Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN PRAKTIKUM

SILVIKA

Di susun oleh :

Nama : Tiaramadhani Putri Karina

NPM : E1B017074

Dosen Pengampu: 1. Yansen, S.Hut., M.Sc., Ph.D

2. Guswarni Anwar, Ir., MP. PhD

Asisten Dosen :1. Daniel Sianturi (E1B014039)

2. Dara Mustika (E1B014042)

Kelompok :10 ( sepuluh )

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2018

1
Daftar Isi

Halaman Judul .....................................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................

1.1 Latar Belakang Dan Tinjauan Pustaka ...........................................................


1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................

BAB III. METODOLOGI ...................................................................................................

3.1 Waktu dan Tempat .........................................................................................


3.2 Alat dan Bahan ...............................................................................................
3.3 Cara Kerja ......................................................................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................

4.1 Hasil Pengamatan ...........................................................................................


4.2 Pembahasan ....................................................................................................

BAB V. PENUTUP .............................................................................................................

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................

5.2 Saran ..................................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................................

Lampiran .............................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak adalah
hutan. Pada dasarnya hutan merupakan suatu areal luas yang banyak ditumbuhi pepohonan
dan memiliki suasana yang khas yaitu sejuk dan nyaman. Hutan sudah pasti memiliki suasana
yang khas, sebab itu mengapa kadang orang-orang kadang jenuh hidup di daerah perkotaan
dan memilih solusi dengan melakukan rekreasi ke tempat – tempat rekreasi yang berkonsep
hutan. Namun hutan yang sekarang ini tidaklah sealami dahulu. Tetapi kebanyakan hutan
tumbuh dari proses suksesi. Sama seperti bentuk-bentuk ekosistem lainnya, hutan tropis
mengalami dinamika. Salah satu bentuk dinamika tersebut adalah suksesi. Suksesi terjadi
menyusul adanya gangguan terhadap komunitas yang membuka ruang yang cukup luas dalam
komunitas ekologi.

Di hutan juga, suasana yang dirasakan berbeda dengan suasana diluar hutan, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan iklim yang disebut iklim mikro. Iklim mikro adalah
iklim yang terjadi pada daerah yang kecil, lebih kecil dari iklim itu sendiri. Iklim tersebut
didapatkan karena adanya kanopi. Lapisan-lapisan kanopi yang terdapat didalam hutan sering
juga disebut stratum (tingkat/story) atau lapisan tajuk. Dapat juga disebut stratifikasi hutan .

Secara umum, udara lantai hutan lebih sejuk dari pada kanopi pada siang hari,
walaupun sama pada malam hari dikarenakan lantai hutan merupakan stratifikasi paling
bawah. Di dalam lantai hutan tersimpan biji yang biasa disebut seed bank yang berfungsi
untuk regenerasi secara alami dan sangat berpengaruh besar.

Adanya seed bank akan terbentuknya suatu tumbuhan yang ditandai dengan adanya
daun pada tumbuhan tersebut. Namun pada umumnya daun akan tumuh bukan berarti
serangan penyakit hilang, tetapi ada predator yang akan memakan daun tersebut sebut saja
Herbivori.

Dari pernyataan-pernyataan diatas timbul banyak pertanyaan, sehingga penulis


tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana proses suksesi tersebut berjalan hingga
lahan yang rusak di tumbuhi tumbuhan berkayu.

3
1.2 Tujuan
 Acara 1 :
Melihat proses suksesi ekosistem hutan dengan membandingkan unit vegetasi pada
lahan terbuka atau baru berkembang dengan unit vegetasi hutan dewasa.
 Acara 2 :
Mendata faktor lingkungan fisik dalam kawasan hutan yang tertutup vegetasi dan
membandingkan dengan faktor lingkungan fisik pada areal yang lebih terbuka.
 Acara 3 :
Mengetahui klasifikasi pohon di dalam hutan yang sesungguhnya atas dasar
kedudukan didalam hutan.
 Acara 4 :
Mengetahui jumlah atau sebaran dari suatu jenis dalam tingkatan-tingkat hidupnya
persatuan luas.
 Acara 5 :
Mengetahui bentuk-bentuk adaptasi tumbuhan bawah terhadap iklim mikro dalam
hutan cahaya yang rendah.
 Acara 6 :
Mengetahui bentuk-bentuk bunga dan kemungkinan bentuk atau agen populasi,
bentuk-bentuk buah dan kemungkinan penyebaran, serta evektifitas bank biji di lantai
hutan.
 Acara 7 :
Mengetahui spesific leaf area (SLA) jenis-jenis tumbuhan dihutan dan
menghubungkannya dengan karakteristik tumbuhan tersebut secara umum.
 Acara 8 :
Mengetahui tingkat predasi daun pada tumbuhan bawah hutan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dari sudut pandang ekologis, Barnez et all (1997) mendefinisikan hutan sebagai
suatu sistem ekologi tiga dimensi yang di dominasi oleh pohon dan vegetasi berkayu yang
berada dalam interaksi dinamis dengan matriks udara dari bentang alamnya. Pemerintah
Indonesia dalam UU no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan juga mendefinisikan hutan dari
sudut pandang ekologis, yaitu: Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2.1 Acara I. Suksesi Ekosistem

Sama seperti bentuk-bentuk ekosistem lainnya, hutan tropis mengalami dinamika.


Salah satu bentuk dinamika tersebut adalah suksesi. Suksesi dapat diartikan sebagai
pergantian suatu komunitas dengan komunitas lain sepanjang waktu, dan biasanya menuju
suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks (Smith, 1986). Suksesi terjadi menyusul
adanya gangguan terhadap komunitas yang membuka ruang yang cukup luas dalam
komunitas ekologi. Gangguan ekosistem dapat didefinisikan sebagai satu peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang mengakibatkan berubahnya hubungan, baik secara temporal
maupun spasial, antara organisme dan habitatnya dari keadaan alami.

Odum (1969) mendefinisikan suksesi dengan menggunakan tiga parameter yaitu


sebagai berikut:

1. Suksesi adalah proses teratur dari perkembangan komunitas yang cukup terarah dan
karenanya dapat di ramalkan.

2. Suksesi merupakan akibat dari modifikasi lingkungan fisik oleh komunitas, artinya suksesi
di kontrol oleh komunitas, meskipun lingkungan fisik menentukan pola, laju perubahan, dan
seringkali menentukan batas akhir yang dapat di capai oleh perkembangan tersebut.

3. Suksesi memuncak pada ekosistem yang stabil dimana terjadi akumulasi biomassa (atau
nilai informasi tinggi) dan fungsi simbiotik yang maksimum antar organisme per unit aliran
energi yang tersedia.

5
Menururt Odum (1992), berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat
dibedakan dua macam suksesi yaitu :

1. Suksesi Primer

Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat
berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan
oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan
minyak bumi). Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa
lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana.

2. Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan/substrat seperti
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas
pionir.

Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari


peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi,
banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan.
Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan
(Atobasahona, 2015)

Menurut teori konvensional, proses suksesi pada akhirnya mencapai keseimbangan


dengan lingkungan. Komunitas yang seimbang dan relatif stabil ini dinamakan komunitas
klimaks. Pengamatan awal mengenai suksesi menunjukan bahwa suksesi yang berlangsung di
daerah yang iklimnya sama akan menghasilkan komunitas klimaks yang sama (wiryono,
2009;90).

2.2 Acara II. Iklim Mikro Hutan

Di hutan juga, suasana yang dirasakan berbeda dengan suasana diluar hutan, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan iklim yang disebut iklim mikro. Iklim mikro adalah
iklim yang terjadi pada daerah yang kecil, lebih kecil dari iklim itu sendiri. Iklim mikro di
hutan ditandai dengan adanya perbedaan sifat-sifat iklim yang mencolok antara di dalam dan

6
di luar hutan. Perbedaan itu antara lain dari segi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah
hujan, dll. Semua itu bernilai positif di hutan. Artinya, iklim yang terbentuk di dalam hutan
sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (irwan, 2003).

Daerah dengan iklim tropis merupakan daerah yang secara keseluruhan memiliki
suhu yang hangat sepanjang tahun. Perubahan suhu antara siang dan malam lebih tinggi dari
pada perubahan suhu antar musim. Iklim makro ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh iklim
tropis (golley, 1991). Namun, sesuai dengan definisi hutan yang lain, yakni asosiasi tumbuhan
yang didominasi tumbuhan berkayu dan menciptakan iklim mikro, maka iklim yang terbentuk
dalam kawasan hutan mempunyai fungsi penting.

2.3 Acara III. Proyeksi Penampang dan Klasifikasi Pohon Hutan

Pepohonan yang membentuk tajuk hutan akan menentukan iklim di dekat permukaan
tanah dan juga di bawah tajuk yang kemudian disebut dengan iklim mikro. Setiap tegakan
yang rapat mempunyai lapisan tajuk atas yang berwarna hijau yang biasa disebut kanopi.
Lapisan-lapisan kanopi yang terdapat didalam hutan sering juga disebut stratum
(tingkat/story) atau lapisan (layer) jadi yang dimaksud dengan stratum disini adalah suatu
lapisan pohon yang tajuk-tajuknya tidak sama tinggi terletak diantara suatu batas tertentu.
Kanopi kontinyu apabila tajuk-tajuk bersentuhan kearah samping dan tidak kontinyu apabila
tajuk-tajuk terpisah jauh (KHT-213, 2016).

2.4 Acara IV. Stratifikasi Hutan

Pengamatan stratifikasi hutan hujan tropis tidak mudah dilakukan. Namun,


stratifikasi pohon dapat lebih mudah menggunakan pembuatan diagram profil yaitu proyeksi
dan proyeksi horizontal dari pohon-pohon yang ada didalam jalur yang telah dibuat. Sehingga
dengan mudah mengklasifikasikan pohon didalam hutan berdasarkan kedudukannya didalam
hutan. Stratifikasi kanopi merupakan salah satu konsep tertua dalam ekologi hutan tropis.
Konsep ini telah dikembangkan sejak permulaan abad ke-19. Metode tertua dan paling
banyak digunakan untuk mengkaji stratifikasi/arsitektur kanopi adalah diagram profil hutan
secara vertikal dan horizontal. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh Watt (1924) pada
hutan temperate. Struktur vertikal sangat dipengaruhi oleh bentuk hidup (life form) tumbuhan
penyusun (ukuran, cabang dan daun) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh gradien
cahaya secara vertikal. Struktur ini juga dipengaruhi oleh tahapan pertumbuhan pohon
penyusun hutan (sibarani, 2010).

7
2.5 Acara V. Karakteristik Tumbuhan Lantai Hutan

Selain itu, perlu diketahui bahwa pohon-pohon yang dianggap berkuasa atau
dominan dalam suatu tegakan hutan menduduki posisi tajuk (kanopi) paling atas. Pada posisi
paling bawah disebut lantai hutan, dimana suhu dan kelembaban relatif pada lantai hutan
berbeda secara nyata dengan kanopi pada siang hari. Secara umum, udara lantai hutan lebih
sejuk dari pada kanopi pada siang hari, walaupun sama pada malam hari (archibold, 1995).

Lantai Hutan adalah lapisan yg terdiri dari bagian tumbuh-tumbuhan yg telah mati
seperti guguran daun, tangkai, ranting, dahan, cabang, kulit kayu, bunga, kulit, onak dan
sebagainya, yg menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan-bahan tersebut
mengalami dekomposisi (resosoedarmo, 1989).

2.6 Acara VI. Ekologi Bunga, Buah dan Bank Biji

Di dalam lantai hutan tersimpan biji yang biasa disebut seed bank yang berfungsi
untuk regenerasi secara alami dan sangat berpengaruh besar. Adanya seed bank akan
terbentuknya suatu tumbuhan yang ditandai dengan adanya daun pada tumbuhan tersebut. Hal
ini disebabkan Karena bank biji merupakan kumpulan biji yang tersimpan pada lantai hutan
yang akan berkembang melalui berbagai proses secara alami dan membutuhkan waktu yang
lama. Namun perkembangan biji didahului dengan perkembangan organ regeneratif bunga
dan buah. Proses pembuahan bunga sampai ke pemasakan buah menentukan apakah biji akan
dihasilkan dan mampu tumbuh (KHT-213, 2016). Biji memegang peranan penting dalam
komunitas tumbuhan. Biji memainkan fungsi krusial dalam kesinambungan populasi
tumbuhan, walaupun ada perbedaan untuk kelompok tumbuhan yang berbeda (vazquez-yanes
dan orozco-segovia, 1993).

2.7 Acara VII. Fungsi Ekologi Daun

Biji yang tumbuh akan menjadi tumbuhan yang memiliki akar, batang, ranting, daun,
bunga dan buah. Daun merupakan bagian dari organ tumbuhan yang sangat penting sebagai
tempat menangkap energi cahaya untuk fotosintesis , respirasi dan merupakan alat
perkembangbiakan vegetative. Dengan peran tersebut daun berpotensi diserang oleh berbagai
penyakit, biasanya hama oleh jamur, bakteri, dan herbivori, hama yang menyerang daun
memiliki bentuk infeksi yang bervariasi (sadili, 2010).

8
2.8 Acara VIII. Herbivori (Predasi Daun dan Biji)

Herbivori adalah konsumsi tanaman oleh hewan yang disebut herbivor. Ada dua cara
tanaman mempertahankan diri dari serangan herbivor tersebut, yaitu pertahanan fisik atau
mekanik pada permukaan tumbuhan, dan pertahanan kimia (wardani, 2001).

Pada herbivori serangga merupakan fungsi pengatur penting dalam ekologi


ekosistem hutan, khususnya di daerah tropis. Serangga dan herbivora lain penghuni beberapa
bagian pohon berperan dalam meningkatkan laju daur nutrien sistem hutan. Dengan bantuan
hujan, materi padat seperti kotoran serangga, bagian daun yang dijatuhkan herbivora, dan
guguran daun muda semakin cepat menuju lantai hutan. Meledaknya jumlah serangga
herbivora pada masa tertentu, secara signifikan meningkatkan kadar nitrogen pada skala
ekosistem (wardani, 2001).

Namun terkadang herbivori serangga gagal menyerang terhadap tumbuhan yang


menjadi target sasaran karena tumbuhan dilindungi oleh metabolit sekunder. Kebanyakan
metabolit sekunder terutama tannin terakumulasi pada vakuola atau dinding sel tumbuhan
selama hidupnya. Tannin merupakan salah satu bentuk pertahanan metabolit sekunder pada
mangrove yang tidak bisa dicerna oleh kebanyakan serangga herbivora (wardani, 2001).

Selain berpengaruh terhadap kerusakan daun dan tunas apikal, herbivori juga
menyangkut beberapa mekanisme tambahan penting berupa penampilan vegetasi. Serangga
secara nyata memengaruhi panjang usia daun, waktu gugur daun, dan kualitas serasah daun,
terutama pada bibit tumbuhan yang masih muda. Cara yang cepat dan murah untuk
membandingkan area kerusakan daun antar berbagai sampel adalah metode langsung dalam
satu kali pengamatan (wardani, 2001).

9
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Minggu, 4 November 2018

Pukul : 08.00- selesai

Tempat : Taman Hutan Raya Rajolelo Bengkulu Tengah

3.2 Alat dan Bahan

 Tali
 Meteran
 Plastik
 Kamera
 Alat pengukur (cahaya, pH tanah, kelembapan, dan suhu)
 Alat tulis

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Acara I. Suksesi Ekosistem

a) Membuat areal terbuka atau baru berkembang (semak-semak) dengan petak ukur
dalam suatu wilayah dengan cara Nested Sampling 20×20 m untuk pohon dan tiang
(diameter di atas 10 cm), dan 5×5 m untuk tingkat sapihan (diameter dibawah 10 cm,
tetapi tinggi diatas 3 m) dan 2×2 m untuk anakan (tinggi sampai dengan 3 m).
Antara regu satu dengan yang lainnya membuat plot yang bersambung dengan jarak
antar petak ukur 20 meter.
b) Mencatat jenis tumbuhan yang diamati (spesies, genus, atau family). Catat juga
tumbuhannya (berkayu, herba atau rumput-rumputan). Jika tidak diketahui cukup
dengan membuat spesies a, b, c dst.
c) Menggambar proyeksi horizontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan yang
ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas cabang dan
tinggi totalnya.
d) Mengukur dan mendata faktor fisik dilokasi pengamatan, yang terdiri dari intensitas
cahaya matahari, kelembaban dan temperature udara, pH tanah serta intensitas angin.
10
e) Membandingkan data yang dikumpulkan dengan data yang dikumpulkan untuk
praktikum dalam kawasan hutan.

3.3.2 Acara II. Ilkim Mikro Hutan

a) Membuat plot 20×20 m. Antara regu satu dengan yang lainya diharapkan membuat
plot yang bersambung dengan jarak antar petak ukur 20 m.
b) Ukur dan catat faktor fisik dilokasi pengamatan, yang terdiri dari intensitas cahaya
matahari, kelembaban dan tempertature udara, pH tanah serta intensitas angin.

3.3.3 Acara III. Proyeksi Penampang Dan Klasifikasi Pohon Hutan

a) Lakukan pengamatan pohon-pohon dan tiang (diameter diatas 20 cm) pada plot 20 x
20 myang telah dibuat pada pengamatan iklim mikro hutan. Catat (species, genus, atau
family).
b) Gambar proyeksi horizontal dan verticalnya pada kertas millimeter blok dari setiap
tingkatan yang ada.
c) Mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi bebas cabang dan tinggi totalnya.
d) Untuk menentukan suatu pohon termasuk kedalam kelas dominan, kodominan,
intermidiet, tertekan dan mati, maka amatilah pohon-pohon yang termasuk kedalam
petak ukur tersebut, kemudian dilihat dan gambar pada millimeter blok lebar tajuknya,
sehingga dapat dilihat dari mana pohon tersebut mendapatkan sinar matahari.
e) Catat jenis pohon serta ukurannya.

3.3.4 Acara IV. Stratifikasi Hutan

a) Dalam petak ukur 20 x 20 m pada pengamatan tingkat pohon dan tiang pada acara III
buatlah Nested Sampling. 5 x 5 m untuk tingkat sapihan (diameter dibawah 10 cm,
tinggi diatas 3 m). 2 x 2 m untuk anakan (tinggi sampai dengan 3 meter).
b) Catat jenis tumbuhan yang diamati (species, genus, dan family) dan juga sifat
tumbuhannya (berkayu, herba, rumput-rumputan).
c) Mengambar proyeksi horizontal dan vertikalnya dari setiap tingkatan yang ada.
d) Mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi bebas cabang dan tinggi totalnya.

11
3.3.5 Acara V. Karakteristik Tumbuhan Lantai Bawah Hutan

a) Amati dan perhatikan dan ambil gambar tumbuh-tumbuhan bawah yang berada dalam
petak 20 x 20 m yang telah dibuat pada acara sebelumnya.
b) Menilai bentuk karakteristrik tumbuhan bawah yang merupakan adaptasi hidup di
bawah naungan.
c) Mengukur ukuran daun dan penyusunan daun (melingkar, tidak saling menaungi)
dengan menggunakan ImageJ.

3.3.6 Acara VI. Ekologi Bunga, Buah Dan Bank Biji

a) Perhatikan dan foto gambar bunga dan buah, baik yang masih di tumbuhan atau yang
sudah jatuh ke tanah dalam petak 20 x 20 m yang telah dibuat di kawasan hutan pada
praktikum sebelumnya.
b) Analisis bentuk, warna dan karakteristrik lainnya dari bunga dan buah tesebut, dan
kemudian apa kemungkinan bentuk polinasi atau penyebaran (polinasi sendiri atau
bantuaan agen lain dan apa agennya) serta kemungkinan bentuk dispersal buah/biji
(gravitasi/jatuh saja, launching atau lewat agen prnyebaran)
c) Ukur dimensi (panjang dan lebar) buah dan biji.
d) Ambil sampel tanah topsoil pada 5 lokasi di plot 20 x 20 m. 4 di pojok plot dan 1
ditengah. Kemudian kumpulkan tanah-tanah tersebut dalam plastic sampel dan
dibawa ke laboratorium.
e) Setelah di laboratorium, bersihkan tanah dari tumbuhan, kemudian tanah dibagi dua.
Satu bagian disebar di satu wadah percobaan, bagi wadah tersebut menjadi 6 bagian.
Dan satu bagian lagi dimasukan kedalam oven mnggunakan wadah percobaan selama
40 menit, dan bagi wadah tersebut menjadi 6 bagian juga.
f) Amati selama 3 minggu dengan menyiram percobaan tersebut agar kelembabannya
stabil tetapi jangan terlalu kebanyakan air, foto perkembangan tumbuhan yang ada
pada wadah tersebut setiap minggunya. Pada minggu ketiga, hitung jumlah tumbuhan
yang tumbuh pada setiap bagian wadah percobaan dan kemudian dimasukkan kedalam
oven untuk ditimbang berat keringnya. Jadi percobaan tersebut terdapat dua perlakuan
yakni oven dan tidak dioven dan masing-masing perlakuan punya 6 ulangan. Variable
yang diamati ada 2, yakni jumlah yang tumbuh dan berat kering. Analisis hasilnya
dengan menggunakan uji t.

12
3.3.7 Acara VII. Fungsi Ekologi Hutan

a) Mengambil sampel dan pilih 5 individu dari spesies yang berbeda pada tumbuhan atas
dan 5 individu dari spesies yang berbeda pada tumbuhan bawah yang terdapat pada
petak 20 x 20 m yang telah dibuat di kawasan hutan pada praktikum sebelumnya.
b) Mengambil dan Memilih 10 daun yang berkembang penuh, sehat dan tidak ada
predator daun dari individu-individu tersebut. Kemudian daun tersebut disimpan pada
plastic sampel, membagi untuk setiap individu pada plasik sampel yang berbeda dan
mencatat spesies apa dan termasuk tumbuhan bawah atau atas. Kemudian bawa ke
laboratorium.
c) Memfoto setiap daun dengan kamera digital agar mempunya resolusi gambar yang
bagus. Daun yang difoto harus disertai dengan standar panjang yang diketahui misal
dalam satuan cm, foto daun tersebut jangan sampai menyentuh satuan panjang dan
usahakan foto serapi mungkin jangan sampai garis standar ukuran miring karna dapat
mempengarui standar ukuran.
d) Menganalisis luas setiap daun dengan menggunakan program ImageJ.
e) Memberi nomor setiap daun tersebut dengan menggunakan spidol atau pensil dan
kemudian daun tersebut dikering ovenkan selama ± 24 jam. Kemudian menimbang
berat kering daun-daun yang dikering oven maka akan didapat data setiap daun yaitu
luas dan berat keringnya.
f) Kemudian menghitung SLA (specific leaf area) daun-daun tersebut dengan rumus :
𝒂𝒓𝒆𝒂
SLA = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈

3.3.8 Acara VIII. Herbivora (Predasi Daun dan Biji)

a) Memilih 10 individu dari species yang berbeda dari tumbuhan bawah yang terdapat
predasi daun pada petak 20 x 20 m yang telah dibuat di kawasan hutan pada praktikum
sebelumnya.
b) Mengamati daun-daun pada individu-individu tersebut. Hitung daun yang terserang
herbivori dan hitung jumlah total daun pada individu tersebut.
c) Mengamati dan catat predator apa yang menyerang daun pada tumbuhan tersebut.
d) Mengambil daun-daun yang terserang dan masukan ke plastic sampel, pisahkan
masing-masing individu tersebut, kemudian daun-daun tersebut dibawa ke
laboratorium.

13
e) Setiap daun yang terserang herbivori yang dikoleksi difoto dengan kamera digital.
Daun yang difoto harus disertai dengan standar panjang yang diketahui misal dalam
satuan cm, foto daun tersebut jangan sampai menyentuh satuan panjang dan usahakan
foto serapi mungkin jangan sampai garis standar ukuran miring karna dapat
mempengarui standar ukuran.
f) Menganalisis Luas daun dengan program komputer ImageJ.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 SuksesiEkosistem

SifatFisik

IntensitasCahayaMatahari 26,4 w/m2


Kelembapan 72 %
Temperature Udara 32,7 %
Phtanah 6

a. Plot 20 m x 20 m

NO Jenis Tbc Tinggi Diameter LuasTajuk SifatTumbuhan


total ( cm )
1 Spesies A 1,17 M 4,9 M 15,92 1,5 Berkayu

2,7 1,1

2,4

b. Plot 5 m x 5 m

NO JenisSpesies Tbc Tinggi Diameter LuasTajuk SifatTumbuhan


Total ( cm )
1 A 1,6 M 3,5 M 5,5 0,8 Berkayu

0,5 1,2

1
2 B 1,2 M 3,2 M 4,9 0,7 Berkayu

15
1 0,6

1,1
3 C 1,5 M 4M 9 1 Berkayu

0,7 0,9

1,2
4 D 1M 3,7 M 6 0,7 Berkayu

1,1 1

0,6
5 E 2,5 M 3,5 M 6,5 1,1 Berkayu

1,2 0,9

0,8
6 F 1,6 M 3,8 M 7,1 1 Berkayu

0,9 1

0,9
7 G 1,2 M 4M 5,5 4 Berkayu

0,7 0,5

0,9
8 H 0,9 M 4M 5,6 0,6 Berkayu

0,9 0,7

0,7

16
9 I 1.5 M 3,9 M 4,1 0,8 Berkayu

0,8 0,9

10 J 0,8 M 3,1 M 7,5 0,5 Berkayu

0,9 0,4

0,8
11 K 1,9 M 3,7 M 8 0,4 Berkayu

1 0,8

0,7
12 L 1,3 M 3,8 M 6,5 0,4 Berkayu

1 0,7

0,8
13 M 1,6 M 3,4 M 4 0,6 Berkayu

1 0,8

0,5
14 N 1,3 M 3,2 M 3,1 0,7 Berkayu

0,4 0,9

1
15 O 1,5 M 4M 7,1 0,7 Berkayu

17
0,8 0,7

0,4
16 P 2,5 M 4M 7,3 1 Berkayu

0,6 0,9

1
17 Q 1,6 M 3.9 M 8,1 1 Berkayu

0,5 0,6

0,8
18 R 1,9 M 3,7 M 9 0,9 Berkayu

0,6 0,8

0,6
19 S 1,6 M 3,5 M 10 1 Berkayu

0,7 1

0,8

C. plot 2 m x 2 m

No Spesies Tinggi ( CM ) SifatTumbuhan


1 A 30 TidakBerkayu
2 B 32 TidakBerkayu
3 C 40 TidakBerkayu
4 D 18 TidakBerkayu
5 E 32 TidakBerkayu
6 F 34 TidakBerkayu

18
7 G 50 TidakBerkayu

4.1.2 IklimMikroHutan

Lokasi : Taman Hutan Raya RajoLelo, Bengkulu Tengah

Hari/Tanggal : Minggu / 4 November 2018

Plot Ukuran : Hutan Terbuka danHutanTertutup 20 x 20 m, 5 x 5 m, 2 x 2 m

Hutanterbuka

FAKTOR FISIK KETERANGAN


Intensitascahaya 26,4 w/m2
Kelembapanudara 72 %
TemperaturUdara 32,70C
PH Tanah 6

HutanTertutup

FAKTOR FISIK KETERANGAN


Intensitascahaya 76,8 w/m2
Kelembapanudara 81 %
Temperaturudara 31,30C
PH Tanah 4,9

4.1.3 ProyeksiPenampang Dan KlasifikasiPohonHutan

NO SpesiesPohon Diameter Tinggi tbc LuasTajuk Keterangan


( cm ) total
1 A 56,98 19,3 M 14,7 6 Dominan

19
M
4,8 6

5,7
2 B 40,76 9,3 M 2,6 M 3 Dominan

6,2 4

3,8
3 C 22,07 15,7 M 8,9 M 2,7 Dominan

4 3

2,2
4 D 24,84 13 M 7,2 M 2,2 Dominan

1,6 3

3
5 E 30,89 15,2 M 9,2 M 3 Kodominan

4 5

4,7
6 F 35,55 16,6 M 7,2 M 4,3 Dominan

3 3,8

3,5
7 G 39,49 15,7 M 9,8 M 5 Dominan

6,1 4,26

20
4,3
8 H 34,71 12 M 8,9 M 4 Dominan

3 5

4,6
9 I 29,77 14,7 M 10,4 3 Dominan
M
2 4

4.1.4 StratifikasiHutan

a. Plot 20 m x 20 m

NO SpesiesPohon Diameter Tinggi tbc LuasTajuk Keterangan


( cm ) total
1 A 56,98 19,3 M 14,7 6 Dominan
M
4,8 6

5,7
2 B 40,76 9,3 M 2,6 M 3 Dominan

6,2 4

3,8
3 C 22,07 15,7 M 8,9 M 2,7 Dominan

4 3

2,2
21
4 D 24,84 13 M 7,2 M 2,2 Dominan

1,6 3

3
5 E 30,89 15,2 M 9,2 M 3 Kodominan

4 5

4,7
6 F 35,55 16,6 M 7,2 M 4,3 Dominan

3 3,8

3,5
7 G 39,49 15,7 M 9,8 M 5 Dominan

6,1 4,26

4,3
8 H 34,71 12 M 8,9 M 4 Dominan

3 5

4,6
9 I 29,77 14,7 M 10,4 3 Dominan
M
2 4

b. Plot 5 m x 5 m

22
NO JenisSpesies Diameter ( cm ) Tinggi Total LuassTajuk Keterangan
1 A 5,09 5 1 Dominan

0,7 0,9

0,5
2 B 3,82 6 0,8 Kodominan

1,2 0,9

1,1
3 C 2,54 3,2 0,5 Kodominan

0,9 0,4

0,8
4 D 4,14 4,3 0,7 Kodominan

0,4 0,7

0,8
5 E 2,86 3,8 0,6 Dominan

0,5 0,8

1
6 F 2,22 3,2 0,9 Dominan

0,7 0,7

0,8

c. Plot 2 m x 2 m

23
No JenisSpesies Tinggi Total
( cm )
1 A 50
2 B 48
3 C 30
4 D 29
5 E 58

4.1.5 KarakteristikTumbuhanLantaiHutan

N Gambar Identifikasi
O
1 Dauntidakberukuranlebar,tetapipanjang
,susunadaunmelingkarsepertimenjari.sehinggasetiapdauntidaktertutupidaunl
ainnyauntukmenangkapcahaya

2 Daunberukurantidakterlalulebar
,susunandaunyamelingkarsehinggatidakmenutupisatusama lain
gunauntukmemaksimalkancahaya yang ada

3 Daunberukukurankecil,susunandaunmelingkar,berwarnahijautidaktertutupise
hinggamemaksimalkanchaya yang datang

4 Daunberukuransedang,susunandaunmelingkarsepertimenjari
,karakteristikwarnahijaudanmemilikibulu,tidakdinaungipohon,sehinggacahay
alangsungterpancarmengenailangsungtumbuhan

24
5 Daunberukuranlebarberwarnahijautuatidaktertutupidaun lain /
melingkarsehinggacahayadapatmudahterpancar

6 Daunberbentuklonjong
,penyusunanmelingkar,daunbewarnahijaudanpermukaandaunlicin,tidakterna
ungisehinggacahaya bias langsungmengenai

4.1. 6 EkologiBunga,Buah Dan Bank Biji

a. EkologiBunga Dan Buah

N Gambar Identifikasi Polin Penyeb


O asi aran
1 Bungatersusundarisebuahtangkaiataupusatbunga,ter Burun Angin
masukdalmbungamajemuk yang beradadiujung. g
Bungainimemilikiputikdanbenang sari Seran
dalamsatubunga gga
,bungaberwarnaputih,memilikitangkaikecildanbagianat
asruncing
Polinasitermasukpenyerbukan
2 Bungatermasukkedalambungasempurnakarenamemili Kumb Angin
kikelopakdaun, memilikibenang sari danputik,warna ang Gravitas
yang unik, polinasitermasukpenyerbukan Semut i
Kupu-
kkupu
burun
g

25
3 Buahberbentukbulat, Burun Angina
berwarnahijaudantermasukdalamtipebuahbunni. g Gravitas
Terletakdiujung,danbuahbakalbunga yang akanmekar i

4 Buahjikamudaberwarnaorange,dansaattuahitam. Burun Gravitas


Termasukbuahbunni g i
.secaramorfologilapisanpembukusnyalunakdanberair Angina

b. Bank biji

Tanah basah
Minggu Ke A1 A2 A3 A4 A5 A6 Gambar
Minggu Ke 1 0 0 0 0 0 0
5 November
2018

Minggu Ke 2 2 6 0 2 3 3
12 November
2018

26
Minggu Ke 3 3 8 0 3 5 4
19 November
2018

Minggu Ke 4 3 7 1 2 4 2
26 November
2018

Minggu Ke 5 3 7 2 2 5 2
3 Desember
2018

Tanah kering
Minggu Ke A1 A2 A3 A4 A5 A6 Gambar
Minggu Ke 1 0 0 0 0 0 0
6 November
2018

27
Minggu Ke 2 2 5 0 1 2 2
13 november
2018

Minggu Ke 3 2 7 0 1 4 3
20 november
2018

Minggu Ke 4 2 7 0 3 4 3
27 November
2018

Minggu Ke 5 3 7 1 3 4 3
4 Desember
2018

4.1.7 FungsiEkologiDaun

NO NamaSpesies BeratKering LuasDaun SLA ( gr/cm2


BagianAtasdanBawah ( gr ) ( cm2 ) )

28
1 S.A 1 1,10 191,82 174,38

2 S.A 2 0,80 106,64 85,309

3 S.A 3 0,79 1,75 138,915

4 S.A 4 0.94 144,95 136,260

5 S.A 5 0,68 92,41 62,848

6 S.A 6 0,78 148,93 116,188

29
7 S.A 7 0,75 171,06 153,166

8 S.A 8 0,91 116,69 191,829

9 S.A 9 0,81 148,93 94,526

10 S.A 10 1.30 170,73 221,959

11 S.B 1 0,71 146,39 206,18

12 S.B 2 0,63 92,29 146,49

13 S.B 3 0.51 79.66 156,19

30
14 S.B 4 0,59 66.78 113,18

15 S.B 5 0,60 104,75 209,5

16 S.B 6 0.65 59.41 0,72

17 S.B 7 0,59 53,62 91,4

18 S.B 8 0,61 52,67 82,49

19 S.B 9 0.69 66,78 139,46

31
20 S.B 10 0,59 47,229 0,89

21 S.C 1 0,21 30,338 144,42

22 S.C 2 0,19 30,536 160,68

23 S.C 3 0,10 26,479 264,7

24 S.C 4 0,15 30,580 203,86

25 S.C 5 0,19 28,123 14,8

32
26 S.C 6 0,23 25,523 110,95

27 S.C 7 0,21 20,245 88

28 S.C 8 0,18 26,625 147,88

29 S.C 9 0,10 23,095 230,9

30 S.C 10 0,15 19,866 132,40

31 S.D 1 0,41 77,135 188,12

32 S.D 2 0,39 68,480 175,58

33
33 S.D 3 0,49 112,380 229,34

34 S.D 4 0,53 56,326 106,26

35 S.D 5 0,48 53,159 110,72

36 S.D 6 0,45 64,104 142,44

37 S.D 7 0,51 183,925 142,44

38 S.D 8 0,50 68,229 164,54

34
39 S.D 9 0,49 66,287 136,44

40 S.D 10 0,55 103,601 188,54

41 S.E 1 0,28 35,461 126,64

42 S.E 2 0,32 59,72 186,65

43 S.E 3 0,29 52,628 181,44

44 S.E 4 0,15 28,925 259,46

45 S.E 5 0,33 62,990 190,87

35
46 S.E 6 0,10 29,515 259,6

47 S.E 7 0,21 48,939 233,04

48 S.E 8 0,19 42,198 222,05

49 S.E 9 0,08 21,248 265,5

50 S.E 10 0,12 31,191 268,25

51 S.A.B 1 0,05 10,298 205,8

36
52 S.A.B 2 0,15 11,887 79,2

53 S.A.B 3 0,01 6,456 64,5

54 S.A.B 4 0,01 11,44 114,4

55 S.A.B 5 0,08 9,269 115,75

56 S.A.B 6 0,07 11,44 163,73

57 S.A.B 7 0,15 9,412 62,73

58 S.A.B 8 0,08 6,365 79,5

59 S.A.B 9 0,01 12,974 12,97

37
60 S.A.B 10 0.07 7,687 109,7

61 S.B.B 1 0,15 43,166 207,73

62 S.B.B 2 0,08 40,597 507,37

63 S.B.B 3 0,14 34,086 243,42

64 S.B.B 4 0,09 25,514 283,44

65 S.B.B 5 0,10 26,696 266,9

66 S.B.B 6 0,07 34,634 49,47

67 S.B.B 7 0,14 34,079 340,7

38
68 S.B.B 8 0.11 24,325 243,2

69 S.B.B 9 0,08 40,597 507,37

70 S.B.B 10 0,13 31,261 31,261

71 S.C.B 1 0,14 12,949 92,42

72 S.C.B 2 0,18 13,130 72,94

73 S.C.B 3 0,20 21,539 21,539

74 S.C.B 4 0,21 23,020 109,61

39
75 S.C.B 5 0,17 22,222 130,70

76 S.C.B 6 0,13 18,340 141,07

77 S.C.B 7 0,15 19,370 129,113

78 S.C.B 8 0,19 27,437 144,07

79 S.C.B 9 0,10 15,652 156,5

80 S.C.B 10 0,15 42,774 285,133

81 S.D.B 1 0,17 44,889 264

40
82 S.D.B 2 0,14 39,461 281,85

83 S.D.B 3 0,13 33,200 255,38

84 S.D.B 4 0,16 40,775 254,81

85 S.D.B 5 0,09 22,687 25,2

86 S.D.B 6 0,07 31,043 44,34

87 S.D.B 7 0,10 34,915 349,1

88 S.D.B 8 0,10 40,057 400,50

89 S.D.B 9 0,11 24,810 225,54

90 S.D.B 10 0,10 26,630 266,3

41
91 S.E.B 1 0.01 14,435 144,3

92 S.E.B 2 0,01 14,906 149,1

93 S.E.B 3 0,06 18,810 313,5

94 S.E.B 4 0,07 18,697 267

95 S.E.B 5 0,06 16,693 278,16

96 S.E.B 6 0,05 9,262 185,2

97 S.E.B 7 0,07 13,06 187,14

98 S.E.B 8 0,03 16,18 53,7

42
99 S.E.B 9 0,05 16,118 333,2

100 S.E.B 10 0,06 10,518 175,16

4.1.8 Herbivori

PersentaseKerusakanDaun

No Spesies Total serang DaunRusak Predator Persentase


1 A 15 9 Ulat 60 %
2 B 9 4 Ulat 44,4 %
3 C 17 5 Ulat 19,4 %
4 D 13 4 Ulat 30,78 %
5 E 21 8 Ulat 38,1 %
6 F 32 10 Ulat 31,25 %
7 G 19 8 Ulat 42,1 %
8 H 12 5 Ulat 41,6 %
9 I 20 10 Ulat 50 %
10 J 24 7 Ulat 29,2 %

DaunRusak

individu daun Luas rusak Luas daun % gambar

43
1 A 0,053 29,564 0,17 %

B 0,099 28,082 0,35 %

C 0,367 11,795 3,11 %

D 0,014 9,181 0,15 %

E 0,163 12.727 1,28 %

F 0,107 31,352 0,34 %

G 0,263 44,874 0,58 %

H 0,155 75,265 0,21 %

44
I 0,201 14,716 0,45 %

2 A 0,025 41,632 0,06 %

B 0,921 30,613 3,01 %

C 2,063 47,775 4,32 %

D 0,316 36,968 0,85 %

3 A 0,945 38,729 2,44 %

B 2,125 36,165 5,87 %

C 0,009 15,642 0,05 %

45
D 0,042 7,732 0,54 %

E 0,391 15,494 2,52 %

4 A 0,47 26,796 0,02 %

B 0,032 16,438 0,002 %

C 1,901 15,166 0,13 %

D 2,546 33,378 0,08 %

5 A 1,839 29,302 0,06 %

B 0,413 35,891 0,008 %

46
C 0,155 29,744 0,005 %

D 0,017 28,379 0,028 %

E 1,807 35,301 0,007 %

F 7,845 39,308 0,05 %

G 1,223 31,196 0,25 %

h 1,223 28,018 0,043 %

6 A 5,026 78,524 0,064 %

B 7,422 109,208 0,071 %

47
C 1,091 107,095 0,01 %

D 4,516 106,458 0,042 %

E 2,298 88,723 0,025 %

F 0,539 83,011 0,006 %

G 0,081 59,171 0,0013 %

H 0,367 119,135 0,003 %

I 0,176 3,331 0,002 %

J 4,265 37,508 0,08 %

48
7 A 0.330 12,318 2,66 %

B 0,473 15,204 3,11 %

C 0,140 15,203 0,92 %

D 1,770 15,998 11,10 %

E 0,099 12,763 0,732 %

F 0,113 14,748 0,766 %

G 0,402 16,818 2,44 %

H 1,053 8,551 12,31 %

49
8 A 0,064 37,887 0,168 %

B 0,273 32,448 0,841 %

C 0,645 27,914 2,31 %

D 0,141 27,286 0,52 %

E 0,903 31,986 81,48 %

9 A 2,011 42,547 4,72 %

B 0,651 80,263 0,81 %

C 0,084 36,292 0,23 %

50
D 3,295 48,448 6,801 %

E 10,583 61,476 17,21 %

F 3,074 68.694 4,47 %

G 2,183 78,942 2,76 %

H 0,368 78,941 0,406 %

I 0,368 69,154 0,532 %

J 2,244 73,198 0,532 %

10 A 2,635 35,633 7,39%

51
B 0,102 31,427 0,32 %

C 0,466 22,446 20,76 %

D 0,054 27.599 18,8 %

E 0,078 21,96 0,35 %

F 1,061 37,39 2,84 %

G 0,614 26,188 2,34 %

52
4.2 Pembahasan

4.2.1 Acara I. Suksesi Ekosistem

Dari hasil pengamatan pada acara 1 di dapatkan bahwa areal yang kami amati pada
plot 20m x 20m masih tergolong lahan baru berkembang. Ini dibuktikan dengan adanya areal
yang masih terlihat tanah merahnya dan belum tertutup oleh rumput atau seresah. Namun
apabila kita masuk ke dalam areal tersebut, sudah banyak tumbuhan yang menutupi areal
seperti hasil yang didapati pada plot 2m x 2m yaitu anakan yang berdiameter kecil. Juga
terlihat pada proyeksi vertikal dimana baru 2 pohon saja yang berada di plot areal 20m x 20m.

Areal yang kami amati termasuk dari suksesi sekunder, sebagaimana yang telah di
jelaskan Odum (1992) Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas
tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan/substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal,
tetapi tidak dari komunitas pionir. Suksesi sekunder adalah suksesi yang berawal dari areal
yang sebelumnya merupakan komunitas, misalnya suksesi tanah-tanah kosong bekas ladang
yang di tinggalkan.

4.2.2 Acara II. Iklim Mikro Hutan

Pengamatan pada acara 2 masih di lokasi yang sama dengan acara 1. Namun hanya
mengamati faktor lingkungan fisik. Kelembaban udara , temperatur, pH tanah dan intensitas
cahaya . Faktor tersebut merupakan komponen iklim mikro dimana sifat iklim di dalam dan di
luar hutan sangat berbeda, dan pada waktu diluar hutan dapat dirasakan bahwa temperatur
udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan yang didalam hutan. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan Irawan (2003) yaitu perbedaan dari segi suhu, kelembaban, intensitas
cahaya, curah hujan, dll. Semua itu bernilai positif di hutan. Artinya, iklim yang terbentuk di
dalam hutan sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

4.2.3 Acara III. Proyeksi Penampang dan Klasifikasi Pohon Hutan

Pengamatan pada acara 3 berbeda tempat dengan acara 1 dan 2 dimana pada areal ini
merupakan plot hutan tertutup. Dapat dilihat pada proyeksi vertikal dan horizontal yang telah
ada dihasil praktikum, bahwa stratifikasi hutan dapat dilihat dengan mudah dengan kedua
proyeksi tersebut.

53
Klasifikasi hutan pada praktikum ini dapat dilihat dari dominan (pohon tertinggi),
kodominan (pohon terendah) dan intermediet (tertekan). Pepohonan yang membentuk tajuk
hutan akan menentukan iklim didekat permukaan tanah dan juga di bawah tajuk yang
kemudian disebut dengan iklim mikro. Setiap tegakan yang rapat mempunyai lapisan tajuk
atas yang berwarna hijau yang biasa disebut kanopi.

Menurut buku penuntun praktikum silvika KHT-213 (2016) lapisan-lapisan kanopi


yang terdapat didalam hutan sering juga disebut stratum (tingkat/story) atau lapisan (layer).
Jadi yang dimaksud dengan stratum disini adalah suatu lapisan pohon yang tajuk-tajuknya
tidak sama tinggi terletak diantara suatu batas tertentu. Kanopi continue apabila tajuk-tajuk
bersentuhan kearah samping dan tidak continue apabila tajuk-tajuk terpisah jauh.

4.2.4 Acara IV. Stratifikasi Hutan

Pada tingkatan pohon dikanopi, secara vertikal vegetasi hutan memiliki struktur
penyusun mulai dari lantai hutan sampai kekanopi. Pada proyeksi vertikal telah diperjelas
bahwa pohon B dan pohon C termasuk pada kelompok pohon dominan, sedangkan pohon D
dan E termasuk pohon kodominan. Pohon A termasuk pohon intermediet dikarenakan
kekurangan unsur hara, ditandai oleh lantai hutan yang bersih dan tidak tertutup oleh
rerumputan.

Menurut sibarani (2010) Struktur vertikal sangat dipengaruhi oleh bentuk hidup (life
form) tumbuhan penyusun (ukuran, cabang dan daun) yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh gradien cahaya secara vertikal. Struktur ini juga dipengaruhi oleh tahapan pertumbuhan
pohon penyusun hutan.

4.2.5 Acara V. Karakteristik Tumbuhan Lantai Hutan

Pada acara ini mengamati karakteristik tumbuhan lantai hutan, dimana terdapat 5
tumbuhan yang memiliki ciri yang berbeda mulai dari daun yang berukuran panjang 6 cm –
12 cm, dengan lebar daun 3 cm – 5 cm. Lantai hutan rata hanya mendapat satu persen
cahayadari atas kanopi yang sampai ke lantai hutan, sehingga tumbuhan perlu beradaptasi
untuk mendapatkan cahaya Secara umum Archibold (1995), menyimpulkan udara lantai hutan
lebih sejuk dari pada kanopi pada siang hari, walaupun sama pada malam hari.

54
4.2.6 Acara VI. Ekologi Bunga, Buah dan Bank Biji

Plot 20m x 20m yang kami amati terdapat 2 bunga yang termasuk kedalam bunga
majemuk dan berada di ujung tangkai, namun keduanya berbeda.

Menurut buku penuntun praktikum silvika KHT-213 (2016) biji memegang peranan
penting dalam komunitas tumbuhan. Biji memainkan fungsi krusial dalam kesinambungan
populasi tumbuhan yang berbeda. Biji merupakan agen reproduksi tumbuhan, penyebaran
dalam sebuah komunitas, atau menyebar ke area dan habitat lain. Namun, perkembangan biji
didahului dengan perkembangan organ generative bunga dan buah. Apa yang terjadi pada fase
ini, seperti pembuhan bunga sampai ke pemasakan buah menentukan apakah biji akan
dihasilkan dan mampu tumbuh. Distribusi tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat alami biji dan
reproduksi vegetatif.

Data hasil tanah tanah yang kami ambil dari lapangan, tanah tersebut dijadikan 2
jenis, yaitu dijemur dan tidak dijemur. Pengamatan dilakukan selama 3 minggu untuk
mengamati apakah ada bank biji atau tidak. Pada tanah yang di jemur tumbuh 1 biji dan pada
tanah yang tidak di jemur juga tumbuh 1 biji, dimana 2 biji tersebut merupakan bukti adanya
bank biji atai seedbank.

4.2.7 Acara VII. Fungsi Ekologi Daun

Sadili (2010) mengatakan biji yang tumbuh akan menjadi tumbuhan yang memiliki
akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah. Daun merupakan bagian dari organ tumbuhan
yang sangat penting sebagai tempat menangkap energi cahaya untuk fotosintesis , respirasi
dan merupakan alat perkembangbiakan vegetatif.

Daun dalam kaitannya pada fungsi ekologi memegang berperan penting dalam
proses fotosintesis. Organ tumbuhan ini berperan langsung dalam pengikatan CO2 dan sangat
tergantung pada cahaya matahari. Karena itu, daun mengalami proses ekofisiologi yang
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan internal tanaman. Laju fotosintesis,
pertumbuhan dan mekanisme pertahananan tumbuhan dapat diprediksi melalui karakteristik
daun. Salah satu metode yang dipakai adalah menghitung SLA (Specific Leaf Area).
Tumbuhan dengan SLA rendah biasanya memliki investasi tinggi dalam hal struktur fisik dan
dapat hidup dalam jangka waktu yang cukup lama.

55
SLA juga lebih tinggi yaitu pada tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan
sumber daya yang kaya. Dalam pengamatan acara 7 fungsi ekologi daun, kami mengambil
foto daun yang kami ambil dilapangan dan mencari luas dari daun tersebut agar bisa di
dapatkan nilai SLA nya.

Untuk mencari luas daun tersebut kami menggunakan aplikasi ImageJ. Sampel daun
yang di ambil adalah 10 jenis daun tumbuhan atas (masing-masing 10) dan 10 jenis daun
𝑨𝒓𝒆𝒂
tumbuhan bawah (masing-masing 10). Rumus perhitungan SLA = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕𝑲𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈

4.2.8 Acara VIII. Herbivori (Predasi Daun dan Biji)

Pada herbivori serangga merupakan fungsi pengatur penting dalam ekologi


ekosistem hutan, khususnya di daerah tropis. Seperti yang telah dikemukakan Wardani
(2001) serangga dan herbivora lain penghuni beberapa bagian pohon berperan dalam
meningkatkan laju daur nutrien sistem hutan. Meledaknya jumlah serangga herbivora pada
masa tertentu, secara signifikan meningkatkan kadar nitrogen pada skala ekosistem.

Pada hasil pengamatan acara 8 telah didapatkan data persentase kerusakan daun
dalam bentuk tabel dan telah terpampang jelas % kerusakan pada setiap spesies. Predator
yang kami temui pada lokasi yaitu ulat, ulat bulu dan semut.

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒂𝒖𝒏 𝑹𝒖𝒔𝒂𝒌


Rumus % kerusakan : 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒂𝒖𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %

56
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Acara I. Suksesi Ekosistem

Proses suksesi pada akhirnya mencapai keseimbangan dengan lingkungan.


Komunitas yang seimbang dan relatif stabil ini dimiliki oleh vegetasi hutan dewasa
dinamakan komunitas klimaks. Vegetasi lahan baru berkembang dicirikan dengan rumput
pendek, rumput tinggi dan herba berumur 0-3 tahun.

5.1.2 Acara II. Iklim Mikro Hutan

Intersepsi cahaya yang berbeda antara tajuk dan lantai hutan serta variasi temperatur
merupakan faktor pembeda dari lingkungan fisik areal tertutup dan terbuka. Dimana areal
tertutup memiliki tajuk yang rapat sedangkan pada areal terbuka tidak, sehingga kelembaban
diantara kedua areal tersebut berbeda.

5.1.3 Acara III. Proyeksi Penampang dan Klasifikasi Pohon Hutan

Klasifikasi pohon hutan dapat dilihat dari kedudukan proyeksi penampang baik
horizontal dan vertikal. Pengklasifikasian (pengelompokan) tersebut dibagi menjadi 3
kelompok yaitu dominan (pohon tertinggi), kodominan (pohon terendah) dan intermediet
(tertekan).

5.1.4 Acara IV. Stratifikasi Hutan

Stratifikasi merupakan susunan tetumbuhan secara vertikal di dalam suatu komunitas


tumbuhan atau ekosistem hutan. Tiap lapisan dalam stratifikasi itu disebut stratum atau strata.
Pada proyeksi vertikal telah diperjelas bahwa pohon B dan pohon C termasuk pada kelompok
pohon dominan, sedangkan pohon D dan E termasuk pohon kodominan serta pohon A
termasuk pohon intermediet.

5.1.5 Acara V. Karakteristik Tumbuhan Lantai Hutan

Karakteristik tumbuhan lantai hutan merupakan bentuk-bentuk adaptasi tumbuhan


bawah terhadap iklim mikro dalam hutan cahaya yang rendah yaitu dengan memperbesar
ukuran daun ataupun susunan daun yang memaksimalkan dalam mengumpulkan cahaya.

57
5.1.6 Acara VI. Ekologi Bunga, Buah dan Bank Biji

Pembuhan bunga sampai ke pemasakan buah menentukan apakah biji akan


dihasilkan dan mampu tumbuh. Distribusi tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat alami biji dan
reproduksi vegetatif. Bentuk bunga yang kami temui di lokasi berbentuk gerombolan.

Distribusi tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat alami biji dan reproduksi vegetatif.
Tumbuhan dengan biji ringan mungkin terdistribusi secara luas. Sebaliknya, tumbuhan
dengan biji berat atau memiliki kecenderungan bereproduksi secara vegetatif akan
mengelompok dekat dengan pohon induk. Biji dapat tumbuh dan berkembang biak dimana-
mana berkat bantuan angin dan perantara hewan misalnya burung, dan gravitasi untuk
penyebarannya, pengamatan ini dilakukan pada tumbuhan yang berada dilahan terbuka dan
lahan tertutup.

5.1.7 Acara VII. Fungsi Ekologi Daun

Laju fotosintesis, pertumbuhan dan mekanisme pertahananan tumbuhan dapat


diprediksi melalui karakteristik daun. Salah satu metode yang dipakai adalah menghitung
SLA (Specific Leaf Area). Tumbuhan dengan SLA rendah biasanya memliki investasi tinggi
dalam hal struktur fisik dan dapat hidup dalam jangka waktu yang cukup lama. SLA lebih
tinggi yaitu pada tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan sumber daya yang kaya.Dari
hasil perhitungan SLA di kombinasikan dengan acara 5, sehingga secara umum dapat
diketahui karakteristik tumbuhan tersebut.

5.1.8 Acara VIII. Herbivori (Predasi Daun dan Biji)

Komunitas tumbuhan bawah hutan merupakan sebagian besar merupakan tempat


predator yang menyerang daun-daun. Oleh karena itu daun bisa berlubang atau mati setelah
dimakan predator. Tingkat predasi daun pada tumbuhan bawah hutan dapat di hitung
menggunakan aplikasi ImageJ dan menghitung % kerusakannya dengan rumus :% kerusakan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑢𝑛 𝑅𝑢𝑠𝑎𝑘
: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑢𝑛 𝑥 100 %

58
5.2 Saran

Praktikum silvika ini memerlukan ketelitian, ketelatenan dan pemahaman yang lebih,
untuk itu setiap praktikan untuk dapat membaca terlebih dahulu buku panduan yang telah
dibagikan kepada praktikan, sehingga waktu praktikum dilapangan dapat mengikuti jalannya
praktikum dengan baik. Apabila praktikan masih kurang jelas atas apa yang diperintahkan
dosen maka jangan segan untuk bertanya pada asisten dosen.

Praktikan pada saat didalam hutan hendaknya memiliki tata krama, tidak berteriak-
teriak yang tidak jelas dan tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan membuat keributan yang
sangat tidak wajar.

59
DAFTAR PUSTAKA

Archibold. 1995. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi, Ekosistem, Komunitas dan


Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Atobasahona. 2015. http://www.atobasahona.com/2015/11/artikel-hutan-tentang-pengertian-
hutan.html
Barnez, B.V., D.R Zak, S.R. Denton, and S.H. Spurr. 1997. Forest Ecology. Fourth Edition.
John Wiley & Sons, Ins. New York.
Smith, D.M. 1986. The Practice of Silviculture. John Willey & Sons. New York.
Golley FB. 1991. Introduction In Ecosystems of The World: Tropical rain forest ecosystem.
(Ed. FB Golley) pp. 1-7. (Elsevier Scientific: New York).
Irwan, Z.D. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasai Ekosistem Komunitas dan
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
KHT-213. 2016. Penuntun Praktikum SILVIKA (KHT-213). Laboratorium Kehutanan
Fakultas Bengkulu Universitas Bengkulu: Bengkulu
Odum, E.P. 1969. The Strategy of Ecosystem Development. Science 164:262-270.
Odum, H. T., 1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta : UGM Press.
Resosoedarmo,R.S.1989. Pengantar Ekologi.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sadili, A. 2010. Study Keanekaragaman Tumbuhan Herba di Taman Hutan Raya Raden
Soerjo Malang. PKLI tidak diterbitkan. Jurusan Biologi fakultas SAINTEK UIN
Malang.
Sibarani. 2010. http://vansaka.blogspot.co.id/2010/03/stratifikasi-tegakan-pada-tanaman-
hutan.html
Vazquez-Yanes, C. And dan Orozco-Segovia, A. 1993. Patterns of seed longevity and
germination in tropical rainforest. Ann. Rev. Ecol. Sys. 24. 69-87.
Wardani M. 2001. Mindi: Morfologi, Persebaran dan Tempat Tumbuh. Badan Penelitian dan
Pengembangan. Jakarta. Departemen Kehutanan.
Wiryono. 2009. Ekologi Hutan. UNIB Press: Bengkulu.

60
LAMPIRAN

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

Anda mungkin juga menyukai