Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melakukan penelitian menjadi tugas bagi setiap akademisi yang memiliki


kesadaran akan perkembangan keilmuan. Memiliki jiwa peneliti pun adalah
satu hal wajib yang harus dimiliki. Namun tentu, tak dapat dipungkiri
terkadang peneliti tak menyadari ada kode etik yang menjadi modal pedoman.
Bisa dicontohkan pada para peneliti yang sering menggunakan hewan coba
dalam penelitiannya.
Penggunaan hewan coba menurut Prof. Dr. drh. Bambang Sektiari,DEA
haruslah dimanfaatkan seefisien mungkin. Ada kalanya penelitian yang
dilakukan, terutama di bidang kesehatan, tak bisa langsung di uji cobakan
pada manusia. Banyak faktor yang menghalanginya. Selain faktor keamanan
karena menyangkut jiwa seseorang, juga faktor kode etik. Salah satu yang
bisa menjadi solusi adalah dengan menggunakan hewan coba.
Pada penggunaan hewan coba, ada berbagai hal yang harus diperhatikan
para peneliti. Ada kalanya para peneliti menggampangkan bahwa yang
digunakan hanyalah hewan. Namun inilah yang sering dilupakan, hewan juga
punya hak untuk tidak merasa sakit, dan terbebas dari penyiksaan. Sehingga
jika harus menggunakan hewan coba, gunakan seminimal mungkin untuk
hasil yang maksimal. Selain itu kita juga tidak boleh ‘menyiksa’ terlalu lama.
Untuk itu, sebelum melakukan penelitian dengan hewan coba, seorang
peneliti harus benar-benar paham metode yang akan digunakan sehingga
proses penelitiannya bisa berlangsung seefisien mungkin.
Jika menggunakan hewan coba maka peneliti harus
mempertimbangkan sejak dini dalam perancangan penelitiannya agar
mematuhi peraturan yang berlaku dan mendapatkan persetujuan dari komisi
etika riset yang terkait. Demikian juga penggunaan hewan dalam pendidikan
atau pengajaran seperti praktikum dan demonstrasi yang digunakan dalam
ilmu dasar, pertanian, perikanan, peternakan, dan biomedik, harus memenuhi
kaidah kesejahteraan hewan. Oleh karena itu,penggunaan hewan dalam
kegiatan laboratorium pendidikan (praktikum) perlu selaras tata caranya dan
memenuhi kriteria etika penggunaan hewan percobaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud bioetika hewan ?
2. Bagaimana pemanfaatan hewan coba secara etis ?
3. Bagaimana penggunaan hewan coba secara etis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bioetika hewan ?
2. Untuk mengetahui pemanfaatan hewan coba secara etis ?
3. Untuk mengetahui penggunaan hewan coba secara etis ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioetika pada Hewan

Bioetika itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari etika dalam kehidupan
dan mempertimbangkan baik buruknya tingkah laku dan tindakan manusia dalam
mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Tentunya dalam
perlakuan pada hewan dan penangkapan hewan secara baik dan benar. Dalam
menggunakan hewan coba hanya bisa digunakan ketika benar-benar dibutuhkan.
Serta para peneliti harus melihat apa resiko dan keuntungan yang akan didapatkan
apabila menggunakan hewan coba tersebut. Juga dalam melakukan pengujian
terhadap hewan coba diharuskan melakukan sesuai standar etik atau Humanly
Treated.

Bahkan ketika selesai menggunakan hewan coba untuk penelitian, para


peneliti juga harus memperhatikan cara untuk mematikan hewan coba tersebut
agar tidak menyiksa. Cara mematikannya yaitu dengan menyuntikkan anestesi
kepada hewan kemudian baru mematikannya. Kebutuhan penggunaan hewan coba
adalah untuk mengungkap peristiwa yang terjadi secara in vivo. Seringkali dalam
kegiatan praktikum dan penelitian dibidang ilmu dasar dan biomedis dalam
pelasanaannya menimbulkan masalah-masalah yang berhubungan dengan etika.

Suatu kegiatan praktikum dan penelitian yang menggunakan hewan coba


harus dirancang dengan cermat dan teliti sehingga meminimalkan resiko terhadap
kesejahteraan hewan itu sendiri, dan penggunaan hewan coba tersebut tetap dapat
memberikan sumbangsih yang optimal terhadap proses pembelajaran mahasiswa
dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
2.2 Pemanfaatan Hewan Coba Secara Etis

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian akan mengalami


penderitaan, yaitu ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri, dan
terkadang berakhir dengan kematian. Berdasarkan hal tersebut, hewan yang
dikorbankan dalam penelitian yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia
patut dihormati, mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan baik, dan
diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti di alam. Peneliti yang
akan memanfaatkan hewan percobaan pada penelitian kesehatan harus mengkaji
kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan dengan mempertimbangkan penderitaan
yang akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh untuk
manusia.

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah


penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar
dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.5 Dalam menggunakan hewan
percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai
berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan
laboratorium. Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan pengadaan hewan,
meliputi pemilihan dan seleksi jenis hewan yang cocok terhadap materi penelitian.
Pengelolaan dilanjutkan dengan perawatan dan pemeliharaan hewan selama
penelitian berlangsung, pengumpulan data, sampai akhirnya dilakukan terminasi
hewan percobaan dalam penelitian.

Beberapa alasan mengapa hewan percobaan tetap diperlukan dalam penelitian


khususnya di bidang kesehatan, pangan dan gizi antara lain:

1. Keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi.

2. Variabel penelitian lebih mudah dikontrol

3. Daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang


bersifat multigenerasi.
4. Pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan
terhadap materi penelitian yang dilakukan.

5. Biaya relatif murah.

6. Dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi.

7. Mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan


karena kita dapat membuat sediaan biologi dari organ hewan yang
digunakan.

8. Memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi.

9. Dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas.

Penelitian yang memanfaatkan hewan coba, harus menggunakan


hewan percobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian.
Hewan tersebut dikembangbiakkan dan dipelihara secara khusus dalam
lingkungan yang diawasi dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan defined laboratory animals sehingga sifat genotipe, fenotipe
(efek maternal), dan sifat dramatipe (efek lingkungan terhadap fenotipe)
menjadi konstan.

2.3 Penggunaan Hewan Coba Secara Etis

A. Landasan Penggunaan Hewan Percobaan

Pelaksanaan penggunaan hewan dalam percobaan, pendidikan


maupun penelitian berpegang kepada 3 hal utama :
1. Kepentingan atau pilihan penggunaan hewan (Replacement).
2. Penetapan Pembatasan jumlah hewan yang digunakan (Reduction).
3. Perlakuan terhadap hewan uji yang benar atau etis memenuhi konsep
perlakuan terhadap hewan pervcobaan yang menghindari rasa sakit
(Refinement).
Didalam merencanakan atau memulai semua kegiatan menggunakan hewan,
ketiga pertimbangan utama diatas harus ditetapkan.

B. Etik Penggunaan Hewan Percobaan


Persyaratan etik adalah bahwa relawan manusia hanya boleh
diikutsertakan jika obat dan sarana medik baru telah di uji coba tuntas di
laboratorium serta jika layak dengan menggunakan hewan percobaan.
Obat dan sarana medik baru tidak boleh digunakan untuk pertama kali
langsung pada manusia, kecuali bila sekalipun tanpa uji coba telah dapat
diduga dengan wajar keamanannya.
Penderitaan yang dialami hewan percobaan adalah
ketidaknyamanan (inconvenience), ketidaksenangan (discomfort),
kesusahan (distress), rasa nyeri (pain), dan akhirnya kematian (death).
Pedoman etik penelitian kesehatan khusus penggunaan hewan
percobaan adalah Deklarasi Helsinski Oktober 2004 di Tokyo, Jepang
butir 11 dan 12.
a. Butir 11. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai
subyek penelitian harus memenuhi prinsip-prinsip ilmiah yang sudah
diterima secara umum, didasarkan pada pengetahuan seksama dari
kepustakaan ilmiah dan sumber informasi lain, percobaan di laboratorium
yang memadai dan jika layak percobaan hewan.
b. Butir 12. Keberhatian (caution) yang tepat harus diterapkan pada
penelitian yang dapat mempengaruhi lingkungan dan kesejahteraan hewan
yang digunakan dalam penelitian harus dihormati.
Penelitian kesehatan dengan menggunakan hewan percobaan secara etis hanya
dapat dipertanggung jawabkan jika:
Tujuan penelitian cukup bernilai manfaat
a. Desain penelitian disusun sedemikian rupa sehingga kemungkinannya
sangat besar bahwa penelitian tersebut akan mencapai tujuannya
b. Tujuan penelitian tidak mungkin dapat dicapai dengan menggunakan
subyek atau prosedur alternatif yang secara etis lebih dapat diterima
namun sekaligus tidak mengurangi kaidah ilmiah yang diperlukan
c. Manfaat yang akan diperoleh jauh lebih berarti dibandingkan dengan
penderitaan yang dialami hewan percobaan.
Prinsip dasar penggunaan hewan percobaan yang secara etis dapat
dipertanggung jawabkan, antara lain:
a. Untuk kemajuan pegetahuan biologi dan pengembangan caracara lebih
baik dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia, diperlukan
percobaan pada berbagai spesies hewan yang utuh. Ini dilakukan setelah
pertimbangan yang seksama jika layak, harus digunakan metode seperti
model matematika, simulasi komputer dan sistem in vitro.
b. Hewan yang dipilih untuk penelitian harus sesuai spesies dan mutunya,
serta jumlahnya hendaknya sekecil mungkin, namun hasil penelitiannya
absah secara ilmiah.
c. Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus memperlakukan hewan percobaan
sbg makhluk perasa, memperhatikan pemeliharaan dan pemanfaatannya
serta memahami cara mengurangi penderitaannya.
d. Pada akhir penelitian bahkan pada waktu dilakukan percobaan, hewan
yang menderita nyeri hebat atau terus menerus atau menjadi cacat yang
tidak dapat dihilangkan harus dimatikan tanpa rasa nyeri.
e. Hewan yang akan dimanfaatkan untuk penelitian hendaknya dipelihara
dengan baik termasuk kandang, makanan, air minum, transportasi dan cara
menanganinya sesuai tingkah laku dan kebutuhan biologik tiap species.
f. Pimpinan lembaga yang memanfaatkan hewan percobaan bertanggung
jawab penuh atas segala hal yang tidak mengikuti etik pemanfaatan hewan
percobaan di lembaganya.

Sebaliknya pimpinan wajib menjaga keselamatan dan kesehatan para


pengelola dengan cara:
1. Pemeriksaan kes setiap tahun sekali & memberikan imunisasi.
2. Menyediakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan, sepatu
karet/ pelindung sepatu, tutup kepala, pelindung mata & jas
laboratorium.
3. Menyediakan fasilitas fisik baik ruangan maupun peralatan yang
memenuhi persyaratan keamanan kerja dan ergonomic sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.
4. Penanganan limbah yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya
pencemaran.

