KEMISKINAN
OLEH:
MIFTAHUL KHAIRANI
1710213008
SOSIOLOGI PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI-A
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok
standar hidup yang layak, diukur dengan standar garis kemiskinan. Mereka dianggap tidak
mampu memenuhi barang dan jasa yang diperlukan (seperti tempat tinggal, makanan, dan
pakaian)
b. Kemiskinan Relatif
c. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan strukturan dapat diartikan dengan kondisi kemiskinan yang timbul sebagai
akibat struktur sosial yang rumit yang menyebabkan masyarakat termarjinalisasi dan sulit
memperoleh akses terhadap berbagai peluang. Kemiskinan dan kemiskinan struktural dapat
dikaji melalui unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat yang menurut Soekanto
meliputi: kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, dan kekuasaan dan
wewenang. Dari sana kita dapat memperoleh gambaran bagaimana bagian-bagian dalam struktur
tersebut menjadi penting untuk menggambarkan terjadinya kemiskinan structural.
b. Malas bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang
bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin
karena sumberdaya alamnya miskin
e. Keterbatasan modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun
bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.
f. Beban keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha
peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota
keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
3. Jelakan pendapat saudara tentang; hubungan antara penguasaan lahan dengan kemiskinan
Hasil penelitian Purwoto et al. (2011) dan Susilowati et al. (2012) menunjukkan bahwa
penguasaan lahan petani di Jawa dan di luar Jawa pada umumnya di bawah 1 ha, kecuali untuk
petani di agroekosistem perkebunan yang rata-rata penguasaan lahan masih di atas 1 ha.
Angka ini mengindikasikan bahwa kepemilikan lahan oleh petani memang sempit atau lebih
dikenal sebagai petani gurem. Pada kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa kemiskinan yang
dialami oleh rumah tangga petani tersebut merupakan kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan
yang muncul bukan karena ketidak mampuan si miskin untuk bekerja, melainkan karena
ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan yang
memungkinkan masyarakat miskin dapat bekerja. Dalam hal ini keterbatasan sumber daya lahan
sebagai aset produktif utama merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan yang terjadi
karena tidak mampu bekerja dengan hasil maksimal.
Dilihat korelasi antara luas penguasaan lahan dengan jumlah rumah tangga miskin , secara
umum korelasi dua variabel tersebut tidak seluruhnya menunjukkan arah hubungan yang
konsisten dan secara umum memiliki korelasi yang tidak kuat yang ditunjukkan melalui besaran
koefisien korelasi negatif yang relatif rendah (kurang dari 0,5). Pengecualian terjadi pada
agroekosistem lahan kering sayuran pada tahun 2010, yang menunjukkan ada hubungan yang
cukup kuat antara penurunan insiden kemiskinan dengan peningkatan jumlah
penyakap/penyewa.