OLEH:
MIFTAHUL KHAIRANI
1710213008
ILMU BENIH
Dr. Ir. NALWIDA ROZEN, M.P.
A. Latar belakang
Jeruk merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting saat ini dan
menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar
maupun dalam bentuk olahan. Para petani jeruk di Indonesia sering menggunakan
batang bawah saat menanam jeruk. Sebagian besar jenis batang bawah yang
digunakan oleh petani memiliki sifat poliembrioni. Poliembrioni merupakan
proses terbentuknya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Poliembrioni dapat
terjadi apabila apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan. Apomiksis
yaitu proses terbentuknya biji atau benih tidak melalui peleburan sperma-ovum.
Amfimiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn
melalui biji. Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni
ini adalah hanya ada satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang
sebenarnya berasal dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga tanaman ini
memiliki gen dari kedua induknya, sedangkan tanaman lain yang terbentuk
merupakan tanaman yang tumbuh dari pembiakan vegetatif tanaman tersebut,
sehingga tanaman ini memiliki sifat yang sama dengan induknya, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman.
Benih yang bersifat poliembrioni jika dikecambahkan akan tumbuh lebih
dari satu tanaman karena embrio yang terbentuk juga lebih dari satu. Embrio yang
merupakan hasil peleburan gamet jantan dan betina akan tumbuh tanaman yang
mewarisi sifat dari kedua induknya. Sedangkan embrio yang terbentuk bukan
karena adanya peleburan gamet jantan dan betina (vegetatif) akan memiliki sifat
yang sama dengan induknya atau tetuanya. Karakter-karakter yang banyak
dipergunakan dalam mempelajari morfologi perkecambahan atau membandingkan
semai pada jenis- jenis tumbuhan berkayu adalah kemunculan, letak dan
perkembangan kotiledonnya. Kotiledon dapat berfungsi untuk asimilasi,
bentuknya seringkali menyerupai daun dewasa yang berwarna hijau.
Poliembrioni ini terjadi pada bakal biji yang telah mengalami pembuahan
yang kemudian timbul beberapa embrio. Sehingga ketika biji dikecambahkan
maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan tumbuh dari satu biji
tanaman tersebut. Penyebab terjadinya poliembrioni antara lain karena pemecahan
zigot, perkembangan satu atau lebih sinergid, adanya lebih dari satu embrio sac
per nukleus dan variasi bentuk opogami dan adventif embrio. Peristiwa
poliembrioni sering dijumpai pada benih rekalsitran yang sangat rentan terhadap
suhu dan pengeringan ekstrim. Sifat benih rekalsitran antara lain tidak tahan
disimpan dan kerusakan benih tinggi bila disimpan ada suhu rendah serta tidak
memiliki masa dorman.
Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan mengenai poliembrioni
benih. Benih yang diamati adalah benih jeruk dikarenakan jeruk merupakan salah
satu tanaman yang memiliki sifat poliembrioni. Selain pada tanaman jeruk.
tanaman lain yang bersifat poliembrioni banyak ditemukan pada ace, nangka,
mangga dan duku. Diharapkan melalui praktikum ini, dengan mengetahui
banyaknya embrio yang tumbuh dari poliembrioni dan dapat membedakan benih
yang berkecambah dengan baik pada biji tersebut kita dapat mengetahui biji yang
baik untuk ditanam.
B. Tujuan
Terjadinya lebih dari satu embriosak didalam satu ovula. Embriosak dapat
terjadi dan muncul dari turunan dari MMC yang sama, turunan dari dua atau lebih
MMC, dan dari sel-sel nucellus. Terjadinya embrio kembar, dilaporkan pada
citrus, poa pratensis, Casuarina equisetifolia, juga pada Pennisetum ciliare, 22%
bijinya mempunyai embrio kembar. Terjadinya poliembrio ini secara aposporous.
Poliembrioni pada spesies Jeruk (Citrus sp.) sering terjadi dalam satu biji
terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu sel gamet
jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara vegetatif (sehingga dikatakan
embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari sel – sel dalam jaringan
nusellus dan integumen. Sel – sel somatik tersebut mengalami pembelahan dan
membentuk embrio tambahan. Embrio tambahan tersebut akan menghasilkan
anakan secara genetik identik dengan tanaman induknya (Wiladsen, 2010).
Poliembrioni adalah dalam satu biji terdapat lebih dari satu endosperm (2-
3 endosperm). Masing-masing endosperm tidak mempunyai endocarp (kulit
tanduk) sendiri-sendiri. Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau
kantung lembaga. Pada bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug
lembaga) yang diploid. Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel
induk kantung lembaga membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel akan mereduksi
dan lenyap tinggal satu yang berkembang. Selanjutnya, sel ini membelah secara
mitosis 3 kali dan terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah 8 ini, 3 sel akan
bergerak menuju arah yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel lainnya menjadi
kandung tembaga sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat mikropil. Dari 3
sel (yang menuju dekat mikropil) yang terakhir ini dua menjadi sinergid dan satu
sel lagi menjadi sel telur. Dalam keadaan seperti ini kandung lembaga sudah
masak dan siap untuk dibuahi. Putik yang sudah masak biasanya mengeluarkan
cairan lengket pada ujungnya yang berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk
sari (Pichot et al, 2000).
Poliembrio pada biji jeruk ini berasal dari jaringan integument dan
nusellus. Jaringan nusellus dari Citrus bisa digambarkan seperti kumpulan
jaringan juvenile yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jeruk (Citrus
sp) merupakan salah satu genus dari famili Rutaceae yang mempunyai nilai
ekonomi paling tinggi. Keragaman genetik jeruk sangat tinggi, yang ditunjukkan
oleh tingginya unit taksonomi (spesies dan hibrida) (Kamil 2004). Poliembrioni
yaitu di dalam sebuah benih terdapat lebih dari satu embrio yaitu embrio zigotik
dan atau embrio nuselar. Adanya embrio nuselar menguntungkan dalam
perbanyakan tanaman batang bawah karena dapat dihasilkan tanaman yang secara
genetik seragam dan identik dengan induknya (Kepiro & Roose 2007). Namun
demikian, adanya tanaman off type yang berasal dari embrio zigotik merugikan
dalam perbenihan jeruk batang bawah karena umumnya tanaman kurang vigor
dan dapat menurunkan produksi buah batang atas (Altaf et al. 2001, Hussain et al.
2011).
BAB III BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah polybag, campuran tanah dan arang sekam,
biji jeruk jenis jeruk siam gunung omeh, biji mangga jenis mangga harum manis.
C. Cara Kerja
A. Hasil
1. Poliembrioni pada jeruk
‘
Tabel 4. Poliembrioni pada mangga ulangan 2
B. Pembahasan
a. Faktor dalam
2) Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan
makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber
energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat
dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
3) Dormansi Benih
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan
dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel)
namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang
sesuai.
4) Penghambat perkecambahan
b. Faktor Luar
1) Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Kira-kira 70 % berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air
antara lain:
a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi
pengembangan embrio dan endosperm.
d) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik
tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
2) Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi
dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5°C -35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat
dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.
3) Oksigen
4) Cahaya
5) Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme
penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih
dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
Benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa istirahat. Hal ini
bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih yang memiiliki masa
dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses perkecambahan benih sering
menjadi masalah atau kendala untuk mengirim benih ketempat produksi dalam
kurun waktu tertentu. Benih rekalsitran dapat juga didefinisikan sebagai benih
yang tidak mengalami proses pengeringan pada saat benih masak di pohon
induknya, cepat mengalami kemunduran, daya simpannya singkat dan mati
apabila kadar air turun menjadi 15-20% atau setara dengan keseimbangan kadar
air benih pada kelembaban (RH) 70 %, suhu 20oC. Kriteria benih jeruk yang baik
sebenarnya sama dengan kriteria benih yang baik pada umumnya. Kriteria-kriteria
tersebut diantaranya
c. Benih harus murni artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih
lain serta bersih dari kotoran.
d. Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
Bibit yang tumbuh baik merupakan bibit yang berkecambah secara normal.
