Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI DAN GENETIKA

PERKEMBANGAN
EMBRIOGENESIS II DAN ORGANOGENESIS I PADA AYAM

NAMA

: LOLA ADRIANA N.

NIM

: O111 14 003

KELOMPOK

: 3 (TIGA)

ASISTEN

: WADI OPSIMA

LABORATORIUM EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menjelaskan proses gastrulasi dan neurulasi pada unggas
2. Menyebutkan bagian-bagian dari embrio ayam tahap 18 dan 24 jam inkubasi
3. Menjelaskan perkembangan bagian-bagian embrio pada tahap awal
organogenesis
4. Menyebutkan bagian-bagian embrio ayam 33 dan 48 jam inkubasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi (Adaningrum, 2010).
Fertilisasi adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum
yang sudah matang. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran Fallopii yang
paling lebar. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan
zygote dan akan melakukan pembelahan diri /pembelahan sel menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio (Adaningrum, 2010).
Kelompok unggas merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok unggas
tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka. Pada unggas betina hanya ada
satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan
tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima
ovum yang dilanjutkan oleh oviduct. Ujung oviduct membesar menjadi uterus
yang bermuara pada kloaka. Pada unggas jantan terdapat sepasang testis yang
berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di
daerah ujung oviduct pada saat sperma masuk ke dalam oviduct. Ovum yang telah
dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah
oviduct, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang
berupa zat kapur (Suprijatna, 2008).
Embrio unggas sering digunakan dalam penelitian, karena perkembangan
embrio berada diluar tubuh induk sehingga mudah diamati. Embrio unggas juga
mempunyai kemiripan dengan embrio mamalia, yaitu mempunyai membran
foetalis yang disebut amnion. Amnion berfungsi melindungi embrio dari

kekeringan, penagruh radiasi, tekanan mekanis maupun sebagai tempat


pembuangan sisa jaringan rusak (Seonardirahardjo, 2011).
Dalam bereproduksi, unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada
unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Kelompok
unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar.
Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka (Seonardirahardjo, 2011).
Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis dan ductus
deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduct. Dari
organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian
yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Adapun organ reproduksi unggas
jantan adalah (Adnan, 2008) :

a.

Testis yang berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian


permukaannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling
cranial. Alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan
lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di

b.

sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa.


Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk ductus aferen dan
epididimis. Ductus aferen bergelung dan membentuk ductus deferen.
Ductus eferen berhubungan dengan epididymis yang kecil kemudian
menuju ductus deferen. Ductus deferen tidak ada hubungannya dengan

c.

ureter ketika masuk kloaka.


Epididymis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal
testis, epididymis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan

d.

menuju ke ductus deferen.


Ductus deferen berjumlah sepasang. Pada hewan muda tampak halus,
sedang pada hewan tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal
menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.

Adapun urutan perjalanan terbentuknya sebutir telur pada saluran


reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut (Tedy, 2003):

a. Infundibulum memiliki panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang


masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang
mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar
15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan
sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
b. Magnum adalah bagian yang terpanjang dari oviduct (33cm). Magnum
tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi
putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel goblet. Sel
goblet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di
magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
c. Isthmus bertugas mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang
saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15
menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan
magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus
mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
d. Uterus disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada
bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur kemudian
terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri
atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi
kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 21 jam.
e. Vagina merupakan bagian yang hampir tidak ada sekresi di dalam
pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula. Telur melewati vagina
dengan cepat, yaitu sekitar tiga menit, kemudian dikeluarkan dan 30 menit
setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi.
f. Kloaka merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat
dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah
25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur
lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina
bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduct bagian kiri yang mampu
berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti yolk (kuning telur)
dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur
diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang (Tedy,2003).

Gambar 1. Perkawinan Alami pada Ayam (Suprijatna, 2008).


Ayam pada waktu perkembangan embrionya dimulai dari zigot sampai
menetas terjadi sekitar 19 sampai 21 hari. Pada waktu telur menetas, hanya dapat
dilihat anak ayam baru menetas dan pecahan cangkang telur, sedangkan kuning
telur dan albumin sudah habis terserap, bahkan beberapa hari sebelum menetas
kantong kuning telur tempat menyimpan kuning telur telah ditarik kedalam tubuh.
Untuk 1-3 hari pasca menetas, kantong kuning telur berfungsi sebagai bagian dari
sistem pencernaan (Yuwanta, 2004).
Telur yang dihasilkan dari berbagai hewan unggas walaupun sudah berhasil
dibuahi, tetapi tetap memilki peluang untuk berkembang atau pada perkembangan
awal masih memerlukan perlindungan, penyesuaian, dan makanan. Telur yang
bercangkang seperti pada ayam merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan
agar ia dapat bertahan dari tekanan luar. Telur sendiri terdiri atas sejumlah besar
kuning telur (yolk) dan sedikit sitoplasma. Setelah fertilisasi dan masih dalam
oviduct, telur dilapisi oleh lapisan-lapisan albumin encer yang tebal (putih telur)
dan cangkangnya terbuat dari kalsium karbonat (Yuwanta, 2004).
Sel telur burung mengalami pembelahan meroblastik dimana pembelahan
sel hanya terjadi dalam daerah kecil sitoplasma yang bebas kuning telur.
Pembelahan awal menghasilkan tudung sel yang disebut sebagai blastodik yang
berada di atas kuning telur yang terbagi itu. Blastomer kemudian memisah
menjadi dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Rongga diantara kedua
lapisan ini adalah blastosoel versi unggas yaitu analog dengan blastosol
vertebrata tanpa amnion (Yuwanta, 2004).

Tahap embrionik terdiri dari tahapan-tahap yang rumit. Adapun tahapan


embrionik ini adalah ekivalen blastula pada unggas. Pada unggas, jalur migrasi
sel lapisan yang bagian atas berpindah ke arah garis tengah blastodiks, kemudian
melepas dan memisah, lalu berpindah ke arah menuju kuning telur. Pergerakan ke
tengah pada permukaan dan pergerakan sel ke arah dalam pada garis tengah
blastodik menghasilkan lekukan yang disebut sebagai primitif streak (Sagi, 1981).
Telur yang berumur 24 jam terdapat opaca yang bagian luarnya terpulas
lebih tua dan penuh vitellus, pellucida terletak dibagian dalam, jernih dan bebas
vitellus, yolk dan albumin. Telur yang berumur 48 jam terdapat yolk, albumin dan
pellucida yang berukura lebih besar daripada telur yang berumur 24 jam atau yang
berumur selama satu hari. Pada telur yang berumur 3 hari atau 72 jam terdapat
jantung yang berdenyut, saraf vena, yolk dan albumin. Sedangkan telur yang
berumur 7 hari telah berbentuk optic lensa (mata) dan bulbus cordis menjadi paruparu (Sagi, 1981).
Bentuk awal embrio ayam pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih
berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap,
sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih
betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm. Setelah lebih
kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian
awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi
perkembangan embrio (Yuwanta, 2004).
Embrio pada pengeraman selama 24 jam yang pada masa ini sedang
mengalami pelipatan embrio ayam yang dimulai dengan menonjolnya usus, dan
kepala ke dalam lipatan kepala. Pemisahan berlangsung dari cranial ke caudal.
Setelah dierami selama 24 jam, jisim embrional membagi diri menjadi tiga
bagian. Di bagian cranial depan adal mula kepala mengangkat diri melewati
permukaan atas cakram benih (Sagi, 1981).
Perkembangan embrio pada unggas ini berbeda dengan mamalia karena
berlangsung diluar tubuh induknya. Prekembangan ini meliputi perkembangan

