Kelompok 23
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MAT EMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PEMBAHASAN
Stres oksidatif dapat didefinisikan sebagai tres suatu keadaan saat terjadi
ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan dengan kadar oksidan yang
lebih dominan. Oksidan ini merupakan senyawa reaktif yang dapat memindahkan
elektron dari molekul lain dan menghasilkan oksidasi pada molekul tersebut
(Anggraeni et al. 2017). Zaetun et al. (2018) mengatakan bahwa stres oksidatif
berpotensi menimbulkan kerusakan hati dengan memengaruhi peningkatan
peroksidasi lipid yang akan mengalami dekomposisi menjadi malondialdehid
(MDA). MDA ini termasuk senyawa dialdehida atau berkarbon tiga yang reaktif
sebagai produk final peroksidasi lipid di dalam membran sel yang biasanya
digunakan sebagai biomarker biologis peroksidasi lipid dan menggambarkan
derajat stres oksidatif. MDA pada material hayati terdapat dalam bentuk bebas
atau membentuk ikatan kompleks dengan unsur lainnya di dalam jaringan (Sutari
et al. 2013).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi stres oksidatif
diantaranya seperti puasa, olah raga, stres psikis, dan inflamasi. Kondisi stres
oksidatif yang meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh akan
menurunkan enzim-enzim antioksidan intrasel dan menyebabkan kerusakan sel.
Oleh karena itu, asupan antioksidan eksogen sangat diperlukan untuk membantu
kerja enzim antioksidan intrasel dalam mencegah kerusakan sel (Suarsana et al.
2013).
Menurut Jamilah et al. (2011), kulit buah naga merah (Hylocereus
polyhizus) mengandung beta karoten dan betasianin yang memiliki aktivitas
antioksidan. Ekstrak metanol kulit H. polyhizus juga memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi dari ekstrak metanol kulit H. undatus dan ekstrak
metanol daging H. polyhizus yang diuji menggunakan metode DPPH dan radical
scavenging activity. Pengujian aktivitas antioksidan tersebut baru dilakukan secara
in vitro, oleh karena itu Wahdaningsih dan Utari (2016), melakukan penelitian
mengenai aktivitas antioksidan secara in vivo melalui pengukuran kadar MDA
pada tikus wistar jantan yang mengalami stres oksidatif setelah diberi fraksi
metanol kulit H. polyhizus.
Pengukuran kadar MDA dilakukan pada 28 tikus yang dibagi ke dalam 7
kelompok secara acak. Hewan coba diadaptasikan terhadap lingkungan kandang
percobaan selama 5 hari, dengan memberikan perlakuan stres oksidatif berupa
puasa pakan tetapi diberi air minum ad libitum serta perenangan selama 10
menit/hari. Pemberian vitamin E, kuersetin, dan fraksi metanol H. polyhizus
dilakukan secara oral. Pembagian perlakuan pada kelompok hewan uji dilihat
pada tabel 1.
Tikus yang telah diberi perlakuan selama 5 hari diterminasi dengan cara
cervical dislocatio yang dilakukan dengan steril dan cepat. Organ hati kemudian
diambil dan dilakukan pencucian dengan buffer fosfat salin (PBS), kemudian
dtimbang beratnya. Sebanyak 1.25 g hati dicacah dalam kondisi dingin di larutan
PBS yang mengandung 11.5 g/L KCl dan disentrifus pada 4000 rpm selama 10
menit untuk memperoleh supernatan sebagai homogenat yang akan dianalisis
kadar MDA. Penggunaan KCl dalam proses pembuatan homogenat bertujuan
untuk memfasilitasi pelepasan molekul yang terkait dengan membran sehingga
memudahkan proses analisis (Mishra dan Mishra 2015).
Analisis kadar malondialdehid dilakukan menggunakan metode TBA-
MDA. Menurut Sutari et al. (2013), prinsip metode TBA-MDA berdasarkan
kepada kemampuan pembentukan komplek berwarna merah jambu antara MDA
dan asam tiobarbiturat (TBA). Reaksi pembentukan kompleks TBA-MDA
ditunjukankan pada gambar 1.
SIMPULAN
MDA termasuk radikal bebas yang dihasilkan dari reaksi peroksidasi lipid.
Peningkatan kadar MDA yang melebihi kadar normal di hati menyebabkan stres
oksidatif. Analisis kadar MDA dilakukan dengan metode TBA-MDA melalui
kemampuan pembentukan komplek berwarna merah jambu antara MDA dan asam
tiobarbiturat (TBA). Kadar MDA pada tikus wistar yang mengalami stres
oksidatif dapat diturunkan oleh senyawa antioksidan fraksi metanol kulit
Hylocereus polyhizus dengan dosis 5, 10, dan 20 mg/ 200 g BB.
DAFTAR PUSTAKA