Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan
penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut di gunakan sebagai uji
praktik untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.
Dalam praktikum kali ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan.
Mencit merupakan hewanyang mudah ditangani dan bersifat penakut
fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Sehingga
hewan tersebut sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium
farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan.
Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Kegunaan
hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang
diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan
sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatuobat
sebelum diberikan kepada manusia.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian,harus
dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yan akan
dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan
dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor
ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampumemberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat
lebih mudah menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan.
Mencit (Mus musculus) atau biasa disebut mencit rumah merupakan jenis
hewan komensal yang telah lama berkohabitasi dengan manusia. Mencit
rumah mengalami evolusi yang panjang seiring dengan besarnya pengaruh
tekanan manusia di sekitarnya. Dalam beberapa kasus, tingkah laku mencit
rumah bahkan dapat dikatakan merupakan hasil dari pengaruh lingkungan
aktivitas manusia yang kompleks dan tidak stabil.
Mencit (Mus musculus) telah ada pada starta berumur 12.000 tahun
sebelum masehi di akhir Pleistosen. Bukti-bukti lain juga menunjukan bahwa
pada mulanya Mencit (Mus musculus) di daratan Mediterania Timur,
kemudian semakin tersebar seiring mobilitas manusia kearah Timur Tengah,
Barat Eropa, bahkan Afrika Utara hingga sekarang. Mencit (Mus musculus)
memiliki persebaran yang sangat seiring peningkatan ilmu pengetahuan serta
penelitian yang membutuhkan Mencit (Mus musculus) sebagai hewan uji.
Penggunaan Mencit (Mus musculus) sebagai hewan uji memiliki banyak
keuntungan diantaranya penanganannya yang relatif mudah, harga yang
murah, jumlah peranakan yang banyak, berukuran kecil, serta memiliki
kemiripan fisiologis dengan manusia. Akan tetapi, Mencit (Mus musculus)
juga memiliki perilaku yang unik dan berpeluang menjadi buas dalam
penelitian-penelitian tertentu. Diantaranya adalah perilaku kanibalisme
maternal atau perilaku kanibal yang dilakukan induk betina terhadap anak-
anaknya. Konsekuensinya dalam penelitian adalah terjadinya 2 buas rasio
jenis kelamin anak, ukuran populasi, bahkan hilangnya sampel penelitian
ketika masa pengasuhan.
Kanibalisme maternal pada mencit sebelumnya telah banyak diteliti dalam
berbagai perspektif studi. Gandelman, membuktikan mencit dengan gangguan
penciuman dengan dihilangkannnya bulbus olfaktori (anosmik), memiliki
peluang besar untuk membunuh anak (infanticide) dan memakannya
(cannibalize). semakin besarnya frekuensi dan semakin pendeknya interval
waktu pembersihan kandang yang mengubah bau kandang serta gangguan
fisik, dapat meningkatkan kanibalisme secara signifikan. kecenderungan
kanibalisme sering ditemukan pada induk yang kekurangan nutrisi selama
gestasi. Perlakuan ini mengakibatkan rusaknya fungsi refleks anak dan
menjadikan induk lebih selektif membunuh anak dengan gangguan refleks.
Efek fotoperoidik pada hamster syarian. Perlakuan hari pendek (short day)
menstimulasi terjadinya kanibalisme cenderung pada anak betina sehingga
mengakibatkan bias jantan. Kondisi ini diduga menjadi salah satu strategi
hewan bertahan pada musim gugur dan dingin, ketika aktivitas makan dan
fertilitas yang rendah.
Mencit (Mus musculus) di laboratorium terkadang tidak mendapatkan
penanganan lama pencahayaan yang tepat, padahal Mencit (Mus musculus)
juga memiliki ritme sirkadian yang dalam keadaan setimbang akan
mempertahankan homeostasis. Perubahan fotoperiodik dapat berdampak pada
penyesuaian fisiologi seperti pengaturan massa tubuh, perubahan hormon dan
sistem reproduksi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, perlakuan prepartum pada Mencit
(Mus musculus) seperti yang diuraikan di atas memungkinkan terjadinya
penyeleksian yang dilakukan induk melalui perilaku kanibalisme.
Manifestasinya akan terdapat pola khusus yang ditunjukkan dari jumlah dan
jenis kelamin anak dalam koloni. Selain itu pengaruh perubahan fotoperiodik
Mencit (Mus musculus) diduga akan berkontribusi dalam pengaturan massa
tubuh induk dan anak dalam konteks kebugaran populasi. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh fotoperiodisme terhadap perilaku
kanibalisme maternal serta massa tubuh induk dan anak Mencit (Mus
musculus). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai
perlakuan fotoperiodik yang terbaik untuk pemeliharaan Mencit (mus
musculus) serta untuk keperluan penelitian lain.
B. Maksud dan tujuan percobaan
1. Maksud Percobaan
Agar praktikum dapat mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (Mus
musculuctus) dengan metode BCS.
2. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (Mus musculuctus)
dengan metode BCS.
3. Prinsip percobaan
Pengukuran endpoint klinis hewan dengan meraba bagian tulang
sacroiliac (tulang antara vertebrata ke tulang kemaluan–ekor) menggunakan
jari, dan dicocokkan dengan skala BCS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A, Teori Umum
Hewan coba/hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah
hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologi. Mencit
merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium
sebagai hewan percobaan yaitu sekitar 40-80% mencit memiliki banyak
keunggulan sebagai hewan percobaan yaitu siklus hidup yang relative pendek,
jumlah anak perkelahian banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam
penanganannya (Ridwan, 2013).
Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor
berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan
kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan
dalam proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat
produksi dan reproduksinya (Agustina, 20015).
Berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah
dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis
dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Sebanyak 50% peneliti
melakukan handling yang kurang baik. Handling yang baik yaitu pada saat
mengambil mencit dari dalam kandang, mencit diambil pada bagian ekornya
kemudian mencit di taru pada kawat ayam penutup kandang mencit. Ekor
mencit sedikit ditarik dan di keluarkan perlahan kemudian disimpan diatas
kawat penutup kandang tersebut (Surati 2012).
Mencit dilakukan adaptasi atau diaklimatisasi selama 7 hari dengan
kondisi kandang dan pakan komersial berupa BR2. Air minum yang
diberikan merupakan akuades secara ad libitum. Mencit (Mus musculus)
dipelihara dalam kandang beralaskan sekam dalam suhu ruang
(Purwatiningsih dan Firmawati, 2019).
Penelitian pada bidang kedokteran dan biomedik sering menggunakan
hewan coba mencit dan tikus. Hal ini karena hewan tersebut memiliki
kelebihan antara lain: sebagai mamalia yang lebih baik sebagai model biologis,
mudah diperoleh, mudah menerna
kkan untuk memperoleh galur murni, mudah perawatannya, harganyrelatif
murah, dapat di aklimatisasi dengan sentuhan manusia dan yang paling penting
adalah kita dapat melakukan percobaan dengan berbagai cara yang tidak
mungkin dilakukan pada manusia, serta mencit secara genetic dekat dengan
manusia (Soepranianondo, 2011).
Hewan model suatu penyakit memainkan peran penting dalam eksplorasi
dan karakterisasi patofisiologi penyakit, identifikasi target pengobatan,
evaluasi agen terapi dan perawatan baru secara in vivo. Penggunaan model
hewan suatu penyakit yang ideal dapat dimanfaatkan untuk penilaian praklinis
dan menemukan obat baru dan agen terapeutik untuk dikembangkan dan
diaplikasikan pada manusia (Parkinson et al, 2011).
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu
pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan
adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar
atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat
menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan
menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah,
misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya (Garber, 2010).
Peneliti dituntut untuk bekerja berdasarkan protokol yang sesuai dengan
standar etik yang berlaku dan memiliki pengetahuan tidak hanya dalam
pemilihan hewan coba, namun juga mengenai manajemen, pre treatment
dan post treatment, penanganan, pemeliharaan serta kesehatan hewan coba
(Kostomitsopoulos dan Đurašević, 2010).
B. Uraian Hewan Uji
1. Klasifikasi Hewan Uji
Gambar 1 mencit (Mus musculus) (Syafri, M. 2010)
Sistem taksonomi mencit adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Theria
Ordo : Rodentia
Sub Ordo : Myomorpha
Family : Muridae
Sub Family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
Mencit memiliki data biologis diantaranya:
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Lama bunting : 19-21 hari
Kawin sesudah beranak : 1-24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu
Siklus kelamin : poliestrus
Perkawinan : pada waktu esterus
Berat dewasa : 20-40 gram (jantan) dan 18-35 (betina)
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
1. kandang mencit
2. Sarung tangan
3. Timbangan analitik
4. Tisu kering
2. Bahan
1. Mencit jantan dan betina (Mus musculus)
2. Masker
3. Lap halus
4. Lap kasar
B. Prosedur kerja
1. Disiapkan 2 ekor mencit
2. Diletakkan mencit (Mus musculus) diatas kandang kawat.
3. Dibiarkan mmencit (Mus musculus) dalam kandang, lalu rabalah tulang
punggung belakang
4. Dicatat hasil pengamatan dan ulangi pada mencit (Mus musculus) lain.
5. Disesuailan nilai perabaan dengan skala BCS.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Mencit BB Hasil
Gambar
No (g) Pengamatan BCS
Memiliki tubuh yang agak
berisi, dan tubuhnya tidak 3
1. 26,7
tanpak tonjolan tulang.
gram

Memiliki tubuh yang lebih


sedikit dagingnya dibandingkan 2
2. 19.8
mencit 1, tanpak atas sudah tidak
gram
terlalu berlekuk-lekuk, agak
berisi

B. Pembahasan
Mencit merupakan hewan yang sering digunakan sebagai hewan
laboratorium. Penggunaan mencit sebagai model laboratorium berkisar 40%.
Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium karena memiliki
kelebihan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran
banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan
karakteristik reproduksinya mirip hewan mamalia lain, seperti sapi, kambing,
domba, dan babi. Selain itu, mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun.
Mencit sering dijumpai dalam riset-riset di laboratorium yang berkaitan
dengan bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, histopatologi,
toksikologi, embriologi, zoologi komparatif serta bidang biomolekuler. Di
bidang kedokteran, mencit dipakai
Mencit dengan bahasa latin Mus musculus termasuk juga dalam hewan
pengerat. Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena bentuk tubuhnya
yang kecil, penanganannya yang kompleks dan memiliki system tubuh yang
sama dengan manusia. Untuk mendapatkan penelitian ilmiah yang baik, maka
semua aspek dalam protokol penelitian harus direncanakan dengan seksama,
tewrmasuk dalam pemilihan hewan percobaan, penting untuk memastikan
bahwa penggunaan hewan percobaan merupakan pilihan terakhir dimana tidak
terdapat cara lain yang bisa menggantikannya.
(BCS) merupakan penilaian kondisi tubuh untuk menilai endopoin klinis
hewan. BCS merupakan penilaian yang cepat, non-imvasif dan efektif dalam
menilai kondisi fisik hewan. Dalam banyak kasus, BCS adalah titik akhir klinis
yang lebih baik dari padaberat badan. Penggunaan berat badan saja tidak dapat
membedakan antara lemak tubuh atau simpanan otot. Berat badan hewan yang
kurang dapat tertutupi oleh kondisi abnormal (misalnya pertumbuhan tumor,
akumulasi cairan ascetic dan pembesaran organ) atau pada kondisi normal
(misalnya kehamilan).
Selain itu juga suatu hewan telah kehilangan berat badan lebih dari 20%
namun berdasarkan penilaian BCS kondisinya masih dinilai 3 (BCS 3) maka
mungkin belum perlu dilakukan authanasia segera. Dengan demikian, BCS
adalah penanda yang lebih komprehensif dan akurat untuk kesehatan hewan
dibandingkan kehilangan berat badan. Nilai BCS yang kurang dari 2 biasanya
akan dianggap sebagai titik akhir klinis. Endpoint klinis lain juga dapat
dilaporkan seperti penurunan perilaku eksplorasi, keengganan untuk bergerak
(penurunan penggerak/mobilitas), postur membungkuk piloeraksi (rambut
berdiri), dehidrasi sedang hingga berat (mata cekung, lesu), nyeri tak henti-
hentinya (misalnya distressvokalisasi).
Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui cara memilih hewan uji
yang baik serta penanganan hewan uji tersebut. Hewan uji yang dipilih
berkelamin jantan karena system imun pada mencit jantan cenderung lebih
tidak dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Pada saat praktikum mahasiswa
juga dapat melakukan perabaan pada tulang sacroiliac untuk pengukuran
kesehatan hewan uji dan mencocokkannya dengan nilai pada BCS.
Faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badabn dari mencit yaitu
salah satunya faktor makanan dan protein yang terkandung dalam pakan
tersebut serta faktor lingkungan tempat hidup yang sangat baik. Mencit juga
merupakan mamalia yang memiliki waktu pertumbuhan yang relative cepat.
Aktifitas mencit dimalam hari atau kondisi gelap lebih aktif sehingga menjadi
agresif, tetapi kehadiran manusia akan mengurangi aktifitasnya karena hewan
ini bersifat penakut. Jika penanganannya tidak sesuai biasanya mencit akan
buang besar atau buang air kecil, hal ini terjadi dikarenakan mencit stress, takut
ataupun merasa terancam.
Cara penilaian dengan menggunakan metode BCS yaitu, BCS nilai 1-
Mencit kurus, tulang-tulang tubuh sangat jelas kelihatan. Bilamana diraba,
tidak dirasa adanya lemak atau daging. Tampak atas juga kelihatan sekali
bagian-bagian tubuhnya tidak berisi lemak atau daging, BCS nila 2- Mencit
dibawah kondisi standar, tikus tampak kurus. Tulang-tulang masih kelihatan
jelas, namun bilamana diraba masih terasa adanya daging atau lemak.
Tampak atas sudah tidak terlalu berlekuk lekuk, agak berisi.tulang pelvic
dorsal dapat langsung teraba, BCS nilai 3- Mencit dalam kondisi yang baik
tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana dirabah cukup
mudah merasakan adanya tulang-tulang. Tampak atas, biasanya sudah lebih
lurus tampak berisi. Tulang pelvic dorsal sedikit teraba, BCS nilai 4- Mencit
diatas kondisi standar tidak tampak adanya tonjolan tulang-tulang bilamana
diraba agak sulit merasakan tulang karena tebalnya timbunan lemak dan
daging. Hewan kelihatan berisi dan tampak juga lipatan-lipatan lemak
dibawah kulit dan BCS nilai 4- Mencit obese, sudah sangat sulit meraba
tulang-tulang akibat timbunan lemak dan daging yang sangat tebal.
Tujuan penilaian BCS adalah untuk dapat menilai kondisi tubuh yang
digunakan sebagai rujukan untuk menilai endopoint klinis dari hewan.
Hasil praktikum yang didapat pada data kelompok kami adalah mencit
nomor 1 yang menunjukkan klasifiukasi BCS nilai 2, yang artinya mencit
dalam kondisi yang baik tidak tampak tonjolan tulang tetapi bila diraba cukup
bias merasakan tulang-tulang. Sedangkan untuk mencit nomor 3 termasuk
kategori BCS nilai 2 dimana mencit dalam kondisi standar tidak tampak
tonjolan tulang bila mana diraba akan merasakan banyak lemak dan daging.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan hewan uji dapat disimpulkan cara
pemilihan hewan uji mencit (Mus musculus) menggunakan metode BCS yaitu
dengan cara melihat tulang-tulang yang ada pada tubuh mencit dan meraba
bagian tubuh mencit kemudian dapat di ambil keputusan mengenai tingkat
kesehatan pada mencit tersebut.
B. Saran
Perlu adanya pengawasan indicator yang lebih jelas terhadap
penggunaan nilai BCS. Sebab penggunaan metode BCS dilakukan
berdasarkan pengamatan kualitatif sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan hubungan masa adaptasi mencit pada waktu siang hari (pengaruh
berat badan terhadap cahaya) dan malam hari (pengaruh berat badan terhadap
cahaya gelap atau/tidak ada cahaya) dengan rentang waktu yang lebih
panjang untuk melihat hubungan cahaya terhadap berat badan dan masa
adaptasi mencit.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina KK, 2015. Kesejahteraan hewan uji Laboratorium. Laboratorium
Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fakultas Kedokteran
HewanUniversitas Udayana : Denpasar.
Garber JC, 2010. Guide for the care and use of laboratory animals. National
Academies Press: Washington DC.
Kostomitsopoulos NG, Đurašević SF. 2010. The ethical justification for the
use of animals in biomedical research. Arch. Biol. Sci. 62(3): 781-
787.
Parkinson, C. M., O’Brien, A., Albers, T. M., Simon, M. A., Clifford, C. B., &
Pritchett-Corning, K. R. (2011). Diagnostic necropsy and selected tissue
and sample collection in rats and mice. Journal of Visualized
Experiments, (54), 1–6.
Purwatiningsih, W., D. E. Aryani, D. Vidiastuti, Y. Oktanella, dan A. Firmawati.
2019. Pengaruh triponil sulfat pada perkembangan fetus dan kelainan
plasenta dalam menginduksi preeklamsia hewan model tikus rattus
norvegicus. Veterinary Biomedical & Clinical Journal. 1(1):41–46.
Ridwan, E. 2013. Etika pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehata. Journal of the Indosian Medical Asociation Vol. 63 No 3,
Hal: 112-119.
Soepranianondo, 2011. Managemen pemeliharaan dan penggunaan hewan coba.
Seminar dan workshop nasional “Aplikasi etik dan bioteknologi pada
hewan coba”. Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Airlangga.
Surati S. 2012. Pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap
aktivitas makrofag pada mencit Balb/C yang diinfeksi
salmonellatyphimurium. (Tesis). Universitas Diponegoro : Semarang.
Syafri.M.,(2010),Bersahabat dengan hewan coba, GadjahMada Universitas Press,
Yogyakarta, hal 5-6, 35-37,49 82 111.

Anda mungkin juga menyukai