Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU KEALAMAN DASAR

EKOLOGI TUMBUHAN

OLEH :

SYAFRIANI BUANA

13897/09

Pend.Tata Boga

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kapada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
izinnya kepada penulis, berkat limpahan rahmat dan karunia-NYA lah penulis bisa
menyelesaikan penulisan Makalah Ilmu Kealaman Dasar. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar. Melalui penulisan makalah ini penulis
mengharapkan akan menambah wawasan mahasiswa tentang ekologi tumbuhan dalam

Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari dorongan moril dan materil dari
berbagai pihak, maka sudah selayaknyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing beserta rekan-rekan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan
serta ilmu kepada penulis. Semoga bimbingan, dorongan, serta bantuan sekalian menjadi
amal kebaikan dan menjadi berkah disisi Allah SWT. Amin ya rabbal’alamin.

Padang, juli 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................1


1.2 Rumusan masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................3
1.4 Manfaat ......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Cahaya ......................................................................................2


2.2 Suhu ......................................................................................6
2.3 Air ......................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................18


3.2 Saran ....................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae.
Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan
sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses
fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu menghasilkan
makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis dan
menghasilkan kanji. Sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan dalam beberapa segi
termasuk sel tumbuhan mempunyai dinding sel.

Pemencaran atau penyebaran pada tumbuhan erat kaitannya dengan reproduksi


karena yang dipencarkan umumnya adalah alat reproduksi tumbuhan, misalnya buah
dan biji. Suatu jenis tumbuhan dapat tersebar atau terdistribusi pada daerah yang luas
karena tumbuhan tersebut mampu memencarkan diri. Daerah tempat penyebaran suatu
jenis tumbuhan disebut daerah distribusi. Pemencaran atau penyebaran pada
tumbuhan berfungsi untuk memperluas daerah distribusinya dan untuk mengurangi
persaingan untuk mendapatkan cahaya dan air diantara sesama anggota suatu jenis
tumbuhan.

1.2 Tujuan makalah


a. Mengetahui pengertian ekologi tumbuhan
b. Memahami bagian-bagian dari ekologi tumbuhan
c. Memahami hubungan dari masing-masing bagian
BAB II

PEMBAHASAN

Ekologi Tumbuhan (Cahaya, Suhu, dan Air)

2.1 Cahaya

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber


energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor
cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:

1. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.


2. Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
3. Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar
setiap hari.
1. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang-
gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan
bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok
antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor
ekologi yang penting.

Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang


gelombang antara 0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi
cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang
merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.

Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti
untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru
diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat
atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh
fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang
jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu
mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu
bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang

2. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting


sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial
maupun dalam waktu/temporal.

Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering


(zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang
rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar
dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam
ketebalan minimum.

Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada
garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus
lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya
yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.

a) Kepentingan Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu


vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini
akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan
sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas
cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang
kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu
metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein.
b) Titik Kompensasi

Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus


menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang
memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat
respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju
fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua
proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.

Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan


karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi
dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan
untuk setiap jenis tumbuhan.

c) Heliofita dan Siofita

Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan


intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya
tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan
titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh
(siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan
tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki
kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.

d) Cahaya Optimal bagi Tumbuhan

Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila


cahaya melebihi titik kompensasinya.

e) Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat

Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai


adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi,
kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya
yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai
pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya
ke jaringan yang lebih dalam. 

3. Lama Penyinaran

Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari
suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari
fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.

Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme


akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim
panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12
jam pada musim dingin.

Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan


berbunga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a) Tumbuhan berkala panjang

Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam


untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.

b) Tumbuhan berkala pendek

Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam


untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.

c) Tumbuhan berhari netral

Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk


proses perbungaannya, misalnya tomat. Apabila beberapa tumbuhan
terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal, maka
pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah
khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme
ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan
akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor
lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor
pembatas.

 2.2 SUHU

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh


terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan
pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu
dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol
laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung
dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan
mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi
juga laju kehilangan air dari organisme.

Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu


sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi
panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan
dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.

Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk
menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum,
minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.

1. Variasi suhu

Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus


berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan,
suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi
suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi
local berdasarkan topografi dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan
ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi
hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga
perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.

Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ),
bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi
suhu di alam tempat tumbuhan hidup.

Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung
pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala
geologi.

Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih
banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi,
dengan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah
suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah terjadi
penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan
dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan
bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada,
sedangkan reradiasi berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan
bumi lebih rendah dari suhu udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan
fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di
daerah antara ombak di tepi pantai.

Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :

a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak
panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang
diserap.
b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama
erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah
makin lambat suhu berubah
c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak
dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan
tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan
sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu mereduksi
pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban
udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang
dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada
malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh
lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak
bervegetasi.
d. Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya
pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota
sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara
merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang
bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
e. Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50
dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.

Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman


maupun harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan
fungsi tumbuhan.

Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu
antara 00 C sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan
mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang diperlukan untuk
aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup
dikenal dengan suhu kardinal.

Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya


karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan
udara sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman
di tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C,
sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 20 C
– minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa mentoleransi
suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai
kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan
di daratan.

Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi


terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga
keadaan musim.

 2.3 AIR

Tanaman kekurangan air dapat mengakibatkan kematian, sebaliknya kelebihan


air dapat menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya
udara pada tanah yang tergenang. Kebutuhan air perlu mendapat perhatian, karena
pemberian air yang terlalu banyak akan mengakibatkan padatnya permukaan tanah,
terjadinya pencucian unsur hara, dan dapat pula terjadi erosi aliran permukaan dan
erosi percikan. Erosi ini bila curah hujan tinggi dan penyiraman yang banyak pada
musim kemarau.

Perlakuan volume pemberian air mmemberikan pengaruh yang sangat nyata


dan terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Perlakuan semakin sedikitnya
pemberian volume air menunjukkan suhu udara yang meningkat. Hal ini dikarenakan
kandungan air dalam tanah dan di udara tidak dapat mempertahankan suhu dan
kelembaban. Penambahan volume air sangat erat hubungannya dengan ketersediaan
air dalam tanah. Air yang dikandung oleh tanah sebagai lengas tanah akan
mempengaruhi keadaan di sekitar perakaran yang akan mempengaruhi pula laju
evapotranspirasi. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap keadaan suhu udara di atas
permukaan tanah.

Penambahan volume air akan menambah kebasahan tanah dan memperbaiki


kondisi lingkungan untuk mencapai keadaan optimal sehingga kelembaban tanah tetap
terjaga. Banyaknya air yang diberikan pada tanah sangat berpengaruh terhadap
kelembaban tanah. Persediaan air tanah dalam bentuk kelembaban air tanah
tergantung pada curah hujan atau besarnya volume siraman yang diberikan pada
tanah. Penambahan volume air pada batas tertentu akan meningkatkan kandungan uap
air udara, dengan demikian akan menurunkan suhu udara. Pemberian air pada
tanaman juga dapat menurunkan suhu udara yang berada di sekitarnya. Jadi
pemberian volume 1 liter air tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan suhu
udara, tetapi pada pemberian volume 3 liter air sudah memberikan pengaruh terhadap
penurunan suhu udara.

Pengaruh volume pemberian air pada kelembaban udara menunjukkan bahwa


peningkatan volume pemberian air akan meningkatkan kelembaban udara dan
berbanding terbalik dengan suhu udara. Hal ini diasumsikan bahwa semakin banyak
volume air yang diberikan pada tanah, jumlah air yang akan menguap juga bertambah,
sehingga kandungan uap air di udara di atas permukaan tanah akan meningkat dan
kelembaban udaranya juga meningkat. Pada suhu udara yang rendah, udara
mengandung uap air dalam jumlah yang banyak yang berarti pula mempunyai
kelembaban udara yang tinggi. Volume air yang diberikan secara teratur melalui
penyiraman akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman.

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun
juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air
mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan
yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah
hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan.

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta
km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air
tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es
(glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui
siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi, 2003).

1. Sifat air
Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu.

a) Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa
maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair.
Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`Air yang
berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang karena
adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga tiap molekul
air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas.
b) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas
ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah
terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan
juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.
c) Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah energi
yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20 oC. Sedangkan panas
laten fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu
0oC. Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten
fusi adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini
penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun
melalui proses transpirasi.
d) Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen
harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air
akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air dalam
keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air
lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah
yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini
menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan unsur hara
terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu
mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke luar
tubuh.
e) Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik
antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan
polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan daya
tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik
antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat
diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga
menyebabkan adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air
mampu membasahi suatu bahan secara baik.
f) Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini
berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah
dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini
mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim dingin hanya
membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan
hidup.

