Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STUDI PERBANDINGAN KURIKULUM DI NEGARA ASEAN

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Pembelajaran

diampu oleh:

Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si.

Gema Rullyana, S.Pd,. M.I.Kom.

disusun oleh :

Shafa Anitasyah 1804043

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan segala rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mengenai “Studi
Perbandian Kurikulum di Negara Asean”.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas


mata kuliah Kurikulum Pembelajaran.  Pada makalah ini akan dibahas mengenai
perkembangan kurikulum dan perbandingannya mengenai kurikulum di negara-
negara di ASEAN.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh


karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, 2019
DAFTAR ISI

1 Kata
Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.............................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5

1.3 Tujuan...............................................................................................................6

BAB II...............................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................7

2.1 Definisi Kurikulum..........................................................................................7

2.2 Model-Model Kurikulum.................................................................................7

2.2.1 Kurikulum Subjek Akademis..................................................................7

2.2.2 Kurikulum Humanistik............................................................................8

2.2.3 Kurikulum Teknologis.............................................................................8

2.2.4 Kurikulum Rekonstruksi Sosial..............................................................9

BAB III...........................................................................................................................11

PEMBAHASAN.............................................................................................................11

3.1 Kurikulum di Indonesia.................................................................................11

3.2 Kurikulum di Malaysia..................................................................................11

3.3 Kurikulum di Singapura................................................................................12

3.4 Kurikulum di Thailand.................................................................................14

3.5 Kurikulum di Kamboja.................................................................................14

3.6 Kurikulum di Brunei Darussalam................................................................15

3.7 Kurikulum di Fillipina...................................................................................16

3.8 Kurikulum di Laos.........................................................................................17


3.9 Kurikulum di Myanmar................................................................................17

3.10 Kurikulum di Vietnam...................................................................................18

BAB IV............................................................................................................................19

SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................19

4.1 Simpulan.........................................................................................................19

4.2 Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling penting.
Sejak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini, sejak itulah
manusiatelah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan
dalam segala lini kehidupan mereka. Secara pararel, proses pendidikan pun
mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode maupun
target yang akan dicapai. Hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan
dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Apabila suatu pendidikan tidak
mngalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan
kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan, karena pada dasarnya
pendidikan adalah sebuah aktifitas integral yang mencakup target, metode dan
sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai
perubahan dalam bidang pendidikan dan sebagai sarana untuk meningkatkan
mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum.

Studi perbandingan dalam hal ini kurikulum merupakan suatu cara untuk
mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem pendidikan
pendidikan Indonesia dengan Negara tertentu, terutama yang berhubungan
dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan
tersebut. Untuk itulah pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengkaji dan
menguraikan perbandingan kurikulum pendidikan terhadap beberapa Negara
Asean.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana Kurikulum yang ada pada Negara Indonesia, Malaysia,
Singapura, Thailand, Kamboja, Brunei Darussalam, Filipina, Laos,
Myanmar dan Vietnam ?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui dan memahami kurikulum yang ada pada Negara
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Brunei Darussalam,
Filipina, Laos, Myanmar dan Vietnam.
 Sebagai studi perbandingan dengan kurikulum yang ada di Indonesia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kurikulum
Kurikulum adalah inti pendidikan, dari ketiga bidang utama yaitu
manajemen pendidikan, bimbingan siswa dan kurikulum. Kurikulum merupakan
bidang yang paling besar memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan
peserta didik [ CITATION Tim071 \l 1033 ].

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu Curriculae, artinya jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa itu, pengertian kurikulum
ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh peserta didik yang
bertujuan untuk mendapatkan ijazah. Dengan istilah lainnya yaitu kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat vital untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalan serta ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu [ CITATION Lis19 \l
1033 ].

Di Indonesia istilah “kurikulum” baru saja popular sejak tahun lima


puluhan. Sekarang istilah “kurikulum” telah dikenal orang di luar unia
pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada
dasarnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran [ CITATION Nas06 \l
1033 ].

Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga


pendidikan ( sekolah ) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut
peserta didikmelakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong
pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengantujuan pendidikan yang telah
diciptakan [ CITATION Oem10 \l 1033 ].

