Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA 5 BLOK 2.

2
BASIC SCIENCE OF DIGESTIVE, AND NEFROURINARY SYSTEM5
PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM AMYLASE DARAH

Oleh :
Kelompok 8 Gelombang C

Yulia Natalia G1A015120


Nur Zafika G1A016005
Annanisa Ilma Putri Herlina G1A019013
Nur Phaninggar Hyang P G1A019014
Denaya Khansa G1A019038
Aniyq Mahirah G1A019039
Alifia Nabila Salsabila Zein G1A019064
Yumna Setya Bayuaji G1A019065
Arifah Pelangi Nusa G1A019076
Salma Shafiyatu Maulana G1A019078
Adibah Thifal Pratama G1A019109
Hafidza Syifa Rizqina G1A019119

Asisten :
JOHANES HASIAN SIAHAAN
G1A017079

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM AMYLASE DARAH
Oleh :

Yulia Natalia G1A015120


Nur Zafika G1A016005
Annanisa Ilma Putri Herlina G1A019013
Nur Phaninggar Hyang P G1A019014
Denaya Khansa G1A019038
Anyq Mahira G1A019039
Alifia Nabila Salsabila Zein G1A019064
Yumna Setya Bayuaji G1A019065
Arifah Pelangi Nusa G1A019076
Salma Shafiyatu Maulana G1A019078
Adibah Thifal Pratama G1A019109
Hafidza Syifa Rizqina G1A019119

Disusun untuk memenuhi praktikum Biokimia blok Basic Science of Digestive


and Nephro-Urinary System pada Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran
Umum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Diterima dan disahkan


Purwokerto, Maret 2020

Asisten
JOHANES HASIAN SIAHAAN

G1A017079

1
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Judul Praktikum...................................................................................................1
B. Waktu Praktikum.................................................................................................1
C. Tujuan Praktikum................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
A. Mekanisme Pembentukan Enzim Amilase..................................................2
B. Mekanisme Kerja Enzim Amilase...............................................................2
C Fungsi Enzim Amilase..................................................................................3
D. Organ Penghasil Enzim Amilase.................................................................4
E. Faktor yang Memengaruhi Peningkatan dan penurunan Amilase Darah.....6
BAB III....................................................................................................................8
METODE PRAKTIKUM......................................................................................8
A. Metode Pemeriksaa.............................................................................................8
B. Alat dan Bahan....................................................................................................8
C. Cara Kerja............................................................................................................8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................10
A. Hasil Pemeriksaan.............................................................................................10
B. Pembahasan Pemeriksaan..................................................................................10
C. Aplikasi Klinis...................................................................................................11
BAB V....................................................................................................................14
KESIMPULAN.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Penentuan Aktivitas Enzim Amylase Darah
B. Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 30 Maret 2020 pukul 13.00-14.00
WIB melalui daring.
C. Tujuan Praktikum
1. Mengukur kadar enzim amylase dalam darah
2. Menjelaskan nilai normal enzim amylase dalam darah serta nilai
patologis dari hasil praktikum
3. Melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang ditandai oleh hasil
aktivitas abnormal (patologis) melalui bantuan hasil praktikum yang
dilakukan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mekanisme Pembentukan Enzim Amilase

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan


oleh sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi
metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas
enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga
pertumbuhan sel juga terganggu. Amilase merupakan enzim pemecah
pati, glikogen dan polisakarida lain dengan cara menghidrolisis ikatan
glikosidik α-1,4 atau ikatan glikosidik α-1,6. Amilase dibagi menjadi
empat golongan, yaitu: α-amilase, β-amilase, glukoamilase dan enzim
pemutus cabang (Murray, 2012).

Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar


di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang
penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase. Enzim
ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Saliva yang disekresikan
oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung
99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada
waktu mengunyah dan menelan makanan. Amylase yang terdapat dalam
saliva adalah α-amilase liur yang mampu membuat polisakarida (pati) dan
glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan
menyerang ikatan glikosidat. Amylase akan segera terinakktivasi pada pH
4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam mulut akan
terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel
makanan (Murray, 2012).

2.2 Mekanisme kerja enzim amilase

Mekanisme kerja enzim α-amilase pada amilosa dibagi dalam dua


tahap, pertama degradasi secara cepat molekul amilosa menjadi maltosa
dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Pada tahap ini terjadi penurunan
kekentalan dengan cepat. Tahap kedua, degradasi α-amilase pada amilosa

2
menghasilkan glukosa dan 7 maltosa dengan laju lebih lambat dan
tidak secara acak. Aktivitas α-amilase dapat diukur berdasarkan
penurunan kadar pati yang larut, kadar dekstrin yang terbentuk, dan
pengukuran viskositas atau jumlah gula pereduksi yang terbentuk (Koolm
an, 2015).

Pati bereaksi secara kimiawi dengan iodium, reaksi ini terlihat


sebagai warna biru- kehitaman. Warna biru-kehitaman ini terjadi bila
molekul iodium masuk ke dalam bagian yang kosong pada molekul zat
pati (amilosa) yang berbentuk spiral. Proses iodinisasi zat pati
menghasilkan molekul yang mengabsorpsi semua cahaya, kecuali warna
biru. Bila zat pati ini telah diuraikan menjadi maltosa atau glukosa, warna
biru ini tidak terjadi karena tidak adanya bentuk spiral. Aktivitas enzim
α-amilase ditentukan dengan mengukur penurunan kadar pati yang larut
dengan menggunakan substrat jenuh. Kejenuhan pati berpengaruh
terhadap laju reaksi enzimatis. Apabila larutan pati terlalu jenuh maka
enzim sulit terdifusi ke dalam larutan sehingga kerja enzim akan
terhambat (Chatterjea, 2012).

Secara umum, saat berlangsungnya reaksi enzimatik terjadi ikatan


sementara antara enzim dengan substrat (reaktan). Ikatan sementara ini
bersifat labil dan hanya untuk waktu yang singkat saja. Selanjutnya
ikatan enzim-substrat akan pecah menjadi enzim dan hasil akhir. Enzim
yang terlepas kembali setelah reaksi dapat berfungsi lagi sebagai
biokatalisator untuk reaksi yang sama. Enzim bekerja dengan dua cara,
yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock and Key Theory) dan Teori
Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory) (Guyton, 2014).

2.3 Fungsi enzim amilase

Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang


berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi
tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Dimana suatu enzim
dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada

3
reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Seperti katalis lainnya enzim
dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia (Joyce, 2011).

Pemecahan makanan untuk memasok energi serta unsur-unsur kimia


pembangun tubuh, perakitan pembangun tubuh tersebut menjadi protein,
membran sel serta DNA yang mengkodekan informasi genetik, dan
akhirnya menggunakan energi tersebut untuk menggerakkan sel. Semua ini
dimungkinkan dengan adanya kerja enzim-enzim yang dikoordinasikan
secara cermat. Air liur mengandung enzim amilase, yang dihasilkan oleh
kelenjar parotid sebanyak 80%, sedangkan sisanya dihasilkan oleh kelenjar
submandibular. Protein yang terkandung di dalam air liur 40% di
antaranya mengandung enzim ini. Enzim amilase berfungsi untuk merubah
polisakarida menjadi disakarida. Enzim ini dapat digunakan sebagai
indikator normal atau tidaknya kerja dari kelenjar air liur seseorang dalam
menghasilkan sekretnya (Joyce, 2011).

Amilase menyerang pati dan glikogen yang mana kerja getah pancreas
dalam memecah molekul pati disebabkan oleh α-amilase pancreas. Kerja
enzim ini serupa dengan kerja amylase salivarius, yaitu menghidrolisis pati
dan glikogen menjadi maltosa, maltotriosa (tiga residu α-glukosa yang
dihubungkan dengan ikatan α-14)dan campuran senyawa oligosakarida
bercabang (16) (α-limit dekstrin), oligosakarida tak bercabang serta
glukosa (Koolman, 2015)

2.4 Organ organ penghasil enzim amilase

1. Kelenjar Saliva
Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga
mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga
mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak
dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula, kelenjar
submandibularis yang terletak dibagian bawah korpus mandibula dan
kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah. Selain itu terdapat
juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial, kelenjar

4
bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan
kelenjar Weber (Guyton, 2014).

a. Kelenjar Saliva Mayor


Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang
terletak di anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit
dan otot masseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris
pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.
Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung
sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,
aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus
stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semua. Kelenjar
submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur
terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu
duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada
frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar
parotis, kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat. Kelenjar
sublingualis mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam
rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini
terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular
(Guyton, 2014).
b. Kelenjar Saliva Minor
Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-
kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor
hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam.
Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama
pakar yang menemukannya. Kelenjar labial (glandula labialis)
terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus
seromukus. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa
pipi, dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar Bladin-Nuhn
(Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah.
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan

5
Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von
Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior (Guyton, 2
014).
2. Pankreas
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pancreas yang terdiri
dari dua komponen-sekresi enzimatik poten dan sekresi alkali encer
(cair) yang kaya akan natrium bikarbonat. Enzim-enzim pancreas
secara aktif disekresi oleh sel asinus. Seperti pepsinogen, enzim
pancreas disintesis oleh reticulum endoplasma dan komples golgi sel
asinus, dan kemudian disimpan di dalam granula zimogen dan
dikeluarkan melalui proses eksositosis bila diperlukan. Sel-sel asinus
mengeluarkan tiga jenis enzim pancreas yang mampu mencerna ketiga
kategori makanan. Salah satunya adalah amylase pancreas. Amylase
pancreas berperan penting dalam pencernaan karbohidrat dengan
mengubah polisakarida menjadi disakarida. Amylase disekresikan
melalui getah pancreas dalam bentuk aktif karena amylase tidak
membahayakan sel-sel sekretorik (Guyton, 2014).
2.5 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Dan Penurunan
Amilase Darah

1. Faktor yang meningkatkan

a. Metabolisme enzim pankreas.

b. Peningkatan glukoneogenesis.

c. Peningkatan hormon Insulin dan glucagon

d. Metabolisme aerob

e. Metabolisme karbohidrat

f. Mood

2. Faktor yang menurunkan

a. Epinefrin dan norepinefrin karena dapat mempengaruhu pelepasan


insulin

6
b. Menurunya produksi hormon insulin oleh pankreas.

c. Metabolisme anaerob

d. Penurunan metabolisme hormon-hormon yang dihasilkan pulau


langerhans (Indah, 2012).

7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

1. Metode Pemeriksaa
Tes Fotometri Enzimatik
2. Alat dan Bahan
 Alat
a. Spuit 3 cc
b. Torniquet
c. Rak tabung reaksi
d. Mikropipet 10-100 µl
e. Makropipet 100-1000 µl
f. Blue tip
g. Yellow tip
h. Tabung vacutainer NonEDTA
i. Spektrofotometer
j. Sentrifugator
 Bahan
a. Working reagen
b. Serum darah
c. Alkohol 70%
3. Cara Kerja
a. Persiapan sampel:
Darah diambil menggunakan spuit kira-kira sebanyak 3 cc.
Darah dimasukkan ke dalam tabung vacutainer nonEDTA dan disentrifugasi
dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya
sebagai sampel.
b. 1 cc working reagen dimasukkan ke dalam tabung reaksi
c. Masukkan 20 µl serum ke dalam tabung reaksi lalu homogenkan.
Inkubasi selama 2 menit.

8
d. Kadar enzim amylase dibaca dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 405 nm.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Probandus
a. Nama : Ny P
b. Usia : 44 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Hasil Pemeriksaan

No Nama Metode Hasil Kriteria


Probandus
1 Ny P Tes 102U/L hiperamilasemia
Fotometrik
Enzimatik

B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diterima, kadar albumin yang diterima oleh nyonya
P adalah 102 U/L. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasi hasil
pemeriksaannya adalah hiperamilasemia karena kadar normal amylase dalam
tubuh adalah kurang dari 100 U/L namun kadar amylase nyonya P melebihi nilai
normal tersebut (Flora, 2016).

Peningkatan kadar amylase yang melebihi kadar normalnya bisa dapat


disebabkan oleh kelainan atau penyakit pada pancreas. Berat molekul amylase
rendah (50 kD) sehingga amylase oleh glomerulus dengan mudahnya difiltrasi
oleh glomerulus dan ditemukan dalam urine. Amylase urin tetap meninggi tetap
meninggi bahkan saat kadar di dalam serum telah normal. Peningkatan kadar
amylase hampir selalu berasal dari pancreas walaupun parotitis juga dapat
menyebabkan pelepasan amylase ke dalam sirkulasi. Pada beberapa kasus
peningkatan amylase serum, pengukuran lipase juga dapat membantu dalam
diagnose pankreatitis hanya diskresikan oleh pancreas dan kadarnya dalam serum
bertahan sampai 5-10 hari (Samad, 2019).

10
C. Aplikasi Klinis
1. Pankreatitis akut

Pankreatitis akut adalah peradangan akut, non-bakterial pada organ


pankreas1 . Pankreatitis terjadi akibat autodigesti enzim pankreas yang
teraktivasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya edema, kerusakan vaskuler,
perdarahan, dan nekrosis organ pancreas. Ekspresi yang berlebihan dari
sitokin inflamasi seperti interleukin (IL)-1,IL-6, IL-8, dan tumor necrosis
factor (TNF)-α dapat dengan serius merusak sistem mikrosirkulasi
endotelium dan meningkatkan permeabilitas kapiler (Rasyad, 2015).
Penyebab meningkatnya pankreatitis akut adalah genetik, kanker
pankreas, obesitas, hiperparatiroidisme, trigliserida tinggi, dan efek
samping obat-obatan (Shah, 2018).

2. Kolesistitis

Atau batu empedu ialah batu yang dapat ditemukan di dalam


kandung empedu atau didalam duktus koledokus,atau pada keduanya.
Kolesistitis banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia. Batu empedu
terbagi menjadi 3 jenis, yaitu batu kolesterol (76,3%) , batu pigmen
(21,1%) dan batu campuran (2,6%). Semua spesimen reaksi
kandung empedu diperiksa secara hispatologik untuk melihat ada
tidaknya perubahan mukosa pada kandung empedu. Kolelitiasis atau
batu empedu ialah batu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu
atau didalam duktus koledokus, atau pada kedua duanya (Veronika,
2016).

Gejala yang timbul pada penderita antara lain sakit perut terutama
saat menarik napas panjag, demam, mual, terdapat benjolan di perut, kulit
dan bagian putih mata menguning, dan tinja bewarna seperti tanah liat
(Bridges, 2018).

11
3. Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan


usus halus yang ditandai dengan muntah muntah dan diare yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi
dan gangguan keseimbangan elektrolit. Gastroenteritis merupakan infeksi
yang terjadi pada usus atau perut yang disebabkan oleh jenis virus dan
bisamenyebabkan mual, muntah, diare. Diare jika tak diatasi dapat
mengakibatkan dehirasi berat selain itu muncul masalah lain yaitu
malnutrisi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia dan
kematian (Pawiono, 2016).

4. Kanker Pankreas

Kanker pankreas dapat berasal dari eksokrin dan endokrin. Menurut


WHO, secara histologis kanker eksokrin pankreas terdiri atas ductal
adenocarcinoma, serous cystadenocarcinoma, mucinous
cystadenocarcinoma, intraductal papillary-mucinous carcinoma, acinar
cell carcinoma, pancreoblastoma, dan solid pseudopapillary carcinoma. 8
Sedangkan kanker endokrin pankreas terbagi menjadi dua, yaitu
fungsional dan non-fungsional. Kanker endokrin fungsional, terdiri atas
gastrinoma, somatostatinoma, insulinoma, glukagonoma, VIPoma, dan
GRFoma (Rasyad, 2015). Penyebab kanker pankreas dapat berupa
diabetes, merokok, minuman beralkohol, penderita pankreatitis, dan pola
hidup yang tidak sehat (Kleeff, 2016).

5. Fibrosis kistik

Cystic fibrosis disebabkan oleh perubahan gen yang berfungsi


mengatur distribusi garam dalam tubuh manusia. Mutasi gen pada
penderita fibrosis kistik diturunkan dari kedua orang tua. Jika seorang
anak menerima mutasi gen ini hanya dari salah satu orang tuanya, maka ia
hanya menjadi carrier untuk penyakit cystic fibrosis. Pada penderita
penyakit cystic fibrosis, terdapat kelainan pada gen yang mengatur aliran

12
cairan dan garam di dalam sel. Gejala cystic fibrosis dapat muncul setelah
seseorang lahir atau baru muncul saat beranjak dewasa. beberapa gejala
pada saluran penceranaan antara lain tinja berminyak dan sangat bau,
diare atau sembelit parah, dan warka kulit menajdi kekuningan (jaundice)
(Rafeeq, 2017).
6. Kanker Kelenjar Ludah
Pada penderita kanker kelenjar ludah dapat mengalami gejala seperti
pipi bengkak, wajah seperti mati rasa, keluar cairan dari dalam telinga,
melemahnya salah satu otot wajah, dan kesulitan menelan dan membuka
mulut lebar. penyebab kanker ludah antara lain terpapar radiasi,
kebiasaan merokok dan meminum alkohol, kurang asupan nutrisi dan
pola hidup tidak sehat, dan paparan bahan kimia, baik di tempat kerja
maupun di lingkungan rumah (Lin, 2018).

13
BAB V

KESIMPULAN

Praktikum Biokimia kelima di blok 2.2 Fakultas Kedokteran


Universitas Jenderal Soedirman ini menitik beratkan pada Penentuan Aktivitas
Enzim Amylase Darah. Setalah dilakukan penentuan aktivitas enzim amylase
darah didapatkan hasil hiperamilasemia dengan kadar normal amylase darah
untuk laki-laki ataupun perempuan adalah <100U/L.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abd Samad, I. 2019. Pankreatitis Akut. Green Medical Journal. Vol 1(1) :


139-154.

Bridges, F., Gibbs, J., Melamed, J., Cussatti, E. dan White, S., 2018. Clinically
diagnosed cholecystitis: a case series. Journal of surgical case reports. Vol
2 : 031.
Chatterjea MN, Shinde R. 2012. Textbook of medical biochemistry. 8th ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Flora, M. F., Raharjo, B., & Arthamin, M. Z. (2016). Pancreatic Cancer in 31


Years Old Patient with Normal Serum Amylase Level. Indonesia Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol 23(1), 96-101.

Graner, Daryl K., Murray, Robert K. 2012. Biokimia Harper. Edisi 29. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Guyton, A. C., Hall, J. E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. EGC :
Jakarta.

Indah, M.S. 2012. Reaksi-reaksi biokima sebagai sumber glukosa darah. Fakultas
Kedokeran USU.
Joyce, LeFever Kee. 2011. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik,
Jakarta : EGC
Kleeff, J., Korc, M., Apte, M., La Vecchia, C., Johnson, C.D., Biankin, A.V.,
Neale, R.E., Tempero, M., Tuveson, D.A., Hruban, R.H. dan
Neoptolemos, J.P., 2016. Pancreatic cancer. Nature reviews Disease
primers. Vol 2(1):1-22.
Koolman J, Roehm KH. 2015. Color Atlas of Biochemistry. 4 th edition. Ed ke-2.
Stuttgart: Thieme.

Lin, H.H., Limesand, K.H. dan Ann, D.K., 2018. Current State of Knowledge on
Salivary Gland Cancers. Critical Reviews™ in Oncogenesis. Vol 23(3-4).

15
Oktarina, A. B., Rasyad, S. B., & Safyudin, S. 2015. Karakteristik Penderita
Kanker Pankreas di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009-2013. Majalah Kedokteran Sriwijaya. Vol 47(1) :
22-30.

Putri, A. Y., Prihartanti, N. G., & Pawiono, P. (2016). Asuhan Kebidanan pada
Balita Usia 2-5 Tahun Gastroenteritis dengan Dehidrasi Sedang di Ruang
Seruni RSUD Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific
Journal of Midwifery). Vol 2(2) : 66-69.

Rafeeq, M.M. dan Murad, H.A.S., 2017. Cystic fibrosis: current therapeutic
targets and future approaches. Journal of translational medicine. Vol
15(1):84.
Shah, A.P., Mourad, M.M. dan Bramhall, S.R., 2018. Acute pancreatitis: current
perspectives on diagnosis and management. Journal of inflammation
research. Vol 11:77.
Veronika, S., Tarigan, P., & Sinatra, J. (2017). Karakteristik Penderita Kolelitiasis
Hasil Ultrasonography (USG) di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun
2015-2016. Jurnal Kedokteran Methodist. Vol 10(1) :13-16.

16

Anda mungkin juga menyukai