telur sebelum keluar tubuh dan di luar tubuh serta perkembangan embrio selama
penetasan (Suprijatna, 2008).
Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh.
Setelah terjadi pembuahan dan terbentuk zigot maka perkembangan embrional
akan di mulai. Sekitar lima jam setelah ovulasi, saat telur yang sedang
berkembang berada dalam isthmus, pembelahan sel pertama berlangsung.
Pembelahan selanjutnya terjadi sekitar 20 menit kemudian. Setelah itu , satu jam
kemudian, pada saat telur meningalkan isthmus, berlangsung perkembangan
embrional dengan membentuk 16 sel. Setelah sekitar empat jam berada di dalam
uterus , telah terbentuk 256 sel sebagian blastoderm (Suprijatna, 2008).
Blastula terdiri dari blastoderm central dengan batasan jelas. Bagian
tersebut bebas dari vitelus sehingga bening dan disebut area pellucida. Bagian tepi
berhubungan dengan vitelus sehingga tampak keruh dan disebut area opaca.
Bagian posterior pada perbatasan antara area pellucida dan area opaca terdapat
penebalan blastoderm yang terdiri dari tiga lapis sel atau lebih disebut embryonic
shield. Perkembangan embrio pada tahap berikutnya akan dimulai apabila telur
tersebut dierami oleh induknya atau dalam inkubator dengan temperatur sekitar
370C (Nelson, 1953).
Blastoderm menyebar keseluruh yolk berdiferensiasi menjadi dua lapisan sel
melalui suatu proses yang disebut gastrulasi. Kedua lapisan tersebut akan tampak
sebagai lingkaran berwarna keputihan pada permukaan yolk bila telur yang telah
dibuahi dipecah. Sedangkan pada telur yang tidak dibuahi tidak akan tampak
lingkaran tersebut. Lapisan ketiga, mesodermis, jika telur sudah dierami
(Suprijatna, 2008).
Gastrulasi pada ayam, sel-sel didaerah area pellucida yang berhadapan
dengan albumen membentuk epiblas sedangkan sel-sel yang berhadapan dengan
ruang subgerminal mengalami delaminasi dan bermigrasi secara individual ke
rongga subgerminal dan membentuk hipoblas primer. Selanjutnya sel-sel dari
zona marginal posterior bermigrasi kearah anterior dan bergabung dengan
hipoblas primer untuk membentuk hipoblas sekunder. Epiblas dan hipoblas
bertemu pada daerah area opaca dan rongga yang berada diantara epiblas dan

hipoblas disebut blastosol. Ciri khas gastrulasi ayam adalah pembentukan stria
primitiva. Pembentukan stria primitiva mulai terjadi 8 jam dalam pengeraman.
Stria primitiva adalah bangunan alur delanik mediana yang terdiri dari alur
primitive dan disebelah kanan kirinya terdapat peninggian sepasang dan disebut
plica primitiva (Sagi, 1981).
Secara rinci perkembangan embrional di luar tubuh induk selama
pengeraman yaitu (Tedy, 2003):

Periode Tahap perkembangan


Telur dalam tubuh induk. Fertilisasi, pembelahan sel, pertumbuhan sel
hidup, dan segresi sel menjadi kelompok-kelompok yang berfungsi khusus.
Telur di luar tubuh induk sebelum ditetaskan. Tidak berkembang, embrio dalam
keadaan hidup inaktif. Selama penetasan (Tedy, 2003):
Hari ke 1
16 jam Tanda pertama perkembangan embrio
18 jam Tampak saluran percernaan
20 jam Tampak vertebral column
21 jam Pertama pembentukan sistem saraf
22 jam Pertama pembentukan kepala
23 jam Tampak butir-butir darah dan sistem sirkulasi
24 jam Mulai pembentukan mata
Hari ke 2
25 jam Mulai pembentukan hati
35 jam Mulai pembentukan telinga
42 jam Jantung melai berdenyut
Hari ke 3
50 jam Mulai pembentukan amnion
60 jam Mulai pembentukan nasal
62 jam Mulai pembentukan kaki
64 jam Mulai pembentukan sayap
70 jam Mulai pembentukan allantois
Hari ke 4 Melai pembentukan lidah

