Kelompok 21
Alifiya Nurzannah G84170022
Sintia Intan Agsari G84170001
Novi Rahmawati G84170029
Nur Azizah G84170045
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Karbohidrat termasuk salah satu zat gizi yang memiliki peranan penting
sebagai sumber energi utama bagi tubuh (Suprayatmi et al. 2017). Karbohidrat
tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Susunan atom-atom tersebut dan bentuk ikatannya dapat membedakan karbohidrat
satu dengan yang lainnya, sehingga terdapat kelompok karbohidrat dengan
struktur sederhana seperti monosakarida, disakarida, dan oligosakarida serta
dengan struktur kompleks atau polisakarida (Kusbandari 2015). Monosakarida
merupakan molekul dasar dari karbohidrat, dua monosakarida yang saling terikat
akan membentuk disakarida dan rantai pendek dari monosakarida galaktosa,
glukosa dan fruktosa akan membentuk oligosakarida (Siregar 2014).
Menurut Balachandran (2012), karbohidrat kompleks atau polisakarida
tersusun atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan
gliosidik. Fungsi utama dari polisakarida yaitu sebagai komponen struktural atau
sebagai bentuk penyimpanan energi. Secara fungsional, polisakarida dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu polisakarida struktural dan
polisakarida nutrien. Polisakarida struktural berperan sebagai pembangun
komponen organel sel dan unsur pendukung intrasel. Polisakarida yang termasuk
ke dalam golongan ini diantaranya selulosa, kitosan, kondroitin, dan asam
hialuronat. Polisakarida nutrien berperan sebgai sumber cadangan monosakarida.
Polisakarida yang termasuk golongan ini adalah paramilum, pati, dan glikogen.
Glikogen dapat terbentuk apabila terdapat glukosa yang berlebih di dalam
tubuh dan akan disimpan di jaringan otot (Dewi dan Mahmudiono 2013).
Kapasitas pembentukan glikogen tersebut terbatas sehingga sebagian kelebihan
glukosa tersebut akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak
atau adiposa. Glikogen dalam hati atau otot akan dipecah menjadi glukosa apabila
kebutuhan glukosa dalam tubuh akan melebihi ketersediaan glukosa dalam darah.
Tubuh menyerap glukosa dari darah dan menggunakan glikogen otot pada waktu
yang sama saat aktivitas fisik. Glukosa darah dipasok dari pemecahan glikogen
hati untuk mempertahankan kadarnya tetap tinggi karena glukosa darah
merupakan satu-satunya sumber energi untuk otak (Triana dan Salim 2017).
Polisakarida dapat dipecah menjadi bagian-bagian dari penyusunnya yang
lebih sederhana dapat dilakukan dengan hidrolisis. Proses hidrolisis polisakarida
dapat dijalankan dengan menggunakan katalisator yang berupa enzim atau asam
(Marlida et al. 2014). Menurut Budiarti et al. (2016), proses hidrolisis dengan
asam membutuhkan suhu tinggi dan memiliki kelemahan antara lain peralatan
yang digunakan harus tahan korosi karena katalis yang digunakan adalah asam
kuat, menghasilkan sakarida dengan spektra tertentu saja karena katalis asam
menghidrolisis secara acak, menyebabkan terjadinya degradasi karbohidrat
maupun rekombinasi produk degradasi yang dapat mempengaruhi rasa, warna dan
dapat menimbulkan masalah teknis.
Dewasa ini metode konvensional hidrolisis asam digantikan oleh hidrolisis
enzimatik. Hidrolisis secara asam memutus ikatan glikosidik secara acak,
sedangkan hidrolisis secara enzimatis memutus ikatan glikosidik secara spesifik
pada percabangan tertentu (Rahmawati dan Sutrisno (2015). Menurut Purba
(2009), secara garis besar tahap hidrolisis polisakarida secara enzimatis terdiri atas
gelatinisasi, liquifikasi dan sakarifikasi. Enzim yang dapat digunakan adalah
αamilase, β-amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase, pullulanase, dan
isoamilase, namun enzim yang sering digunakan adalah enzim α-amilase dan
enzim glukoamilase. Enzim α-amilase akan memotong ikatan amilosa dengan
cepat pada pati kental yang telah mengalami gelatinisasi, kemudian pati diuraikan
sempurna menjadi glukosa dengan enzim glukoamilase pada tahap sakarifikasi.
Praktikum ini betujuan dapat memahami proses homogenat hati dan melakukan
isolasi glikogen dari homogenat hati serta mengetahui proses hidrolisis dari
karbohidrat.
METODE
Prosedur
Sebagian kecil dari glukosa dalam tubuh disimpan dalam hati dan otot
dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi (Triana dan Salim 2017).
Glukosa tersebut disimpan dalam bentuk glikogen ketika asupan glukosa di dalam
tubuh berlebih melalui proses glikogenesis. Glikogenesis dilakukan melalui 4
tahap, yaitu pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa dengan enzim
heksokinase dan glukokinase (hati), pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi
glukosa-1-fosfat dengan enzim fosfoglukomutase, pembentukan UDP glukosa
dengan enzim UDP glukosa fosforilase, dan pembentukan glikogen dengan enzim
glikogen sintase (Adnyana et al. 2016).
y = 2,4918x + 0,0273
0,5
R² = 0,8864
0,4
Absorban
0,3
0,2
0,1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Konsentrasi
SIMPULAN
Adnyana DPA, Meles DK, Wurlina, Zakaria S, Suwasanti N. 2016. Efek anti
diabetes buah pare ( Momordica charantia Linn.) terhadap kadar glukosa
darah, sel penyusun pulau langerhans dan sel leydig pada tikus putih
hiperglikemia. Acta Veterinaria Indonesia 4(2) : 43-50.
Arfandi A, Ratnawulan, Darvina Y. 2013. Proses pembentukan feofitin daun suji
sebagai bahan aktif photosensitizer akibat pemberian variasi suhu . Jurnal
Pillar Of Physics 1(4) : 68-76.
Arsana IN, Juliasi NKA. 2016. Pemulihan kadar glikogen serta peningkatan
konsumsi glukosa dan trigliserida saat aktivitas fisik pascapemberian
ekstrak kulit buah manggi. Jurnal Veteriner 17(1) : 37-44.
Balachandran NT. 2012. Ekspres Biologi Tingkatan 4. Jakarta(ID) : Pelangi
Publishing.
Budiarti GI, Sumardiono S, Kusmiyati. 2016. Studi konversi pati ubi kayu
(cassava starch) menjadi glukosa secara enzimatik. Jurnal Chemica 3(1) : 7-
16.
Daryanto ZP. 2015. Optimalisasi asupan gizi dalam olahraga prestasi melalui
carbohidrat loading. Jurnal Pendidikan Olahraga 4(1) : 101-112.
Dewi ACN, Mahmudiono T. 2013. Hubungan pola makan, aktivitas fisik, sikap,
dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi pegawai negeri sipil di
kantor dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Media Gizi Indonesia
9(1) : 42–48.
Julaeha E, Rustiyaty S, Fajri NN, Ramdlani F, Tantra R. 2016. Pemanfaatan
tepung gadung (Dioscorea hispida dennst.) Pada produksi amilase
menggunakan Bacillus sp.. Jurnal Fortech 1(1) : 46-52.
Kusbandari A. 2015. Analisis kualitatif kandungan sakarida dalam tepung dan pati
umbi ganyong (Canna edulis Ker.). Jurnal Pharmaciana 5(1) : 35-42.
Marlida Y, Mirzah, Arief S, Amru K. 2014. Produksi glukosa dari batang kelapa
sawit melalui proses hidrolisis secara enzimatis menggunakan amilase
termostabil. Jurnal Riset Kimia 7(2) : 194-200.
Maryam S. 2009. Ekstrak enzim bromelin dari buah nanas (Ananas sativus
Schult.) dan pemanfaatannya pada isolasi dna [skripsi]. Semarang(ID) :
Universitas Negeri Semarang.
Momuat LI, Suryanto E. 2016. Pengaruh lama perendaman terhadap aktivitas
antioksidan dari empelur sagu baruk (Arenga microcharpha). Journal of
Chemistry Program 9(1) : 25 – 34.
Mushawwir A, Latipudin D. 2011. Beberapa parameter biokimia darah ayam ras
pe el fase g owe dan la e dalam lingk ngan “upper zonathermoneutral”.
Jurnal Peternakan Indonesia 13(3) : 191-198.
Padmaningrum RT, Marwat S. 2015. Validasi metode analisis siklamat secara
spektrofotometri dan turbidimetri. Jurnal Sains Dasar 4(1) : 23-29 .
Purba E. 2009. Hidrolisis pati ubi kayu (Manihot esculenta) dan pati ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi glukosa secara cold process dengan acid
fungal amilase dan glukoamilase [skripsi]. Lampung (ID) : Universitas
Lampung.
Rahmawati AY, Sutrisno A. 2015. Hidrolisis tepung ubi jalar ungu (Ipomea
batatas l.) secara enzimatis menjadi sirup glukosa fungsional: kajian
pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(3) : 1152-1159.
Siregar NS. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan 13 (2) : 38–44.
Suarsana, Bambang PP, Taufik W, Maria B. Sintesis glikogen hati dan otot pada
tikus diabetes yang diberi ekstrak tempe. Jurnal Veteriner 11(3) : 190-195.
Suprayatmi 1, Novidahlia N, Ainii AN. 2017. Formulasi velva jagung manis
dengan penambahan cmc. Jurnal Pertanian 8(2) : 98-105.
Syaputra D. 2012. Ekstrak glikogen temilok (Bactronophorus thoracites) sebagai
ko-presipitan asam deoksiribonukleat [skripsi]. Bogor(ID) : IPB.
Triana L, Salim M. 2017. Perbedaan kadar glukosa darah 2 jam post prandial.
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa 1(1) : 51-57.
LAMPIRAN
Rendemen
( )
( )
( )
Kadar glukosa
Persamaan kurva :
900
⁄
⁄
⁄
⁄
⁄
Contoh Perhitungan Hidrolisis Asam
Kadar glukosa terkoreksi
512
⁄
⁄
⁄
⁄