2. Jenis –jenis air

Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:

a) Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan
tanah dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan
akifer yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable
(mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus
berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence time)
berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis
dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh
dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air/impermeable.
Sedangkan air tanah artesis merupakan air tanah yang letaknya sangat jauh di
dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
b) Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan
bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut,
sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan
mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa.
Pada umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-
0,01 m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung
lama. Perairan mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus
yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0
m/detik.
3. Sumber air

Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara
langsung atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :

a. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi
secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air
PDAM yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air PDAM ini kadang
belum tersedia diberbagai tempat.
b. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di
udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori
dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu,
kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran talang/genteng rumah
di tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor
dan pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu
awal penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang
diberi saringan dari ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak
dahulu.
c. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air
mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul
keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi
geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya kualitasnya baik
dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum
diminum.
d. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam
bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau
menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
a) Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan
menaikkan airnya dengan ditimba.
b) Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
c) Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
e. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air
irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat
dipakai sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air
permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan
pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan
melarut di air permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum
diminum air permukaan perlu diolah terlebih dahulu sampai benar-benar
aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum.

4. Siklus air

Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai


fase, mulai dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara
meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer bumi. Air
terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter. Bila seluruh uap air
berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi
akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di
atmosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam
bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan
yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.

Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi
setiap saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud,
sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal (Tersiawan, 2005). Secara
garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi, transpirasi, kondensasi,
presipitasi dan perkolasi.

Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian
akan mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan
bermuara di laut atau di danau. Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir
di dalam tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.

Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari
akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari
makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air
mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang kemudian digerakkan oleh
angin.

Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki


tekanan temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini
melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk
naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin rendah apabila semakin
tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai
titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali
ke bumi sebagai air hujan (presipitasi).

Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih
rendah, dan sebagian diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus menuju ke laut
atau ke danau dan apabila terkena sinar matahari akan menguap ke udara dan
membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian dibawa oleh angin dan
mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air yang
berulang secara bergantian.

5. Peranan Air bagi Tumbuhan

Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan
yaitu antara lain :

a) Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari


semua makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun
atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi tetap
dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi metabolisme.
b) Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringan-
jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup
air, maka sel-sel tersebut akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada
dalam sel tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu tekanan yang
disebut tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan
menyebabkan sel mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan
menyebabkan terjadinya proses plasmolisis.
c) Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut
materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi dan nutrisi
tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air.
d) Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses
transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya
sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut dan
menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga suhu tanaman
menjadi konstan.
e) Pelarut dan medium reaksi biokimia
f) Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran
sel)
g) Bahan baku fotosintesis

6. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim

Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang
tinggi bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan.
Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik daerah
tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya akan memperlihatkan penyesuaian
dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya tergantung pada
tumbuhan tersebut.

Mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya terhadap air,


yaitu antara lain :

a) Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah
yang tergenang secara permanen.
b) Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan
berkadar garam tinggi.
c) Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
d) Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang
tidak terlalu ekstrim.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi ekologi merupakan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya


yang mempengaruhi makhluk hidup itu sendiri.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh kesempurnaan masih banyak
kesalahan baik dalam penulisan ataupun penyampaian bahasa, kalimat, dll dalam
makalah ini, oleh karena itu penulis mengundang kritik dan saran dari rekan sekalian
yang sifatnya membangun makalah ini kedepannya, serta agar dapat dijadikan
pelajaran kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Pollock, S. 2000. Jendela IPTEK Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka.

Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP
Singaraja.

Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : PPLP Tenaga Kependidikan.

Sutrisno, dkk. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta.

Tersiawan, M. 2005. Air Hujan Sebagai Air Bersih. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama.

Widarto, L. 1996. Membuat Alat Penjernihan Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta :


Penerbit Universitas Indonesia

http://herrywidayat.files.wordpress.com, Juni 17, 2011

http://ekotumb0709.blogspot.com, Jumat, 25 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai