker serviks setiap
harinya dengan kurang lebih dua kematian setiap jam. Perkiraan kejadian kanker
serviks sekitar 17 per 100.000 wanita dan kanker ini merupakan kanker kedua
terbanyak pada wanita di Indonesia

C. Penegakan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.

a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah


menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan
(contact bleeding, perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan.
Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang
atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah
lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala
lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena,
misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.

b. Pemeriksaan Penunjang

Penentuan diagnosis tumor primer dan evaluasi pasca terapi pada daerah
tumor primer menggunakan MRI pelvis.

Penentuan stadium dengan:

● Rontgen thoraks untuk mendeteksi metastasis paru.


● BNO-IVP untuk mengetahui keadaan saluran kemih guna penentuan
stadium.
● USG/CT/MRI abdomen untuk mendeteksi metastasis intraabdominal
● Bone Scan untuk mendeteksi lesi metastasis tulang.
● PET Scan dengan radiofarmaka FDG untuk mendeteksi metastasis
dan evaluasi kelenjar limfe yang dicurigai merupakan lesi metastasis.

Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks,


sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks dan bone scan, CT
scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau
rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik (Andrijono et al.,
2018).

D. Faktor Risiko

Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks menurut American
Cancer Society (2020); CDC (2022) adalah :

1. Infeksi HPV

Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel di permukaan


kulit, dan mereka yang melapisi alat kelamin, anus, mulut, dan
tenggorokan. HPV dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
kontak kulit ke kulit. Salah satu cara HPV menyebar adalah melalui
hubungan seks, termasuk seks vaginal, anal, dan bahkan oral. Infeksi HPV
pada wanita tidak semua bisa menyebabkan kanker serviks. Virus ini akan
hilang dengan sendirinya apabila wanita yang terinfeksi virus HPV
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.

2. Merokok

Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena
kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok. Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai pada lendir serviks
wanita yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini dapat merusak
DNA sel serviks dan dapat berkontribusi pada perkembangan kanker
serviks. Merokok juga membuat system kekebalan tubuh kurang efektif
dalam melawan infeksi HPV.

3. Sistem kekebalan tubuh yang lemah

Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah virus yang menyebabkan


AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh sehingga wanita penderita AIDS
memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV yang bisa menyebabkan
kanker serviks. Wanita dengan penyakit autoimun yang menkonsumsi
obat untuk menekan respon kekebalan tubuh juga berisiko terserang
kanker serviks.

4. Infeksi chlamidia

Chlamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi sistem reproduksi,


menyebar melalui kontak seksual. Infeksi chlamidia dapat menyebabkan
peradangan panggul dan infertilitas.

5. Hubungan seksual

Berdasarkan etiologi infeksinya, wanita dengan pasangan seksual lebih


dari satu dan wanita yang memulai berhubungan seksual sebelum usia 18
tahun mempunyai risiko lima kali lipat terkena kanker serviks. Hal ini
disebabkan karena sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Sel-sel
mukosa wanita baru matang pada usia 20 tahun ke atas. Sehingga jika
wanita melakukan hubungan seksual pada usia dibawah 18 tahun sel-sel
serviks masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima
rangsangan dari luar yang bisa menyebabkan sel-sel mukosa bisa berubah
sifat menjadi sel kanker

6. Riwayat Kehamilan

Hamil di usia kurang dari 17 tahun dan melahirkan anak lebih dari tiga
juga merupakan risiko tinggi terkena kanker serviks, apalagi dengan jarak
kelahiran yang terlalu pendek. Hal ini diperkirakan karena terlalu sering
melahirkan akan menimbulkan perlukaan di jalan lahir, sehingga berisiko
tinggi terinfeksi HPV.

7. Diethylstilbesterol (DES)

DES merupakan obat hormonal yang diberikan untuk wanita hamil sekitar
tahun 1940-1971 bertujuan untuk mencegah keguguran. Obat ini telah
terbukti dapat memicu kanker serviks.

8. Kontrasepsi oral

Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama meningkatkan


risiko kanker serviks. Penelitian menunjukkan bahwa semakin lama
wanita memakai kontrasepsi oral, risiko kanker serviks semakin
meningkat. Risiko ini akan turun lagi setelah kontrasepsi oral berhenti, dan
kembali normal sekitar 10 tahun setelah berhenti. Kontrasepsi oral
mungkin dapat meningkatkan risiko kanker serviks karena jaringan serviks
merupakan salah satu sasaran yang disukai hormon steroid perempuan.

E. Patogenesis

F. Komplikasi

Komplikasi kanker cerviks menurut (Afiyanti et al., 2019) adalah :

1. Komplikasi dari efek pemberian terapi kanker


- Menopause dini

Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi


atau karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala
yang timbul akibat kondisi ini adalah vagina kering, menstruasi
berhenti atau tidak keluar, menurunnya libido, sensasi rasa panas
dan berkeringat berlebihan meski di malam hari, dan osteoporosis

- Penyempitan vagina

Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali


menyebabkan penyempitan vagina.

- Limfedema atau penumpukan cairan

Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada


tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem
limfatik berfungsi untuk membuang cairan berlebihan dari dalam
jaringan tubuh. Gannguan pada sistem ini menyebabkan
penimbunan cairan pada organ tubuh. Penimbunan inilah yang
menyebabkan pembengkakan.

- Dampak emosional

Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek samping


pengobatan bisa memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi
adalah merasa sedih, putus harapan, dan tidak menikmati hal-hal
yang biasanya disukai.

2. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut


- Nyeri akibat penyebaran kanker

Nyeri akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang,


atau otot.
- Pendarahan berlebihan

Pendarahan berlebihan terjadi jika kanker menyebar hingga ke


vagina, usus, atau kandung kemih.

- Penggumpalan darah setelah pengobatan

Kanker bisa membuat darah menjadi lebih kental dan cenderung


membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah meningkat
setelah menjalani kemoteapi dan istirahat pasca operasi.

- Produksi cairan vagina yang tidak normal

Cairan vagina bisa berbau tidak sedap akibat kanker serviks


stadium lanjut

- Gagal ginjal

Kanker serviks pada stadium lanjut akan menekan ureter,


menyebabkan terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal
sehingga urin terkumpul di ginjal (hidronefrosis). Hidronefrosis
parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.

- Fistula

Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal


antara dua bagian dari tubuh. Fistula pada kasus kanker serviks
terbentuk antara kandung kemih dan vagina, sehingga
mengakibatkan urin keluar melalui vagina

G. Tatalaksana

Pada kasus kanker serviks, tatalaksana yang diberikan bergantung pada


stage kanker serviks.

● Stadium 0 : Kolonisasi
● Stadium IA1 : Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik.
● Stadium IA2, IB1, IIA1 : Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
pelvik dilanjutkan dengan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
● Stadium II B : Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan
pelvik limfadenektomi.
● Stadium IIIA&IIIB : Kemoradiasi
● Stadium IV A : Kolostomi dilanjutkan dengan kemoradiasi paliatif atau
radiasi paliatif.

Selain terapi farmakologis, nutrisi pasien kanker serviks juga perlu


diperhatikan. Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan
menerapkan pola makan yang sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian,
serta rendah lemak, daging merah, dan alkohol dan direkomendasikan
untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan secara teratur dan
menghindari gaya hidup sedenter.

Selain itu, nyeri kanker yang hebat perlu diatasi untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien. Dapat digunakan asam traneksamat
IV atau Ketorolac IV (Andrijono et al., 2018)

H. Prognosis

Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. 5-years survival rate
pada pasien kanker serviks untuk stadium 0 dan I sekitar 93%, stadium IA 80%,
stadium IIA 63%, stadium IIB 58%, stadium IIIA 35%, dan stadium IIIB 32%.
Sedangkan untuk kanker stadium IVA dan IVB berkisar antara 15-16%
(Andrijono et al., 2018).

I. Kesimpulan

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah suatu keganasan yang terjadi pada
serviks uterus, dimana terjadi pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak
terkontrol dan tidak normal pada rahim. Sel-sel yang tidak normal ini akan
berubah menjadi kanker. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker
serviks diantaranya adanya infeksi HPV, merokok, sistem kekebalan tubuh yang
lemah, hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dan penggunaan
kontrasepsi oral jangka panjang. Penegakan diagnosis pasti kanker serviks harus
menggunakan pemeriksaan histopatologi karena biasanya gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh kanker serviks tidak khas. Gejala yang terjadi pada masa awal
pertumbuhan kanker serviks biasanya asimptomatik dan jika kanker semakin lama
semakin berkembang maka dapat menimbulkan gejala perdarahan, nyeri pada
panggul, dan kelainan pada organ lain apabila sudah terjadi metastasis ke organ
lain. Pada pasien didiagnosis suspek kanker serviks karena adanya keluhan
perdarahan yang banyak dari vagina pasca menopause dengan gambaran BNO-
IVP menunjukkan suspek massa dan kalsifikasi pada cavum pelvis sehingga
pasien didiagnosis suspek kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA

Mirayashi, D. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks dan
Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat di Puskesmas
Alianyang Pontianak. 214:1–18.
Setiawati, D. 2014. Human Papilloma Virus Dan Kanker Serviks. Al Sihah The Public
Health Science Journal 6(2)
Andrijono., Purwoto, G., Sekarutami, S, M., et al. 2018. Panduan Praktik Klinis Kanker
Serviks. Jakarta : Pelayanan Onkologi Terpadu Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM)
ACS. 20220. The American Cancer Facts and Figures of the 2020. American Cancer
Society. https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer.html.

CDC. 2022. Cervical Cancer.


https://www.cdc.gov/cancer/cervical/basic_info/risk_factors.htm
Afiyanti, Y., Wardani, I.Y. and Martha, E., 2019. The Quality of Life of Women with
Cervical Cancer in Indonesia: A Cross-Sectional Study. Nurse Media Journal of Nursing.
9(2):128-140

Mattiuzzi C, Lippi G. 2020. Cancer statistics: a comparison between World Health


Organization (WHO) and Global Burden of Disease (GBD) Eur J Public Health. Vol.
30(1):1026–7.
Song B, Ding C, Chen W, et al. 2017. Incidence and mortality of cervical cancer in
China, 2013. Chin J Cancer Res.Vol. 29(1):471–6.
Ferlay J, Shin HR, Bray F, et al. 2010. Estimates of worldwide burden of cancer in
2008: GLOBOCAN 2008. Int J Cancer. Vol 127(1):2893–917.

Anda mungkin juga menyukai