Hari ke 5 Mulai pembentukan organ reproduksi dan diferensiasi sex


Hari ke 6 Mulai pembentukan paruh dan gigi telur
Hari ke 8 Mulai pembentukan bulu
Hari ke 10 Mulai pembentukan paruh
Hari ke 13 Penampakan sisik dan kuku
Hari ke 14 Embrio memutar kepalanya ke arah ujung tumpul telur
Hari ke 16 Sisik, kuku, dan paruh menjadi halus dan keras
Hari ke 17 Paruh memutar ke arah rongga udara
Hari ke 19 Yolk sac mulai memasuki rongga udara
Hari ke 20 Yolk sac seluruhnya masuk rongga tubuh; embrio memenuhi semua
ruang dalam telur, kecuali rongga udara
Hari ke 21 Telur menetas

Gambar 2. Embrio Ayam 18, 24, 33, 48 Jam Masa Inkubasi (Nelson, 1953)

Gambar 2. Masa Inkubasi Embrio Ayam Hari ke-1 sampai Hari ke-13 (Kenyon,
2008)

Gambar 3. Masa Inkubasi Embrio Ayam Hari ke-14 sampai Hari ke-21
(Kenyon, 2008)

Pembentukan yang mengiringi pembentukan gastrula ialah neurulasi atau


tubulasi (pembumbungan). Neurulasi merupakan proses awal pembentukan
sistem saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai
dengan pembentukan keping neural, lipatan neural dan berakhir dengan
terbentuknya tabung neuron (neural tube) (Roesma, 2008).

Gambar 5. Neurulasi pada Embrio Ayam (Tosney, 1999)


Tubulasi atau neurulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor.
Terdapat tiga lapisan germinal embrio, yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm
yang menyusun diri membentuk sebuah tabung atau bumbung (Yatim, 1994).
Tidak semua neurulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor,
misalnya lapisan mesoderm neurulasi hanya berlangsung di daerah truncus
embrio. Neurulasi dimulai dengan pembentukan lempeng neuron (neural plate),
suatu lapisan ectoderm yang tebal yang menyebabkan sel-sel epitel cuboidal
menjadi columnar (Kenyon, 2008).
Setelah notokord terbentuk, lempeng neuron (neural plate) melipat ke arah
dalam dan menggulung diri menjadi tabung neuron (neural tube). Ketika
neurulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal yang akan
menyebabkan berkembangnya sumsum tulang belakang (spinal cord) dan

encephalon (otak). Kemudian, pada kedua ujung anterior dan posterior terdapat
lubang bumbung (neuropore). Pada aves, neuropore posterior disebut sinus
rhomboidalis, karena berbentuk ketupat. (Yatim, 1994)
Jaringan pada daerah pertemuan pinggir-pinggir tabung itu memisah dari
tabung sebagai pial neuron (neural crest). Sel-sel neural crest tersebut bergerak
dari neural tube dan menghasilkan banyak variasi struktur jenis sel, seperti sel
tulang, sel tulang rawan di tengkorak, sel-sel pigment kulit dan sel-sel ganglion
punggung dan saraf otak. (Campbell, 2002). Epidermis dan neural plate mampu
membentuk sel-sel neural crest. Pada peristiwa ini notochord juga berperan untuk
menginduksi pembentukan neural plate (Kenyon, 2008).

Perkembangan embrio selama penetasan.


Pada saat setelah telur dierami maka lapisan sel ke tiga, mesodermis,
akan berkembang menjadi tulang, darah serta organ reproduksi dan organ
sekretori. Penyerapan zat makan yang didapatkan oleh embrio ini adalah
berasal dari telur itu sendiri. Perkembanga embrio dalam telur ini dapat
berlangsung karena adanya membran ekstraembrional (Adnan, 2008).
Membran ekstra embrional ada empat yaitu (Adnan, 2008):
- Choiron merupakan lapisan yang paling luar.
- Amnion merupakan kantong yang berisi cairan transparan yang berguna
-

untuk memelihara embrio agar dapat bergerak bebas selama pertumbuhan


Yolk sac (kantog kuning telur) merupakan membran yang membungkus

kuning telur.
Allantois merupakan membrane yang menyeliputi embrio dan berperan
sebagai suatu sistem sirkulasi.
Pertumbuhan embrio selama dalam telur memerlukan protein, karbohidrat,

lemak, mineral, vitamin, air, dan oksigen sebagai bahan makanan untuk mencapai
perkembangan yang normal (Adnan, 2008).

III. HASIL
a. Embrio Ayam umur 18 jam

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Simpul Hensen
Area opaca
Rigi primitif
Alur primitif
Garis primitf
Area pellucida

b. Embrio Ayam umur 24 jam inkubasi

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

Proamnion
Neurophore anterior
Bakal kepala
Area pellucida
Somit 3 pasang

6. Garis primitive
7. Area opaca
a. Embrio Ayam umur 33 jam

Keterangan

:
1. Neurophore anterior
2. Vena vitellin
3. Somit
pasang
4. Notochorda
5. Medulla spinalis
6. Area pellucida
7. Area opaca
8. Ventricle
9. Gerbang usus cranial
10. Garis primitif
11. Myencephalon
12. Metenchephalon
13. Mesenchephalon
14. Prochenchephalon
15. Gelembung mata

c. Embrio Ayam umur 48 jam inkubasi

Keterangan :
1. Proencephalon
2. Mesenchephalon
3. Metencephalon
4. Rhombencephalon
5. Gelembung pendengaran
6. Lensa mata
7. Mangkuk mata
8. Lengkungan branchialis
9. Ventrikulus
10. Gerbang usus cranial
11. Arteri vitellin
12. Vena vitellin
13. Somit
pasang
14. Medulla spinalis
15. Notochorda
16. Tunas ekor
17. Pulau-pulau darah
18. Batas lipatan amnion

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa embrio unggas mengalami perkembangan yang bertahap, dimulai dari
proses oogenesis hingga pasca fertilisasi yakni tahap awal 18 jam masa inkubasi
hingga tahap 48 jam masa inkubasi terjadi serangkaian proses pembentukan organ
(organogenesis) disertai dengan neurulasi (pembentukan buluh saraf). Adapun
bagian-bagian embrio unggas yang terbentuk berdasarkan hasil pengamatan
dibawah mikroskop adalah :
1. Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 18 jam terdapat lipatan kepala,
area opaca, rigi primitif, alur primitif, garis primitif, dan zona pellucida.
2. Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam terdapat Proamnion,
bakal kepala, area pellucida, neurophore anterior, somit 3 pasang, garis
primitive, dan area opaca
3. Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 33 jam Neurophore anterior,
vena vetelien, vetrikel, notokorda, medulla spinalis, garis primitif, zona
pellucida,

gerbang

usus

cranial,

myencephalon,

metenchephalon,

mesenchephalon, prochenchephalon dan gelembung mata


4.

Embrio

ayam

yang

telah

diinkubasi

selama

48

jam

terdapat

Metenchephalon, lensa mata, mangkuk mata, lengkungan brachialis,


Ventrikulus, gerbang usus cranial, batas lipatan amnion, arteri vitellin, vena
vitellin, somit, Medulla spinalis, notochorda, dan tunas ekor.

DAFTAR PUSTAKA
Adaningrum, Dewi. 2010. Embriologi Ayam. Bandung : Tarsito.
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPAUNM.
Nelson, O. R. 1953. Comparative Embryology of The Vertebrates. NewYork :
The Blankston Co. Inc.
Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Soenardirahardjo, Bambang Poernomo. 2011. Buku Ajar Embriologi. Surabaya:
Airlangga University Press
Sagi, M. 1981. Embriologi Perbandingan Vertebrata. Universitas Gajah Mada:
Yogyakarta
Tedy, Sucipto. 2003. Embriologi . Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.
Yuwanta. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta :Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai