SILVIKA
Di susun oleh :
NPM : E1B017074
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
1
Daftar Isi
Lampiran .............................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Di hutan juga, suasana yang dirasakan berbeda dengan suasana diluar hutan, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan iklim yang disebut iklim mikro. Iklim mikro adalah
iklim yang terjadi pada daerah yang kecil, lebih kecil dari iklim itu sendiri. Iklim tersebut
didapatkan karena adanya kanopi. Lapisan-lapisan kanopi yang terdapat didalam hutan sering
juga disebut stratum (tingkat/story) atau lapisan tajuk. Dapat juga disebut stratifikasi hutan .
Secara umum, udara lantai hutan lebih sejuk dari pada kanopi pada siang hari,
walaupun sama pada malam hari dikarenakan lantai hutan merupakan stratifikasi paling
bawah. Di dalam lantai hutan tersimpan biji yang biasa disebut seed bank yang berfungsi
untuk regenerasi secara alami dan sangat berpengaruh besar.
Adanya seed bank akan terbentuknya suatu tumbuhan yang ditandai dengan adanya
daun pada tumbuhan tersebut. Namun pada umumnya daun akan tumuh bukan berarti
serangan penyakit hilang, tetapi ada predator yang akan memakan daun tersebut sebut saja
Herbivori.
3
1.2 Tujuan
Acara 1 :
Melihat proses suksesi ekosistem hutan dengan membandingkan unit vegetasi pada
lahan terbuka atau baru berkembang dengan unit vegetasi hutan dewasa.
Acara 2 :
Mendata faktor lingkungan fisik dalam kawasan hutan yang tertutup vegetasi dan
membandingkan dengan faktor lingkungan fisik pada areal yang lebih terbuka.
Acara 3 :
Mengetahui klasifikasi pohon di dalam hutan yang sesungguhnya atas dasar
kedudukan didalam hutan.
Acara 4 :
Mengetahui jumlah atau sebaran dari suatu jenis dalam tingkatan-tingkat hidupnya
persatuan luas.
Acara 5 :
Mengetahui bentuk-bentuk adaptasi tumbuhan bawah terhadap iklim mikro dalam
hutan cahaya yang rendah.
Acara 6 :
Mengetahui bentuk-bentuk bunga dan kemungkinan bentuk atau agen populasi,
bentuk-bentuk buah dan kemungkinan penyebaran, serta evektifitas bank biji di lantai
hutan.
Acara 7 :
Mengetahui spesific leaf area (SLA) jenis-jenis tumbuhan dihutan dan
menghubungkannya dengan karakteristik tumbuhan tersebut secara umum.
Acara 8 :
Mengetahui tingkat predasi daun pada tumbuhan bawah hutan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari sudut pandang ekologis, Barnez et all (1997) mendefinisikan hutan sebagai
suatu sistem ekologi tiga dimensi yang di dominasi oleh pohon dan vegetasi berkayu yang
berada dalam interaksi dinamis dengan matriks udara dari bentang alamnya. Pemerintah
Indonesia dalam UU no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan juga mendefinisikan hutan dari
sudut pandang ekologis, yaitu: Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
1. Suksesi adalah proses teratur dari perkembangan komunitas yang cukup terarah dan
karenanya dapat di ramalkan.
2. Suksesi merupakan akibat dari modifikasi lingkungan fisik oleh komunitas, artinya suksesi
di kontrol oleh komunitas, meskipun lingkungan fisik menentukan pola, laju perubahan, dan
seringkali menentukan batas akhir yang dapat di capai oleh perkembangan tersebut.
3. Suksesi memuncak pada ekosistem yang stabil dimana terjadi akumulasi biomassa (atau
nilai informasi tinggi) dan fungsi simbiotik yang maksimum antar organisme per unit aliran
energi yang tersedia.
5
Menururt Odum (1992), berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat
dibedakan dua macam suksesi yaitu :
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat
berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan
oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan
minyak bumi). Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa
lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana.
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan/substrat seperti
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas
pionir.
Di hutan juga, suasana yang dirasakan berbeda dengan suasana diluar hutan, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan iklim yang disebut iklim mikro. Iklim mikro adalah
iklim yang terjadi pada daerah yang kecil, lebih kecil dari iklim itu sendiri. Iklim mikro di
hutan ditandai dengan adanya perbedaan sifat-sifat iklim yang mencolok antara di dalam dan
6
di luar hutan. Perbedaan itu antara lain dari segi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah
hujan, dll. Semua itu bernilai positif di hutan. Artinya, iklim yang terbentuk di dalam hutan
sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (irwan, 2003).
Daerah dengan iklim tropis merupakan daerah yang secara keseluruhan memiliki
suhu yang hangat sepanjang tahun. Perubahan suhu antara siang dan malam lebih tinggi dari
pada perubahan suhu antar musim. Iklim makro ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh iklim
tropis (golley, 1991). Namun, sesuai dengan definisi hutan yang lain, yakni asosiasi tumbuhan
yang didominasi tumbuhan berkayu dan menciptakan iklim mikro, maka iklim yang terbentuk
dalam kawasan hutan mempunyai fungsi penting.
Pepohonan yang membentuk tajuk hutan akan menentukan iklim di dekat permukaan
tanah dan juga di bawah tajuk yang kemudian disebut dengan iklim mikro. Setiap tegakan
yang rapat mempunyai lapisan tajuk atas yang berwarna hijau yang biasa disebut kanopi.
Lapisan-lapisan kanopi yang terdapat didalam hutan sering juga disebut stratum
(tingkat/story) atau lapisan (layer) jadi yang dimaksud dengan stratum disini adalah suatu
lapisan pohon yang tajuk-tajuknya tidak sama tinggi terletak diantara suatu batas tertentu.
Kanopi kontinyu apabila tajuk-tajuk bersentuhan kearah samping dan tidak kontinyu apabila
tajuk-tajuk terpisah jauh (KHT-213, 2016).
7
2.5 Acara V. Karakteristik Tumbuhan Lantai Hutan
Selain itu, perlu diketahui bahwa pohon-pohon yang dianggap berkuasa atau
dominan dalam suatu tegakan hutan menduduki posisi tajuk (kanopi) paling atas. Pada posisi
paling bawah disebut lantai hutan, dimana suhu dan kelembaban relatif pada lantai hutan
berbeda secara nyata dengan kanopi pada siang hari. Secara umum, udara lantai hutan lebih
sejuk dari pada kanopi pada siang hari, walaupun sama pada malam hari (archibold, 1995).
Lantai Hutan adalah lapisan yg terdiri dari bagian tumbuh-tumbuhan yg telah mati
seperti guguran daun, tangkai, ranting, dahan, cabang, kulit kayu, bunga, kulit, onak dan
sebagainya, yg menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan-bahan tersebut
mengalami dekomposisi (resosoedarmo, 1989).
Di dalam lantai hutan tersimpan biji yang biasa disebut seed bank yang berfungsi
untuk regenerasi secara alami dan sangat berpengaruh besar. Adanya seed bank akan
terbentuknya suatu tumbuhan yang ditandai dengan adanya daun pada tumbuhan tersebut. Hal
ini disebabkan Karena bank biji merupakan kumpulan biji yang tersimpan pada lantai hutan
yang akan berkembang melalui berbagai proses secara alami dan membutuhkan waktu yang
lama. Namun perkembangan biji didahului dengan perkembangan organ regeneratif bunga
dan buah. Proses pembuahan bunga sampai ke pemasakan buah menentukan apakah biji akan
dihasilkan dan mampu tumbuh (KHT-213, 2016). Biji memegang peranan penting dalam
komunitas tumbuhan. Biji memainkan fungsi krusial dalam kesinambungan populasi
tumbuhan, walaupun ada perbedaan untuk kelompok tumbuhan yang berbeda (vazquez-yanes
dan orozco-segovia, 1993).
Biji yang tumbuh akan menjadi tumbuhan yang memiliki akar, batang, ranting, daun,
bunga dan buah. Daun merupakan bagian dari organ tumbuhan yang sangat penting sebagai
tempat menangkap energi cahaya untuk fotosintesis , respirasi dan merupakan alat
perkembangbiakan vegetative. Dengan peran tersebut daun berpotensi diserang oleh berbagai
penyakit, biasanya hama oleh jamur, bakteri, dan herbivori, hama yang menyerang daun
memiliki bentuk infeksi yang bervariasi (sadili, 2010).
8
2.8 Acara VIII. Herbivori (Predasi Daun dan Biji)
Herbivori adalah konsumsi tanaman oleh hewan yang disebut herbivor. Ada dua cara
tanaman mempertahankan diri dari serangan herbivor tersebut, yaitu pertahanan fisik atau
mekanik pada permukaan tumbuhan, dan pertahanan kimia (wardani, 2001).
