Anda di halaman 1dari 4

Mardatilla

2010247501

Silahkan dijawab pertanyaannya.


Teknik hewan transgenik dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan vektor virus,
mikroinjeksi, dan sel somatik embrionik. Pertimbangkan etika yang muncul berkaitan
dengan pengembangan hewan transgenik dibawah ini:
a. Bagaimana nasib hewan transgenik berkaitan dengan etik terhadap
hewan. Banyak ilmuwan yang lebih mengutamakan menghasilkan hewan
transgenic dari pada memikirkan nasib hewan yang gagal dalam proses percobaan.
b. Organisasi pemerhati hewan di USA menolak penggunaaan hewan untuk keperluan
riset. Mereka berpendapat riset menggunakan hewan adalah tidakan tidak bermoral
karena membuat hewan menderita. Lebih jauh, mereka menyakni jika mendukung
riset ini, merupakan tikdakan dehumanisasi rasis manusia sendiri. Mereka
memandang ilmuwan yang menggunakan hewan untuk riset merupakan manusia
yang tidak peka, arogan, dan serakah.
c. Jika hewan transgenik dikonsumsi, apakah membahayakan kesehatan manusia?
Jika gen yang direkayasa pada genom hewan, apakah meracuni bagi hewan
tersebut? Walaupun tidak ada isu kesehatan yang terjadi pada produk makanan dari
hewan transgenik, namun potensi resiko masih dimungkinkan. Terlebih ada
kekhawatiran gen dapat berpindah dari hewan transgenik pada hewan liar secara
alamiah.
d. Ada kekhawatiran, ikan yang direkayasa genetik, ketika diternak pada perairan
terbuka, disinyalir dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Terlebih jika ikan
transgeik ini dikonsumsi masyarakat. Pertanyaan muncul apakah tidak
membahayakan kesehatan manusia dan apakah ikan transgenik tersebut akan
mengganggu ekosistem.

Jawaban :
a. Membahas tentang nasib hewan yang dijadikan sebagai bahan percobaan ilmiah
memang sudah lama menjadi pro dan kontra. Berbicara tentang nasib tentunya
sebenarnya hewan yang dijadikan percobaan memiliki nasib yang kurang beruntung
karena bisa jadi percobaan tersebut membuat hewan bersangkutan menjadi sakit,
atau bahkan mengalami kematian. Hal buruk akan terjadi jika ilmuan yang
melakukan kegiatan penelitian tidak mematuhi aturan yang telah dibuat. Jika dikaji
secara positif, apabila ilmuan bersangkutan mampu untuk mematuhi etika terhadap
percobaannya maka hewan yang digunakan tentunya dapat bermanfaat. Jadi nasib
hewan yang dijadikan bahan percobaan tergantung ilmuan atau peneliti yang
menggunakan hewan tersebut sebagai bahan percobaanya. Aspek kesejahteraan
hewan yang digunakan dalam penelitian adalah penting keadaan hewan yang tidak
sejahtera akan mengakibatkan bias pada hasil penelitian.

b. Penggunaan hewan sebagai percobaan boleh saja dan tidak akan menimbulkan
masalah yang terlalu rumit dan besar asalkan peneliti mampu memahami dan
mematuhi prinsip-prinsp etik penelitian diantaranya (Teguh Wahju Sardjono, 2019):
Mardatilla
2010247501

Prinsip-prinsip dasar etik penelitian;


A. 3 prinsip dasar etik penelitian
1. Respect Menghormati hewan coba sbg makhluk hidup/bernyawa  bukan
sebagai benda mati!!
2. Benefeciary Bermanfaat bagi manusia & makhluk lain
3. Justice Bersikap adil dalam memanfaatkan hewan coba  Setiap subyek
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat perlakuan atau tidak 
dipilih secara acak

B. Prinsip 3R
1. Reduction
Memanfaatkan hewan dalam jumlah sekecil mungkin yang dapat memberikan
hasil penelitian yang sahih. Tidak menggunakan hewan lebih dari jumlah
minimal, Menambah jumlah harus dengan alasan yang dapat dibenarkan,
Menggunakan hewan seefisien & seefektif mungkin.
2. Replacement
Relatif, yaitu menggunakan sel, jaringan atau organ dari hewan vertebrata yang
dimatikan secara manusiawi, (isolated organ), absolut, yaitu sama sekali tidak
menggunakan hewan
3. Refinement
Mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan penderitaan sehingga menjamin
kesejahteraan hewan coba.

C. Prinsip 5 F (Freedoms)
1. Freedom from Hunger and thirst
Memberikan akses makanan & air minum yang sesuai & memadai untuk
kesehatannya (jumlah dan komposisi nutrisi)
2. Freedoms from Discomfort
Bebas dari rasa tidak nyaman, Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling
sesuai dengan biologi spesies (siklus cahaya, suhu & kelembaban lingkungan;
fasilitas fisik). Ukuran kandang (Guide for the Care and Use of Laboratory
Animals) dan komposisi kelompok (social vs solitaire; hierarchy)
3. Freedoms from Pain, injury, & disease
Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/
meniadakan rasa sakit, Pemilihan prosedur dengan pertimbangan meminimalkan
rasa sakit (non-invasive), Penggunaan anesthesia dan analgesia apabila
diperlukan, Euthanasia dengan metoda yang “humane” untuk meminimalkan/
meniadakan penderitaan hewan. Pain assessment : Pada manusia  “self
reporting” • Pada hewan  pain assessment tools • Pain Scoring/Pain Scale,
based on clinical signs, behavior, and action.
4. Freedoms from Fear and distress
Memberi kondisi (lingkungan, perlakuan) yang mencegah/ meminimalkan stress
(aspek husbandry, care, penelitian), Memberikan masa adaptasi dan
Mardatilla
2010247501

pengkondisian (misalnya training) bagi hewan terhadap prosedur penelitian,


lingkungan baru, dan personnel, Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh
personnel yang qualified, dan terlatih
5. Freedoms To Express Natural Behavior
Memberikan ruang dan fasilitas yang sesuai (Food searching, foraging, etc),
Memberikan sarana untuk kontak sosial Pengandangan berpasangan atau
berkelompok. Memberikan kesempatan untuk grooming, malting, dan bermain,
dll,

c. Selama produk rekayasa hewan transgenik dilakukan dengan memasukkan prinsip-


prinsip etika moral maka hewan transgenik tersebut tidak berbahaya bagi konsumen.
Sedangkan DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan
sebagai promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan
oncogen (materi dasar sel-sel kanker). Jadi pada beberapa kasus akibat dari perlakuan
rekayasa genetika menyebabkan penyakit bahkan kematian bagi beberapa hewan
percobaan, hal ini tentunya harus menjadi perhatian khusus bagi para peneliti untuk
menerapkan etik bioteknolgi dibandingkan dengan keserakahan ilmu pengetahuan.

d. Dampak konsumsi ikan transgenik serta dampaknya terhadap keseimbangan


ekosistem.

Pengujian keamanan mengonsumsi ikan transgenik pada manusia dilakukan oleh


Guillen et al. (1999). Dua puluh dua orang diberi makan ikan nila transgenik GH.
Ikan nila yang digunakan adalah ikan nila transgenik GH yang tumbuh 2 kali lebih
cepat dibandingkan non transgenik. Orang-orang ini dibagi 2 kelompok yaitu
kelompok yang diberi makan ikan nila transgenik dan kelompok yang diberi makan
ikan nila non transgenik. Pemberian makan dilakukan dua kali sehari selama lima hari
berturut-turut. Parameter yang diukur yaitu hemoglobin, total protein serum, glukosa,
kreatinin, kolesterol, leukosit, dan eritrosit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
sebelum dan setelah penelitian tidak terjadi perubahan pada parameter biokimia dan
profil darah yang diakibatkan karena mengonsumsi ikan nila transgenik. Bukti yang
menunjukkan bahwa ikan nila transgenic GH tidak mempengaruhi glukosa darah,
total protein,mkreatinin, pertumbuhan, jaringan target, lipolisis, sintesis protein di otot
dan efek kontra insulin, mengindikasikan bahwa GH yang berasal dari ikan transgenik
tidak aktif pada primata. GH dapat menstimulasi eritropoiesis, limfopoiesis, dan
meningkatkan bobot limfa, serta ginjal (Gluckman et al., 1991) dan terkait dengan
stimulasi retensi cairan, pertumbuhan, perubahan volume darah, dan karakteristik
darah (Ho & Kelly, 1991). Namun tidak satupun fenomena ini teramati pada saat
penelitian yang dilakukan oleh Guillen et al. (1999).
Hal ini membuktikan bahwa selama kegiatan transgenik dilakukan sesuai dengan
etik bioteknologi serta keamanan pangan maka setiap hasil dari rekayasa genetika
tersebut aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan dampak apapun, tetapi kita harus
tetap menjaga pola makan serta kesehatan.
Mardatilla
2010247501

Ikan transgenik yang diperkenalkan kedalam populasi ikan yang hidup liar
menunjukkan hasil mengkhawatirkan. Jika ikan transgenik lepas ke alam liar,
mereka dapat menyebabkan pencemaran spesies – spesies air lainnya. Membiarkan
ikan transgenik di keramba laut dapat meningkatkan jumlah spesies yang
terancam punah dengan signifikan Terdapat skenario lain yang menandai resiko
– resiko global yang berhubungan dengan lepasnya ikan transgenik ke dalam
lingkungan. Meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan dan meningkatkan
kebutuhan – kebutuhan pakan harian mereka. Penelitian – penelitian
terbaru telah menunjukkan bahwa ikan transgenik lebih agresif dan memakan
lebih banyak makanan. Mereka juga tidak berenang sebaik ikan liar, sehingga
mereka dapat dapat berkumpul di suatu area dan memonopoli persediaan makanan
dan sumber daya lain. Hal ini dapat mempunyai efek menghancurkan
lingkungan alami, khususnya karena sebagian besar ikan yang direkayasa saat
ini – misalnya salmon, trout, carp dan tilapia – adalah pemangsa/predator.
Pengalaman lalu telah menunjukkan bahwa memperkenalkan spesies – spesies
predator besar kedalam lingkungan baru dapat menyebabkan bencana ekologi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa melepas liarkan ikan hasil transgenic ke alam liar
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai