Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PREPARAT KESELURUHAN (WHOLE MOUNT)

NAMA : VINA EVIANTI RIRIASSA


NIM : 31170087

PRGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018
Preparat Whole Mount
Preparat whole mount merupakan preparat yang objeknya merupakan keseluruhan
bagian objek secara utuh, Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian
tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya.

Pada praktikum ini dibuat preparat whole mouth pada tumbuhan dan juga hewan. Preparat
wholemouth tumbuhan yang dibuat adalah, Marcantia sp, spirogyra sp, polen, spora, dan
jamur. Sedangkan preparat whole mouth hewan yang dibuat adalah ikan. Selain itu dibuat
juga preparat wholemouth mandiri, dimana masing-masing kelompok yang menentukan
preparat dan metode yang ingin digunakan.

Metode Whole Mount Tumbuhan

Metode whole mouth tumbuhan diawali dengan fiksasi pada larutan FAA (Formalin,
Asam asetat glasial, dan alkohol) selama 24 jam, tujuan dari fiksasi adalah menjaga atau
mengawetkan seluruh stuktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau
hampir sama dengan keadaan aslinya pada waktu masih hidup. Penggunaan FAA tersebut
karena penetrasi alkohol dan asam asetat ke dalam jaringan dapatberlangsung dengan cepat
sehingga pematian dan fiksasi dapat berjalan dengan cepat, juga merupakan larutan yang
stabil dan pengawet yang baik. Larutan fisatif dibuang dan diganti dengan alcohol 70%, 50%
dan 20%, sebagai pencucian dari larutan FAA, agar tidak ada residu yang tersisa, selanjutnya
dilakukan pewarnaan dengan safranin dan didiamkan selama 24 jam, setalah itu sampel
dicuci dengan aquades sampai warna larutan cukup bening, dan dimasukan kedalam gliserin
10% selama 24 jam fungsi gliserin pada tahapan ini untuk menjernihkan sampel tumbuhan.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu dehidrasi dengan menggunakan alkohol dengan
konsentrasi 95% dan alcohol absolut fungsi dari dehidrasi adalah untuk menghilangkan
kandungan air masing-masing selama 30 menit.

Setelah itu semua dilakukan dealkoholisasi yaitu bahan direndam dalam alcohol
absolut dan teluol 1:1 Dan 1:3 bertujuan untuk menghilangkan kadar alcohol yang masih
tersisa/terserap didalam sampel. Dan preparat siap diamati.

Metode Whole Mount Hewan

Secara garis besar metode whole mount hewan sama dengan tumbuhan, hanya saja
pada proses fiksasi larutan yang digunakan berbeda, pada hewan proses fiksasi menggunakan
formalin 10% selama 24 jam, agar dapat mengawetkan jaringan dengan baik. Setalah
dilakukan fiksasi bagian tubuh dalam ikan dikeluarkan, setelah itu dimasukan kedalam
alcohol 70% dan alcohol 96% masing-masing selama 24 jam dan diganti secara berkala
sebanyak 3x yang merupakan tahapan dehidrasi, setelah itu ikan dimasukan kedalam
KOH1% untuk proses penjernihan, specimen dibiarkan didalah KOH hingga tampak
transparan, setelah itu dilakukan pewarnaan menggunakan Alizarin Red sampai tulang-tulang
terwarnai merah. Preparat yang sudah terwarnai kemudian dimasukan kedalam campuran
gliserin murni dan KOH 1% hingga jernih, baru dipindahkan kedalam botoh yang berisi
larutan gliserin.

HASIL PENGAMATAN

No Preparat Keterangan

1 Spirogyra sp merupakan alga berfilamen


(filamentous algae) yang hidup
mengapung bebas pada habitat air tawar.
Hasil pembuatan preparat metode whole
kloroplas
mount, tampak bagian preparat secara
utuh. Teramati kloroplas yang berbentuk
spiral.

Spirogyra sp (alga)
2 Spora berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan paku

Sporangium merupakan katung spora


atau tempat penyimpanan spora
Anullus
Anullus berfungsi untuk membukanya
sporangium untuk menyebarkan spora.
Sporangium

Spora

Spora
3 Exine merupaka bagian luar dari pollen,
yang berfungsi untuk melindungi pollen
Exine
Intine adalah bagian dalam dari polen
Intine

Pollen

4 Arkegonium menurpakan alat


Arkegonium
perkembangbiakan betina bagi lumut hati
Arkegoniof
Arkegonifor sebagai penyangga.
or
Tallus berfungsi untuk memberi bentuk
Tallus
pada lumut hati

Marchantia ( Lumut hati )

Pada pembuatan preparat jamur, Preparat


tersebut mengalami kegagalan saat
praktikum, dilihat dari larutan yang
berwarna keruh karena terdapat jamur
yang tumbuh pada lembaran Auricularia.
Hal tersebut terjadi pada saat perendaman
preparat pada larutan gliserin. Dugaan
sementara terjadinya kegagalan pada
percobaan adalah penutup botol yang
Auricularia ( Jamur ) digunakan kurang erat sehingga ada udara
yang masuk ke dalam botol balsem
karena gliserin bersifat higroskopis
(mudah menyerap air dari udara
sekitarnya). Jika ada gliserin dibiarkan di
tempat terbuka, gliserin tersebut akan
menyerap air dari udara sekitarnya hingga
cairan tersebut mengandung 20% air.
Karena penutup botol yang kurang rapat,
maka ada udara yang masuk ke dalam
botol sehingga gliserin berubah menjadi
air dan membuat Auricularia menjadi
membusuk.

Pada pembuatan preparat whole mount


Ikan, hasil yang didapatkan sangat bagus,
karena pada tahap awal, bagian tubuh
ikan bagian dalam dibersihkan lebih
dahulu sehingga pada proses akhir

Ikan terlihat bagian-bagian tubuh ikan dengan


jelas, seperti tulang, sirip atas dan
bawah, dan juga kepala ikan.
Metode Preparat Whole Mount Mandiri (Kutu Beras)
Kutu yang dipakai dalam pembuatan preparat whole mount hewan ini adalah kutu
beras. Tahapan yang digunakan sebagain besar sama, yaitu dimulai dari proses fiksasi dengan
menggunakan alcohol kurang lebih selama 2 hari, selanjutnya dimasukan kedalam KOH
10% selama 2 hari, KOH digunakan untuk membuat kutu menjadi semakin transparan.
Setlah itu dilakukan proses dehidrasi menggunakan alcohol bertingkat dari alcohol 30%-
alkohol absolut, masing-masing selama 10 menit fungsi dari dehidrasi ini sendiri untuk
menghilangkankandungan air dari dalam specimen. Digunakan alkohol bertingkat tersebut
agar jaringan kandungan airnya dapat keluar sedikit demi sedikit hingga pada konsentrasi
absolut pengeluaran airnya pun maksimal. Setelah itu dilakukan tahapan penjernihan dengan
menggunanakan larutan Xylol.

Preparat Kutu Beras Keterangan


1. Kepala
2. Mesosoma(dada)
1
3. Metasoma (perut)
4. Sayap
2
5. kaki
3
4 Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat
bagian-bagian tubuh kutu beras dengan
5 jelas, hanya saja dkarenakan tekstur kulit
kutu beras yang cukup keras sehingga pada
proses fiksasi dan tahapan KOH membuat
larutan susah masuk untuk menjernihkan
kutu.
DAFTAR PUSTAKA

Bavender D. (1998). Dasar-dasar Histologi. Jakarta : Penerbit Erlangga


Hariono B. (2009). Mikroskopi Elektron: Pengenalan dan Teknik Preparasi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Robby N et.al. (2000). Histologi Hewan dan Tumbuhan. Makassar: Univeristas Makassar
Press

Anda mungkin juga menyukai