Selain berpengaruh terhadap kerusakan daun dan tunas apikal, herbivori juga
menyangkut beberapa mekanisme tambahan penting berupa penampilan vegetasi. Serangga
secara nyata memengaruhi panjang usia daun, waktu gugur daun, dan kualitas serasah daun,
terutama pada bibit tumbuhan yang masih muda. Cara yang cepat dan murah untuk
membandingkan area kerusakan daun antar berbagai sampel adalah metode langsung dalam
satu kali pengamatan (wardani, 2001).
9
BAB III
METODOLOGI
Tali
Meteran
Plastik
Kamera
Alat pengukur (cahaya, pH tanah, kelembapan, dan suhu)
Alat tulis
a) Membuat areal terbuka atau baru berkembang (semak-semak) dengan petak ukur
dalam suatu wilayah dengan cara Nested Sampling 20×20 m untuk pohon dan tiang
(diameter di atas 10 cm), dan 5×5 m untuk tingkat sapihan (diameter dibawah 10 cm,
tetapi tinggi diatas 3 m) dan 2×2 m untuk anakan (tinggi sampai dengan 3 m).
Antara regu satu dengan yang lainnya membuat plot yang bersambung dengan jarak
antar petak ukur 20 meter.
b) Mencatat jenis tumbuhan yang diamati (spesies, genus, atau family). Catat juga
tumbuhannya (berkayu, herba atau rumput-rumputan). Jika tidak diketahui cukup
dengan membuat spesies a, b, c dst.
c) Menggambar proyeksi horizontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan yang
ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas cabang dan
tinggi totalnya.
d) Mengukur dan mendata faktor fisik dilokasi pengamatan, yang terdiri dari intensitas
cahaya matahari, kelembaban dan temperature udara, pH tanah serta intensitas angin.
10
e) Membandingkan data yang dikumpulkan dengan data yang dikumpulkan untuk
praktikum dalam kawasan hutan.
a) Membuat plot 20×20 m. Antara regu satu dengan yang lainya diharapkan membuat
plot yang bersambung dengan jarak antar petak ukur 20 m.
b) Ukur dan catat faktor fisik dilokasi pengamatan, yang terdiri dari intensitas cahaya
matahari, kelembaban dan tempertature udara, pH tanah serta intensitas angin.
a) Lakukan pengamatan pohon-pohon dan tiang (diameter diatas 20 cm) pada plot 20 x
20 myang telah dibuat pada pengamatan iklim mikro hutan. Catat (species, genus, atau
family).
b) Gambar proyeksi horizontal dan verticalnya pada kertas millimeter blok dari setiap
tingkatan yang ada.
c) Mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi bebas cabang dan tinggi totalnya.
d) Untuk menentukan suatu pohon termasuk kedalam kelas dominan, kodominan,
intermidiet, tertekan dan mati, maka amatilah pohon-pohon yang termasuk kedalam
petak ukur tersebut, kemudian dilihat dan gambar pada millimeter blok lebar tajuknya,
sehingga dapat dilihat dari mana pohon tersebut mendapatkan sinar matahari.
e) Catat jenis pohon serta ukurannya.
a) Dalam petak ukur 20 x 20 m pada pengamatan tingkat pohon dan tiang pada acara III
buatlah Nested Sampling. 5 x 5 m untuk tingkat sapihan (diameter dibawah 10 cm,
tinggi diatas 3 m). 2 x 2 m untuk anakan (tinggi sampai dengan 3 meter).
b) Catat jenis tumbuhan yang diamati (species, genus, dan family) dan juga sifat
tumbuhannya (berkayu, herba, rumput-rumputan).
c) Mengambar proyeksi horizontal dan vertikalnya dari setiap tingkatan yang ada.
d) Mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi bebas cabang dan tinggi totalnya.
11
3.3.5 Acara V. Karakteristik Tumbuhan Lantai Bawah Hutan
a) Amati dan perhatikan dan ambil gambar tumbuh-tumbuhan bawah yang berada dalam
petak 20 x 20 m yang telah dibuat pada acara sebelumnya.
b) Menilai bentuk karakteristrik tumbuhan bawah yang merupakan adaptasi hidup di
bawah naungan.
c) Mengukur ukuran daun dan penyusunan daun (melingkar, tidak saling menaungi)
dengan menggunakan ImageJ.
a) Perhatikan dan foto gambar bunga dan buah, baik yang masih di tumbuhan atau yang
sudah jatuh ke tanah dalam petak 20 x 20 m yang telah dibuat di kawasan hutan pada
praktikum sebelumnya.
b) Analisis bentuk, warna dan karakteristrik lainnya dari bunga dan buah tesebut, dan
kemudian apa kemungkinan bentuk polinasi atau penyebaran (polinasi sendiri atau
bantuaan agen lain dan apa agennya) serta kemungkinan bentuk dispersal buah/biji
(gravitasi/jatuh saja, launching atau lewat agen prnyebaran)
c) Ukur dimensi (panjang dan lebar) buah dan biji.
d) Ambil sampel tanah topsoil pada 5 lokasi di plot 20 x 20 m. 4 di pojok plot dan 1
ditengah. Kemudian kumpulkan tanah-tanah tersebut dalam plastic sampel dan
dibawa ke laboratorium.
e) Setelah di laboratorium, bersihkan tanah dari tumbuhan, kemudian tanah dibagi dua.
Satu bagian disebar di satu wadah percobaan, bagi wadah tersebut menjadi 6 bagian.
Dan satu bagian lagi dimasukan kedalam oven mnggunakan wadah percobaan selama
40 menit, dan bagi wadah tersebut menjadi 6 bagian juga.
f) Amati selama 3 minggu dengan menyiram percobaan tersebut agar kelembabannya
stabil tetapi jangan terlalu kebanyakan air, foto perkembangan tumbuhan yang ada
pada wadah tersebut setiap minggunya. Pada minggu ketiga, hitung jumlah tumbuhan
yang tumbuh pada setiap bagian wadah percobaan dan kemudian dimasukkan kedalam
oven untuk ditimbang berat keringnya. Jadi percobaan tersebut terdapat dua perlakuan
yakni oven dan tidak dioven dan masing-masing perlakuan punya 6 ulangan. Variable
yang diamati ada 2, yakni jumlah yang tumbuh dan berat kering. Analisis hasilnya
dengan menggunakan uji t.
12
3.3.7 Acara VII. Fungsi Ekologi Hutan
a) Mengambil sampel dan pilih 5 individu dari spesies yang berbeda pada tumbuhan atas
dan 5 individu dari spesies yang berbeda pada tumbuhan bawah yang terdapat pada
petak 20 x 20 m yang telah dibuat di kawasan hutan pada praktikum sebelumnya.
b) Mengambil dan Memilih 10 daun yang berkembang penuh, sehat dan tidak ada
predator daun dari individu-individu tersebut. Kemudian daun tersebut disimpan pada
plastic sampel, membagi untuk setiap individu pada plasik sampel yang berbeda dan
mencatat spesies apa dan termasuk tumbuhan bawah atau atas. Kemudian bawa ke
laboratorium.
c) Memfoto setiap daun dengan kamera digital agar mempunya resolusi gambar yang
bagus. Daun yang difoto harus disertai dengan standar panjang yang diketahui misal
dalam satuan cm, foto daun tersebut jangan sampai menyentuh satuan panjang dan
usahakan foto serapi mungkin jangan sampai garis standar ukuran miring karna dapat
mempengarui standar ukuran.
d) Menganalisis luas setiap daun dengan menggunakan program ImageJ.
e) Memberi nomor setiap daun tersebut dengan menggunakan spidol atau pensil dan
kemudian daun tersebut dikering ovenkan selama ± 24 jam. Kemudian menimbang
berat kering daun-daun yang dikering oven maka akan didapat data setiap daun yaitu
luas dan berat keringnya.
f) Kemudian menghitung SLA (specific leaf area) daun-daun tersebut dengan rumus :
𝒂𝒓𝒆𝒂
SLA = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈
a) Memilih 10 individu dari species yang berbeda dari tumbuhan bawah yang terdapat
predasi daun pada petak 20 x 20 m yang telah dibuat di kawasan hutan pada praktikum
sebelumnya.
b) Mengamati daun-daun pada individu-individu tersebut. Hitung daun yang terserang
herbivori dan hitung jumlah total daun pada individu tersebut.
c) Mengamati dan catat predator apa yang menyerang daun pada tumbuhan tersebut.
d) Mengambil daun-daun yang terserang dan masukan ke plastic sampel, pisahkan
masing-masing individu tersebut, kemudian daun-daun tersebut dibawa ke
laboratorium.
13
e) Setiap daun yang terserang herbivori yang dikoleksi difoto dengan kamera digital.
Daun yang difoto harus disertai dengan standar panjang yang diketahui misal dalam
satuan cm, foto daun tersebut jangan sampai menyentuh satuan panjang dan usahakan
foto serapi mungkin jangan sampai garis standar ukuran miring karna dapat
mempengarui standar ukuran.
f) Menganalisis Luas daun dengan program komputer ImageJ.
14
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 SuksesiEkosistem
SifatFisik
a. Plot 20 m x 20 m
2,7 1,1
2,4
b. Plot 5 m x 5 m
0,5 1,2
1
2 B 1,2 M 3,2 M 4,9 0,7 Berkayu
15
1 0,6
1,1
3 C 1,5 M 4M 9 1 Berkayu
0,7 0,9
1,2
4 D 1M 3,7 M 6 0,7 Berkayu
1,1 1
0,6
5 E 2,5 M 3,5 M 6,5 1,1 Berkayu
1,2 0,9
0,8
6 F 1,6 M 3,8 M 7,1 1 Berkayu
0,9 1
0,9
7 G 1,2 M 4M 5,5 4 Berkayu
0,7 0,5
0,9
8 H 0,9 M 4M 5,6 0,6 Berkayu
0,9 0,7
0,7
16
9 I 1.5 M 3,9 M 4,1 0,8 Berkayu
0,8 0,9
0,9 0,4
0,8
11 K 1,9 M 3,7 M 8 0,4 Berkayu
1 0,8
0,7
12 L 1,3 M 3,8 M 6,5 0,4 Berkayu
1 0,7
0,8
13 M 1,6 M 3,4 M 4 0,6 Berkayu
1 0,8
0,5
14 N 1,3 M 3,2 M 3,1 0,7 Berkayu
0,4 0,9
1
15 O 1,5 M 4M 7,1 0,7 Berkayu
17
0,8 0,7
0,4
16 P 2,5 M 4M 7,3 1 Berkayu
0,6 0,9
1
17 Q 1,6 M 3.9 M 8,1 1 Berkayu
0,5 0,6
0,8
18 R 1,9 M 3,7 M 9 0,9 Berkayu
0,6 0,8
0,6
19 S 1,6 M 3,5 M 10 1 Berkayu
0,7 1
0,8
C. plot 2 m x 2 m
18
7 G 50 TidakBerkayu
4.1.2 IklimMikroHutan
Hutanterbuka
HutanTertutup
19
M
4,8 6
5,7
2 B 40,76 9,3 M 2,6 M 3 Dominan
6,2 4
3,8
3 C 22,07 15,7 M 8,9 M 2,7 Dominan
4 3
2,2
4 D 24,84 13 M 7,2 M 2,2 Dominan
1,6 3
3
5 E 30,89 15,2 M 9,2 M 3 Kodominan
4 5
4,7
6 F 35,55 16,6 M 7,2 M 4,3 Dominan
3 3,8
3,5
7 G 39,49 15,7 M 9,8 M 5 Dominan
6,1 4,26
20
4,3
8 H 34,71 12 M 8,9 M 4 Dominan
3 5
4,6
9 I 29,77 14,7 M 10,4 3 Dominan
M
2 4
4.1.4 StratifikasiHutan
a. Plot 20 m x 20 m
5,7
2 B 40,76 9,3 M 2,6 M 3 Dominan
6,2 4
3,8
3 C 22,07 15,7 M 8,9 M 2,7 Dominan
4 3
2,2
21
4 D 24,84 13 M 7,2 M 2,2 Dominan
1,6 3
3
5 E 30,89 15,2 M 9,2 M 3 Kodominan
4 5
4,7
6 F 35,55 16,6 M 7,2 M 4,3 Dominan
3 3,8
3,5
7 G 39,49 15,7 M 9,8 M 5 Dominan
6,1 4,26
4,3
8 H 34,71 12 M 8,9 M 4 Dominan
3 5
4,6
9 I 29,77 14,7 M 10,4 3 Dominan
M
2 4
b. Plot 5 m x 5 m
22
NO JenisSpesies Diameter ( cm ) Tinggi Total LuassTajuk Keterangan
1 A 5,09 5 1 Dominan
0,7 0,9
0,5
2 B 3,82 6 0,8 Kodominan
1,2 0,9
1,1
3 C 2,54 3,2 0,5 Kodominan
0,9 0,4
0,8
4 D 4,14 4,3 0,7 Kodominan
0,4 0,7
0,8
5 E 2,86 3,8 0,6 Dominan
0,5 0,8
1
6 F 2,22 3,2 0,9 Dominan
0,7 0,7
0,8
c. Plot 2 m x 2 m
23
No JenisSpesies Tinggi Total
( cm )
1 A 50
2 B 48
3 C 30
4 D 29
5 E 58
4.1.5 KarakteristikTumbuhanLantaiHutan
N Gambar Identifikasi
O
1 Dauntidakberukuranlebar,tetapipanjang
,susunadaunmelingkarsepertimenjari.sehinggasetiapdauntidaktertutupidaunl
ainnyauntukmenangkapcahaya
2 Daunberukurantidakterlalulebar
,susunandaunyamelingkarsehinggatidakmenutupisatusama lain
gunauntukmemaksimalkancahaya yang ada
3 Daunberukukurankecil,susunandaunmelingkar,berwarnahijautidaktertutupise
hinggamemaksimalkanchaya yang datang
4 Daunberukuransedang,susunandaunmelingkarsepertimenjari
,karakteristikwarnahijaudanmemilikibulu,tidakdinaungipohon,sehinggacahay
alangsungterpancarmengenailangsungtumbuhan
24
5 Daunberukuranlebarberwarnahijautuatidaktertutupidaun lain /
melingkarsehinggacahayadapatmudahterpancar
6 Daunberbentuklonjong
,penyusunanmelingkar,daunbewarnahijaudanpermukaandaunlicin,tidakterna
ungisehinggacahaya bias langsungmengenai
25
3 Buahberbentukbulat, Burun Angina
berwarnahijaudantermasukdalamtipebuahbunni. g Gravitas
Terletakdiujung,danbuahbakalbunga yang akanmekar i
b. Bank biji
Tanah basah
Minggu Ke A1 A2 A3 A4 A5 A6 Gambar
Minggu Ke 1 0 0 0 0 0 0
5 November
2018
Minggu Ke 2 2 6 0 2 3 3
12 November
2018
26
Minggu Ke 3 3 8 0 3 5 4
19 November
2018
Minggu Ke 4 3 7 1 2 4 2
26 November
2018
Minggu Ke 5 3 7 2 2 5 2
3 Desember
2018
Tanah kering
Minggu Ke A1 A2 A3 A4 A5 A6 Gambar
Minggu Ke 1 0 0 0 0 0 0
6 November
2018
27
Minggu Ke 2 2 5 0 1 2 2
13 november
2018
Minggu Ke 3 2 7 0 1 4 3
20 november
2018
Minggu Ke 4 2 7 0 3 4 3
27 November
2018
Minggu Ke 5 3 7 1 3 4 3
4 Desember
2018
4.1.7 FungsiEkologiDaun
28
1 S.A 1 1,10 191,82 174,38
29
7 S.A 7 0,75 171,06 153,166
30
14 S.B 4 0,59 66.78 113,18
31
20 S.B 10 0,59 47,229 0,89
32
26 S.C 6 0,23 25,523 110,95
33
33 S.D 3 0,49 112,380 229,34
34
39 S.D 9 0,49 66,287 136,44
35
46 S.E 6 0,10 29,515 259,6
36
52 S.A.B 2 0,15 11,887 79,2
37
60 S.A.B 10 0.07 7,687 109,7
38
68 S.B.B 8 0.11 24,325 243,2
39
75 S.C.B 5 0,17 22,222 130,70
40
82 S.D.B 2 0,14 39,461 281,85
41
91 S.E.B 1 0.01 14,435 144,3
42
99 S.E.B 9 0,05 16,118 333,2
4.1.8 Herbivori
PersentaseKerusakanDaun
DaunRusak
43
1 A 0,053 29,564 0,17 %
44
I 0,201 14,716 0,45 %
45
D 0,042 7,732 0,54 %
46
C 0,155 29,744 0,005 %
47
C 1,091 107,095 0,01 %
48
7 A 0.330 12,318 2,66 %
49
8 A 0,064 37,887 0,168 %
50
D 3,295 48,448 6,801 %
51
B 0,102 31,427 0,32 %
52
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada acara 1 di dapatkan bahwa areal yang kami amati pada
plot 20m x 20m masih tergolong lahan baru berkembang. Ini dibuktikan dengan adanya areal
yang masih terlihat tanah merahnya dan belum tertutup oleh rumput atau seresah. Namun
apabila kita masuk ke dalam areal tersebut, sudah banyak tumbuhan yang menutupi areal
seperti hasil yang didapati pada plot 2m x 2m yaitu anakan yang berdiameter kecil. Juga
terlihat pada proyeksi vertikal dimana baru 2 pohon saja yang berada di plot areal 20m x 20m.
Areal yang kami amati termasuk dari suksesi sekunder, sebagaimana yang telah di
jelaskan Odum (1992) Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas
tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan/substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal,
tetapi tidak dari komunitas pionir. Suksesi sekunder adalah suksesi yang berawal dari areal
yang sebelumnya merupakan komunitas, misalnya suksesi tanah-tanah kosong bekas ladang
yang di tinggalkan.
Pengamatan pada acara 2 masih di lokasi yang sama dengan acara 1. Namun hanya
mengamati faktor lingkungan fisik. Kelembaban udara , temperatur, pH tanah dan intensitas
cahaya . Faktor tersebut merupakan komponen iklim mikro dimana sifat iklim di dalam dan di
luar hutan sangat berbeda, dan pada waktu diluar hutan dapat dirasakan bahwa temperatur
udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan yang didalam hutan. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan Irawan (2003) yaitu perbedaan dari segi suhu, kelembaban, intensitas
cahaya, curah hujan, dll. Semua itu bernilai positif di hutan. Artinya, iklim yang terbentuk di
dalam hutan sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pengamatan pada acara 3 berbeda tempat dengan acara 1 dan 2 dimana pada areal ini
merupakan plot hutan tertutup. Dapat dilihat pada proyeksi vertikal dan horizontal yang telah
ada dihasil praktikum, bahwa stratifikasi hutan dapat dilihat dengan mudah dengan kedua
proyeksi tersebut.
53
Klasifikasi hutan pada praktikum ini dapat dilihat dari dominan (pohon tertinggi),
kodominan (pohon terendah) dan intermediet (tertekan). Pepohonan yang membentuk tajuk
hutan akan menentukan iklim didekat permukaan tanah dan juga di bawah tajuk yang
kemudian disebut dengan iklim mikro. Setiap tegakan yang rapat mempunyai lapisan tajuk
atas yang berwarna hijau yang biasa disebut kanopi.
Pada tingkatan pohon dikanopi, secara vertikal vegetasi hutan memiliki struktur
penyusun mulai dari lantai hutan sampai kekanopi. Pada proyeksi vertikal telah diperjelas
bahwa pohon B dan pohon C termasuk pada kelompok pohon dominan, sedangkan pohon D
dan E termasuk pohon kodominan. Pohon A termasuk pohon intermediet dikarenakan
kekurangan unsur hara, ditandai oleh lantai hutan yang bersih dan tidak tertutup oleh
rerumputan.
Menurut sibarani (2010) Struktur vertikal sangat dipengaruhi oleh bentuk hidup (life
form) tumbuhan penyusun (ukuran, cabang dan daun) yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh gradien cahaya secara vertikal. Struktur ini juga dipengaruhi oleh tahapan pertumbuhan
pohon penyusun hutan.
Pada acara ini mengamati karakteristik tumbuhan lantai hutan, dimana terdapat 5
tumbuhan yang memiliki ciri yang berbeda mulai dari daun yang berukuran panjang 6 cm –
12 cm, dengan lebar daun 3 cm – 5 cm. Lantai hutan rata hanya mendapat satu persen
cahayadari atas kanopi yang sampai ke lantai hutan, sehingga tumbuhan perlu beradaptasi
untuk mendapatkan cahaya Secara umum Archibold (1995), menyimpulkan udara lantai hutan
lebih sejuk dari pada kanopi pada siang hari, walaupun sama pada malam hari.
54
4.2.6 Acara VI. Ekologi Bunga, Buah dan Bank Biji
Plot 20m x 20m yang kami amati terdapat 2 bunga yang termasuk kedalam bunga
majemuk dan berada di ujung tangkai, namun keduanya berbeda.
Menurut buku penuntun praktikum silvika KHT-213 (2016) biji memegang peranan
penting dalam komunitas tumbuhan. Biji memainkan fungsi krusial dalam kesinambungan
populasi tumbuhan yang berbeda. Biji merupakan agen reproduksi tumbuhan, penyebaran
dalam sebuah komunitas, atau menyebar ke area dan habitat lain. Namun, perkembangan biji
didahului dengan perkembangan organ generative bunga dan buah. Apa yang terjadi pada fase
ini, seperti pembuhan bunga sampai ke pemasakan buah menentukan apakah biji akan
dihasilkan dan mampu tumbuh. Distribusi tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat alami biji dan
reproduksi vegetatif.
Data hasil tanah tanah yang kami ambil dari lapangan, tanah tersebut dijadikan 2
jenis, yaitu dijemur dan tidak dijemur. Pengamatan dilakukan selama 3 minggu untuk
mengamati apakah ada bank biji atau tidak. Pada tanah yang di jemur tumbuh 1 biji dan pada
tanah yang tidak di jemur juga tumbuh 1 biji, dimana 2 biji tersebut merupakan bukti adanya
bank biji atai seedbank.
Sadili (2010) mengatakan biji yang tumbuh akan menjadi tumbuhan yang memiliki
akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Daun merupakan bagian dari organ tumbuhan
yang sangat penting sebagai tempat menangkap energi cahaya untuk fotosintesis , respirasi
dan merupakan alat perkembangbiakan vegetatif.
Daun dalam kaitannya pada fungsi ekologi memegang berperan penting dalam
proses fotosintesis. Organ tumbuhan ini berperan langsung dalam pengikatan CO2 dan sangat
tergantung pada cahaya matahari. Karena itu, daun mengalami proses ekofisiologi yang
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan internal tanaman. Laju fotosintesis,
pertumbuhan dan mekanisme pertahananan tumbuhan dapat diprediksi melalui karakteristik
daun. Salah satu metode yang dipakai adalah menghitung SLA (Specific Leaf Area).
Tumbuhan dengan SLA rendah biasanya memliki investasi tinggi dalam hal struktur fisik dan
dapat hidup dalam jangka waktu yang cukup lama.
55
SLA juga lebih tinggi yaitu pada tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan
sumber daya yang kaya. Dalam pengamatan acara 7 fungsi ekologi daun, kami mengambil
foto daun yang kami ambil dilapangan dan mencari luas dari daun tersebut agar bisa di
dapatkan nilai SLA nya.
Untuk mencari luas daun tersebut kami menggunakan aplikasi ImageJ. Sampel daun
yang di ambil adalah 10 jenis daun tumbuhan atas (masing-masing 10) dan 10 jenis daun
𝑨𝒓𝒆𝒂
tumbuhan bawah (masing-masing 10). Rumus perhitungan SLA = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕𝑲𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈
Pada hasil pengamatan acara 8 telah didapatkan data persentase kerusakan daun
dalam bentuk tabel dan telah terpampang jelas % kerusakan pada setiap spesies. Predator
yang kami temui pada lokasi yaitu ulat, ulat bulu dan semut.
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Intersepsi cahaya yang berbeda antara tajuk dan lantai hutan serta variasi temperatur
merupakan faktor pembeda dari lingkungan fisik areal tertutup dan terbuka. Dimana areal
tertutup memiliki tajuk yang rapat sedangkan pada areal terbuka tidak, sehingga kelembaban
diantara kedua areal tersebut berbeda.
Klasifikasi pohon hutan dapat dilihat dari kedudukan proyeksi penampang baik
horizontal dan vertikal. Pengklasifikasian (pengelompokan) tersebut dibagi menjadi 3
kelompok yaitu dominan (pohon tertinggi), kodominan (pohon terendah) dan intermediet
(tertekan).
57
5.1.6 Acara VI. Ekologi Bunga, Buah dan Bank Biji
Distribusi tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat alami biji dan reproduksi vegetatif.
Tumbuhan dengan biji ringan mungkin terdistribusi secara luas. Sebaliknya, tumbuhan
dengan biji berat atau memiliki kecenderungan bereproduksi secara vegetatif akan
mengelompok dekat dengan pohon induk. Biji dapat tumbuh dan berkembang biak dimana-
mana berkat bantuan angin dan perantara hewan misalnya burung, dan gravitasi untuk
penyebarannya, pengamatan ini dilakukan pada tumbuhan yang berada dilahan terbuka dan
lahan tertutup.
58
5.2 Saran
Praktikum silvika ini memerlukan ketelitian, ketelatenan dan pemahaman yang lebih,
untuk itu setiap praktikan untuk dapat membaca terlebih dahulu buku panduan yang telah
dibagikan kepada praktikan, sehingga waktu praktikum dilapangan dapat mengikuti jalannya
praktikum dengan baik. Apabila praktikan masih kurang jelas atas apa yang diperintahkan
dosen maka jangan segan untuk bertanya pada asisten dosen.
Praktikan pada saat didalam hutan hendaknya memiliki tata krama, tidak berteriak-
teriak yang tidak jelas dan tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan membuat keributan yang
sangat tidak wajar.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84