Bibit normal adalah bibit dimana unsur-unsur utamanya menunjang kemampuan
untuk berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan
yang sesuai bagi benih yang bersangkutan. Bibit yang berkecambah secara normal
memilki perakaran yang baik, plumula sudah tumbuh menjadi batang dan daun
sehingga dapat dilihat dengan jelas antara batang dan daun. Ciri-ciri lain yaitu
akarnya tumbuh tegak lurus ke bawah, hipokotil dan plumula tumbuh secara
sempurna. Selain itu, benih yang berkecambah baik juga terlihat dari daun yang
sudah tampak hijau berklorofil sementara batang muda tumbuh tegak ke atas
(tidak miring ataupun bengkok). Sedangkan ciri dari tanaman yang
perkecambahannya tidak baik adalah tidak terbentuknya bagian tanaman dengan
sempurna atau dapat dikatakan abnormal. Bibit Abnormal adalah bibit yang tidak
memenuhi persyaratan sebagai bibit normal. Adanya bibit abnormal karena dalam
poliembrioni mengandung banyak embrio yang tidak seragam. Ada yang sama
dengan induknya dan ada pula hasil peleburan. Pada bibit yang tumbuh abnormal,
plumulenya masih belum jelas pertumbuhannya karena hanya terlihat seperti tunas
dan tidak membentuk daun selain itu warnanya juga pucat. Akarnya pun tumbuh
ke samping dan mengeriting.
Embrio merupakan calon terbentuknya tumbuhan baru. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan embrio terbagi menjadi faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam yang cukup berpengaruh yaitu kecukupan cadanagan makanan bagi
embrio, kemasakan dari benih itu sendiri serta adanya zat penghambat dari dalam
benih seperti ditemukan pada banyak kasus. Sementara faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan embrio diantaranya air, oksigen, dan temperatur.
Benih yang masak sering kekeringan dan membutuhkan jumlah air tertentu,
hal ini berhubungan dengan berat kering biji, sebelum metabolisme dan
pertumbuhan dapat berlanjut. Kebanyakan benih membutuhkan cukup air untuk
melembabkan benih tapi tidak sampai menggenangi. Saat biji mengimbibisi air,
enzim hidrolitik diaktifkan yang akan menghancurkan sumber cadangan makanan
menjadi bahan-bahan kimia yang berguna dalam proses metabolisme.
b. Oksigen
Pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat
perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi
yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan
terhambatnya proses perkecambahan benih. Hubungan antara pengaruh cahaya
dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal
sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein.
c. Temperatur
A. Kesimpulan
B. Saran
Altaf, N, Murwat, EK, Bhatti, IA & Iqbal, MM 2001, ‘Nuselus regeneration and
polyembryony of citrus cultivars’, Pak.J.Bot.,vol. 33, no. 2
Kamil. J, 2004. Ilmu dan Teknologi Benih. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 4
(1):31-36.
Pichot, C., Fady, B., & Hochu, I. 2000. Lack of Mother Tree Alleles in
Zymograms of Cupressus Dupreziana. Camus embryos. Ann. For. Sci.57:
17-22.
Soelarso, B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit dan Penyimpanan Benih serta
Pembibitan. http://www.foundation.org. Diakses pada tanggal 1
Desember 2020
Gambar Keterangan
Biji manga sesudah dibuang kulit biji
nya. Biji bagian kiri adalah ulangan 1
dan biji bagian kanan adalah ulangan
2. Terlihat pada gambar kedua biji
memiliki mutu fisik yang erbeda
terlihat dari ukuran dan bentuk nya.
Biji manga ulangan 1 lebih besar dan
tentunya memilika cadangan makanan
lebih banyak juga dari ulangan 2.
Terlihat biji manga sudah
berkecambah dan tumbuh. Disini
sudah dapat terlihat poliembrioni pada
mngga karena muncul nya dua
koleoptil ke permukaan.
Gambar Keterangan
Biji manga ulangan 2 adalah biji
bagian kakan. Terlihat secara fisika
biji manga ini lebih kecil dan tentunya
memiliki cadangan maknan yang lebih
sedikit yang mana akan
mempengaruhi terhadap
perkecambahan nantinya.
Pengamtan pertama biji sudah
berkecambah namun masih berukuran
sangat kecil dan baru muncul satu
koleoptil atau poliembrioni berlum
terlihat jika dibandingkan dengan
ulangan 1.