C. Prinsip 3R (menurut Hume & Russel, 1957)


Topik atau modul praktikum selain dipilih berdasarkan tujuan dan
hasil kerja atau pengamatan psikomotorik yang menunjang proses belajar
mengajar dalam memperjelas teori kajian mata kuliah yang bersangkutan.
Bilamana menggunakan hewan baik cara untuk bagian tubuh hewan atau
organ hendaklah mempertimbangkan “3R” tersebut.
1. Penetapan Kepentingan dan penetapan Penggunaan Hewan
(Replacement)
1. Metode percobaan pada modul praktikum sedapat mungkin
menghindari penggunaan hewan percobaan, seperti :
a. Menggunakan model anatomi, untuk mempelajari tata letak
organ atau jaringan dan bentuk anatomi organ / jaringan atau
tulang.
b. Menggunakan preparat kering, untuk mempelajari struktur
(mikro) jaringan dan membandingkan perbedaan mikro antar
jaringan
c. Bila bertujuan mempelajari cara kerja dan fungsi organ bisa
digunakan organ terisolasi dari hewan terpilih :
1. Pemilihan hewan yang tepat sesuai dengan tujuan
praktikum. Sebagai contoh , untuk memperoleh organ
tertentu tidak memilih/menggunakan hewan yang nyata
nyata tidak mempunyai organ yang dimaksud.
2. Disiapkan dengan menghindari rasa sakit atau stress
pada hewan dengan serendah mungkin.
3. Pilihan spesies jenis hewan yang kesadaran rasa
sakitnya rendah tetapi organ yang diharapkan ada atau
pengamatannya bisa dilakukan dengan baik.
4. Jumlah hewan : baik untuk 2 sampai 4 kelompok
mahasiswa
5. Pengorbanan hewan dilakukan dengan memenuhi
kaidah, metode penghilangan kesadaran dan kematian
dengan cara sakit, minimal. Misalnya penggunaan CO2,
bila diperlukan suntik dengan anestesi umum terlebih
dahulu.
2. Apabila metode pada modul praktikum harus menggunakan
hewan untuk pemahaman fisiologi dan farmakologi baik, maka :
a. Pilihan hewan harus dipertimbangkan matang berdasarkan
sifat biodinamik hewan yang tepat atau sesuai dengan
tujuan praktikum
b. Pilih spesies hewan yang rendah yang rasa sakitnya rendah
c. Jumlah hewan seminimal mungkin
d. Khusus untuk memperoleh hewan refleks (seperti pada
percobaan fisiologi system saraf) digunakan hanya seekor
katak yang dilakukan pengrusakan sum sum tulang
belakang secara tepat dan cepat sehingga diperoleh hewan
refleks yang tidak mempunyai sensasi nyeri lagi.

2. Penetapan Jumlah Hewan (Reduction)


Bagi modul percobaan yang menggunakan hewan utuh ataupun
organ atau jaringan hewan harus dibatasi jumlah hewannya
seminimum mungkin. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan
cara :
a. Untuk memperoleh organ atau jaringan gunakan satu ekor
hewan terpilih untuk satu kelas praktikum.
b. Untuk penggunaan hewan utuh, gunakan 2-3 ekor per
modul percobaan atau per kelompok perlakuan dengan
tetap mempertimbangkan ketepatan dan tercapainya tujuan
praktikum dengan mempertimbangkan faktor biodinamik
individual hewan.

3. Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan (Refinement)


Pada dasarnya semua hewan yang digunakan harus
diperlakukan dengan etis, penuh “kasih sayang” serta seminimal
mungkin merasa sakit atau stress. Hal ini dapat dilakukan antara
lain dengan cara :
a. Pemilihan hewan harus sangat hati hati dan pembuatan
hewan refleks benar benar dilakukan menghindari rasa
sakit.
b. Mahasiswa disiapkan untuk menghayati tugas dan tanggung
jawab komisi etik hewan, minimal memahami konsep
“3R”.
c. Asisten mahasiswa juga disiapkan melaksanakan jalannya
parktikum, serta memperlakukan hewan sesuai kaidah
Refinement.
d. Pengamatan terhadap perubahan perilaku yang digunakan
dalam setiap metode pada modul praktikum harus
menghindari rasa sakit terhadap hewan yang digunakan,
seperti mengamati respon terhadap stimulus tertentu,
pengambilan sampel darah, dan lain-lain.
e. Setelah praktikum hewan dikorbankan dengan metode yang
harus manusiawi. Metode pengorbanan hewan yang
digunakan tidak menyebabkan hewan mengalami rasa sakit
dan stress yang berlebihan, misalnya dengan penggunaan
gas CO2.

D. PENGATURAN ETIK
Tata cara memperoleh persetujuan etik penelitian kesehatan yang
menggunakan hewan percobaan:
a. peneliti mengajukan proposal kepada pimpinan lembaga
b. pimpinan menilai: tujuan, sarana & prasarana, mampu meneliti
persetujuan ilmiah kepada KIPK etik kepada KEPK
c. izin pelaksanaan penelitian .

E. PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN


a. Pemeliharaan hewan percobaan:
1. Kriteria umum: spesies, umur, BB, sesuai keperluan & tujuan
penelitian.
2. Kriteria khusus: hewan bebas dari virus & antibodi.
3. Sumber hewan percobaan dari sumber yang dapat di percaya,
dikembangbiakan, pemeliharaan & status kesehatan, meliputi :
Lingkungan fisik mikro (kandang) & makro (ruangan tempat
kandang), ruang gerak, suhu & kelembaban, ventilasi & kandang
4. Sanitasi: penggantian alas kandang, pencucian & disinfeksi
kandang & peralatan • Pakan & air minum: sesuai kebutuhan &
nutrisi, tidak tercemar, & PH

b. Pemeliharaan kesehatan hewan:


1. Kewenangan dokter hewan: program kes hewan, pengawasan &
evaluasi aspek pemeliharaan (sanitasi, fasilitas fisik, pakan),
penggunaan hewan percobaan, zoonosis & aspek keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Manajemen Kesehatan hewan: transportasi (hindari suhu rendah
atau tinggi, populasi kandang yang padat, mencegah trauma pd
hewan, ukuran kandang layak)

F. PERLAKUAN TERHADAP HEWAN PERCOBAAN


1. Perlakuan fisik
a. pengekangan: penggunaan tangan, alat atau obat-obatan untuk
membatasi gerak normal hewan untuk keperluan pemeriks,
pengambilan darah/ sampel biologik, komponen pengobatan atau
tindakan penelitian. Rancangan, ukuran, cara kerja alat, serta
jangka waktu pengekangan diperhatikan.
b. pembatasan pakan & air minum: harus mencukupi sejumlah
pakan & air minum yang dibutuhkan untuk pertbhn normal &
memelihara kes jangka panjang
2. Perlakuan perilaku komposisi hewan dalam kandang, struktur kandang,
posisi penempatan hewan dipertimbangkan agar dapat melakukan kontak
dengan sesamanya.
3. Pembedahan dibedakan atas survival (hewan akan pulih dari efek
pembiusan) dan terminal (hewan akan dimatikan atau dibunuh sebelum
pulih dari efek pembiusan)
4. Perlakuan pasca bedah mendapat pengawasan yang intensif
5. Tindakan penelitian hanya dilakukan oleh tenaga kerja yang terlatih
6. Rasa nyeri dihilangkan dengan analgesik, bila tidak hilang jg hewan
dibunuh dengan terlebih dahulu dilapor ke peneliti.
7. Anastesia & analgesia berdasarkan pertimbangan dokter hewan.
8.Tindakan membunuh hewan percobaan dilakukan oleh tenaga kerja
profesional.
9. Penggunaan fetus bila tidak berkembang normal mk dibunuh segera
setelah lahir.
10.Penggunaan hewan terancam punah izin dari departemen kehutanan
11.Pengiriman hewan percobaan dari & ke luar negeri Sesuai peraturan
perundang-undangan dalam negeri (Dep.Pertanian & Kehutanan) dan
Internasional (IATA & CITES).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan karya tulis tentang materi
bioetika ini adalah :
Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah
penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar
dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Peneliti yang akan
memanfaatkan hewan percobaan pada penelitian
kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan dengan
mempertimbangkan penderitaan yang akan dialami oleh hewan percobaan dan
manfaat yang akan diperoleh untuk manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Endi Ridwan. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan

Jurnal Indon Med Assoc. Vol : 63, No : 3, Hal 112-116

lppm.ipb. Pelatihan Etika Penggunaan Hewan Coba Untuk Peningkatan


Kapasitas PPM. 2016. Bogor .
Yanti, Gema Nazri. 2016. ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN. Jakarta : Penerbit
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai