Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Hari,Tanggal : Selasa, 2 April 2019

Biomolekul Waktu : 13.00 - 16.00 WIB


PJP : Puspa Julistia P, S.Si, M.Si
Asisten : Aulia Regita Cahyani
Christian Tonapa
Zulfikar Muchammad

ISOLASI DAN HIDROLISIS GLIKOGEN

Kelompok 21
Alifiya Nurzannah G84170022
Sintia Intan Agsari G84170001
Novi Rahmawati G84170029
Nur Azizah G84170045

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Karbohidrat termasuk salah satu zat gizi yang memiliki peranan penting
sebagai sumber energi utama bagi tubuh (Suprayatmi et al. 2017). Karbohidrat
tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Susunan atom-atom tersebut dan bentuk ikatannya dapat membedakan karbohidrat
satu dengan yang lainnya, sehingga terdapat kelompok karbohidrat dengan
struktur sederhana seperti monosakarida, disakarida, dan oligosakarida serta
dengan struktur kompleks atau polisakarida (Kusbandari 2015). Monosakarida
merupakan molekul dasar dari karbohidrat, dua monosakarida yang saling terikat
akan membentuk disakarida dan rantai pendek dari monosakarida galaktosa,
glukosa dan fruktosa akan membentuk oligosakarida (Siregar 2014).
Menurut Balachandran (2012), karbohidrat kompleks atau polisakarida
tersusun atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan
gliosidik. Fungsi utama dari polisakarida yaitu sebagai komponen struktural atau
sebagai bentuk penyimpanan energi. Secara fungsional, polisakarida dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu polisakarida struktural dan
polisakarida nutrien. Polisakarida struktural berperan sebagai pembangun
komponen organel sel dan unsur pendukung intrasel. Polisakarida yang termasuk
ke dalam golongan ini diantaranya selulosa, kitosan, kondroitin, dan asam
hialuronat. Polisakarida nutrien berperan sebgai sumber cadangan monosakarida.
Polisakarida yang termasuk golongan ini adalah paramilum, pati, dan glikogen.
Glikogen dapat terbentuk apabila terdapat glukosa yang berlebih di dalam
tubuh dan akan disimpan di jaringan otot (Dewi dan Mahmudiono 2013).
Kapasitas pembentukan glikogen tersebut terbatas sehingga sebagian kelebihan
glukosa tersebut akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak
atau adiposa. Glikogen dalam hati atau otot akan dipecah menjadi glukosa apabila
kebutuhan glukosa dalam tubuh akan melebihi ketersediaan glukosa dalam darah.
Tubuh menyerap glukosa dari darah dan menggunakan glikogen otot pada waktu
yang sama saat aktivitas fisik. Glukosa darah dipasok dari pemecahan glikogen
hati untuk mempertahankan kadarnya tetap tinggi karena glukosa darah
merupakan satu-satunya sumber energi untuk otak (Triana dan Salim 2017).
Polisakarida dapat dipecah menjadi bagian-bagian dari penyusunnya yang
lebih sederhana dapat dilakukan dengan hidrolisis. Proses hidrolisis polisakarida
dapat dijalankan dengan menggunakan katalisator yang berupa enzim atau asam
(Marlida et al. 2014). Menurut Budiarti et al. (2016), proses hidrolisis dengan
asam membutuhkan suhu tinggi dan memiliki kelemahan antara lain peralatan
yang digunakan harus tahan korosi karena katalis yang digunakan adalah asam
kuat, menghasilkan sakarida dengan spektra tertentu saja karena katalis asam
menghidrolisis secara acak, menyebabkan terjadinya degradasi karbohidrat
maupun rekombinasi produk degradasi yang dapat mempengaruhi rasa, warna dan
dapat menimbulkan masalah teknis.
Dewasa ini metode konvensional hidrolisis asam digantikan oleh hidrolisis
enzimatik. Hidrolisis secara asam memutus ikatan glikosidik secara acak,
sedangkan hidrolisis secara enzimatis memutus ikatan glikosidik secara spesifik
pada percabangan tertentu (Rahmawati dan Sutrisno (2015). Menurut Purba
(2009), secara garis besar tahap hidrolisis polisakarida secara enzimatis terdiri atas
gelatinisasi, liquifikasi dan sakarifikasi. Enzim yang dapat digunakan adalah
αamilase, β-amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase, pullulanase, dan
isoamilase, namun enzim yang sering digunakan adalah enzim α-amilase dan
enzim glukoamilase. Enzim α-amilase akan memotong ikatan amilosa dengan
cepat pada pati kental yang telah mengalami gelatinisasi, kemudian pati diuraikan
sempurna menjadi glukosa dengan enzim glukoamilase pada tahap sakarifikasi.
Praktikum ini betujuan dapat memahami proses homogenat hati dan melakukan
isolasi glikogen dari homogenat hati serta mengetahui proses hidrolisis dari
karbohidrat.

METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, pada
hari Selasa, 26 Maret dan 2 April 2019 pukul 13.00 – 16.00 WIB.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah erlenmeyer, tabung reaksi, gelas piala,


gelas ukur, neraca analitik, gunting, gelas ukur, penangas air, tabung sentrifus,
sentrifus, pipet volumetrik, pipet tetes, dan tisu. Bahan-bahan yang digunakan
adalah homogenat hati sapi, larutan sukrosa EDTA, es batu, trikloroasetat 10%,
etanol 95%, etanol 96%, etil eter, NaCl, larutan glikogen, k-fosfat 5M, enzim
amilase, HCL 4N, K2HPO4 1M, larutan kupritartat, fosfomolibdat, akuades.

Prosedur

Isolasi glikogen. Sebanyak 30 mL homogenat hati ditambahkan 19 mL


trikloroasetat 10% di dalam tabung sentrifus dan dihomogenkan. Campuran
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan diperoleh
diukur volumenya menggunakan gelas ukur dan dipindahkan ke gelas piala,
sedangkan endapan yang diperoleh dibuang. Etanol 95% ditambahkan sebanyak
dua kali dari volume supernatan ke dalam gelas piala tersebut sambil diaduk.
Campuran tersebut didiamkan sampai endapannya berflokulasi. Apabila tidak
terjadi penggumpalan, ke dalam campuran ditambahkan NaCl dan dipanaskan
dalam penangas sampai terbentuk endapan. Campuran tersebut kemudian
dipindahkan ke dalam tabung sentrifus dan disentrifus kembali selama 3 menit
dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang diperoleh dibuang, namun
endapannya dilarutkan ke dalam 5 mL akuades dan ditambahkkan etanol 96%
sebanyak dua kali volume dari campuran tersebut. Selanjutnya, campuran di
sentrifus kembali dengan kecepatan dan waktu yang sama. Endapan yang
diperoleh dicuci dengan 3 mL etanol absolut kemudian dengan 3 mL etil eter.
Endapan dikeringkan dalam cawan petri, dan hasilnya ditimbang dengan neraca
analitik. Endapan tersebut disimpan untuk percobaan berikutnya.
Hidrolisis glikogen dengan enzim. Endapan kering yang diperoleh dari
percobaan sebelumnya dilarutkan dengan akuades sebanyak 5 mL. Sebanyak 2
mL larutan glikogen dimasukkan ke dalam a ng eaksi dan di am ahkan m
ffe k-fosfa , dengan p , dan m a l , . amp an e se
kem dian di am ahkan ak ades sampai ol men a menjadi m dan
dimas kkan ke dalam penangas ai dengan s h . e elah i , amp an di
inkubasi selama 5 menit hingga keseimbangan temperatur tercapai. Sebanyak 0,5
mL dari campuran tersebut diambil ke dalam tabung reaksi yang dijadikan sebagai
kontrol. Sisa dari campuran tersebut ditambahkan enzim amilase sebanyak 2 mL
dan dipanaskan. Campuran diambil sebanyak 0,5 mL pada menit ke-3, menit ke-6,
menit ke-12, dan menit ke-15 ke dalam tabung reaksi. Setiap pengambilan 0,5 mL
campuran tersebut ditambahkan akuades hingga volumenya mencapai 5 mL.
Hidrolisis glikogen dengan asam. Endapan kering yang diperoleh dari
percobaan sebelumnya dilarutkan dengan akuades sebanyak 5 mL. Sebanyak 2
mL larutan glikogen dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL
HCl 4N, kemudian dihomogenkan. Sebanyak 0,5 mL dari campuran tersebut
diambil ke dalam tabung reaksi yang dijadikan sebagai kontrol yang ditambahkan
2,5 mL K2HPO4 1 M dan diencerkan dengan akuades sebanyak 5 mL. Sisa dari
campuran tersebut dipanaskan dalam air mendidih. Campuran diambil sebanyak
0,5 mL pada menit ke-15, menit ke-30, dan menit ke-45 ke dalam tabung reaksi
yang berisi larutan K2HPO4 1M sebanyak 2,5 mL. Kemudian campuran
diencerkan dengan penambahan akuades sebanyak 5 mL.
Pengukuran kadar glukosa dengan metode Folin Wu. Campuran yang
diperoleh dari percobaan hidrolisis glikogen dengan enzim dan asam serta larutan
blanko ditambahkan kupritartat sebanyak 1 mL dan dipanaskan selama 8 menit.
Setelah itu, sebanyak 1 mL fosfomolibdat ditambahkan dan nilai absorbansi
diukur menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 660 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian kecil dari glukosa dalam tubuh disimpan dalam hati dan otot
dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi (Triana dan Salim 2017).
Glukosa tersebut disimpan dalam bentuk glikogen ketika asupan glukosa di dalam
tubuh berlebih melalui proses glikogenesis. Glikogenesis dilakukan melalui 4
tahap, yaitu pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa dengan enzim
heksokinase dan glukokinase (hati), pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi
glukosa-1-fosfat dengan enzim fosfoglukomutase, pembentukan UDP glukosa
dengan enzim UDP glukosa fosforilase, dan pembentukan glikogen dengan enzim
glikogen sintase (Adnyana et al. 2016).

