Anda di halaman 1dari 24

Makalah

Mata Kuliah: Ekologi Tumbuhan

Dosen Pengampu:
Drs. Suratman Umar, DRS., M.Sc.
Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
1. Erika Yunnisa Pratiwi 2253024001
2. Annisa 2253024002
3. Aurelia Febiola R 2253024003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2024
DAFTAR ISI

Judul .......................................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................................. 2
Daftar Isi ....................................................................................................................... 3

I. PENGERTIANCAHAYA DAN TUMBUHAN .................................................... 5


1. Pengertian Cahaya ............................................................................................ 5
2. Pengertian Tumbuhan…................................................................................... 7

II. PROSES PENERIMAAN CAHAYA OLEH TUMBUHAN ................................. 9

III. TINGKATAN PENGARUH CAHAYA DALAM SISTEM EKOLOGI ............. 10


1. Kualitas Cahaya ............................................................................................... 10
2. Intensitas Cahaya ............................................................................................. 11

IV. PERAN CAHAYA DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN ................................ 15


1. Fotoperiodisme ................................................................................................ 15
2. Fotoenergetik… ................................................................................................ 18
3. Fotodestruktif ................................................................................................... 20
4. Fotomorfogenetik… ......................................................................................... 21
5. Fototropisme .................................................................................................... 22
6. Fotoresfirasi ..................................................................................................... 23

V. STRATEGI ADAFTASI TUMBUHAN TERHADAP CAHAYA....................... 24

VI. KARAKTERISTIK TUMBUHAN BERDASARKAN KEBUTUHAN


CAHAYA ............................................................................................................... 27
1. Heliophyta ........................................................................................................ 27
2. Sciophyta ......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................28

2
I. PENGERTIAN CAHAYA DAN TUMBUHAN

1. Pengertian Cahaya.

Matahari merupkan sumber energy terbesar di alam semesta . Energi matahari

diradiasikan ke segala arah hanya sebagian kecil saja yang diterima oleh bumi. Energi

matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energy radiasi. Disebut radiasi

dikarenakan aliran energy matahari menuju ke bumi membutuhkan medium untuk

mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk

gelombang elektromagnetik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang

gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron

(Tjasjono,1995, dalam Okta,D.W .2013) .

Cahaya matahari adalah merupakan sumber utama energi bagi kehidupan

seluruh makhluk hidup di dunia, tanpa ada cahaya kehidupan tidak akan ada. Bagi

manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini. Selain itu bagi

tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat menentukan proses

fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan menghasilkan makanan.

Makanan yang berhasil akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses

perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Dengan demikian cahaya dapat menjadi

faktor pembatas utama di dalam semua ekosistem. Cahaya matahari mempengaruhi

ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Cahaya matahari juga

merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk

berfotosintesis. Cahaya optimal bagi tumbuhnan, kebutuhan minimum cahaya untuk

proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya

3
(Wirakusumah, 2003).

Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya matahari mempunyai peranan besar

dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan

perkembangan, menutup dan membukanya stomata, perkecambahan tanaman,

metaolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan tingkat

produksi tanaman.

Syafei (1900).menyatakan bahwa struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya

sangat ditentukan oleh radiasi matahari pada sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi

yang berlebihan dapat pula menjadi factor pembatas, menghancurkan sistem jaringan

tertentu.

Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai

adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supra

optimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya

berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya

oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga

menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.

Besarnya energi matahari yang diterima oleh tanaman tidak sama dari musim ke

musim dan latitude ke latitude lainnya. Tetapi bersarnya energi matahari yang diterima

tanaman (tumbuhan) setiap tahunnya pada latitude yang sama tidak sama dan besarnya

energi matahari yang ditangkap tanaman untuk jenis tanaman yang berbeda, juga akan

berbeda-beda pula.

4
2. Pengertian Tumbuhan

Tumbuhan adalah organism benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae

dan menjalakan prosen fotosintesis. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari

untuk menjalankan proses fotosintesis, mampu menghasilkn makanan dengan

mengunakan klorofil untuk menjalankan proses. Jika dihubungkan dengan

fotosintesis tanaman dibedakan menjadi 3 yaiti tanaman C3, C4 dan tanaman

CAM. Perbedaan yang mendasar antar tanaman yang bertipe C3,C4 dan CAM

adalah pada reaksi yang terjadi didalamnya. Pada tanaman C3, produk awalnya

reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas

sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak

membutuhkan energy dari cahaya matahari secara langsung. Sumber energy yang

diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis. Sekumpulan reaksi terjadi secara

simultan dan berkelanjutan. Memerlukan energy sebanyak 3 ATP. PGAL yang

dihasilkan dapat digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun sel,

untuk bahan pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati. Berdasarkan

proses reaksiyang terjadi pada tanaman C3 telah dikenal bahwa tanaman C3 dapat

tumbuh baik dibawah naungan atau ditempat yang intensitas mataharinya rendah

(Arghya,N. 2012).

Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup dilahan yang terpapar

intensitas matahari penuh. Pada tanaman C4 yang menjadi cirinya adalah produk

awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat dan aspartat (hasil

berupa asam-asam yang berkarbon C4. Reaksi berlangsung di mesopil daun, yang

lebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan ennzim

karbon anhidrase. Memiliki sel seludang di samping mesofil. Tiap melekul CO2

5
yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman C4 juga mengalami siklus Calvin

seperti pada tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubico . Sedangkan pada tanaman

tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah memiliki daun yang cukup tebal

sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya membuka pada malam hari. Pati

diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk PEP. CO2 masuk setelah

beraksi dengan air seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi

malat. Pada siang hari malat berdisfusi secara fasif keluar dari vakuola dan

mengalami dikarboksilasi. Melakukan proses yangs ama dengan tanaman C4 pada

malam hari yaitu daur Hath dan Slack. (Arghya,N. 2012)

6
II. PROSES PENERIMAAN CAHAYA OLEH TUMBUHAN.

Pada kegiatan budidaya pertanian , pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian

serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua obyek agronomi berupa tanaman

hijau yang memiliki kegiatan fotosintesis. Penerapan energi pelengkap dalam

bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar,mesin, alat-alat pertanian,pupuk dan

oabat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi

energy matahari ke dalam bentuk produk tanaman. Tidak semua energy matahari

dapat diserap oleh tanaman, hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh

pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya tersebut disebut PAR

(Photosyntetic Activ Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili

micron sampai 750 mili micron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda

terhadap tingkatan pengaruh cahaya yaitu intensitas cahaya,kualitas cahaya dan

lamanya penyinaran. (Jumin, 2008).

Oleh tumbuhan radiasi matahari berupa cahaya tampak ditangkap oleh klorofil

pada tanaman dalam proses yang disebut proses fotosintesis. Proses fotosintesis

pada tanaman dilakukan pada siang hari di saat matahari menyinari bumi. Dengan

menggunakan cahaya matahari tumbuhan mengubah gas karbondioksida dan

unsur-unsur mineral dalam tanah serta air untuk menghasilkan gula (glukosa) dan

oksigen. Proses ini dilakukan oleh zat hijau daun yang bernaman klorofil yang

berada di daun dandilindungi oleh lapisanlilin untuk mencegah penguapan. Gula

hasil fotosintesi disimpan tumbuhan sebagai cadangan energy dan oksigin sebagai

hasil sampingan. (Arghya,N. 2012).

7
III. TINGKATAN PENGARUH CAHAYA DALAM SISTEM EKOLOGI
TUMBUHAN.

Ada beberapa aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat

erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu :

1. Kualitas cahaya atau panjang gelombang

2. Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.

3. Lamanya penyinaran

1. Kualitas Cahaya.

Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang

elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang-

gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan

bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok

antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor

ekologi yang penting. Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya

dengan panjang gelombang antara 0,39-7,6 mikro. Klorofil yang berwarna hijau

mengasorpsi cahaya merah dan bitu, dengan demikian panjang gelombang itulah yang

merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.

Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk

mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan bitu diserap

fitoplanknton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akan lewat atau

dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.

Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas

cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi

8
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk-bentuk daun

yang riset, terhambatnya batang menjadi panjang.

Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang

gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila disbanding

dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dapat dibedakan

berdasarkan panjang gelombang menjadi :

a. Panjang gelombang 750-623 mu adalah warna merah

b. Panjang gelombang 625-595 mu adalah warna oranye/ingga.

c. Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuning.

d. Panjang gelombang 574-490 mu adalah warna hijau.

e. Panjanggelombang 435-400 mu adalah warna ungu.

Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap

fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon

baik secara generative maupun vegetative,tetapi kuning dan hijau dimanfatkan oleh

tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling banyak diabsorbsi adalah

berada di wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah (Arghya, N. 2012).

2. Intensitas cahaya.

Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting

sebagai faktor lingkungan, karena sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem.

Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial maupun dalam waktu

atau temporal. Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropis, terutama daerah

kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis

lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar

9
dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam

ketebalan minimum. Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis

lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah

terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus

lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang

direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer

(Sasmitamihardja, 1996).

Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu

vegetasi akan menahan dan mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan

menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi

yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat

berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim foto-

oksidasi, ini mengganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam

mensistesis protein (Arghya,N. 2012).

Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis dan

pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morfogenetik hanya

terjadi pada intensitas rendah. Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas

cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima

intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maklsimal adalah daun

yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991).

Selanjutnya dinyatakan masing-masing tanaman memiliki reaksi yang berbeda

terhadap intensitas cahaya. Tanaman C3 adalah tanaman yang hidup baik pada

intensitas cahaya rendah, dan tanaman C4 adalah tanaman yang hidup baik pada

intensitas cahaya tinggi, sedangkan tanaman CAM adalah tanaman yang hidup pada

10
daerah kering. Masalah yang dihadapi oleh tanaman yang mengalami kekurangan

intensitas cahaya adalah tanaman akan berusaha mempertahankan keseimbangan

karbon yang positip dan dimana keadaan ini tercapai merupakan titik konvensasi. Di

bawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan yaitu pengurangan

kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbs

cahaya yang lebih besar dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energy

cahaya dan luas daun. Tujuan adalah untuk menghasilkan produktivitas bersih,

tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat

yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi.

Apabila semua faktor-faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi

diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada

jumlah intensitas cahaya tertentu.

3. Lama Penyinaran

Sebagianbesar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun

demikian , di daerah equator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan

perbedaanyang kecil sehingga pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran

matahari dalam satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandanperkembangan

tanaman secarasignifikan. Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk

mengatur waktu bagi pertumbuhan vegetative dan pertumbuhan untuk membentuk

bunga agar tetap egar menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila

satu tanaman dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan

menghentikan fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha

tumbuh pada musim dingin atau musim semi (Fitter dan Hay, 1991).

11
IV. PERANAN CAHAYA DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN.

1. Fotoperiodisme.

Lama penyinaran relative antara siang dan malam 24 jam akan mempengaruhi

fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon suatu organisme terhadap

lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan,

jatuhnya daun, dan dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari

atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate

atau bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang

dari 12 jam pada musim dingin.

Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperiode membagi tanaman atas tiga

golongan yaitu :

a. Tanaman Berhari Pendek

b. Tanaman Berhari Panjang

c. Tanaman Berhari Netral.

a. Tanaman Berhari Pendek

Tanaman berhari pendek ialah tanaman yang hanya dapat berbunga bila

panjang hari kurang dari nilai kritis (panjang hari maksimal). Panjang hari maksimum

berkisar antara 12 jam sampai 14 jam. Tanaman yang berhari pendek akan mengalami

pertumbuhan vegatative terus menerus apabila panjang hari melewati nilai kritis, dan

akan berbunga di hari pendek di akhir musim panas dan musim gugur. Tetapi tanaman

berhari pendek tidak berbunga di hari pendek di awal semi, dan akan berbunga di hari

pendek pada akhir musim panas. Hal ini disebabkan karena suhu tidak cukup hangat

12
untuk melanjutkan pertumbuhan ke fase reproduktif. Disamping itu pertumbuhannya

vegetative yang tersedia pada saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman

kepembungaan, disamping banyak sistem (hormone, enzim dan lain-lain) juga belum

siap. Tanaman yang tidak peka terhadap fotoperiode yang tergolong berhari pendek,

biasanya mempunyai sifat fisiologis yang menonjol daripada sifat yang ditimbulkan

oleh pengaruh lingkungan. Misalnya pembungaan dan pembuahan akan lebih

dipengaruhi oleh ketersediaan asimilat dan sistem homone dalam tubuhnya. Tanaman

yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan pembentukan buahnya sangat

ditentukan oleh panjangnya hari sebesar 12 menit saja sudah berarti bagi terbentuknya

bunga (Okta,D.W, 2013)

b. Tanaman Berhari Panjang.

Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon berbunga

lebih cepat bila panjang hari lebih panjang dari panjang hari minimum (kritis) tertentu

atau disebut pula tanaman bermalam pendek yakni tumbuhan yang memerlukan

lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti

gandum, bayam, dan lain-lain. Tanaman berhari panjang yang berasal dari zona sedang

(temperate) akan berbunga dalam bulan mei dan juli apabila panjang siang selama 15

jam. Sebagai contoh tanaman berhari panjang adalah spinasi (Spinaci oler acea L)

Barley (Hordeum spp), Rey (Secale cereale), Bit gula (Beta vulgaris), Alfalfa dan lain-

lain. Tarwe Winter (Triticun aestivum) yang tergolong tanaman berhari panjang

menghendaki lama penyinaran lebih dari 14 jam sehari dan untuk berkecambah

memerlukan suhu rendah. Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai berbunga dan

berbuah menghendaki suhu yang lebih tinggi dan hari-hari panjang. Bila syarat-syarat

13
yang dikehendakinya tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak dapat menghasilkan

bunga dan buah. Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan

vegetatif dan generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat

diciptakan dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran

singkat di malam hari untuk memperpendek periode gelap. Percobaan-percobaan

seperti ini dapat mempengaruhi perbungaan, khususnya pada tanaman yang

menghendaki panjang siang lebih dari 15 jam. Perlakuan vernalisasi pada biji tawe

wonter akan berkecambah akan menyebabkan proses yang menginduksi kecambah ke

arah pertumbuhan menuju pembentukan primordia bunga. Karena biji tawe winter

pada saat berkecambah juga memerlukan fase gelap yang lebih panjang (hari pendek),

maka selain vernalisasi, untuk mengantarkan tanaman ini ketahap pembungaan juga

diperlukan perlakuan gelap buatan. Sedangkan hari panjang dan suhu tinggi yang

diharapkan untuk pertumbuhan vegatatif dapat dibuat dengan penyinaran singkat pada

malam hari dengan lampu listrik yang berkapasitas 50 watt setiap meter bujur sangkar

selama lebih kurang 5 jam (Okta,D.W, 2013)

c. Tanaman Berhari Netral.

Tanaman berhari metral (intermediate) adalah tanaman yang berbunga tidak

dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman intermedite dalam zona sedang bisa berbunga

dalam beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropis yang mengalami

12 jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun. Oleh

karena itu, tanaman yang tumbuh di daerah tropis pada umumnya adalah tanaman

intermediate. Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium

hirsutum), tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus) tomat

14
dan lain sebagainya. Tanaman intermediate memelukan permbuhan vegetatif tertentu

sebagai tahap untuk menuju tahap pembuangan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode.

Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus di kondisi fotoperiodisme yang tidak

optimal maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah

khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah

menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan

berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan

nutrisi tidak merupakan faktor pembatas (Syamsuri, 2007).

2. Fotoenergetic.

Cahaya matahari merupakan faktor krusial dalam kehidupan sebagai sumber

energy. Untuk dapat memperoleh energy bagi pertumbuhan dan perkembangan,

tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal. Fotoenergetic adalah pertumbuhan

yang dipengaruhi oleh banyaknya energy yang diserap dari sinar matahari oleh bagian

tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat

digunakan oleh tanaman. Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam

proses fotosintesis berkisar antar 0,5-2,0% dari jumlah total energi yang tersedia.

Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas

optimum yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap daun pada tumbuhan harus

memproduksi energy yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan setelah dikurangi

energy untuk repirasi. Jika tumbuhan kekurangan cahaya dalam waktu panjang, maka

lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan hasil

fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut titik kopensasi cahaya.

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau

15
energy yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri

dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan

energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang

dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi

kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen

yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui

fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof). Fotosintesis merupakan

salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2

diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai melekul penyimpanan energi.

Terdapat beberapa factor utama yang menentukan laju proses fotosintesis

antara lain : (a). Intensitas cahaya. Laju fotosintesis akan maksimum ketika banyak

cahaya; (b). Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbondioksida di udara

semakin banyak jumlah bahan yang digunakan tumbuhan untuk melangsungkan

fotosintesis; (c). Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintese hanya

dapat bekerja pada suhu oftimalnya. Umumnya laju fotosintesis meningkat seiring

dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim; (d). Kadar air. Kekurangan

air menyebabkan stomata menutuf, menghambat penerapan karbondioksida sehingga

mengurangi laju fotosintesis; (e). Kadar fotosintat. Bila kadar fotosintat seperti

karbohidrat berkurang , laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah

atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang; (f). Tahap pertumbuhan.

Laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah

ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah

memerlukan lebih banyak energy dan makanan untuk tumbuh. (Arghya,N. 2012).

3. Fotodestruktif.
16
Fotodestrktif adalah tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan

fotosintesis semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik

jenus cahaya sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak. Proses

fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran,

tetapi yang terpenting adalah intensitasnya. Sehubungan dengan laju fotosintesis,

intensitas cahaya semakin tinggi (naik) mengakibatkan lalu foosintesis semakin tidak

bertambah lagi walaupun cahay terus bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya

atau titik jenus cahaya (ligh saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai

sumber energi maupun sebagai bentuk perusak. Intensitas cahaya yang tinggi

mengakibatkan temperatus daun meningkat, sebagai akibat menutupnya stomata,

sehingga sebagian klorofil menjadi pecah dan rusak (fotodestruktif). Sedangkan pada

intensitas cahaya yang semakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang

dikeluarkan oleh proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh

proses respirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light compensation point)

(Okta,D.W, 2013)

4. Fotomorfogenesis.

Okta,D.W, (2013) Efek lain dari cahaya diluar fotosintesis adalah

mengendalikan wujud tanaman, yaitu perkembangan struktur atau morfogensisnya.

Pengendalian morfogensis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu

mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap cahaya.

Empat penerima cahaya dalam tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom, penerima

cahaya UV-B protoklorofilida. Pengaruh cahaya pada perpecahan :


17
1. Produksi klorofil terpacu oleh cahaya

2. Pembukaan daun terpacu oleh cahaya

3. Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya

4. Perkembangan akar terpacu oleh cahaya.

Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang untuk

berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malamnya diselingi ada cahaya dalam

waktu singkat. Yang paling efektif adalah cahaya merah jauh yang menghambat

pembangunan tumbuhan hari pendek. Cahaya merah memacu perkecambahan biji-

bijian, tetapi cahaya merah jauh dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang

gelombangnya lebih panjang dari cahaya merah 700-800 nm (diatas 760 tidak terlihat

oleh infra merah dekat). Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm), pigmen cahaya

biru dapat diubah oleh cahaya merah menjadi Pfr (730 nm) yang dapat menyerap

cahaya merah jauh (warna hijau zaitun), dan pigmen biru bisa dihasilkan oleh Pfr.

Fitokrom merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm 120 kDa

Polipeptid tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik kromofor yang menempel

pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad tetrapirol rantai terbuka,

tersebut serupa dengan pigemen pikobulin untuk fotosintesis ganging merah dan

dianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr Kriptokrom penerima

cahaya biru atau UV A panjang gel antara 320-400 nm. Kriptokrom antara 320-599

nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara protein dan riboflavin), diduga bersatu

dengan prot sitokrom pada membran plasma. Puncak kerjanya di daerah biru-ungu 450

nm (Arghya,N. 2012).

5. Fototropisme.

18
Fototropisme adalah pergerakan tanaman yang dipengaruhi oleh rangsangan

cahaya. Contoh dari Fototropisme adalah pertumbuhan koleoptil rumput menuju arah

datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari tanaman

monokotil yang berfungsi pelindung lembaga yang baru tumbuh. Cholodny dan Went

menjelaskan bahwa cahaya menyebabkan terjadinya pemindahan auksin secara lateral

dari bagian yang terkena cahaya menuju bagian yang tidak terkena cahaya. Dengan

demikian, jumlah auksin di bagian yang gelap akan lebih banyak daripada di bagian

yang terang. Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan

kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat

dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya penyebaran auksin

yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas

merupakan fotoreseptor yang memicu respons pertumbuhan. Fotoreseptor adalah

molekul pigmen yang disebut kriptokrom dan sangat sensitif terhadap cahaya biru.

Namun, para ahli menyukai bahwa fototropisme tidak hanya dipengaruhi oleh

fotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai macam hormon .

6. Fotorespirasi

Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang dibangkitkan oleh

penerimaan cahaya yang diteriman oleh daun. Kebutuhan energy dan ketersediaan

oksigen dalam sel juga mempengaruhi fotorespirasi. Walaupun menyerupai respirasi

biasa yaitu proses oksidasi yang melibatkan oksigen, mekanisme respirasi karena

rangsangan cahaya, dan ini agak berbeda dan dianggap sebagai proses fisiologi

tersendiri. Proses yang disebut juga “asimilasi cahaya oksidatif” ini terjadi pada sel

mesofil daun dan diketahui merupakangejala umum pada tumbuhan C3,seperti pada

19
tanaman kedelai dan padi. Lebih jauh proses ini hanya terjadi pada stroma dari

kloroflas dan didukung oleh peroksison dan mitokondria.

Agus dan Mulyadi. (2014) Secara kimia ,proses fotorespirasi merupakan

cabang dari jalur glikolat. Enzim utama yang terlibat adalah enzim yangsama

dalamproses reaksi gelap fotosintese, Rubisco (ribolosa bifosfat karboksilase-

oksigenase . Rubisco memiliki dua sisi aktif : sisikarboksilase yang aktif pada

fotosintese dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses yang

terjadi pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP),

danjuga dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion magnesium danderajat

keasaman sel. Dengandemikian fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu

kondisi yang tidak disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi energy.

Jika kadar CO2 dalam sel rendah karena meningkatnya penyinaran dansuhu sehngga laju

produksi oksigen sangat tinggi danstomata menutup, RuBP akandipecah oleh Rubico

menjadi P-glicolat (dengan melibatkan satu molekul air menjadi glicolat danP-OH). P-

gliserat akan difosforilasi oleh ADP sehingga membentuk ATP. P- glicolat memasuki

proses agak rumit menuju peroksima, lalu mitokondria,lalu kembali ke peroksima untuk

diubah menjadi serin, lalu gliserta. Gliserat masukkembali ke kloroflas untuk diperoses

secara normal oleh Calvin menjadi gliseraldehid-3-fosfat (G3P). (Agus dan Mulyadi. 2014)

Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan sepakat bahwa

fotorespirasi merupakan penyia-nyiakanenergi. Fotorespisasi dianggap bermanfaat

karenamenyediakan CO2 dan NH3 bebas untuk asimilasi ulang, sehingga dianggap

sebagai mekanisme daur ualang (efisiensi). Pendapat lain menyatakan fotorespirasi

tidak memiliki fungsi fisiologis apapun, baik sebagai penyedia asam amino tertentu

(serin dan glisin) maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan karena

20
fotooksidasi (Agus dan Mulyadi. 2014). Seanjutnya dinyatakan karena tidak efisien,

sejumlah tumbuhan mengembangkan mekanisme mencegah fotorespirasi. Untuk

menekan fotorespirasi tumbuhan C4 mengembangkan strategi ruang dengan

memisahkan jaringan yang melakukan reaksi terang (sel mesofil) danreaksi gelap (sel

selubung pembuluh. Sel-sel mesofil tumbuhan C4 tidak memiliki Rubico. Strategi

yang diambil tumbuhan CAM bersifat waktu (temporal),yaitu memisahkan waktu

untuk reaksi terang (pada saat penyinaran penuh) danreaksi gelap (di malam hari).

V. STRATEGI ADAFTASI TUMBUHAN TERHADAP CAHAYA.

Okta,D.W (2013) menyatakan adaptasi tumbuhan terhadap Cahaya kuat,

Beberapa tumbuhan mempunyai karakteritika yang dianggap sebagai adaptasinya

dalam mereduksi merusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supra optimal.

Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya

berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya

oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga

menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.

Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya.

Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau

sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam

kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran. Kedua kondisi cahaya tersebut

memberikan respon yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara anatomis

maupun secara morfologis. Tanaman yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara

umum mempunyai ciri morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman

yang intoleran akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal.
21
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses

metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan tujuannya

sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas

tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara :

(a). Meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit;

contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk

pertumbuhan akar.

(b). Mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan.

Pada tanaman jagung repon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa

penggulungan dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah

melewati stomata, lubang kutikula, dan lenti sel secara fisiologis mulai berkurang.

Empat penerima cahaya dalam tumbuhan (pigmentasi) antara lain :

a. Fitokrom, paling kuat menyerap cahaya merah dan merah jauh. Ada juga fitokrom

menyerap cahaya biru.

b. Kriptokrom, sekelompok pigmen yang serupa mampu menyerap cahaya biru dan

panjang gelombang ultraviolet 320-400 nm, karena peran pentingnya pada

kriptogram (tumbuhan tak berbunga).

c. Penerima cahaya UV-B, senyawa tak dikenal/bukan pigmen yang menyerap radiasi

UV 280-320 nm.

d. Protoklorofilida a, pigmen cahaya yang menyerap cahaya merah dan biru, bias

reduksi menjadi klorofil Aa (Ramli, 1989).

22
VI. KARAKTERISTIK TUMBUHAN BERDASARKAN KEBUTUHAN
CAHAYA.

Okta,D.W (2013) menyatakan berdasarkan kebutuhan dan adaptasi tanaman

terhadap radiasi matahari, pada dasarnya tanaman dapat dibagi dalam 2 kelompok

yaitu :

1. Heliophyta.

Tumbuhan yang teraptasi untuk hidup pada tempat-tempat dengan intensitas

cahaya yang tinggi disebut tumbuhan jeliofita. Tanaman-tanaman golongan ini sudah

barang tentu tidak akan tumbuh baik bila ternaung oleh tanaman lain. Tanaman padi,

jagung, tebu, ubi kayu, dan sebagaian besar tanaman pertanian termasuk kelompok ini.

2. Sciophyta.

Tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan

titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita),

metabolisme dan respirasinya lambat. Tanaman kopi misalnya, ia tumbuh baik pada

intensitas sekitar 30-50 persen dari radiasi penuh. Tanaman coklat tumbuh baik pada

intensitas sekitar 20 persen dari radiasi penuh. Dengan demikian kedua jenis tanaman

ini membutuhkan naungan untuk tanaman tersebut. Salah satu yang membedakan

tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan

tinggi dalam membentuk klorofil.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Arghya.N. 2012. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman.


https://sustainablemovement,wordpres.com/2013/ Pengaruh -cahaya -terhadap -
pertumbuhan –tanaman.

2. Okta, D.W. 2013. Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Tumbuhan.


http:// oktadwijaya,blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-cahaya-matahari-
terhadap,html.

3. Agus dan Mulyadi. 2014. Pengaruh Radiasi Surya pada Tanaman. http://agusz-
mulyadi.blogspot.co.id/2014// pengaruh –radiasi-surya -pada –tanaman.html.

4. Jumin,H.B. 2008. Agroekologi : Suatu pendekatan fisiologi. Jakarta. Rajawali Pres

5. Syafei,E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam.ITB.Bandung.

6. Sallisbury,F.B dan Ross.C.W.1992. Plant Physiologi .Wadsworth Publishing.


Company Belmont. California.

7. Wirakusumah,S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu


Lingkungan. Universitas Indonesia.Jakarta..

24

Anda mungkin juga menyukai