2.2 Model-Model Kurikulum


2.2.1 Kurikulum Subjek Akademis
Model kurikulum subjek akademis merupakan model kurikulum yang
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu
pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi
ilmu lainnya [ CITATION Lis19 \l 1033 ].

Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara


menetapkan lebih dahulu mata pelajaran / mata kuliah apa yang harus dipelajari
peserta didik, yang diperlukan untuk pengembangan disiplin ilmu. Pendekatan
ini berpijak pada teori pendidikan klasik yang mempunyai asumsi bahwa semua
ilmu pengetahuan, ide-ide dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
terdahulu. Para guru atau pendidik tidak perlu susah-susah mencari dan
menciptakan pengetahuan, konsep dan nilai-nilai baru, sebab semuanya telah
tersedia, tinggal menguasai an mengajarkannya kepada peserta didik. Materi
ilmu pengetahuan yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu tersebut telah tersusun
secara logis dan sistematis [ CITATION Nan01 \l 1033 ].

2.2.2 Kurikulum Humanistik


Model kurikulum humanistik berpijak pada teori pendidikan pribadi
( Personalized Education ) yang antara lain dipelopori oleh John Dewey
( Progresif Education ) dan JJ. Rousseau ( Romantic Education ). Teori
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa anak atau peserta didik adalah yang
pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat
pendidikan. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi,
kemampuan dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Pendidik diarahkan untuk membina manusia yang
utuh bukan saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga dari segi social dan
afektif [ CITATION Nan01 \l 1033 ].

Kurikulum humanistik menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku


yang tidak hanya bersifat intelektual, tetapi juga emosional dan tindakan
[ CITATION Rah12 \l 1033 ].

2.2.3 Kurikulum Teknologis


Pendidikan merupakan upaya menyiapkan peserta didik untuk menghadapi
masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat dari akibat
perkembangan iptek. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum pendidikan
harus menggunakan penddekatan iptek [ CITATION Rah12 \l 1033 ].

Pengembangan kurikulum atau program pendidikan dengan menggunakan


pendekatan teknologi bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas ( job Analysis ) tersebut
[ CITATION Noe00 \l 1033 ] . Dengan model pengajaran ini tingkat penguasaan
peserta didik dalam standar konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
model-model lain. Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih
berstruktur seperti pengajaran berprogram, pengajaran modul atau pengajaran
dengan bantuan video dan computer, yang dilengkapi dengan system umpan
balik dan bimbingan yang teratur dapat mempercepat dan meningkatkan
penguasaan peserta didik.

2.2.4 Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum rekonstruksi social dalam pengembangan kurikulum atau
program pendidikan bertolak dari problem-problem yang dihadapi dalam
masyarakt, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi,
serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya
pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik [CITATION
Mua05 \l 1033 ].

Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Aliran


pendidikana tersebut berpijak pada asumsi bahwa pendidikan bukan upaya
sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerjasama. Kerjasama atau
interaksi bukan hanya terjadi antara peserta didik dan pendidik, tetapi juga
antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan orang-orang di
lingkungannya dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interasi dan
kerjasama ini peserta didik berusaha berusaha memecahkan problem-problem
yang dihadapinnya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang
lebih baik [ CITATION Nan01 \l 1033 ].
Menurut teori pendidikan ini, isi pendidikan terdiri atas problem-problem
aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan
atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar
kelompok yang mengutamakan kerja sama, hak antar peserta didik, peserta didik
dengan pendidik, maupun antara peserta didik dan pendidik dengan sumber
sumber-sumber belajar yang lain.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Kurikulum di Indonesia
Kurikulum di Indonesia telah berganti kerkali-kali sejak merdeka. Sejak
tahun 2013/2014, Indonesia mulai menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah di
Indonesiaa untuk kelas 1, 4, 7 dan 10. Implementasi kurikulum 2013 ini akan
dilakukan secara bertahap sampai diterapkan seluruh kelas di Indonesia pada
tahun 2020.

Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum tahun 2006 yang


disusun mengacu pada Tujuan Pendidikan Nasional dan berdasarkan evaluasi
kurikulum sebelumnya dalam menjawab tantangan yang dihadapi bangsa di masa
depan. Pengembangan kurikulum 2013 khususnya terletak pada keseimbangan
pengetahuan, sikap, keterampilan, pendekatan saintifik dalam pembelajaran,
model pembelajaran ( Penemuan, Berbasis Proyek dan Berbasis Masalah ), dan
penilaian otentik.

Berbicara tentang manajemen pendidikan di Indonesia, maka akan dibawa


pada sebuah institusi baku yang berkesinambungan, tempat dimana proses belajar
mengajar diadakan. Tempat mendidik anak-anak generasi muda sebagai penerus
bangsa dan tempat dimana anak-anak bangsa menapaki langkah awal dalam
menggapai impiannya. Kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara juga
kelanjutan pembangunan nasional akan sangat ditentukan oleh perkembangan dan
pertumbuhan anak sebagai generasi penerus.

Tetapi melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini masih memiliki


beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah
keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, kurang
meratanya pendidikan, serta kualitas guru itu sendiri yang dinilai masih kurang.

3.2 Kurikulum di Malaysia


Sistem pendidikan di Malaysia diatur oleh Kementerian Pendidikan
Malaysia ( KPM ), Pendidikan formal yang ada di Malaysia dimulai dari Pra-
sekolah, Pendidikan Rendah, Pendidikan Menengah, Pendidikan Pra-Universiti
dan Pengajian Tinggi. Pada tahun 2004 pendidikan prasekolah, dasar dan
menengah berada dibawah yurisdiksi Kementerian Pendidikan ( the Ministry of
Education ). Sedangkan pendidikan tinggi mmerupakan tanggungjawab
Kementerian Pendidikan Tinggi ( the Ministry of Higher Education ). Adapun visi
misi utama pemerintahan Malaysia adalah menjadikan negerinya sebagai pusat
pendidikan berkualitas dan siap bersaing dengan lembaga pendidikan tinggi di
negara lain seperti Singapura dan Australia.

Pada dasarnya sekolah di Malaysia dan Indonesia tidak jauh berbeda.


Perbedaan yang menonjol dari pendidikan kedua negara tersebut ada pada nama
jenjang kedua negara. Tingkat jenjang pendidikan juga berbeda contohnya ada
pada jenjang sekolah menengah, dimana sekolah menengah Malaysia ditempuh
dalam jenjang waktu 5 tahun sedangkan di Indonesia 6 tahun.

Negara Malaysia lebih maju di bidang pendidikan karena kurikulum yang


dipakai baku dan tidak sering ada pergantian kurikulum. Berbeda dengan negara
Indonesia yang sering terjadi pergantian kebijakan serta kurikulum sehingga
pelaksanaan teknis di Indonesia lambat untuk berkembang.

3.3 Kurikulum di Singapura


Singapura merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya
manusia dan pendidikan yang maju di dunia, terutama di Asia Tenggara. Oleh
karena itu, Singapura menjadi salah satu negara tujuan untuk menuntut ilmu.
Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala
Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan individual dan mengembangkan bakat peserta didik.

Keunggulan sistem pendidikan yang ada di Singapura terletak pada


kebijakan dua bahasa ( bahasa inggris dan bahasa ibu, yaitu :
Melayu/Mandarin/Tamili (Thailand)) dan kurikulum yang lengkap dimana inovasi
dan semangat kewirausahaan menjadi hal yang sangat diutamakan. Para individu
menunjukkan bakat-bakat yang berkaitan satu sama lain dan kemampuan untuk
bertahan dalam lingkungan yang penuh dengan persaingan dan dipersiapkan
untuk sebuah masa depan yang lebih cerah.

Pendidikan formal di Singapura dimulai dari jenjang Kindergarten School


atau setara dengan Taman Kanak-Kanak (TK) di Indonesia. Setelah lulus siswa
melanjutkan ke jenjang Primary School atau setara dengan Sekolah Dasar (SD)
selama enam tahun. Untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi, siswa harus
dilanjutkan ke jenjang Secondary School selama empat atau lima tahun. Di jalur
ini, siswa mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa Ibu, Matematika, Sains dan
Budaya ( Sosial ). Sekolah diijinkan untuk menawarkan Applied Grade Subject
( AGS ) sebagai tambahan atau pengganti kurikulum untuk menawarkan berbagai
pilihan kepada siswa. AGS secara umum mengajak murid untuk berlatih atau
berorientasi pada pendidikan seperti politeknik.

Kemajuan di Singapura didukung oleh banyak faktor. Diantaranya adalah


adanya fasilitas yang memadai. Contohnya, setiap sekolah di Singapura memiliki
akses internet bebas, juga memiliki web sekolah yang berguna untuk
menghubungkan siswa, guru, dan orangtua. Fasilitas lainnya yaitu tersediannya
sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura yang
memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya. Di Singapura, biaya pendidikan
disesuaikan dengan kemampuan rakyat, ditambah dengan beasiswa bagi rakyat
yang kurang beruntung. Faktor lain yang membuat Singapura menjadi negara
dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN adalah faktor pendidik. Proses
penyaringan untuk menjadi guru sangat ketat dan calon guru yang diterima
disesuaikan dengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga semua calon guru
tersebut pasti akan mendapatkan pekerjaan. Setelah terpilih, para calon guru diberi
pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudah mendapatkan pembekalan
sebelumnya. Selain itu gaji yang diberikan untuk guru-guru di Singapura juga
banyak. Hal itulah yang menyebabkan kehidupan guru-guru terjamin
kesejahteraannya.
3.4 Kurikulum di Thailand
Thailand, negara yang memiliki penduduk hamper 70 juta jiwa ini,
memiliki sistem pendidikan yang mirip seperti yang diterapkan di Indonesia,
mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi tidak terdapat perbedaan
yang mendasar. Perbedaan yang signifikan terletak pada pendidikan vokasi.
Pendidikan vokasi di Thailand menerapkan lama belajar 5 ( Lima ) tahun dimana
tamatnya setara dengan lulusan diploma 2 di Indonesia, sementara pendidikan
vokasi di Indonesia menerapkan lama belajar 3 ( Tiga ) tahun. Oleh karena itu, di
Thailand tidak dikenal perguruan tinggi Politeknik seperti di Indonesia. Politeknik
di Thailand berperan sebagai institusi ‘longlife learning’ atau institusi yang
memberikan sertifikat bagi keahlian tertentu. Thailand juga menerapkan wajib
belajar selama 9 tahun seperti Indonesia, namun pendidikan gratis diberikan
sampai tamat sekolah menengah atas.

Kunci sukses pendidikan yang ada di Thailand adalah selalu mendasarkan


pada sains dan teknologi, sehingga semua yang dihasilkan berdasarkan pada
penelitian dan riset. Keberhasilan yang dicapai juga karena profit, artinya setiap
kegiatan harus memberikan keuntungan serta kunci yang mendukung pendidikan
yang lain yaitu dengan menjaga nilai-nilai budaya, sehingga Thailand menjadi
negara yang bersih, tertib hukum dan disiplin serta selalu berpegang pada ideologi
yang ada dan tumbuh di Thailand.

Guru-guru di Thailand benar-benar memfokuskan kerjanya ke satu tugas


penuh. Dalam masalah pendidikan di Thailand guru yang dipanggil “Kunkru”
merupakan penentu keberhasilan pendidikan, tidak begitu berbeda dengan
Indonesia.

3.5 Kurikulum di Kamboja


Sistem pendidikan telah dimulai sejak sekurang-kurangnya dari abad ke-
13. Secara tradisional, pendidikan Kamboja berlangsung di Wats ( wihara-wihara
Budha ) dan dipersembahkan secara eksklusif bagi penduduk laki-laki. Pendidikan
melibatkan dasar sastra, atas dasar agama dan keterampilan untuk kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan ‘tradisional’ secara bertahap berubah ketika Kamboja
dimasuki oleh koloni Perancis yang memperkenalkan sistem pendidikan formal
yang dipengaruhi oleh model pendidikan Barat. Saat ini, struktur pendidikan
formal Kamboja dirumuskan dalam 6+3+3. Ini berarti 12 tahun untuk
menyelesaikan pendidikan umum.
Dua lain komponen struktur pendidikan Kamboja melibatkan pendidikan
non-formal yang menyediakan untuk semua anak-anak, remaja, dewasa,
penyandang cacat dan akses ke keterampilan hidup. Komponen lainnya adalah
pendidikan pelatihan guru.
Saat ini sistem pendidikan dijalankan oleh negara Kamboja, tetapi
pendidikan swasta yang ada disemua tingkat dijalankan oleh sector swasta.
Sebagian besar sekolah swasta yang menawarkan pendidikan umum dan telah
dioperasikan oleh masyarakat minoritas etnis dan agama. Perguruan tinggi swasta
dapat dicapai terutama di ibukota negara, tetapi juga tersedia diseluruh provinsi di
Kamboja.
Pendidikan umum Kamboja didasarkan pada Kurikulum Nasional sekolah
yang terdiri dari dua bagian utama yaitu pendidikan dasar dan pendidikan sekolah
menengah atas.

3.6 Kurikulum di Brunei Darussalam


Kurikulum di negara Brunei Darussalam tidak jauh beda dengan kirikulum
yang ada di Indonesia. Tetapi, Brunei Darussalam menggunakan konsep Melayu
Islam Beraja ( MIB ) dalam kurikulum sekolahnya dan tujuan utamanya adalah
membentuk atau menciptakan sumber daya manusia yang berakhlak, beragama
dan menguasai teknologi. Sistem pendidikannya pun memiliki banyak kesamaan
dengan negara “ commonwealth “ seperti Inggris, Malaysia, Singapura dan yang
lainnya.
Berbeda dengan Indonesia, negara Brunei sudah menerapkan atau telah
melakukan transisi kepada sistem pendidikan baru yang disebut sebagai SPN21
( Sistem Pendidikan Negara Abad ke-21 ). Sistem ini dirancang untuk
memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi para siswa untuk mencapai status
pendidikan yang tinggi sesuai dengan kemampuan akademik mereka masing-
masing, dengan begitu siswa dapat mengembangkan bakatnya.
Kurikulum persekolahan di Negara Brunei Darussalam merupakan
kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran ( subject content ). Jumlah mata
pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pra-sekolah
sampai dengan sekolah menengah berkisar antara 7 samapi 9 mata pelajaran.
Sedangkan mata pelajaran pre-university sebanya 12 mata pelajaran. Pada akhir-
akhir ini, pengembangan kurikulum sekolah kejuruan telah dikembangkan materi
pembelajaran yang telah mengacu pada standart kompetensi ( competency based )
suatu pekerjaan dengan tuntutan dunia usaha/industry. Suatu hal yang menarik
adalah bahwa bahasa Inggris telah diajarkan semenjak TK dampai dengan sekolah
rendah bawah, kelas 1 sampai dengan 3. Sedangkan penggunaan dwibahasa
( bilingual language ) dimulai sejak sekolah rendah atas, kelas 4 sampai dengan 6
dan sekolah menengah atas. Namun demikian, beberapa mata pelajaran harus
disampaikan dengan menggunakan bahasa melayu, seperti pendidikan agama
islam, seni dan kerajinan serta Malay Islam Berjaya ( MIB ). Sebaliknya
pengajaran Matematika, Sejarah, Sains dan Geografi disampaikan dengan
menggunakan bahasa Inggris.

3.7 Kurikulum di Fillipina


Sistem pendidikan di Fillipina telah sangat dipengaruhi oleh sejarah
kolonial negara itu. Sejarah itu sudah termasuk periode pemerintahan Spanyol,
Amerika Serikat dan Jepang. Selama jangka waktu itu telah diperkenalkan bahasa
Inggris sebagai bahasa utama instruksi.
Amerika meninggalkan kesan abadi di sistem sekolah Fillipina. Beberapa
perguruan tinggi dan universitas didirikan dengan tujuan mendidik bangsa guru.
Saat ini, Amerika Serikat terus mempengaruhi sistem pendidikan Fillipina, seperti
banyak guru dan dosen yang mendapatkan gelar lanjutannya dari universitas-
universitas di Amerika Serikat.
Meskipun sistem pendidikan Fillipina telah lama menjadi model
pendidikan bagi negara-negara di Asia Tenggara lain, dalam beberapa tahun
terakhir sistem tersebut telah memburuk. Hal ini terutama berlaku di daerah yang
terpencil dan daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Tak heran bila siswa
yang berasal dari Fillipina perkotaan cenderung memiliki skor mata pelajaran
yang lebih tinggi daripada siswa di daerah Fillipina pedesaan.
Sistem pendidikan diatur dan diawasi oleh Departemen Pendidikan,
dengan kantor di setiap daerah di 13 negara. Pendidikan Fillipina yang terbaru
adalah menetapkan bahwa wajib belajar di negara itu ialah wajib belajar selama
13 tahun. 95,9 % warga Fillipina mengenyam pendidikan sampai tingkat setara
SMA, termasuk yang terbaik di Asia. Indeks kualitas mahasiswa di Fillipina
memang masih rendah, namun produktivitas dan kualitas lulusan universitas-
universitas di negara Fillipina merupakan salah satu yang terbaik di Asia
Tenggara.

3.8 Kurikulum di Laos


Setelah keberhasilan revolusi tahun 1975, Laos menjadi bahasa pengantar
di semua tingkat pendidikan. Dalam struktur saat ini, pendidikan di Laos
mencakup pendidikan dasar selama lima tahun ( wajib ), diikuti tiga tahun
pendidikan menengah rendah, tiga tahun pendidikan menengah atas dan tiga
sampai tujuh tahun pendidikan postsecondary, tergantung pada bidang studi.
Sementara, anak-anak bisa memulai sekolah pada usia enam tahun. Sebuah
kurikulum nasional bersatu dengan standar yang digunakan dan penggunaan
teknologi modern dalam pendidikan Laos sangat terbatas.

3.9 Kurikulum di Myanmar


Ada empat tahap yang utama dalam sistem pendidikan di negara
Myanmar. Sistem sekolah di Myanmar terdiri dari 5 tahun menempuh Sekolah
Dasar, 4 tahun menempuh Sekolah Menengah dan 2 tahun menempuh Sekolah
Atas atau sekolah kejuruan. Syarat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
adalah dengan lulus ujian akhir sekolah yang diadakan oleh sekolah.

Kemudian untuk pengawasannya, seluruh sekolah pendidikan dasar


maupun Perguruan Tinggi berada dibawah pengawasan Departemen Pendidikan.
Administrasi dan manajemen pendidikan dasar dilakukan oleh tiga Departemen
Pendidikan Dasar dan Departemen Perencanaan dan Pelatihan Pendidikan sesuai
dengan arahan dari badan hukum dan organisasi.

3.10 Kurikulum di Vietnam


Departemen Pendidikan dan Departemen Pendidikan Tinggi Departemen
dalam Pendidikan dan Pelatihan (Moet) Vietnam berdiri pada tahun 1990. Moet
memiliki tanggung jawab untuk semua pendidikan dan pelatihan di tingkat
nasional. Moet terbagi menjadi 19 departemen terpisah dan unit terkait, dan yang
paling penting adalah unit bertanggung jawab untuk pendidikan dasar dan
menengah, pendidikan tinggi, pendidikan guru, pendidikan orang dewasa dan
membiayai dan perencanaan departemen. Moet juga bertanggung jawab pada
setiap tingkat pendidikan termasuk pra-sekolah, pendidikan umum, pendidikan
profesional, pendidikan tinggi dan pendidikan berkelanjutan.

Moet memiliki peran utama dalam pendidikan, namun ada beberapa terjadi
perubahan. Keputusan 85/2003 dan Keputusan No 166/2004/ND-CP,
memungkinkan daya otoritas pendidikan lokal lebih dan tanggung jawab untuk
memulai program jangka panjang pendidikan lokal di daerah masing-masing. UU
Pendidikan tahun 2005 menetapkan lebih eksplisit persyaratan untuk sistem
pendidikan tinggi. Hukum ini didefinisikan pendidikan tinggi sebagai apa yang
menerima pada tingkat perguruan tinggi atau universitas. Lebih lanjut mengatur
struktur dalam mengejar.

Pendidikan di Vietnam diatur pada tingkat nasional oleh Departemen


Pendidikan dan pelatihan. Pra-sekolah atau taman kanak-kanak ditawarkan dari
usia 18 bulan di Vietnam, dengan pendidikan wajib dari usia 6 tahun. Hanya lima
tahun pendidikan dasar dianggap wajib. Setelah selesai SMP, anak-anak
melanjutkan ke pendidikan menengah dan pendidikan sekolah menengah atas.

3
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan
Pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling penting.
Sejak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini, sejak itulah
manusiatelah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan
dalam segala lini kehidupan mereka. Kurikulum adalah inti pendidikan, dari
ketiga bidang utama yaitu manajemen pendidikan, bimbingan siswa dan
kurikulum. Kurikulum merupakan bidang yang paling besar memberikan
pengaruh langsung terhadap perkembangan peserta didik. Istilah kurikulum
berasal dari bahasa latin yaitu Curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari. Pada masa itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh peserta didik yang bertujuan untuk
mendapatkan ijazah. Dengan istilah lainnya yaitu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat vital untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalan serta
ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Kurikulum di setiap negara tentu
berbeda-beda. Hal tersebut di sebabkan oleh berbedanya setiap kebijakan Menteri
Pendidikan di suatu negara dan juga sistem yang mengatur pendidikan itu sendiri.
Selain pemerintah yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang ada,
kurikulum juga dipengaruhi oleh latar belakang bahasa, agama, serta sosial dan
budaya yang ada pada masyarakatnya. Penerapan kurikulum yan berdasarkan hal
tersebut dinilai dapat diterapkan kepada peserta didik dalam rangka menjaga
kebudayaan Negaranya.

4.2 Saran
Dengan adanya studi perbandingan kurikulum di negara-negara ASEAN
ini dapat menjadi acuan dan tolak ukur dalam menjadikan pengembangan
kurikulum yang ada di Indonesia menjadi lebih baik lagi, tentunya dengan tidak
melupakan kondisi di Indonesia yang sebenarnya, karena kurikulum yang baik di
negara tersebut belum tentu dapat baik pula diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Lukman. (2014, Agustus 24). Manajemen Pendidikan di Indonesia. Diambil
kembali dari Kompasiana:
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/jalaludinlukm
an/manajemen-pendidikan-di-indonesia_54f5ef85a33311c2078b457e?
espv=1

Drajatugikpchy. (2013, April 19). Sistem Pendidikan di Thailand. Diambil


kembali dari Kaskus.co.id:
https://www.google.com/amp/s/amp.kaskus.co.id/thread/5170bd6c1ad719
c41f00000e/sistem-pendidikan-di-thailand?espv=1

Eko Supriyanto. (2018). Desain Kurikulum Berbasis SKS dan Pembelajaran


Untuk Sekolah Masa Depan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Fakhri. (2018). Kurikulum Malaysia. Academia.edu. Diambil kembali dari


Academia.edu.

Kurikulum Negara Laos Tugas Dr. Dirgantara Wicaksono. (2017, maret 6).
Diambil kembali dari Kurikulum Negara Laos:
dianadiana95.blogspot.com/2017/03/kurikulum-negara-laos-tugas.html?
m=1

Lismina. (2019). Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi.


Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Depok:


Raja Grafindo Persada.

Nana Syaodih S. (2001). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik .


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. S. (2006). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Noeng Muhadjir. (2000). Ilmu Pendidikan dan Perub. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Oemar Hamalik. (2010). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda
Karya.

Rahmat Raharjo. (2012). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Yogyakarta:


Baituna Publishing.

Ruang Baca. (2018, Mei 20). Gerakan Menulis Buku. Diambil kembali dari
Perkembangan Kurikulum di Indonesia hingga Kurikulum 2013 ( K13):
https://gmb-indonesia.com/2018/05/20/perkembangan-kurikulum-di-
indonesia-hingga-kurikulum-2013-k13/

Subijanto. (1999). Kurikulum Persekolahan di Negara Brunei Darussalam.


Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan.


Bandung: PT. IMTIMA.

Tim Pengembangan ILmu Pengetahuan . (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan


( Ilmu Pendidikan Praktis ). Bandung: PT. IMTIMA.

Anda mungkin juga menyukai