Tabel 1 Rendemen glikogen


Bahan Jumlah

Glikogen terisolasi 0,0625 g

Filtrat homogenat hati 30 mL


Proses isolasi glikogen memerlukan pereaksi tertentu untuk mendapatkan
isolat glikogen yang baik melalui sentrifugasi bertingkat. Awal tahap isolasi
glikogen diperlukan TCA 10 % yang menurut Maryam (2009), pereaksi asam
trichloroasetat (TCA) 10% dapat menghentikan aktivitas enzim dan menyebabkan
pengendapan dari substrat yang tidak terhidrolisis. Selain TCA 10%, diperlukan
etanol 95% dan etanol 96% yang berfungsi dalam proses pengendapan glikogen
sehingga glikogen mudah dipisahkan dari fraksi lain dan NaCl yang berfungsi
untuk mempercepat pengendapan protein serta meghidrolisis glikogen (Arsana
dan Juliasih 2016).
Data pada Tabel 1 menunjukkan jumlah isolat glikogen yang diperoleh
sebanyak 0,0625 g yang diperoleh dari proses sentrifugasi filtrat homogenat hati
sapi sebanyak 30 mL dapat menghasilkan rendemen 0,208%. Glikogen dalam hati
sapi akan meningkat apabila tingkat mengkonsumsi makanan yang mengandung
fruktosa lebih tinggi daripada glukosa (Daryanto 2015). Namun, glikogen akan
menurun apabila kadar hormon insulin berkurang sehingga akan mencegah
penimbunan glikogen di dalam hati (Suarsana et al. 2010). Glikogen dapat diubah
menjadi glukosa di dalam tubuh melalui proses glikogenolisis yang terjadi ketika
tubuh kekurangan asupan glukosa. Glikogenolsis dibagi menjadi 2 tahap, yaitu
pengubahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat dengan enzim glikogen
fosforilase, dan pengubahan glukosa-1-fosfat menjadi glukosa-6-fosfat dengan
enzim fosfoglukomutase. Glukosa-6-fosfat akan masuk ke lintasan glikolisis dan
menghasilkan energi (Arsana dan Juliasih 2016).
Menurut Mushawwir dan Latipudin (2011), penetapan kadar glukosa
dilakukan dengan metode Folin Wu yang memiliki prinsip memanfaatkan sifat
glukosa sebagai sebuah aldosa. Aldehid mampu mereduksi senyawa kupro pada
pewarna fosfomolibdat yang berwarna biru. Intensitas warna biru menyatakan
konsentrasi tembaga yang direduksi dan dengan demikian menyatakan konsentrasi
glukosa. Pengujian kadar gukosa dengan metode Folin Wu dapat dibaca dengan
spektrofotometer. Jumlah glukosa hasil hidrolisis ditentukan berdasarkan
absorbansi pada kontrol dan analisis sampel glukosa hasil hidrolisis menggunakan
persamaan kurva standar glukosa yang telah diperoleh (Julaeha et al. 2016).

Tabel 2 Kurva standar glukosa


Absorban
Konsentrasi
Terukur Terkoreksi

0,000 0,016 0,000

0,025 0,067 0,051

0,050 0,141 0,125

0,100 0,296 0,280

0,150 0,519 0,503

0,200 0,433 0,417


0,6

y = 2,4918x + 0,0273
0,5
R² = 0,8864

0,4
Absorban

0,3

0,2

0,1

0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

Konsentrasi

Gambar 1 Kurva standar glukosa

Tabel 2 menunjukkan absorban dari sampel glukosa semakin tinggi pada


sampel yang memiliki konsentrasi tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Momuat dan Suryanto (2016), menyatakan jika pengujian tersebut akan
memperlihatkan peningkatan absorban seiring meningkatnya konsentrasi. Nilai
absorban yang diperoleh pada Tabel 2 diinterpretasikan oleh kurva standar
glukosa pada Gambar 1 yang menunjukkan regresi linear sebesar 0,8864 dan
menghasilkan persamaan y=2.4918x+0,0273 dimana x adalah konsentrasi glukosa
dan y merupakan nilai absorbansi dari glukosa pada panjang gelombang 660 nm.
Nilai regresi ini menyatakan korelasi antara absorbansi (Y) dan konsentrasi (X)
tidak cukup baik karena kurang dari 0,999 (Padmaningrum dan Marwati 2015).

Tabel 3 Hidrolisis glikogen oleh enzim


Absorban µ mol
[Glukosa] Mol glukosa
Menit glukosa/ mg
Terukur Terkoreksi (mg/mol) (µ mol)
glikogen

Blanko 0,001 0,000 -0,0109 -0,1210 -0,0035

0 0,034 0,033 0,0023 0,0250 0,0007

3 0,039 0,038 0,0043 0,0470 0,0014

6 0,040 0,039 0,0055 0,0610 0,0015

12 0,042 0,041 0,0055 0,0610 0,0018

15 0,043 0,042 0,0059 0,0660 0,0019


Tabel 4 Hidrolisis glikogen oleh asam
Absorban [Glukosa] Mol glukosa µ mol glukosa/
Menit
Terukur Terkoreksi (mg/mol) (µ mol) mg glikogen

Blanko 0,001 0,000 -0.011 -0,122 -0,007

0 0,397 0,396 0,148 1,640 0,089

15 0,410 0,409 0,153 1,700 0,091

30 0,395 0,394 0,147 1,630 0,088

45 0,416 0,415 0,155 1,730 0,093

Glikogen termasuk polisakarida yang ketika dihidrolisis dapat menjadi


bagian-bagian yang lebih sederhana melalui pemutusan ikatan glikosidiknya.
Proses hidrolisis glikogen secara enzimatik dilakukan dengan menambahkan
sejumlah enzim amilase pada larutan glikogen atau dengan penambahan asam
kuat (Marlida et al. 2014). Data yang diperoleh pada Tabel 3 dan Tabel 4
menunjukan nilai absorban dan kadar glikogen dari sampel semakin tinggi ketika
perlakuan pemanasan yang diberikan lebih lama. Hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur menurut Arfandi et al. (2013) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
suhu, konsentrasi larutan akan semakin rendah sehingga absorban yang diperoleh
seharusnya semakin kecil. Kesalahan dapat terjadi karena sampel yang digunakan
sudah tidak murni dan kemungkinan memiliki kadar pengotor lebih tinggi
(Syaputra 2012). Data kedua tabel tersebut juga menunjukkan bahwa hasil
hidrolisis glikogen dengan asam lebih besar dibandingan hindrolisis glikogen
dengan enzim. Hal tersebut sesuai dengan literatur menurut Rahmawati san
Sutrisno (2015) yang menyatakan jika hidrolisis secara asam memutus ikatan
glikosidik secara acak, sedangkan hidrolisis secara enzimatis memutus ikatan
glikosidik secara spesifik pada percabangan tertentu sehingga glikogen yang
terhidrolisis lebih banyak ketika dikatalis oleh asam, namun peluang terjadinya
kerusakan warna lebih besar dan menyisakan residu.

SIMPULAN

Hidrolisis glikogen dapat menggunakan katalisator asam dan enzim.


Hidrolisis glikogen dengan enzim bersifat spesifik, sedangkan dengan asam
bersifat acak karena pemotongan terjadi pada semua ikatan glikosidik sehingga
kadar glikogen dengan hidrolisis asam lebih besar daripada enzim. Kadar
glikogen dapat ditentukan melalui nilai absorban yang diperoleh dari pengukuran
menggunakan spektrofotometer dengan metode Folin Wu.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana DPA, Meles DK, Wurlina, Zakaria S, Suwasanti N. 2016. Efek anti
diabetes buah pare ( Momordica charantia Linn.) terhadap kadar glukosa
darah, sel penyusun pulau langerhans dan sel leydig pada tikus putih
hiperglikemia. Acta Veterinaria Indonesia 4(2) : 43-50.
Arfandi A, Ratnawulan, Darvina Y. 2013. Proses pembentukan feofitin daun suji
sebagai bahan aktif photosensitizer akibat pemberian variasi suhu . Jurnal
Pillar Of Physics 1(4) : 68-76.
Arsana IN, Juliasi NKA. 2016. Pemulihan kadar glikogen serta peningkatan
konsumsi glukosa dan trigliserida saat aktivitas fisik pascapemberian
ekstrak kulit buah manggi. Jurnal Veteriner 17(1) : 37-44.
Balachandran NT. 2012. Ekspres Biologi Tingkatan 4. Jakarta(ID) : Pelangi
Publishing.
Budiarti GI, Sumardiono S, Kusmiyati. 2016. Studi konversi pati ubi kayu
(cassava starch) menjadi glukosa secara enzimatik. Jurnal Chemica 3(1) : 7-
16.
Daryanto ZP. 2015. Optimalisasi asupan gizi dalam olahraga prestasi melalui
carbohidrat loading. Jurnal Pendidikan Olahraga 4(1) : 101-112.
Dewi ACN, Mahmudiono T. 2013. Hubungan pola makan, aktivitas fisik, sikap,
dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi pegawai negeri sipil di
kantor dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Media Gizi Indonesia
9(1) : 42–48.
Julaeha E, Rustiyaty S, Fajri NN, Ramdlani F, Tantra R. 2016. Pemanfaatan
tepung gadung (Dioscorea hispida dennst.) Pada produksi amilase
menggunakan Bacillus sp.. Jurnal Fortech 1(1) : 46-52.
Kusbandari A. 2015. Analisis kualitatif kandungan sakarida dalam tepung dan pati
umbi ganyong (Canna edulis Ker.). Jurnal Pharmaciana 5(1) : 35-42.
Marlida Y, Mirzah, Arief S, Amru K. 2014. Produksi glukosa dari batang kelapa
sawit melalui proses hidrolisis secara enzimatis menggunakan amilase
termostabil. Jurnal Riset Kimia 7(2) : 194-200.
Maryam S. 2009. Ekstrak enzim bromelin dari buah nanas (Ananas sativus
Schult.) dan pemanfaatannya pada isolasi dna [skripsi]. Semarang(ID) :
Universitas Negeri Semarang.
Momuat LI, Suryanto E. 2016. Pengaruh lama perendaman terhadap aktivitas
antioksidan dari empelur sagu baruk (Arenga microcharpha). Journal of
Chemistry Program 9(1) : 25 – 34.
Mushawwir A, Latipudin D. 2011. Beberapa parameter biokimia darah ayam ras
pe el fase g owe dan la e dalam lingk ngan “upper zonathermoneutral”.
Jurnal Peternakan Indonesia 13(3) : 191-198.
Padmaningrum RT, Marwat S. 2015. Validasi metode analisis siklamat secara
spektrofotometri dan turbidimetri. Jurnal Sains Dasar 4(1) : 23-29 .
Purba E. 2009. Hidrolisis pati ubi kayu (Manihot esculenta) dan pati ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi glukosa secara cold process dengan acid
fungal amilase dan glukoamilase [skripsi]. Lampung (ID) : Universitas
Lampung.
Rahmawati AY, Sutrisno A. 2015. Hidrolisis tepung ubi jalar ungu (Ipomea
batatas l.) secara enzimatis menjadi sirup glukosa fungsional: kajian
pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(3) : 1152-1159.
Siregar NS. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan 13 (2) : 38–44.
Suarsana, Bambang PP, Taufik W, Maria B. Sintesis glikogen hati dan otot pada
tikus diabetes yang diberi ekstrak tempe. Jurnal Veteriner 11(3) : 190-195.
Suprayatmi 1, Novidahlia N, Ainii AN. 2017. Formulasi velva jagung manis
dengan penambahan cmc. Jurnal Pertanian 8(2) : 98-105.
Syaputra D. 2012. Ekstrak glikogen temilok (Bactronophorus thoracites) sebagai
ko-presipitan asam deoksiribonukleat [skripsi]. Bogor(ID) : IPB.
Triana L, Salim M. 2017. Perbedaan kadar glukosa darah 2 jam post prandial.
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa 1(1) : 51-57.
LAMPIRAN

Rendemen
( )
( )
( )

Kadar glukosa

Persamaan kurva :

Contoh Perhitungan Hidrolisis Enzim


Kadar glukosa terkoreksi

900

Mol glukosa (nilai teoritis)


[ ]


[Glikogen] yang digunakan


[ ]


∑ glukosa terbentuk (nilai eksperimen)


Contoh Perhitungan Hidrolisis Asam
Kadar glukosa terkoreksi

512

Mol glukosa (nilai teoritis)


[ ]


[Glikogen] yang digunakan


[ ]


∑ glukosa terbentuk (nilai eksperimen)

Anda mungkin juga menyukai