Kelompok 23
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MAT EMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN
Organ hati yang telah difiksasi dengan NBF 10% dibuat preparat
hispatologis dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Evaluasi
hispatologis dilakukan menggunakan mikroskop cahaya biokuler, kemudian
dilakukan penyekoran terhadap nekrosis, degenerasi lemak, degenerasi hidrofis,
dan hepatosit normal. Berdasarkan hasil pengamatan histologis hati tikus yang
dilakukan Fahmi et al. (2015), ditemukan adanya perubahan pada parenkim hati,
yaitu berupa degenarasi hidrofis, degenerasi lemak, dan nekrosis hepatosit.
Presentase perubahan hepatosit tikus yang diinfeksi T. evansi setelah pemberian
ekstrak kulit batang jaloh ditunjukkan pada Tabel 1.
Tebel 1 meyatakan bahwa a, b, c, dsuperskrip yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara perlakuan P1
dan P2. Meningkatnya jumlah dosis ekstrak kulit batang jaloh membuat
persentase hepatosit normal mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi
pada P4, tetapi terjadi penurunan pada P5 dan tidak berbeda nyata (P<0.01)
dengan P2 sebagai kontrol positif.
Gambar 1 Histopatologis hati tikus yang normal (a= vena sentralis; b= sinusoid;
c= hepatosit; HE, 100x, 400x)
SIMPULAN
Proses terminasi hewan coba dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya menggunakan senyawa inhalan seperti kloroform. Terminasi harus
dilakukan dengan cepat dan tanpa menyakiti hewan coba. Hewan coba yang mati,
dilakukan nekropsi dengan melakukan pembedahan pada rongga abdomen.
Nekropsi dilakukan untuk pengambilan organ yang akan dikenai uji histopatologi.
Sebelum dilakukan uji, organ harus dilakukan fiksasi seperti menggunakan larutan
neutral buffered formaline (NBF) 10% agar organ tidak mengalami pembusukan
dan kerusakan organ
DAFTAR PUSTAKA