Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUBUNGAN CAHAYA DENGAN FISIOLOGI TANAMAN


(MATERI 7&8)

OLEH:

MIFTAHUL KHAIRANI
212021001

EKOFISIOLOGI TANAMAN
Prof. Dr. Ir. ZULFADLY SYARIF, M.P.

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Pendahuluan

Cahaya matahari, suhu, CO2, air, dan nutrisi tanaman merupakan faktor
penunjang utama untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Akan tetapi, pada
karyatulis ini hanya akan dibahas satu parameter penting bagi syarat tumbuh tanaman
yaitu cahaya matahari atau radiasi matahari yang sangat menentukan terhadap
aktivitas organisme di alam, tanpa bermaksud untuk mengurangi pentingnya unsur-
unsur lainnya didalam mempengaruhi proses-proses fisiologi tanaman. Cahaya
matahari merupakan sumber energy bagi segala aktivitas kehidupan organisme hidup
di permukaan bumi. Hampir 99% dari energy yang dipergunakan bumi berasal dari
cahaya matahari dan sisanya berasal dari aktivitas vulkanik, proses penghancuran
sisa-sisa organisme yang telah mati, proses fermentasi serta pembakaran fosil-fosil
yang tersimpan dalam tanah, seperti gas alam, minyak bumi, batubara, mineral, panas
bumi, air terjun dan lain sebagainya (Arifin, 1989) Berdasarkan hal tersebut di atas
maka secara global radiasi matahari berperan sebagai: (1) Sumber energy bagi
berbagai aktivitas proses-proses fisik yang terjadi di permukaan bumi. (2) Penyebab
utama terjadinya perubahan-perubahan terhadap keadaan cuaca ataupun faktor iklim
lainnya. (3) Sebagai sumber energy dalam proses penguapan air, yang selanjutnya
akan sangat menentukan proses penyebaran air di permukaan bumi. (4) Sebagai
sumber energy bagi aktivitas kehidupan oerganisme dalam berbagai prosesproses
metabolisme, serta sumber energy untuk proses fotosintesis bagi tanaman.
Jika ditinjau secara langsung, hubungan radiasi matahari dengan sifat
pertumbuhan tanaman maupun mahluk lain, maka dapat dilihat dari pengaruh
intensitas, kualitas, dan lama penyinaran (fotoperiodism) (Arifin, 1988). Dilihat dari
segi fisika maka radiasi matahari yang lebih popular dengan sebutan cahaya matahari,
memiliki sifat kembar yakni sebagai gelombang cahaya (gelombang elektro
magnetik) dan sebagai partikel (foton) yang dikaidkan dengan kualitas dan kuantitas
cahaya, sehingga cahaya matahari dapat dibagi dua kategori yaitu kualitas dan
kuantitas cahaya (Jumin, 1989).
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari
sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan
ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. cahaya
merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara
fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses
metabolisme yang lain di dalam tanaman.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3,
dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas,
kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Selain itu, setiap jenis tanaman
memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran
dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama
penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan
menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain
itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala
etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan
daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau ). Gejala etiolasi
tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang
gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses
pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak
terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak
adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel –
sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan
tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih
lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.
Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada tugas kelompok kali
ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam mengenai peranan dan pengaruh sinar
matahari terhadap pertumbuhan tanaman dari sudut pandang proses fisiologi,
pertumbuhan vegetatif, dan pertumbuhan generatif tanaman.
B. Pembahasan
1. Pengertian cahaya
Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari
diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi.
Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi
dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium
untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi
berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya.
Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam
micron.
2. Pegertian cahaya dan peranan dalam kehidupan
Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari
diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi.
Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi
dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium
untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi
berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya.
Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam
micron.
Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang.
Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini energi
cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk
karbohidrat. Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang
menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari,
tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan
tanaman menjadi lemah atau mati.
3. Cahaya matahari
Eksistensi dari ekosistem terrestrial dapat dipertahankan keberlangsungannya
karena adanya radiasi matahari,atau lebih tepatnya karena adanya Photosynthetically
Active Radiation (PAR), yaitu panjang gelombang radiasi yang dipergunakan di
dalam proses fotosintesis (panjang gelombang antara 380 dan 720 nm). Cahaya
matahari merupakan faktor utama penentu fotosintesis global, sehingga terdapat
hubungan kuantitatif yang erat diantara penyerapan cahaya matahari dan produksi
biomassa dunia. Hubungan yang erat ini biasanya terlihat dengan lebih jelas pada
komunitas tanaman yang dibudidayakan, seperti tanaman pertanian, perkebunan, dan
tanaman hortikultura.
Tanaman secara menakjubkan dapat beradaptasi pada berbagai kondisi
lingkungan cahaya, dari kondisi sangat gelap di bawah kanopi ekosistem hutan
sampai kondisi sangat terang di daerah gurun pasir dan puncak pegunungan. Pada
kondisi lingkungan cahaya yang rendah, tanaman harus dapat menyerap cahaya
dengan cukup untuk dapat tetap hidup. Untuk dapat melakukan hal ini, mereka harus
memaksimumkan terhadap jumlah cahaya yang diserap. Sebaliknya, pada kondisi
lingkungan cahaya yang tinggi, selain tanaman harus memaksimumkan kapasitas
penggunaan cahaya, mereka juga harus mempunyai kemampuan menangani
kelebihan cahaya ketika cahaya matahari yang mereka terima lebih besar dari
kapasitas fotosintesisnya. Sebagai akibat dari tekanan lingkungan ini tanaman
mempunyai beberapa mekanisme untuk dapat mengoptimumkan intersepsi,
penyerapan, dan penggunaan cahaya, berdasarkan lingkungan cahaya dimana mereka
tumbuh dan berkembang.
4. Kuantitas cahaya matahari
Walaupun sifat-sifat yang di bawa oleh ke dua sifat cahaya tersebut yaitu sifat
gelombang dan sifat foton yang dapat berbentuk paket-energy yang sebanding dengan
frekwensinya, maka yang sangat penting bagi respon terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sebagai energy cahaya dan energy panasw (Jumin, 1989).
Intensitas cahaya matahari (jumlah cahaya) yang diterima pada permukaan bumi di
tentukan oleh letak lintang dan musim. Lintang yang berhubungan langsung dengan
sudut datangnya sinar matahari terhadap permukaan bumi. Sudut datang matahari
berhubungan langsung dengan musim, terutama kemiringan (slope), dan topografi
bumi (Arifin, 1089, Jumin, 1989).
5. Kualitas cahaya matahari
Kualitas cahaya adalah merupakan mutu cahaya yang diterima atau yang
sampai pada permukaan bumi yang dinyatakan dengan panjang gelombang (cahaya
mempunyai sifat elektro magnetic). Cahaya tampak (PAR) mempunyai panjang
gelombang antara 400 s/d 760 nm yang terdiri ataws berbagai panjang gelombang,
yang berpengaruh langsung pada aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Panjang gelombang di luar cahaya tampak mempunyai pengaruh specific terhadap
pertumbuhan tanaman atau terhadap mikroklimat, seperti suhu tanah (Arifin, 1989;
Chang, 1976).
Radiasi matahari terdiri dari spectra ultraviolet (panjang gelombang < 0,38 m
yang berpengaruh merusak karena daya bakarnya sangat tinggi, spectra
photosynthetically active radiation (PAR) yang berperan membangkitkan proses
fotosintesis dan spectra infra merah (> 0,74 m) yang merupakan pengatur suhu udara.
Spektra radiasi PAR dapat dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita spectrum yang
masingmasing memiliki karakteristik tertentu, ternyata spectrum biru memberikan
sumbangaan yang paling potensial dalam aktivitas fotosintesis pada tanaman
6. Pengertian Tumbuhan
Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta.
Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae.
Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan
sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses
fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu menghasilkan
makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis.
Jika dihubungkan dengan fotosintesis, tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu
tanaman C3, C4 dan tanaman CAM. Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe
C3, C4, dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Pada tanaman yang
bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau
PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma
kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung.
Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis. Sekumpulan
reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan. Memerlukan energi
sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan dalam peristiwa yaitu
sebagai bahan membangun sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk
pati. Berdasarkan proses reaksi yang terjadi pada tanaman C3, telah diketahui bahwa
tanaman C3 dapat tumbuh baik dibawah naungan tau ditempat yang intensitas
mataharinya rendah.
Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar
intensitas matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk
awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan aspartat
(hasilnya berupa asamasam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung di mesofil
daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping mesofil. Tiap molekul
CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga mengalami siklus calvin
seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko. Sedangkan pada tanaman
tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah memiliki daun yang cukup tebal
sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya membuka pada malam hari. Pati
diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah
bereaksi dengan air seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi
malat. Pada siang hari malat berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami
dekarboksilasi. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari
yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam hari
yaitu daur Hatch dan Slack.
7. Pengertian fotosintesis
Dalam hubungan antara cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat
keterkaitan antara sinar matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan
proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar
matahari dan enzimenzim. fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan.
Proses fotoseintesis ialah proses dimana tumbuhan menyerap karbondioksida dan air
untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya.
Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil.
Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam
organel yang disebut kloroplast. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan
dalam fotosintesis. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang
mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.
Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan,
menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. 6H2O + 6CO2
+ cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2. Glukosa dapat digunakan untuk membentuk
senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar.
Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun
tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler adalah kebalikan
dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan
bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.
8. Proses tanaman mendapatkan energy
Pada kegiatan budaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian
serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman hijau
yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja
manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk, dan, obat-obatan
tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi energi matahari
ke dalam bentuk produk tanaman.
Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya
cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan
fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation)
dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili micron.
Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya
yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya
penyinaran. Oleh tumbuhan radiasi matahari berupa cahaya tampak ditangkap oleh
klorofil pada tanaman dalam proses yang disebut proses fotosintesis. Hasil
fotosintesis menjadikan bahan utama untuk proses pertumbuhan dan cadangan
makanan tanaman.
Proses fotosintesis pada tanaman dilakukan di siang hari dikala matahari
menyinari bumi. Dengan menggunakan cahaya matahari tumbuhan mengubah gas
karbondioksida dan unsur-unsur mineral dalam tanah serta air untuk menghasilkan
gula (glukosa) dan oksigen. Proses ini dilakukan oleh zat hijau daun bernama klorofil
yang berada di daun dan dilindungi oleh lapisan lilin untuk mencegah penguapan.
Gula hasil fotosintesis disimpan tumbuhan sebagai cadangan energi, dan oksigen
sebagai hasil sampingannya.
Gula yang telah dibuat kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk proses
metabolismenya. Pemanfaatan energi gula oleh tumbuhan memerlukan serangkaian
proses sehingga energi yang ada dalam bentuk gelombang elektromagnetik tersebut
dapat diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH) yang dikenal dengan reaksi
terang. Hasil reaksi terang ini (ATP dan NADPH) selanjutnya dapat dimanfaatkan
dalam reaksi metabolisme khususnya reduksi CO. Seperti telah kita ketahui, reaksi
fotosintesis terdiri atas dua tahapan yaitu : tahapan Reaksi Terang (disebut juga
Reaksi Hill) dan Reaksi Gelap (disebut juga Reaksi Blackman atau siklus Calvin).
Masing-masing tahapan menunjukkan proses reaksi yang berbeda. Namun keduanya
merupakan satu rangkaian reaksi yang tak terpisahkan dari reaksi fotosintesis.
Perbedaan reaksi gelap dan reaksi terang:

9. Pengaruh Cahaya terhadap Kehidupan Tanaman


a. Pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan tanaman
Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai
hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi
bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan
laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan
dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan
memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan
produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari.
Radisasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang
mempunyai hijau daun, karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman dipengaruhi
oleh tersedianya sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi fluktuasi hasil
panen (hasil fotosintesis) dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor
lain seperti curah hujan, suhu udara, hama penyakit dan lainnya turut mempengaruhi
hasil panen (hasil fotosintesis).
Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan
generatif. Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun,
kegiatan stomata (respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organ-
organ permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran
protoplasma (Jumin 2008:8). Secara teoritis, semakin besar jumlah energi yang
tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis
b. Pengaruh Kuantitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun
demikian, di daerah ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan
perbedaan yang kecil sehingga pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran matahari
dalam satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan tanaman secara
signifikan.
Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi
pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar
menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman
dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan menghentikan
fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh secara
vegetatif pada musim dingin atau musim semi.
c. Pengaruh Kualitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Radiasi energi yang diterima oleh bumi dari matahari berbentuk gelombang
elektromagnetik yang bervariasi panjangnya yaitu dari 5000-290 milimikron.
Rangkaian spektrum matahari ini dapat dikelompokan berdasarkan panjang
gelombangnya. Cahaya mempunyai sifat gelombang dan sifat partikel. Cahaya hanya
merupakan bagian dari energi cahaya yang memiliki panjang gelombang tampak bagi
mata manusia sekitar 390-760 nanometer. Sipat partikel cahaya biasanya
diungkapkan dalam pernyataan bahwa cahaya itu datang dalam bentuk kuanta dan
foton, yaitu paket energi yang terpotong-potong dan masing-masing mempunyai
panjang gelombang tertentu.
Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman/pohon secara langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme lain,
hal ini tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau.
Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang
gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila dibanding
dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dibedakan
berdasarkan panjang gelombang menjadi. Panjang gelombang 750-626 mu adalah
warna merah, panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga, panjang
gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga, panjang gelombang 574-490 mu
adalah warana hijau, panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru, panjang
gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.
Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap
fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon
baik secara generatif maupun vegetatif, tetapi kuning dan hijau dimanfaatkan oleh
tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling banyak diabsorbsi beada di
wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah. Variasi harian dan variasi
musiman tidak hanya mempengaruhi masukan energi, tetapi juga suatu masukan
faktor periode yang penting. Panjang siang hari pada waktu yang berbeda dalam satu
tahun, untuk organisme yang non tropis dan merupakan indikator yang paling dapat
dipercaya dan sebagian besar tanaman bersifat fotoperiodik. Irradiasi langsung pada
dini hari dan senja hari mengandung banyak radiasi panjang gelombang yang
disebabkan oleh celah atmosfer yang lebih panjang dan berakibat penghamburan
gelombang pendek.
d. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman
Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis,
dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik
hanya terjadi pada intensitas rendah. Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan
intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan
diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal
adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari. Masing-
masing tanaman memiliki reaksi yang berbeda terhadap intensitas cahaya.
Berdasarkan perbedaan reaksi tersebut, tanaman dibedakan menjadi tanaman C3, C4,
CAM. Tanaman C3 adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya rendah,
dan tanaman C4 adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya tinggi,
sedangkan tanaman CAM adalah tanaman yang hidup didaerah kering.
Penelitian yang dilakukan oleh Grime dalam Fitter dan Hay (1991:55)
membuktikan bahwa tanaman yang terbiasa hidup tanpa naungan seperti Arenaria
servillifolia memperlihatkan kondisi yang tidak dapat berkembang dan tumbuh jika
diberi naungan. Hal tersebut terbukti oleh habisnya persediaan karbohidat. Lebih
lanjut, jika tanaman yang tanpa naungan ternaungi, terdapat beberapa kemungkinan
yang akan terjadi. Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang ternaungi adalah
untuk mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif, dan kerapatan
pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi. Dibawah
intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu: Pengurangan kecepatan
respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbsi cahaya yang
lebih besar; dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas
daun.
10. Respon Tanaman terhadap Radiasi Matahari
Secara singkat, Wang & Ray (1984) menyatakan bahwa respon tanaman
terhadap spectrum radiasi adalah sebagai berikut. Radiasi dengan λ < 0.25 micron
mempunyai efek mematikan. Mendekati λ = 0.30 micron mempunyai efek terapeutik.
Pada kenyataannya, radiasi λ < 0,3 micron tidak pernah teramati dipermukaan bumi.
Cahaya dengan λ = 0,30 – 0,55 dan 0,70 – 1,0 micron mempunyai efek fotoperiodik.
Proses fotosintesis paling aktif terjadi pada λ = 0,40 – 0,69 micron, dimana klorofil
menyerap sebagian besar cahaya dengan λ = 0,40 – 0,77 micron. Diatas λ = 0,77
micron adalah rejim spectrum infra merah, meningkatkan respirasi dan mendominasi
efek termal.
Proses fisik yang terjadi pada masing-masing panjang gelombang dapat
diterangkan sebagai berikut. Sebagian besar cahay ultra violet (UV) tersaring oleh
uap air dan molekul ozon yang ada di atmosfer. Pada λ antara 400-700 nm terjadi
penyerapan kuanta. Dalam proses ini, terjadi reaksi fotokimia yang disertai dengan
pelepasan energy termal sehingga memanaskan jaringan. Molekul tertentu yang
mampu secara selektif menyerap radiasi pada gelombang tertentu disebut pigmen.
Spektrum dengan λ < 400 mm, kandungan energy kuanta cukup tinggi sehingga saat
diserap oleh suatu molekul akan tersedia cukup energy yang diteruskan kesuatu
electron dan molekul tersebut menjadi bermuatan listrik mengahasilkan radikal yang
sangat reaktif yang secara biologi umumnya bersifat merusak. Sebagai misal, ikatan
kimia dalam sel kulit manusia dapat diputuskan oleh energy foton 3,5 eV. Panjang
gelombang untuk menghasilkan energy ini adalah 355 nm, termasuk dalam cahaya
ultra violet yang dapat membakar kulit manusia. Spektru dengan λ > 700 nm, kuanta
diserap oleh molekul. Energi serapan tersebut meningkatkan energy translasional dan
getaran dari molekul yang termanifestasi oleh adanya kenaikan suhu dari materi
penyerap radiasi tersebut.
C. Penutup

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fotosistesis adalah proses utama
pada tanaman. Proses ini menyediakan skleleton karbon dan energy yang dibutuhkan
untuk membangun biomassa dan mensintesis bebagai produk yang digunakan oleh
tanaman pada proses metabolismenya. Fotosintesis sangat sensitive terhadap variasi
ketersediaan cahaya matahari dan CO2 yang merupakan bahan utama pada proses
tersebut. Oleh karena itu fotosintesis kemudian dipengaruhi oleh factor-faktor
lingkungan lain, seperti suhu dan nutrisi.
Faktor lingkungan tersebut mempengaruhi pada skala waktu yang berbeda
karena perubahan alamiah dari faktor itu sendiri. Sebagai contoh suhu dan radiasi
matahari yang diserap oleh daun akan berfluktuasi harian, sedangkan kandungan air
jaringan dan nutrisi berfluktuasi dalam waktu yang lebih lama. Kapasitas fotosintesis
tanaman berhubungan langsung dengan kemampuan tanaman menggunakan cahaya,
air dan nutrisi yang sekaligus proses fotosintesis itu sendiri sebagai indikator dari
kesuksesan tumbuh di suatu habitat. Tanaman-tanaman budidaya pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, terutama adanya intensitas
cahaya rendah di dalam memproduksi bahan makanan atau karbohidrat.. Respon
tanaman terhadap cahaya rendah (naungan) pada masing-masing tanaman tergantung
pada waktu penaungan dan intensitas penaungan. Perbedaan respon setiap varietas
sangat bervariasi pada satu jenis tanaman. Perbedaan ini akan tampak lebih jelas pada
perbedaan jenis tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1988. Pengelolaan Naungan dalam Pertumbuhan dan Produksi Tan aman
Kacanghijau. Agrivita (11) : 17 – 19.

Arifin. 1989. Dasar-dasar Klimatologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Univer4itas


Brawijaya : 13 – 15

Blackman,G.E, and G.L. Wilson. 1951a. VI. The Constancy for Different Species of
A Logaritmic Relationship Between Net Assimilation Rate and Light
Intensity and Its Ecological Significance. Ann. Bot. N.S. (15) : 64 – 93.

Blackman,G.E., G. L. Wilson.1951b VII. An Analisis of the Different Effec ofLight


Intensity on the Net Assimilation Rate of Different Spesies. Ann. Bot N. S.
15: 373 – 408.

Bohning,R.H.,and C.A. Burside. 1956 The Effect of Light Intensity on Rate of


Apparet Photosynthesis in Leaves of Sun and Shade Plant. Am. J. Bot. 43 :
557 -561.

Brouwer,R. 1966. Root Growth of Grasses and Cereals. Dalam the Growth of
GrassesnAnd Cereals, by F.H. Milthorpe, and J. D. Ivans. London,
Butterworth. P. 153-165.

Chang,Y.H. 1968. Climate and Agriculture. An Survey of Ecol. Aldine Publ


CompnChicago. P. 23 – 86.

Charles-Edward, D. A., Doley, D., and Rimmington,G.M. 1986. Modelling Plant


Growth and Development. Academic Press. Sydney.

Early, E.B., R. J. Miller, G. L. Reicher, R. H.Hageman, and R. D. Seif. 1966. Effect


of Shade on Maize Production Under Field Conditions Crop Sci.6 : 1 – 7.

Egera,K., and R. J. Jones. 1977. Effect of Shading on the Seedlingt Growth of


Leguminous Shrup Leucocephala. Aus. J. Exp. Agric. And Anim. Husb. 17:
976 -981.

Evans, G. C. 1972. The Quantitative Analysis of Plant Growth. University of


California Press. Berkeley and Los Angeles 734 p.

Jumin, H. B. 1989. 41 Ekologi Tanaman. Suatu Pendekatan Fisiologis. Raja Wali


Pres Jakarta : 5 – 9.
Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB
Bandung
Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press,
Jakarta.

Jones, H. G. 1983. Plants and Microclimate. Cambridge University Press.


CambridgeImpron, 2000. Neraca Radiasi Tanaman. Bahan Pelatihan Dosen-
Dosen Perguruan Tinggi se Jawa Bali dalam Bidang Agroklimatologi,
Bogor, 14 – 26 Agustus 2000.
Loach,K. 1967. Shade Tolerance in Tree Seedling. I, Leaf Photosyntesis and
Respiration in Plant Raised Under Artificial Shade. New. Phytol.69: 273 -
286.

Ludlow, M. M. , and G. L. Wilson. 1974. Studies of the Productivity of Tropical


Pasture Plant. V. Effect of Shading on Growth, Photosynthesis and
Respiration in Two Grasses and Two Legume. Aus. J Agric. Res. 25 : 415 –
423.

Maghfoer, M. D. 1986. Pengaruh Naungan dan Kepadatan Tanaman terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Kangkung Darat. Tesis S2 Pasca Sarjana KPK
Unibraw – UGM. Universitas Brawijaya Malang : 40 – 75. Tidak
dipublikasikan.

Newton, P. 1963 Studies on the expansion of the leaf surface. II. The influence of
Light Intensity and Daylength. Journal of Experimental Botany, 14, 458

Nurhayati, A., P. Lontoh, dan J. Koswara. 1984. Pengaruh Intensitas dan Saat
Pemberian Naungan trhadap Hasil Ubi Jalar. Bul. Agr (15): 28 – 38.

Pendleton,J. W, R. O. Weibel. 1965. Shading Studies on Winter Wheat.bAgron. J. 57:


292 -293

Sale, P. M. 1976. Effect of Shading at Different Time on the Growth and Yield of the
Potato. Aust. J. Agric. Res. 27: 237 – 281.

Suseno, H.. 1974. Metabolisme Dasar. Departemen Agronomi. IPB. Bogor: 40 – 90.

Suara, I. K. 1985. Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tiga


Varietas Tomat pada Dua Taraf Nitrogen. Tesis S2 Pasca Sarjana KPK
Unibraw – UGM. Universitas Brawijaya Malang: 30 – 78. Tidak
dipublikasikan.
Sudaraman. 1989. Pengaruh Taraf Naungan dan Pemulsaan terhadap Pertumbuhan
Bibit Cengkeh. Tesis S2 Pasca Sarjaqna KPK Unibraw – UGM. Universitas
Brawijaya Malang.: 30 – 78. Tidak dipublikasikan.

Suubronto,B., Tani Putra, dan Hastardjo. 1977. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari
terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit. Bull. B. P. P. Medan 8: 125 –
146.

Tenaya, I. M. 1979. Pengaruh Naungan dan Penutup Tnh terhadap Pertumbuhan


Tanaman Bawang Putih. Tesis S1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang: 30 – 60.

Wang, J.W. and Ray,R. K. 1984. Agricultural and Its Environment. Prediction and
Control. Kendall/Hunt Publ. Co. Iowa. Monteith, J. L. 1973. Principles of
Environmental Physics. Edward Aenold. London.

Anda mungkin juga menyukai